BAB II LANDASAN TEORI Manajemen Persedia
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1 Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material/barang lainnya sehingga di satu
pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan
material/barang lainnya dapat ditekan secara optimal (Waluyo, 2011).
Salah satu fungsi manajerial dalam operasi suatu perusahaan adalah pengendalian
persediaan (inventory control) kerana kebijakan persediaan secarafisik akan berkaitan dengan
investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepadaa pelanggan di sisi lain.
Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing,
dan finance). Berkaitan dengan persediaan, terdapat konflik kepentingan di antara fungsi
bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang tinggi marketing dan operasi
menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan
produksi dapat dipenuhi.
Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan
kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang mengandung risiko
ketidakpastian. Manajemen persediaan melibatkan sejumlah kegiatan koordinasi antara
persediaan dan produksi serta kegiatan konsumsi pada sejumlah tahapan proses dan lokasi
yang berhubungan.
Manajemen persediaan merupakan salah satu materi yang sangat terkait dengan tujuan
manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Hal
tersebut dikarenakan, dengan mengelola persediaan yang tepat, perusaahaan akan meraih
keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan, secara tidak langsung
salah satu komponen biaya produk dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin
keuntungan. Satu aspek lainnyayang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat
adalah service level kepada pelanggan meningkat atau minimal tidak menurun.
2.1.2 Pengendalian Persediaan
Pengertian pengendalian persediaan adalah pengawasan persediaan dapatlah dikatakan
sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku
dan barang hasil atau produksi, sehingga perusahaan bisa melindungi kelancaran produksi
dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan
efisien. Untuk dapat mengatur persediaan pada suatu tingkat yang optimum, maka diperlukan
suatu system pengawasan persediaan. Fungsi utama pengawasan persediaan yang efektif
adalah:
1.
Memperoleh barang, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh barang cukup
bagi barang yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitas.
2.
Menyimpan dan memelihara bahan-bahan persediaan, yaitu mengadakan suatu system
penyimpanan untuk melindungi bahan-bahan yang telah dimasukkan sebagai
persediaan.
3.
Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan
penyampaian barang dengan tepat pada saat serta tempat yang dibutuhkan.
4.
Mempertahankan dalam jumlah yang optimum setiap waktu.
Pengawasan persediaan dilakukan dengan mengadakan perencanaan yang didukung oleh
kebijaksanaan yang berkenaan dengan persediaan barang. Mengenai pemesanan barang itu
perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya, beberapa jumlah yang dipesan agar pesanan
tersebut ekonomis serta kapan pesanan tersebut dilakukan. Sedangkan dalam persediaan perlu
juga ditentukan persediaan penyelamat yang merupakan persediaan yang minimum, besarnya
persediaan pada waktu pemesanan kembali dan besarnya persediaan yang maksimium. Untuk
dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum yang memenuhi
kebutuhan barang-barang dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya
yang rendah seperti yang diharapkan, diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
Terdapat gudang yang cukup luas dan literature dengan pengaturan tempat bahan atau
barang yang tetap, teridentifikasi bahan/barang tertentu.
2.
Sentralisasi kekuasaan dan tanggungjawab pada satu orang yang dapat dipercaya,
terutama penjaga gudang.
3.
Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang.
4.
Pengawasan mutlak pada pengeluaran bahan atau barang.
5.
Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan, yang dibagikan
atau dikeluarkan atau tersedia dalam gudang.
6.
Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung.
7.
Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barangbarang yang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah usang dan
ketinggalan zaman.
8.
Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.
2.1.3 Persediaan
Menurut C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl. S. Warren (1997), persediaan
(inventoris) digunakan untuk mengartikan barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam
operasi normal perusahaan dan bahan yang terdapat dalam proses produksi yang disimpan
untuk tujuan itu.
