Pengenalan Tanaman Penting Dataran Renda (1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Golongan D/Kelompok 1
1. Andina Dwi Pramesti

(141510501002)

2. Novi Nurlailah

(141510501033)

3. Linda Rahman

(141510501038)

4. Aprilia Iga Mufidah

(141510501044)


5. Muhammad Syauqi

(141510501263)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia memiliki bentuk-bentuk permukaan bumi yang terbentang luas

dan merata di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Bentuk-bentuk permukaan
bumi sangatlah beragam jenisnya. Salah satu contoh bentuk permukaan bumi
yang ada di Indonesia yaitu daratan. Daratan sangatlah berperan penting dalam

proses kehidupan manusia. Tanpa adanya daratan, manusia tidak akan bisa hidup
dan tidak mempunyai tempat tinggal serta tidak dapat melakukan aktivitas seperti
yang dilakukan manusia pada saat ini. Daratan di Indonesia dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu dataran rendah dan dataran tinggi.
Dataran rendah sering diartikan sebagai daerah daratan yang sama rata
letaknya dengan daerah lainnya. Dataran rendah juga dipandang oleh banyak
masyarakat sebagai daerah daratan yang mempunyai lahan yang subur serta
mempunyai iklim yang cukup panas. Suhu yang ada di daerah dataran rendah pun
terbilang cukup bagus untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sehingga banyak penduduk dataran tinggi yang ingin pindah ke dataran rendah
dengan alasan ingin membudidayakan tanaman di daerah tersebut. Dengan adanya
curah hujan yang cukup dan suhu yang cukup bagus, maka tidak heran jika
banyak spesies tanaman yang dapat tumbuh dan bertahan hidup di daerah dataran
rendah ini.
Karakteristik daerah dataran rendah juga sangat berbeda dengan daerah
dataran tinggi. Ciri-ciri daerah dataran rendah biasanya memiliki penduduk yang
banyak karena daerah dataran rendah biasanya memiliki potensi tanah atau lahan
yang subur untuk ditanami. Daerah dataran rendah ini biasanya terbentuk karena
proses sedimentasi. Keaneka ragaman kondisi geologis yang dimiliki oleh daerah
dataran rendah menjadikan penggunaan daerah ini lebih spesifik.

Manfaat daerah dataran rendah ini sangat banyak sekali. Jika daerah
dataran tinggi dapat dijadikan sebagai daerah untuk pariwisata atau rekreasi, maka
sama halnya dengan daerah dataran rendah ini. Namun tidak hanya berpotensi
sebagai tempat rekreasi saja, daerah dataran rendah juga sering dimanfaatkan oleh

para penduduknya sebagai lahan untuk bidang pertanian, peternakan, dan
pertambangan. Tidak heran jika produksi hasil pertanian dan peternakan di daerah
dataran rendah sangat melimpah. Hal ini dikarenakan daerah dataran rendah
mempunyai iklim dan suhu yang bagus untuk pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat bertahan hidup di daerah seperti di dataran rendah.
Daerah dataran rendah sangat cocok untuk budidaya tanaman. Salah satu
contoh tanaman yang sangat banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah
adalah jenis buah-buahan seperti mangga dan nangka. Namun di daerah dataran
rendah juga dapat dibudidayakan tanaman dengan jenis sayur-sayuran seperti
terung dan kacang panjang. Tanaman-tanaman tersebut sangat berguna untuk
manusia, baik dalam pemenuhan kebutuhannya maupun sebagai bahan untuk obat.
Studi pengenalan tanaman penting pada daerah dataran rendah ini akan
sangat bermanfaat dan akan memperkaya dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang daerah dataran rendah yang memiliki ciri-ciri dan
karakteristik yang sangat berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian maupun

perkebunan. Dalam pemanfaatannya, lahan yang berada di daerah dataran rendah
sangat banyak digunakan untuk lahan pertanian khusunya untuk menanam
komoditas tanaman yang dijadikan sebagai bahan utama pangan masyarakat
Indonesia.

