LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK II

OLEH
Ade Megita Radja
Agnes Emiliani Lende
Benilde Rego Da Silva
Desianti R. Tauho
Lorentia A. Hunga
Magdalena Ata Goran
Monika Kolin Tukan
Murniyanti Koku Yowa
Riny Kurniaty Smaut
Rosalina Teme
Yani Amelia Mone
Yohana D.B. Hurint

JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKES KEMENKES KUPANG
2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktikum Kimia Klinik
II” dengan baik. Kami berterimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing
selama Praktikum Mata Kuliah Kimia Klinik ini.
Laporan Akhir Praktikum Kimia Klinik II ini dibuat demi memenuhi tugas akhir
kami di semester ini. Laporan ini berisi mengenai praktikum yang dijalankan selama 1
semester ini, mengenai pemeriksaan kimia darah mennggunakan microlab 300. Laporan ini
akan memberikan informasi mengenai hasil praktikum, serta prosedur dan prinsip kerja yang
digunakan dalam praktikum.
kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kata Sempurna, karena itu kritik
serta saran dari Bapak dan Ibu Dosen serta para pembaca kiranya dapat menyempurnakan
tulisan ini. Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih untuk semua yang sudah membantu
dan mendukung selama proses perkuliahan di semester ini.

Kupang, 1 Juli 2016

Penulis


i

DAFTAR ISI

Kover
Kata pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan
1.1..................................................................................................................

Latar

Belakang.................................................................................................. 1
1.2.................................................................................................................. Rumusan
Masalah................................................................................................... 2
1.3..................................................................................................................

Tujuan

................................................................................................................. 3

BAB II. Pembahasan
2.1. Praktikum I : Glukosa......................................................................... 4
2.2. Praktikum II : SGOT .......................................................................... 9
2.3. Praktikum III : SGPT.......................................................................... 13
2.4. Praktikum IV : ALP............................................................................ 17
2.5. Praktikum V : GGT............................................................................. 21
2.6. Praktikum VI : Kolesterol................................................................... 25
2.7. Praktikum VII : Trigliserida................................................................ 31
2.8. Praktikum VIII : Ureum...................................................................... 38
2.9. Praktikum IX : Kreatinin..................................................................... 43
2.10. Praktikum X : Asam Urat.................................................................... 47
2.11. Praktikum XI : Bilirubin..................................................................... 52
2.12. Praktikum XII : Protein Total............................................................. 57
ii

2.13. Praktikum XIII : Albumin................................................................... 62

BAB III. Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 68
3.2. Saran...................................................................................................... 68

Daftar Pustaka............................................................................................................ 69

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum
(ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan. Pemeriksaan laboratorium
yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain.
Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji
fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan
dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis anemi (Anonim, 2012).
Kimia klinis juga dikenal sebagai kimia patologi, biokimia klinis atau medis biokimia,
adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya berkaitan dengan analisis cairan tubuh.
Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19 dengan penggunaan tes kimia sederhana
untuk berbagai komponen darah dan urin. Namun saat ini, teknik lain yang diterapkan
termasuk penggunaan dan pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis,
dan immunoassay.

Seiring berkembangnya waktu, laboratorium modern sekarang benar-benar dibuat
semaksimal mungkin dengan beban kerja yang tinggi. Pengujian dilakukan dengan
pepantauan dan kontrol kualitas.
Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada setiap jenis
cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah bagian darah yang
berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah dibuat membeku dan semua sel darah
dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan
trombosit padat ke bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum
yang dikemas dan berhenti di atas sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-baru ini
telah dimasukkan dalam instrumen yang prinsipnya beroperasi pada "sistem yang
terintegrasi". Plasma pada dasarnya sama dengan serum, tetapi diperoleh dengan
pemutaran darah tanpa pembekuan. Plasma diperoleh dengan sentrifugasi sebelum terjadi
pembekuan. Jenis uji yang diperlukan menentukan jenis sampel yang digunakan.
Sebuah laboratorium medis yang besar akan menerima sampel sampai sekitar 700
jenis tes. Bahkan yang terbesar dari laboratorium jarang melakukan semua tes ini sendiri,
dan sebagian harus dirujuk ke laboratorium lain.
1