Persediaan (Inventory) menurut Dra.Tita Deitiana (2011) merupakan salah satu aset yang
sangat mahal dalam suatu perusahaan (biasanya sekitar 40% dari total investasi). Pada satu
sisi, manajemen menghendaki biaya yang tertanam pada persediaan itu minimum, namun di
lain pihak seringkali konsumen mengeluh karena kehabisan persediaan. Manajemen harus
mengatur agar perusahaan berada pada suatu kondisi dimana kedua kepentingan tersebut
dapat terpuaskan.
Menurut Rusdiana (2014) persediaan adalah sejumlah komoditas untuk memenuhi
kebutuhan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memilikai
persediaan, hanya volumenya yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya
yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), nilai persediaan dapat dihitung. Idealnya
nilai persediaan ini dapat dikelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa
mengurangi service level kepada pelanggan.
Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan
tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan
sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang,
semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai persediaan/inventory, tergantung dari
sifat dan jenis usaha perusahaan.
Diantara pengertian diatas maka inventory atau persediaan dapat diklasifikasikan yang
ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang akan dijual lagi,
maka klasifikasi hanya ada satu macam saja persedian barang dagangan. Sedangkan bila jenis
perusahaan adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
jadi, maka klasifikasi inventory dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
-
Barang mentah (raw material)
-
Barang setengah jadi (work in process)
-
Barang jadi (finished goods)
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan fungsinya, persediaan dikelompokkan menjadi :
1. Lot-size-inventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yag lebih besar
dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh potongan harga karena pembelian dalam julah yang besar dan
memperoleh biaya pengangkutan per uit yang rendah.
2. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi
permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumya, serta untuk mengatasi
berbagai kondisi tidak terduga, seperti terjadi kesalahan peramalan dalam
penjualan, kesalaha waktu produksi dan kesalahan pengiriman.
3. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan utuk menghadapi permintaan
fluktuasi yang dapat diramalkan, seperti mengantisipasi pengaruh musim, yaitu
ketika permintaan tinggi perusahaan tidak mampu menghasilkan sebanyak jumlah
yang
dibutuhkan.
Disampig
itu
juga
persediaan
ini
ditujukan
untuk
mengantisipasi kemungkinan sulitnya memperoleh bahan, sehingga tidak
mengganggu operasi perusahaan.
2.1.4 Fungsi persediaan
Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang
timbul dari konsumen.
2. Untuk menyesuaikan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan
produknya
tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama
musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari.
Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku
ekstra mungkin diperlukan untuk "menyesuaikan" proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah
besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan
pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. "Stok pengaman" misalnya,
barang di tangan ekstra, dapat mengurangi risiko kehabisan stok.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan
"barang-dalam-proses" dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk
memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul
persediaan-persediaan.
2.1.5 Biaya Persediaan
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan
pemesanan barang. Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi
tergantung dari berapa kali pesanan dilakukan, sehingga tidak dipengaruhui oleh kuantitas
barang yang dipesan. Biaya-biaya yang termasuk biaya pemesanan adalah biaya
administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor (pemasok), biaya
pengangkutan, biaya penerimaan barang. Biaya Pemesanan dinyatakan dalam dua
bentuk, yaitu sebagai persentasi dari nilai rata-rata persediaan per-tahun dan dalam bentuk
rupiah per-tahun per-unit barang.
2. Biaya Pemeliharaan
Dikenal juga dengan biaya penyimpanan merupakan biaya yang ditimbulkan oleh
toko untuk memelihara persediaannya. Biaya pemeliharaan biasanya dinyatakan dengan
dasar per unit untuk beberapa periode waktu (walaupun kadangkala dinyatakan dalam
bentuk persentase rata-rata persediaan). Contoh : biaya sewa gudang, gaji pelaksana
gudang, biaya administrasi gudang, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam
persediaan, biaya asuransi, biaya kerusakan (biaya kehilangan).
2.1.6 Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris pada
tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis. Ini adalah salah
satu model tertua penjadwalan produksi klasik. Kerangka kerja yang digunakan untuk
menentukan kuantitas pesananini juga dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson
Formula.