1.2

Tujuan
Supaya mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman

penting yang berhabitat di daerah dataran rendah serta morfologi dan
taksonominya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu wilayah atau tempat yang letaknya lebih rendah dari daerah
sekitarnya dan lebih rendah dari daerah dataran tinggi disebut dengan dataran
rendah. Wilayah dataran rendah biasanya memiliki letak ketinggian dibawah 200
meter di atas permukaan air laut. Daerah dataran rendah biasanya banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai lahan pertanian maupun lahan

perkebunan. Daerah dataran rendah sangat cocok untuk usaha budidaya tanaman
pertanian khususnya tanaman pangan karena daerah dataran rendah memiliki
potensi tanah yang subur akibat proses sedimentasi yang terjadi (Kasenda dkk.,
2014).
Daerah dataran rendah sangatlah berlawanan dari segi letak maupun
karakteristik dan ciri-cirinya. Daerah dataran rendah biasanya memiliki banyak
jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena dataran rendah memliki lahan yang
bisa dibilang datar sehingga memungkinkan banyaknya diadakan pembangunan,
seperti pembangunan jalan dan gedung-gedung bertingkat. Banyaknya jumlah
penduduk juga dapat disebabkan karena daerah dataran rendah biasanya memiliki
tanah yang subur sehingga sangat berpotensi untuk ditanami berbagai jenis
tanaman. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran rendah
biasanya meliputi tanaman yang bermanfaat sebagai bahan pangan seperti buahbuahan dan tanaman palawija (Jafari et al., 2013).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yaitu iklim. Dengan mendapatkan gambaran iklim yang ada di suatu daerah
khususnya daerah dataran rendah, maka dapat diketahui jenis-jenis tanaman apa
saja yang cocok untuk tumbuh dan bertahan hidup di daerah seperti dataran
rendah. Pada umumnya, iklim yang ada di daerah dataran rendah yaitu iklim
tropis. Iklim tropis biasanya bersuhu tinggi yaitu sekitar 28 0 C. Suhu yang seperti

inilah yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman dan tanaman pun dapat
bertahan hidup di daerah dataran rendah (Setiawan, 2009)

Suhu merupakan salah

satu faktor yang

mempengaruhi proses

pertumbuhan yang sangat sulit untuk dikendalikan. Suhu yang semakin tinggi
disebabkan karena ketinggian suatu tempat semakin rendah. Suhu yang berada di
daerah dataran rendah biasanya berkisar antara 280 C. Suhu yang seperti inilah
yang cocok untuk banyak jenis tanaman, baik itu tanaman yang digunakan sebagai
bahan pangan maupun tanaman lainnya. Tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh
faktor suhu karena suhu merupakan faktor yang sangat berperan hampir dalam
semua proses pertumbuhan tanaman. Suatu tanaman mempunyai batas minimum
dan batas maksimum untuk dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitasnya
(Suh et al., 2009).
Suhu yang relatif tinggi biasanya disebabkan oleh iklim. Selain
berpengaruh terhadap suhu, iklim di suatu tempat juga dapat mempengaruhi

kelembabapan di suatu daerah. Pada umumnya, kelembaban yang ada di sekitar
daerah dataran rendah relatif tinggi. Kelembaban biasanya sangat mempengaruhi
laju transpirasi pada tanaman. Kelembaban yang ada di daerah dataran rendah
masih bisa memenuhi aktivitas tanaman untuk melakukan transpirasi karena
kelembaban yang tidak terlalu tinggi (Tabrizi et al., 2011).
Jenis-jenis tanaman yang berbeda, maka akan berbeda pula sifatnya dalam
hal memanfaatkan dan menggunakan suhu lingkungan. Hal ini terjadi dan
mengakibatkan kesesuaian tanaman terhadap faktor ketinggian tempat menjadi
berbeda. Pada ketinggian yang berbeda, maka akan berbeda pula suhu yang ada di
daerha tersebut. Suhu yang ada di daerah dataran rendah tergolong suhu yang
normal sehingga banyak spesies tanaman yang dapat bertahan hidup di daerah
dataran rendah (Rukmana, 2005).
Setiap spesies atau jenis tanaman mempunyai suhu minimum, rentang
suhu yang optimum, dan suhu maksimum. Wilayah dataran rendah biasanya
memiliki cekaman suhu yang relatif tinggi namun masih tetap berada pada rentang
suhu optimum yang masih bisa disesuaikan oleh banyak spesies tanaman baik
tanaman buah-buahan maupun sayur-sayuran. Meskipun suhu pada daerah dataran
rendah