Sub tes dapat dikategorikan ke dalam sub spesialisasi :
 Kimia umum atau rutin - umumnya memerintahkan kimia darah misalnya, tes

fungsi hati dan ginjal.
 Kimia khusus - teknik rumit seperti elektroforesis, dan metode pengujian manual.
 Clinical endokrinologi - studi tentang hormon, dan diagnosis gangguan endokrin.
 Toksikologi - studi tentang penyalahgunaan obat dan bahan kimia lainnya.
 Obat Terapi Monitoring - pengukuran terapi obat kadar darah untuk
mengoptimalkan dosis.
 Urine - analisis kimia urin untuk beragam penyakit , bersama dengan cairan lain
seperti CSF dan efusi
 Analisis Faeces (tinja) - sebagian besar untuk mendeteksi gangguan pencernaan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pemeriksaan glukosa darah serta interpretasi hasilnya?
2. Bagaimana cara pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase
serta interpretasi hasilnya?
3. Bagaimana cara pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase) serta
interpretasi hasilnya?
4. Bagaimana cara pemeriksaan ALP (Alkali Phosphatase) serta interpretasi hasilnya?
5. Bagaimana cara pemeriksaan GGT (Gamma Glutamyl Transaminase) serta
interpretasi hasilnya?
6. Bagaimana cara pemeriksaan cholesterol serta interpretasi hasilnya?
7. Bagaimana cara pemeriksaan trigliserida serta interpretasi hasilnya?

8. Bagaimana cara pemeriksaan ureum serta interpretasi hasilnya?
9. Bagaimana cara pemeriksaan kreatinin serta interpretasi hasilnya?
10. Bagaimana cara pemeriksaan asam urat serta interpretasi hasilnya?
11. Bagaimana cara pemeriksaan bilirubin total serta interpretasi hasilnya?
12. Bagaimana cara pemeriksaan total protein serta interpretasi hasilnya?
13. Bagaimana cara pemeriksaan albumin serta interpretasi hasilnya?

2

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui cara pemeriksaan glukosa darah serta interpretasi hasilnya
2. Mengetahui cara pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase
serta interpretasi hasilnya
3. Mengetahui cara pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase) serta
interpretasi hasilnya
4. Mengetahui cara pemeriksaan ALP (Alkali Phosphatase) serta interpretasi hasilnya
5. Mengetahui cara

pemeriksaan GGT (Gamma Glutamyl Transaminase) serta


interpretasi hasilnya
6. Mengetahui cara pemeriksaan cholesterol serta interpretasi hasilnya
7. Mengetahui cara pemeriksaan trigliserida serta interpretasi hasilnya
8. Mengetahui cara pemeriksaan ureum serta interpretasi hasilnya
9. Mengetahui cara pemeriksaan kreatinin serta interpretasi hasilnya
10. Mengetahui cara pemeriksaan asam urat serta interpretasi hasilnya
11. Mengetahui cara pemeriksaan bilirubin total serta interpretasi hasilnya
12. Mengetahui cara pemeriksaan total protein serta interpretasi hasilnya
13. Mengetahui cara pemeriksaan albumin serta interpretasi hasilnya

3

BAB II
PEMBAHASAN
PRAKTIKUM I
Hari / Tanggal

: Jumat, 9 Februari 2016

Judul Praktikum


: Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan glukosa menggunakan
microlab 300

Metode Pemeriksaan : GOD PAP Enzimatik
Prinsip Pemeriksaan : Kadar glukosa ditentukan setelah pengoksidasian enzim dihadapkan
dari oksidasi glukosa. Terbentuknya hidrogen peroksida bereaksi
dibawah katalis dari peroksidasi dengan fenol dan 4-aminofenazon
menjadi merah keunguan, quinoneimine tua sebagai indikator.
Dasar Teori

:

A. Glukosa Darah
Glukosa diserap oleh hati dan sebahian disimpan sebagai glikogan atau asam-asam
lemak sehingga kadar glokosa darah dapat dipertahankan dalam batas normal 80-120 mg/

dL atau 3,0-7,0 mmol/L. pengaturan kadar glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa
hormon. Hormon insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glokagon
dapat menaikkan kada glokosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama
akan menyebabkan diabetes mellitus. (2:35)
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan
banyak mamalia berkisar antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang
mengandung karbohidrat , kadar tersebut dapat naik hingga 6,5-7,2 mmol/L. Di saat
puasa, kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol/L. Kadar glukosa
darah berkurang. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menimbulkan serangan
konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis indulin, karena ketegantungan otak
4

secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat
ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progresif.
B. Pembentukan Glukosa
Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan
membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif
mengandung residu glukosa.
Glukosa