Menurut Prof. Dr. Bambang Rianto Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah
kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biayaminimal, atau sering dikatakan sebagai
jumlah pembelian yang optimal. Menurut Drs. Agus Ahyadi Economic Order Quantity
(EOQ) adalah jumlah pembelian bahan baku yang dapat memberikan minimalnya biaya
persediaan. Sedangkan menurut Haryadi Sarjono (2010), Economi Order Quantity (EOQ)
adalah sebuah metode manajemen persediaan yang menentukan berpa banyak jumlah barang
yang harus dipesan agar biaya total menjadi minimum.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa EOQ merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat menekan biayabiaya persediaan sehingga efisiensi persediaan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Tujuan dari model EOQ adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan.
Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses
bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu.
Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat
menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan.
Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena
menumpuknya persediaan. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku
merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
Dalam kegiatan normal Model Economic Order Quantity memiliki beberapa karakteristik
antara lain :
a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan,
b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara
pemesanan barang sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti, dan
bersifat konstan,
c. Harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang yang
akan dipesan nantinya, dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak relevan
untuk menghitung EOQ, karena ditakutkan pada nantinya harga barang akan ikut
dipertimbangkan dalam pemesanan barang,
d. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang
menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen harus
menjaga jumlah pemesanan agar tidak terjadi kehabisan barang,
e. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh mempertimbangkan
biaya kualitas barang,
f. Biaya penyimpanan per unit pertahun konstan.
Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan
meminimumkan biaya persediaan. Berikut ini adalah model EOQ :
√ 2. CoCh. D
EOQ = Q*=
Dimana :
EOQ = kuantitas pembelian optimal (m³)
Co
= biaya per pesanan
D
= kuantitas per penggunaan per periode
Ch
= biaya penyimpanan per unit per periode
Model EOQ ini sangat mudah dan sederhana, namun ada beberapa asumsi yang harus
diperhatikan,yaitu:
a. Jumlah kebutuhan barang per periode stabil
b. Hanya ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya
pemeliharaan
c. Biaya pemesanan selalu sama
d. Biaya pemeliharaan per unit selalu sama
e. Usia barang relatif lama, tidak cepat rusak.
f. Harga barang tetap
g. Barang tersedia tak terbatas.
Adapun asumsi diatas dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan penjadwalan
pemesanan bahan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Dalam EOQ ditentukan
titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP), yaitu jumlah persediaan tetap setiap kali
pemesanan. ROP dilakukan bila persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi
selama tenggang waktu atau lead time (LT) pemesanan. ROP menghendaki pengecekan
fisik/kartu catatan secara teratur.
2.1.7 Reorder Point (ROP)
Reoder point (ROP) adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan
pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya
bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ.
Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q)
Dimana:
ROP = Titik pemesanan kembali
Lead time= Waktu tunggu (Hari)
Safety stock= Persediaan pengaman (m³)
Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per hari (m³/hari).
2.1.8 Safety Stock atau Persediaan Pengaman
Pengertian persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock
Out). Untuk memesan suatu barang sampai barang itu dating, diperlukan jangka waktu yang
bervariasi. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan
istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari
barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Karena adanya waktu
tenggang, maka dibutuhkan adanya persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang yang disebut sebagai persediaan pengaman atau safety stock.
Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadiya
kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan
semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Persediaan pengaman
disebut juga dengan istilah persediaan penyangga atau buffer stock. Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada pelanggan
terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.
Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi
penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan
bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena
adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan
mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan
tersebut.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan safety stock.
Faktor pendorong safety stock yaitu sebagai berikut:
1. Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stock out tinggi. Apabila bahan yang
digunakan untuk proses produksi tidak tersedia, maka aktivitas perusahaan akan
terhenti yang menyebakan terjadinya idle tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang pada
akhirnya perusahaan akan kehilangan penjualannya.