masih


membudidayakan

tergolong
tanaman

optimum,
khususnya

sangatlah
sayuran

penting

apabila

mengutamakan

dalam


pola-pola

penanaman yang baik sehingga hasil produksi yang didapatkan pun juga baik
(Sayer et al., 2010).
Penanaman tanaman jenis sayuran yang dilakukan pada daerah dataran
rendah biasanya dilakukan di lahan sawah tadah hujan dan lahan yang kering.
Pada daerah dataran rendah biasanya sangatlah sulit untuk mendapatkan air untuk
irigasi. Oleh karena itu, para petani di daerah dataran rendah biasanya
membudidayakan tanaman sayurannya di lahan sawah tadah hujan yaitu lahan
yang dipengaruhi oleh faktor iklim yaitu curah hujan sebagai sumber air dan
irigasinya. Sehingga walaupun air sulit di dapatkan, apabila memanfaatkan faktor
alam yang ada, maka tanaman akan tetap melakukan aktivitas normalnya dan
dapat berkembang seperti biasanya (Yusuf, 2010).
Tanaman yang di budidayakan di daerah dataran rendah namun habitat
yang sebenarnya adalah daerah dataran tinggi tidak akan bisa hidup, namun
berbeda lagi apabila dilakukan teknik rekayasa lingkungan untuk memberikan
lingkungan tumbuh yang sesuai dengan habitat aslinya. Rekayasa lingkungan ini
biasanya dilakukan dengan menyuntikkan gen tanaman dataran tinggi ke tubuh
tanaman dataran rendah, sehingga dapat membuat tanaman bertahan hidup
meskipun tidak berada di habitat aslinya. Dengan adanya teknik rekayasa

lingkungan ini, para petani di daerah dataran rendah pun dapat membudidayakan
tanaman yang berhabitat asli di daerah dataran tinggi (Hamdani, 2009).
Selain tanaman sayur-sayuran, daerah dataran rendah juga bisa
dimanfaatkan sebagai lahan untuk budidaya tanaman buah-buahan. Salah satu
contoh tanaman buah-buahan yang di budidayakan di daerah dataran rendah yaitu
durian, rambutan, manggis, pisang dan masih banyak lagi. Tanaman-tanaman
tersebut sangat cocok tumbuh di daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 200
meter di atas permukaan laut. Syarat tumbuh tanaman buah-buahan tersebut juga
cocok dengan suhu yang ada di daerah dataran rendah yaitu sekitar 28 0C
(Sunarjono, 2008).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1

Waktu dan Tempat
Praktikum “Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah” dilaksanakan

di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada
hari Minggu, 26 Oktober 2014 pukul 14.30 WIB – selesai.
3.2


Bahan dan Alat

3.2.1

Bahan

1.

Tanaman yang diamati

2.

Tabel pengamatan

3.2.2

Alat

1.

Alat tulis

2.

Penggaris

3.

Meja dada

3.3

Cara Kerja

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Menetapkan objek tanaman yang diamati.

3.

Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan
bagian-bagiannya.

4.

Mengisi tabel pengamatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
1.

Hasil
Varietas

: Buah naga



2.

Deskripsi Varietas
a. Kingdom
b. Divisi
c. Kelas
d. Ordo
e. Famili
f. Genus
g. Spesies

:
:
:
:
:
:
:

Daging merah
Daging putih

Plantae
Spermatophyta
Dicotiledonae
Cactales
Cactaceae
Hylocereus
Hylocereus undatus (daging putih)
Hylocereus pholyrizus (daging

3.

Cara pembibitan/persemaian

merah)
: Pembibitan buah naga dilakukan
dengan cara menggunakan

4.