dibentuk

dari

senyawa-senyawa

glukogenik

yang

mengalami

glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan instilah yang digunakan untuk mencakuo
mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah senyawa
nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utaman glukoneogenesis adalah
asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Hati dan ginjal merupakan
jaringan utama yang terlibat, Karen kedua organ tersebut mengandung komplemen
lengkap enzim-enzim yang diperlukan.
Glukosa juga dibentuk dari glikogen hati melauli glikogenolisis. Glikogen disintesis
dari glukosa dan precursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahannya terjadi
melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis
menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot yang masingmasing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa-6-fosfatase.
C. Mekanisme metabolic dan hormonal glukosa darah
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupaka salah
satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu
mekanisme dengan hati, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut mengambil
bagian.
 Glukoinase.
Glukokinase, yang mempunyai Km yang lebih tinggi (afinitas lebih rendah) untuk
glukosa daripada nilai Km heksokinase, meningkat aktivitasnya melebihi kisaran
kadar glukosa yang fisiologik, dan enzim ini agaknya mempunyai hubungan khusus
dengan ambilan glukosa ke hati pad konsentrasi lebih tinggi yang ditemukan pada
vena porta hati sesudah memakan makanan yang mengandung karbohidrat.
 Insulin
Disamping pengaruh langsung hiperglikemia dalam meningkatkan ambilan glukosa
baik ke hati maupun jaringan perifer, hormone insulin juga mempunyai peranan
sentral dalam mengatur konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-

5

sel B pada pulau-pulau Langerhans pancreas sebagagi reaksi langsung terhadap
keadaan hiperglikemia. Insulin mempunyai efek segera meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan seperti jaringan adipose dan otot. Kerja insulin ini disebabkan
oleh peningkatan transport glukosa dari bagian dalam sel ke membrane plasma.
 Glukogon
Glukagon merupakan hormone yang dihasilka oleh sel-sel A pada pulau-palau
Langerhans pancreas. Sekkresi hormon ini dirangsang oleh keadaan hipoglikemia.
Pada saat mencapai hati (lewat vena porta) hormone glucagon menimbulkan
glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase.
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau
monosakarida dan unit kimia yang kompleks seperti disakarida atau polisakarida.
Karbohidrat yang kita makan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi
(glukosa termasuk di dalamnya). Jadi pembentukan glukosa berasal dari monosakarida
atau suatu unit kompleks karbohidrat yang lain. Setelah diabsorbsi kadar glukosa darah
akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula,
jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringanjaringan perifer bergantung pada keseimbangan beberapa hormone yaitu : hormone yang
merendahkan kadar glukosa darah dan hormone yang meningkatkan kadar glukosa
darah.
Alat dan Bahan

:

A. Alat
1. Centrifuge
2. Jarum
3. Microlab 300
4. Micropipette
5. Tabung vakum tutup merah
6. Yellow tip dan blue tip
B. Bahan
1. Aquadest
2. Kapas alkohol
3. Kapas kering
4. Reagen glukosa

6

5. Serum
6. Standar glukosa
7. Tissue
Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik
1. Persiapan pasien (pasien berpuasa 10-12 jam sebelum pengambilan sampel)
2. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
3. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah
4. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar
5. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm.
Pastikan tidak ada bekuan.
6. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah.
B. Analitik
1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan :
a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen
b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen
c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen
2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan
3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara:
a) Nyalakan mikrolab 300
b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan
tampak program test menu
c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “glukosa”, tekan enter
d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest
akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada
layar
e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya
maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar
f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu
hingga beberapa saat

7

g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan
identitas pasien
h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya
i) Matikan microlab.
C. Pasca analitik
Pelaporan hasil
Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien
Nama

: Yani Amelia Mone

Jenis kelamin: Perempuan
Umur

: 21 Tahun

B. Hasil
Blanko

: 0,294 Abs

Standar

: 0,004 Abs

Sampel

: 368,3 mg/dL

C. Nilai normal
Pembahasan

: 70 – 110 mg/dL

:

Dari Praktikum yang dilakukan didapatkan kadar glukosa darah 368,3 mg/dL dari Pasien
Yani Amelia Mone (21 tahun). Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar glukosa
darah pasien tinggi karena melebihi nilai normal yang telah ditetapkan yaitu 70-110 mg/dL.
Hal-hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya :
 Persiapan pasien (pasien tidak berpuasa sebelum dilakukan pemeriksaan)
 Aktivitas fisik pasien yang berlebihan
 Reagen yang kadarluarsa