2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat. Adanya jumlah permintaan
yang meningkat atau tidak sesuai dengan peramalan yang ada diperusahaan
menyebabkan tingkat kebutuhan persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu
perlu dilakukan antisipasi terhadap safety stock agar semua permintaan dapat
terpenuhi.
3. Resiko stock out meningkat. Keterbatasan jumlah persediaan yang ada dipasar dan
kesulitan yang dihadapi perusahaan mendapatkan persediaan akan berdampak pada
sulitnya terpenuhi persediaan yang ada diperusahaan, kesulitan ini akan menyebabkan
perusahaan mengalami stock out.
4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila perusahaan memiliki gudang
yang memadai dan memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu besar
hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya stock out.
2.1.9 Lead Time (LT)
Lead Time (LT) merupakan salah satu indicator terpenting untuk mengukur kinerja
bagian Processing/Produksi, disamping quality dan cost. Lead Time (LT) adalah waktu yang
diperlukan oleh bagian processing/produksi untuk memproduksi item produk per capacity
yang sudah ditentukan. Semakin kecil nilai Lead Time (LT), berarti produk bisa diproduksi
dengan waktu lebih cepat, dan ini semakin bagus tentunya.
Lead Time (LT) menjadi indicator bagi :
a. Volume atau capasitas actual produksi untuk setiap Item
b. Ketepatan Waktu Proses
c. Performance Engineering
d. Kemampuan Control Proses
2.1.10 Quantity Method (QM) for Windows
QM for Windows merupakan software yang dirancang untuk melakukan perhitungan
yang diperlukan pihak manajemen unutk mengambil keputusan di bidang produksi dan
pemasaran. Software ini dirancang oleh Howard J. Weiss tahun 1996 untuk membantu
menyusun prakiraan anggaran untuk produksi bahan baku menjadi produk jadi atau setengah
jadi pada produk pabrikasi. Aplikasi bagi dunia peternakan software ini, dapat kita gunakan
untuk memaksimalkan keuntungan, manajemen waktu produksi, maupun efisiensi biaya.
Di dalam bisnis, pengambilan keputusan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
keseharian seorang manajer. Pendekatan dalam pengambilan keputusan bisnis secara
sederhana dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan menggunakan pengalaman,
intuisi, perkiraan, emosi dalam pengambilan keputusan. Pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan ilmiah menggunakan proses matematis untuk menentukan keputusan terbaik.
Keputusan terbaik tentu saja adalah keputusan yang dapat menggabungkan kedua pendekatan
tersebut secara harmonis. Pendekatan kuantitatif pada mulanya berasal dalam dunia militer.
Militer pada saat Perang Dunia II mengembangkan cara optimasi untuk memenangkan
peperangan dengan sumber daya yang terbatas. Setelah PD II usai, cara-cara optimasi ini
kemudian dikembangkan dan diterapkan dalam dunia bisnis. Dalam tataran akademik, ada
banyak nama yang menggambarkan topik ini antara lain : metode kuantitatif, riset operasi,
manajemen kuantitatif, manajemen sains, analisa kuantitatif untuk bisnis, dan nama lainnya
yang berisikan obyek yang sama.
QM for Windows merupakan perangkat lunak yang dikembangkan dan menyertai bukubuku teks seputar manajemen operasi yang diterbitkan oleh Prentice-Hall’s. Terdapat tiga
perangkat lunak sejenis yang mereka terbitkan yakni DS for Windows, POM for Windows
dan QM for Windows. Perangkat-perangkat lunak ini user friendly dalam penggunaannya
untuk membantu proses perhitungan secara teknis pengambilan keputusan secara kuantitatif.
POM for Windows ialah paket yang diperuntukkan untuk manajemen operasi QM for
Windows ialah paket yang diperuntukkan untuk metode kuantitatif untuk bisnis dan DS for
Windows berisi gabungan dari kedua paket sebelumnya.