Cara pengolahan tanah

perbanyakan vegetatif (stek)
: Pengolahan tanah yang dilakukan
untuk penanaman buah naga
dilakukan secara konvensional
dengan lubang tanam panjang 40
cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm.

5.

Cara penanaman

Jarak tanam 3x3 meter.
: Cara penanaman dilakukan dengan
cara memotong batang buah naga
kemudian diletakkan pada lubang

6.
7.

Sistem penanaman
Cara pemeliharaan
a. Pemupukan

tanam yang sudah disediakan
: Monokultur
: Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan pupuk urea, SP 36,
KCl, Ponsca dan pupuk kompos.
Pupuk urea diaplikasikan pada

tanaman pada saat setelah
dilakukannya pemangkasan. Pupuk
SP 36, KCl, dan pupuk ponsca
diaplikasikan pada tanaman pada
saat tanaman buah naga ini
mengalami fase vegetatifnya.
Sedangkan pupuk kompos
diaplikasikan pada tanaman pada
saat sebelum penanaman atau pada
b. Pengairan

saat membuat lubang tanam
: Pengairan pada tanaman dilakukan
selama satu minggu sekali dan
dilakukan hanya pada saat musim
kemarau, jika pada musim
penghujan maka tanaman buah naga
ini tidak perlu disiram karena sudah

c. Pengendalian penyakit

terkena air hujan
: Pengendalian penyakit tidak
dilakukan karena pada tanaman
buah naga ini tidak ditemukan

d. Pengendalian hama

penyakit
: Hama yang menyerang tanaman
buah naga ini yaitu merupakan
semut hitam. Pengendalian semut
hitam ini dilakukan dengan cara

e. Pengendalian gulma

menggunakan insektisida kimiawi
: Gulma yang ada pada tanaman buah
naga yaitu berupa rumputrumputan. Pengendalian gulma ini
dilakukan secara mekanik yaitu
dengan cara dicabut gulma tersebut

8.

Ciri-ciri morfologi
a. Akar

: Akar buah naga adalah akar serabut

b. Batang

pada bagi
: Batang buah naga berbentuk
segitiga maupun segi enam dan

c. Daun

berwarna hijau
: Pengganti daun pada buah naga
yaitu duri yang terdapat pada
batang. Duri ini berwarna hitam dan

d. Bunga

berukuran kecil
: Bunga buah naga muncul dari

e. Buah

bagian duri
: Bentuk buah naga bulat memanjang,
kulit buahnya berwarna merah
menyala dan dipenuhi dengan

f. Biji

jumbai-jumbai
: Biji buah naga terdapat didalam
buah, berwarna hitam dan
berukuran kecil

9.

Pemanenan
a. Ciri-ciri panen

: Panen buah naga dilakukan pada
saat buah naga tersebut sudah

b. Umur panen
c. Cara panen

masak fisiologis
: 2 bulan
: Untuk mendapatkan buah pada saat
panen, dilakukan dengan cara
memotong buah tersebut.
Pemotongan dilakukan dengan
bentuk segitiga pada batang yang
ada buahnya

d. Penanganan pasca panen
 Pengeringan
 Pembersihan
 Sortasi/grading
 Pengemasan
 Pelabelan
 Penyimpanan
 Pengolahan (menjadi

:
:
:
:
:
:
:
:

-

10

produk lain)
 Pengolahan limbah
 Kehilangan panen
Pemasaran

: : -

a. Domestik/ekspor

: Pemasaran buah naga ini dilakukan

.
secara domestik, hanya pada daerah
b. Tataniaga pemasaran

Jember saja
: Pemasaran buah naga tidak
disalurkan melalui toko-toko buah
melainkan konsumen yang ingin
membeli buah naga ini datang

c. Harga (Rp/kg atau
Rp/ton)

langsung ke Agrotechno Park ini
: Harga pemasaran pada buah naga
tergantung pada musim buah naga
tersebut. Pada saat musim buah
naga, harga buah tersebut yaitu
berkisar antara Rp 12.50015.000/kg. Sedangkan pada saat
tidak musim buah naga, harga buah
tersebut yaitu berkisar antara Rp
30.000-35.000/kg