8

PRAKTIKUM II
Hari / Tanggal

: Jumat, 26 Februari 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transaminase)

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic
Transminase) dalam sampel menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Kinetic IFCC
Prinsip Pemeriksaan : Sejumlah serum direaksikan dengan reagen spesifik SGOT (ASAT
[SGOT] FS with/without pyridoxal-5-phosphate) lalu dibaca hasilnya
dengan menggunakan alat mikrolab 300
Dasar Teori

:
Enzim transminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim

yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transminase, yaitu
serum glutamat oksaloasetattransminase dan serum glutamat piruvat transminase (SGPT).
Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding
SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT sumber utamanya dari hati, sedangkan enzim GOT
banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono 2009)
Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat
transminase (SGOT) merupakan enzim mitikondria yang berfungsi mengkatalisis
pemindahan bolak –balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-oksaloasetat membentuk
asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson, 1995)
Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau integrasi sel-sel hati. Adanya
peningkatn enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin
tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati
(Cahyono 2009)
Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat Transminase
(GOT) keuar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat didalam darah.
Sehingga dapat dijadikan indiator kerusakan hati (Ronald et al. 2004)

9

Kadar enzim AST (GOT) akan meningkat apabila terjadi kerusakan sel yang akut
seperti nekrosis hepatoseluler seperti gangguan fungsi hati dan saluran empedu, penyakit
jantung dan pembuluh darah, serta gangguan fungsi ginjal dan pankreas (Price dan Wilson,
1995)
GOT banyak terdapat dalam mitokondria dan sitoplasma sel hati, otot jantung, otot
lurik dan ginjal (Sagita A 2006)
Alat dan Bahan

:

A. Alat
1. Centrifuge
2. Jarum
3. Microlab 300
4. Micropipette
5. Tabung vakum tutup merah
6. Yellow tip dan blue tip
B. Bahan
1. Aquadest
2. Darah
3. Kapas alkohol
4. Kapas kering
5. Reagen ASAT (GOT) FS*; terdiri atas Reagen I dan Reagen II
6. Serum
7. Tissue
Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik
1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah
3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar
4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm.
Pastikan tidak ada bekuan.
5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah.

10

B. Analitik
1. Campurkan 100µl sampel (serum) dengan 1000µl reagen I. Setelah tercampur,
inkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan
2. Setelah itu, tambahkan reagen II sebanyak 250µl, campurkan. Inkubasi pada suhu
ruang selama 1 menit
3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara:
a) Nyalakan mikrolab 300
b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan
tampak program test menu
c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “SGOT”, tekan enter
d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest
akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada
layar
e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya
maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar
f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu
hingga beberapa saat
g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan
identitas pasien
h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya
i) Matikan microlab.
C. Pasca analitik
Pengeluaran dan pencatatan hasil
Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien
Nama

: Yohana Hurint

Jenis kelamin : Perempuan
Umur
B. Hasil

: 18 tahun
: - 13 U/L

C. Nilai normal
Perempuan

: < 30 U/L

Laki-laki

: < 35 U/L

11

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu -13 U/L dari pasien Yohana Hurint (18
tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar SGOT pasien Sangat rendah karena
berada dibawah nilai normal (< 30 U/L untuk perempuan).
Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya :
1. Cara pemipetan,
2. Suhu ruangan,
3. Waktu inkubasi,
4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis),
5. Injeksi pre intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
6. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
7. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein,
morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid
(INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum
positif atau negatif yang keliru.
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.

PRAKTIKUM II
12

Hari / Tanggal

: Jumat, 4 Maret 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Pyruvic Transaminase)

Tujuan Praktikum

: Untuk mengetahui kadar SGPT (Serum Glutamat Pyruvic
Transaminase) dalam sampel

Metode Pemeriksaan : Kinetic IFCC
Prinsip Pemeriksaan : Pemeriksaan SGPT didasarkan atas reaksi 2-oxoglutarat yang
direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen I SGPT dengan
bantuan enzim ALT (Alanin transminase) akan menghasilkan Lglutamat dan piruvat. Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan
bereaksi dengan NADH yang terdapat dalam reagen II SGPT yang
akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD+.
Dasar Teori

:

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada
umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim
hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara
semi otomatis atau otomatis.
Nilai Rujukan :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis :
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas
obat atau kimia)

13

2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1.