QM for Windows menyediakan modul-modul dalam area pengambilan keputusan bisnis.
Modul yang tersedia pada QM for Windows adalah:
a. Assignment
b. Breakeven/Cost-Volume Analysis
c. Decision Analysis
d. Forecasting
e. Game Theory
f. Goal Programming
g. Integer Programming
h. Inventory
i. Linear Programming
j. Markov Analysis
k. Material Requirements Planning
l. Mixed Integer Programming
m. Networks
n. Project Management (PERT/CPM)
o. Quality Control
p. Simulation
q. Statistics
r. Transportation
s. Waiting Lines
2.2 KAJIAN-KAJIAN TERDAHULU
1. Michel (2014), dalam penelitian pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna pada CV.
Golden KK, menunjukkan pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku ikan tuna
sudah efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan bahan baku dan total biaya persediaan dengan metode EOQ
(Ekconomic Order Quantity)
lebih kecil dibanding denngan metode yang sudah
digunakkan perusahaannya.
2. Ahmad Taufiq (2014), dalam penelitian pengendalian persediaan bahan baku dengan
metode Economic Order Quantity (EOQ) di Salsa Bakery Jepara, lebih efisien dibanding
dengan metode konvensional yang digunakan perusahaan. Persediaan bahan baku tepung
terigu pada triwulan 4 tahun 2012 sebanyak 112 karung frekuensi 7 kali, persediaan
pengaman 19 karung, melakukan pemesanan ulang (ROP) ketika persediaan di gudang
tersisa 39 karung, total biaya sebesar Rp 2.308.133.
3. Sri Wahyuni (2013), dalam penelitian tentang Economic Order Quantity (EOQ)
menghasilkan perbandingan antara hasil perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ
dengan menggunakan metode EOQ sebagai berikut, jumlah persediaan semen Tonasa
yang ada pada perusahaan yaitu sebesar 153.250 zak dalam satu tahun. Perusahaan
melakukan pemesanan semen setiap bulan, dengan jumlah 12.771 zak dengan biaya
penyimpanan sebesar Rp 22.498.470 dan biaya pemesanan sebesar Rp 14.766.000
sedangkan dengan menggunakan metode EOQ perusahaan melakukan pemesanan
sebanyak 14 kali pemesanan, dengan jumlah unit setiap kali pesan yaitu 10.324 zak
dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 18.273.480 dan biaya pemesanan Rp. 17.277.000.
Dengan menerapkan metode EOQ, maka perusahaan akan dapat menekan total biaya
persediaan sebesar Rp 37.264.470 – Rp 35.500.480 = Rp 1.763.990. Dengan adanya
minimum (safety stock) semen Tonasa yang disediakan perusahaan sebesar 5.300 zak dan
lead time selama sepuluh hari, maka titik Reoder Point (ROP) yang merupakan batas
diadakannya pemesanan kembali semen Tonasa selama masa tenggang adalah 10.557.
2.3 LATAR BELAKANG INSTITUSI
Bakso Otot Mas Suhirman (BOMS) adalah usaha yang bergerak di bidang boga
khususnya bakso. Usaha ini berada di Jakarta dimulai sejak Januari 2006 dan di dirikan oleh
Suhirman dengan berjalannya waktu dan menimba ilmu akhirnya pada tahun 2012 Mas
Suhirman malakukan inovasi rasa produk bakso dengan pengalaman yang dimiliki serta
kemauan dan impian yang luar biasa akhirnya mengembangkan bakso dari usaha bakso
keliling, kaki lima sampai membuka kedai bakso BOMS di Grand Depok City berlanjut
membuat produk bakso BOMS kemasan frozen. Berawal dari hobi berjualan kuliner
Indonesia di berbagai tempat serta ingin membuka peluang usaha yang kreatif dan mandiri.
Semoga BOMS kedepannya bisa memberikan manfaat yang sebesar besarnya, membuka
lapangan
kerjadan
menjadi
brand
nasional
yang
akan
mendunia.