4.2

Pembahasan
Buah naga atau dragon fruit mempunyai nama latin Hylocereus undatus

untuk yang mempunyai daging berwarna putih dan Hylocereus pholyrizus untuk
yang mempunyai daging berwarna merah. Buah naga ini berasal dari famili
Cactaceae yaitu famili kaktus dan termasuk ke dalam Spermatophyta. Divisi
spermatophyta merupakan tanaman berbiji. Buah naga merupakan tanaman kaktus
yang berasal dari negara Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Utara. Bagian
yang dipanen yaitu buahnya yang biasanya sering dimanfaatkan sebagai hidangan
baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah.

Berdasarkan kepentingan agronominya, buah naga ini termasuk ke dalam
tanaman perkebunan dan sudah banyak dibudidayakan dimana-mana. Buah naga
merupakan tanaman monokotil yaitu berkeping tunggal dan mempunyai tipe
perkecambahan epigeal yaitu perkecambahan yang terjadi di atas tanah. Jika
dilihat dari morfologi tanamannya, buah naga ini termasuk ke dalam tumbuhan
yang tidak lengkap. Hal ini disebabkan karena buah naga tidak memiliki daun,
namun tanaman ini memiliki akar, batang, bunga, buah, dan biji.
Terdapat beberapa varietas pada tanaman buah naga ini. Varietas yang
dibudidayakan di Agrotechno Park ini yaitu yang memiliki daging merah dan
yang memiliki daging putih. Buah naga yang memiliki daging merah biasanya
memiliki duri yang lebih lebar jaraknya antara duri yang satu dengan yang
lainnya. Sedangkan buah naga yang memiliki daging putih memiliki duri yang
jaraknya rapat antara duri yang satu dengan duri yang lainnya. Perbedaan buah
naga yang memiliki daging merah dan daging putih juga dapat dilihat dari bentuk
buah naga tersebut. Biasanya buah naga yang berdaging putih berbentuk lonjong,
sedangkan buah naga yang berdaging merah berbentuk bulat.
Buah naga tidak jauh beda dengan tanaman kaktus. Buah naga dapat
dibudidayakan pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-600 m diatas
permukaan laut. Buah naga lebih suka dengan kondisi kering. Jika dibudidayakan
di daerah dengan kondisi basah, buah naga tersebut akan rentan terkena penyakit
dan mengalami pembusukan. Buah naga sangat membutuhkan cahaya matahari,
oleh sebab itu pembudidayaan buah naga tidak perlu menggunakan tempat yang
ternaung. Walaupun buah naga menyukai kondisi yang kering, buah naga ini tetap
memerlukan air untuk proses pertumbuhannya. Jenis tanah yang cocok untuk
budidaya buah naga yaitu tanah yang tidak becek , gembur, dan mengandung
banyak bahan organik serta unsur hara.
Pembibitan buah naga dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
metode vegetatif maupun dengan metode generatif. Metode vegetatif dilakukan
dengan cara stek. Pembibitan dengan cara stek lebih cepat tumbuh daripada
pembibitan dengan menggunakan biji. Penggunaan metode stek pada saat fase
pembibitan dilakukan pada batang buah naga yang sudah mengalami 3-4 kali