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar

2.

Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar

3.

Hemolisis sampel

4.

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat
digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol
(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5.

Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Alat dan Bahan

:

A. Alat
1. Centrifuge
2. Jarum
3. Microlab 300
4. Micropipette
5. Tabung vakum tutup merah
6. Yellow tip dan blue tip
B. Bahan
1. Aquadest
2. Darah
3. Kapas alkohol
4. Kapas kering
5. Reagen ALAT (GPT) FS*; terdiri atas Reagen I dan Reagen II
6. Serum
7. Tissue

14

Prosedur Kerja

:

A. Pra Analitik
1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah
3. Darah yang diambil,didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar
4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm.
Pastikan tidak ada bekuan.
5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah.
B. Analitik
1. Campurkan 100µl sampel (serum) dengan 1000µl reagen I. Setelah tercampur,
inkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan
2. Setelah itu, tambahkan reagen II sebanyak 250µl, campurkan. Inkubasi pada suhu
ruang selama 1 menit
3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara:
a) Nyalakan mikrolab 300
b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan
tampak program test menu
c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “SGPT”, tekan enter
d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest
akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada
layar
e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya
maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar
f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu
hingga beberapa saat
g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan
identitas pasien
h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya
i) Matikan microlab.
C. Pasca analitik
Pengeluaran dan pencatatan hasil

15

Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien
Nama

: Peatri Dengga

Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 22 tahun

B. Hasil

: 80 U/L

C. Nilai normal
Perempuan

: < 34 U/L

Laki-laki

: < 45 U/L

Pembahasan

:

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 80 U/L dari pasien Peatri Dengga (21
tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar SGPT pasien Tinggi karena berada
diatas nilai normal (< 34 U/L untuk perempuan).
Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya :
1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
2.

Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar

3.

Hemolisis sampel

4.

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat
digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol
(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5.

Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

16

PRAKTIKUM IV
Hari/Tanggal

:Jumat, 11 Maret 2016

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Kadar ALP (Alkali Phospatase)

Tujuan Praktikum

: Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan ALP menggunakan
microlab 300

Metode pemeriksaan : Kinetic DGKC
Prinsip pemeriksaan : Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang
menstranfer 4-Nitropenilphospat dan 2-amino-2 metil propenol(AMP)
menjadi nitropenol,kenaiKan 4- nitrophenol diukur secara fotometri
pada panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas
alkali phosphatase dalam sampel.
Dasar Teori

:

Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama
oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari
usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu.
Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada
hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anakanak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin
kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu
fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap
meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang,
prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang
tanpa matastase (isoenzim Regan)
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan
kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah
17

normal karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk
membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit
hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.
Alat dan Bahan :
A. Alat
1. Centrifuge
2. Jarum
3. Microlab 300
4. Micropipette
5. Tabung vakum tutup merah
6. Yellow tip dan blue tip
B. Bahan
1. Aquadest
2. Darah
3. Kapas alkohol
4. Kapas kering
5. Reagen ALP terdiri atas reagen I dan reagen II
6. Serum
7. Tissue
Prosedur Kerja :
A. Pra Analitik
1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah
3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar
4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm.
Pastikan tidak ada bekuan.
5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hatihati agar tidak tercampur dengan sel darah.
B. Analitik
1. Campurkan

20

μl

Sampel(serum)

dengan

1000

μL

Reagen

I.Setelah

tercampur,Inkubasi selama 1 menit pada suhu ruangan.

18

2. Setelah Itu,Tambahkan Reagen II sebanyak 250 μL, Campurkan.inkubasi pada suhu
ruangan 1 menit
3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara:
a) Nyalakan mikrolab 300
b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan
tampak program test menu
c) Muncul parameter,pilihlah pemeriksaan “ALP”, tekan enter
d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest
akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada
layar
e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya
maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar
f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu
hingga beberapa saat
g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan
identitas pasien
h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya
i) Matikan microlab.
C. Pasca-Analitik
Pencatatan dan pelaporan Hasil
Hasil Pengamatan

:

A. Identitas pasien
Nama

: Efrilinda Namin

Jenis kelamin : 20 Tahun
Umur

: Perempuan

B. Hasil
Reagen DSI

: 190 U/L

Reagen Diasys: 4 U/L
C. Nilai normal

:

Laki-Laki :< 935 U/L
Perempuan :