pembuahan. Ukuran diameter batang juga sangat menentukan baik atau tidaknya
tanaman tersebut dapat tumbuh. Setelah dilakukan penyeleksian, batang buah
naga yang sudah memenuhi syarat untuk dapat dijadikan bibit kemudian dipotong.
Pemotongan batang tidak dilakukan semua, sisakan 20% dari batang buah naga
tersebut sedangkan 80% digunakan sebagai bibit. Pemotongan bagian atas dengan
bagian bawah batang berbeda. Bagian atas batang dipotong dengan rata,
sedangkan bagian bawah batang dipotong meruncing. Selain untuk mempermudah
menancapkan ke tanah, pemotongan meruncing dilakukan supaya pertumbuhan
akar dapat terangsang. Sistem penanaman buah naga di Agrotechno Park
dilakukan secara monokultur.
Metode generatif dalam pembibitan buah naga dilakukan dengan
menggunakan biji buah naga. Biji buah naga dipilih dari buah naga yang sudah
tua dan sudah matang sempurna. Pemilihan buah juga didapat dari pohon buah
naga yang sehat dan tidak kerdil. Proses pemilihan ini dilakukan agar biji yang
nantinya menjadi calon bibit dapat tumbuh dengan baik. Setelah dilakukan
pemilihan biji, biji tersebut kemudian disemaikan di media semai yang sudah
disipakan dan sudah diberi pupuk kompos satu minggu sebelum penanaman.
Kelemahan dari metode generatif ini yaitu memerlukan waktu yang lama untuk
dapat tumbuh menjadi buah naga dibangdingkan dengan menggunakan metode
vegetatif. Penanaman bibit buah naga setiap satu tiang panjat, ditanami 4 bibit
tanaman buah naga. Bibit buah naga tersebut ditanami dengan mengitari tiang
panjat tersebut.
Sebelum melakukan pembibitan, tanah harus diolah terlebih dahulu.
Pengolahan tanah untuk penanaman buah naga dilakukan secara konvensional.
Pengolahan tanah secara konvensional biasanya dilakukan dengan pembuatan
lubang tanam dengan panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan kedalaman 40 cm.
Sebelum lubang tanam yang telah disediakan digunakan, lubang tanam tersebut
diberi pupuk kompos atau pupuk kandang. Pengaplikasian pupuk kompos pada
media tanam ini dilakukan pada saat 1 minggu sebelum penanaman karena pupuk
kompos memiliki sifat slow rilis yaitu tidak langsung dapat diserap oleh tanaman,

sehingga perlu waktu setelah pengaplikasian pupuk agar tanah bisa menyerap
unsur yang ada pada pupuk kompos.
Setelah dilakukan pengolahan tanah, langkah selanjutnya yaitu pembuatan
tiang panjat. Pembuatan tiang panjat sangat dibutuhkan dalam budidaya buah naga
ini karena digunakan sebagai penopang tumbuhnya tanaman buah naga tersebut.
Pembuatan tiang panjat biasanya permanen dari beton dan berbentuk silinder.
Tinggi tiang panjat yang digunakan yaitu sekitar 2-2,5 meter. Bagian atas tiang
panjat diberi penopang juga berupa ban motor yang berbentuk lingkaran.

Gambar 1. Tiang panjat sebagai penopang pertumbuhan buah naga
Pemeliharaan dan perawatan buah naga sangatlah mudah. Perawatan
pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP 36, KCl, Ponsca, dan
pupuk kompos. Pupuk SP 36, KCl, dan pupuk Ponsca diaplikasikan pada buah
naga pada saat buah naga tersebut mengalami fase vegetatifnya. Sedangkan pupuk
Urea digunakan atau diaplikasikan pada saat setelah dilakukan pemangkasan
dengan takaran 100 gram/tanaman. Pengaplikasian pupuk pada buah naga tidak
dilakukan dengan sembarangan. Piringan yang dibuat disekitar buah naga
berfungsi sebagai tempat atau batas dalam pengaplikasian pupuk pada buah naga.
Aplikasi pupuk kimia pada buah naga harus dilarutkan didalam air terlebih dahulu
supaya tanaman dapat menyerap unsur-unsur yang ada di dalam pupuk tersebut.
Hal itu juga dilakukan karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam
bentuk ion saja.

Gambar 2. Piringan yang ada disekitar buah naga
Buah naga berasal dari daerah gurun pasir, oleh karena itu buah naga
menyukai kondisi yang kering. Meskipun begitu, buah naga ini tetap memerlukan
air untuk memebantu proses pertumbuhannya. Dalam budidaya buah naga,
perawatan dan pemeliharaan tidaklah sulit. Perawatan pengairan pada buah naga
dilakukan hanya pada saat musim kemarau saja dan dilakukan sebanyak 2 kali
dalam 1 hari. Jika terlalu sering diairi maka buah naga ini lama-kelamaan akan
menjadi busuk dan tidak produktif lagi. Pada musim penghujan, buah naga tidak
perlu disiram lagi cukup dengan menggunakan air hujan, sehingga buah naga
tersebut tidak akan mudah membusuk. Apabila tanaman sudah mulai muncul
bunga dan berbuah, pengairan dapat dihentikan. Namun apabila tanah terlihat
kering, pengairan dapat dilakukan kembali.
Perawatan buah naga juga dapat dilakukan dengan melakukan
pemangkasan. Dalam pemangkasan buah naga terdapat tiga tipe pemangkasan
yaitu pemangkasan untuk membentuk cabang produksi, membentuk batang
pokok, dan peremajaan. Pemangkasan dilakukan pada buah naga yang tumbuhnya
tidak teratur. Pemangkasan biasanya juga dilakukan pada tunas-tunas yang ada
pada batang buah naga. Tunas yang dilakukan pemangkasan nantinya harus dapat
membentuk tanaman dengan baik sehingga batang yang ada dibawah tajuk masih
bisa mendapatkan cahaya matahari dan tanaman juga tidak terlalu rimbun.
Berdasarkan hasil praktek lapang di Agrotechno Park, buah naga yang
dibudidayakan tidak terserang penyakit. Hama yang menyerang yaitu hanya hama
semut hitam yang menyebabkan bercak-bercak pada batang buah naga. Gulma
yang menjadi pesaing pada buah naga yaitu jenis rumput-rumputan. Biasanya
penyakit yang menyerang buah naga yaitu penyakit busuk bakteri dan penyakit

busuk pangkal batang. Penyakit busuk pangkal batang biasanya menyerang buah
naga pada saat awala penanaman. Penyakit ini disebabkan oleh serangan
cendawan dan ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal batangnya.
Batang buah naga yang terserang penyakit ini berwarna kecoklatan dan berair.
Penyakit busuk bakteri disebabkan oleh infeksi bakteri Pseudomonas sp. Tanaman
buah naga yang terkena penyakit ini biasanya menunjukkan gejala adanya lendir
putih kekuningan pada batang yang terserang dan tanaman pun tampak layu.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara mengurangi cabang supaya
mengurangi kelembapan. Kelembapan udara yang tinggi dapat menimbulkan
adanya penyakit pada buah naga.
Hama yang menyerang buah naga pada praktek lapang yang dilakukan
yaitu hama semut. Namun hama lainnya yang menyerang semut biasanya burung
dan bekicot. Semut menyerang buah naga pada saat buah naga tersebut mulai
berbunga. Gejala yang diakibatkan oleh semut yaitu adanya bintik-bintik cokelat
pada tanaman buah naga, baik pada batang maupun pada bunga yang diserang.
Pengendalian hama semut dilakukan dengan menggunakan insektisida kimiawi.
Penggunaan insektisida kimiawi tidak dapat sering-sering dilakukan karena
berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi buah naga tersebut.
Gangguan burung biasanya menyerang pada saat buah naga sudah masak dan
gangguan hama bekicot biasanya menyerang pada saat musim penghujan datang.
Sedangkan gulma yang menjadi pesaing buah naga yaitu jenis rumput-rumputan.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan
mencabutnya.

Gambar 3. Batang buah naga yang busuk akibat kelebihan air
Buah naga merupakan tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki
daun. Namun buah naga ini tetap memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji. Batang buah naga berwarna hijau dan berbentuk segitiga maupun segienam.
Batang buah naga termasuk dalam struktur batang yang sukulen. Batang yang
sukulen berarti batang tersebut dapat menyimpan air maupun makanan sebagai
cadangan. Apabila terlalu sering disiram, batang buah naga ini akan mengalami
pembusukan dan biasanya berwarna kuning. Pada batang buah naga tumbuh duriduri kecil yang berwarna hitam dan berukuran kecil. Batang buah naga yang
sudah dewasa biasanya dapat berukuran hingga 3 meter lebih.
Akar buah naga terlihat merambat pada tiang penyangga. Akar buah naga
ini dapat tahan terhadap kekeringan, namun tidak tahan terhadap genangan air.
Akar buah naga dibagian bawah tanah biasanya hanya berukuran 50-60 cm saja,
sedangkan akar yang merambat pada tiang penyangga merupakan akar serabut.
Buah naga tidak memiliki daun. Sebagai pengganti daun yaitu duri-duri kecil yang
tumbuh di sepanjang batang buah naga.

Gambar 4. Akar buah naga yang merambat dan batang buah naga
Bunga buah naga berbentuk seperti corong dan memanjang. Bunga ini
biasanya berukuran panjang 30 cm. Buah naga sendiri memiliki jumbai-jumbai
yang ada di kulit buah. Buah naga ini berbentuk bulat memanjang dan berwarna
merah. Di dalam buah, terdapat biji yang bentuknya kecil dan berwarna hitam.
Biji ini dapat digunakan sebagai calon bibit untuk budidaya buah naga.

Gambar 5. Morfologi buah naga
Buah naga yang sudah berumur 2 bulan sudah dapat dipanen buahnya.
Ciri-ciri buah naga yang sudah dapat dipanen yaitu buah naga yang sudah terlihat
masak fisiologis. Biasanya ditandai dengan kulit buahnya yang berwarna merah
mengkilap, jumbai-jumbai yang ada pada kulit buah sudah berwarna kemerahan.
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian batang buah naga yang
ditumbuhi buah. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong segitiga pada
batangnya menggunakan pisau yang steril.
Setelah pemanenan, buah naga siap untuk dipasarkan. Pemasaran buah
naga di Agrotechno Park ini dilakukan secara domestik di wilayah sekitar Jember
saja. Pemasaran buah naga tidak disalurkan melalui toko-toko buah melainkan
konsumen yang datang langsung ke Agrotechno Park ini untuk membeli buah
naga. Harga yang ditawarkan pun sama seperti di tempat lainnya. Pada saat
musim buah naga, buah naga ini ditawarkan dengan harga Rp 12.500/kg hingga
Rp 15.000/kg. Namun pada saat tidak musim buah naga, buah naga ini dapat
mencapai Rp 30.000/kg hingga Rp 35.000/kg. Harga buah naga yang mempunyai
daging merah dan daging putih tidak ada perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, J. Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di
Dataran Medium. Agron. Indonesia, 37 (1):14-20.
Jafari, S. M., S. Zarre., S. K. Alavipanah. 2014. Woody Species Diversity and
Forest Structure from Lowland to Montane Forest in Hyrcanian Forest
Ecoregion. Mt. Sci., 10 (4):609-620.
Kasenda, Ivanny., S. Marunduh., H. Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi
Antara Penduduk Yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. EBiomedik, 2 (2):1-6.
Rukmana, Rahmat. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta.
Kanisius.
Sayer, Emma. J and E. V. J. Tanner. 2010. Experimental Investigation of the
Importance of Litterfall in Lowland Semi-evergreen Tropical Forest
Nutrient Cycling. Ecology, 98:1052-1062.
Setiawan, Eko. 2009. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe
Jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. Agrovigo,r 2 (1):111.
Suh, Sanguk., E. Lee., J. Lee. 2009. Temperature and Moisture Sensitivities of
CO2 Efflux From Lowland and Alpine Meadow Soils. Plant Ecology, 2
(4):225-231.
Sunarjono, Hendro. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Depok. Penebar
Swadaya.
Tabrizi, A. A., F. Darvish-Kojouri., G. Nourmohammadi., H. R. Mobasser., S. V.
Alavi., A. Ghanbari-Malidarreh. 2011. Effects of Pre-Plants and Nitrogen
Rates on Yield and Yield Component of Lowland Rice (Oryza sativa L.)
Nutrition and Organic Matter of Soil. World Applied Sciences, 13 (9):21182125.
Yusuf, Rachmiwati. 2010. Keadaan Usahatani Sayuran Dataran Rendah di
Kabupaten Kampar. Sagu, 9 (2):33-38.

LAMPIRAN
Buah naga (dragon fruit)

Populasi buah naga

Fase pertumbuhan buah naga