Perhatian kami tertuju pada bakso di mana hampir seluruh masyarakat menyukai
makanan yang satu ini. Selain menjadi jajanan populer di masyarakat Indonesia, bakso juga
dipilih sebagai usaha kuliner yang tak lekang oleh waktu. Bakso Otot Mas Suhirman dibuat
dengan menggunakan bumbu-bumbu rempah-rempah asli ciri khas boms, Tanpa bahan
pengawet dan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, menggunakan daging sapi segar
untuk menjaga kualitas rasa dan bahan baku yang original.
Bakso BOMS adalah perpaduan varian rasa bakso ciri khas nusantara selera dunia. ada
Bakso Otot, Bakso Original, Bakso Mercon, Bakso Tahu, Bakso Telor, Bakso Sosis, Bakso
Keju, Bakso Kentang dan Bakso BOMS Spesial rasa dan ciri khas bumbu rempah-rempah
bakso dan kuahnya yang menggugah selera, dari pengalaman berjualan keliling selama 10
tahun dan mengembangkan ilmu yang di dapat terus berkreasi dan berinovasi rasa dalam
racikan bumbu khas BOMS. Bakso BOMS mempunyai produk Bakso Siap Saji dan Bakso
Kemasan Frozen. Jika anda ingin menikmati makan ditempat bersama sahabat, kelurga dan
handai taulan anda bisa datang di Kedai BOMS di Jalan Boulevard Raya Kota Kembang
no.4 Depok Fantasi Water Park Aladin Grand Depok City.
Visi dan Misi Kedai BOMS
Visi : Menjadikan pelopor bakso BOMS cita rasa khas nusantara selera dunia.
Misi :
Menyediakan berbagai varian produk bakso yang sehat, enak dan unik.
Menjadikan Bakso BOMS sebagai usaha makanan siap saji yang sehat, praktis,
higienis, disukai dan dikenal oleh masyarakat.
Memberikan kualitas pelayanan yang baik terhadap konsumen, mitra usaha dan
masyarakat lingkungan sekitar
KERANGKA PIKIR
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Perhitungan
Tradisional
Menerapkan QM For
Windows dengan
metode EOQ
Pengendalian
Persediaan tidak
dapat ditentukan
dengan tepat.
Terjadi Efisiensi total
biaya persediaan
Pengendalian
Persediaan dapat
ditentukan dengan
cepat dan tepat
Keuntungan
Meningkat
Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan
Fungsi pengendalian persediaan antara perusahaan yang satu dengan lainnya berbeda,
tetapi umumnya fungsi pengendalian persediaan yang penting adalah:
1. Memberikan informasi bagi manajemen mengenai keadaan persediaan.
2. Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menghindari kegiatan
produksi terhenti dan tidak mampu menyerahkan persediaan tepat waktu.
3. Menjaga tingkat persediaan yang ekonomis.
4. Mengalokasikan ruangan penyimpanan untuk barang yang sedang diproses atau barang
jadi.
5. Merencanakan penyediaan persediaan dengan kontak jangka panjang berdasarkan
rencana penjualan.
6. Menghubungkan pemakaian bahan dengan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
Dalam merumuskan kebijaksanaan persediaan barang, maka sudah selayaknya apabila
faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan itu sendiri diperhitungkan terlebih dahulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan barang itu ada beberapa macam dan saling
berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan barang.
Faktorfaktor
yang dimaksud adalah
1. Perkiraan pemakaian
2. Harga dan barang
Harga barang ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus disediakan untuk persediaan.
3. Biaya-biaya persediaan
Pengendalian persediaan ini diselenggarakan oleh suatu perusahaan tidak akan terlepas
dari biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Besar dana yang dialokasikan kedalam perusahaan tergantung kebijaksanaan
pembelanjaan perusahaan tersebut, persediaan barang merupakan fasilitas utama dalam
alokasi dana.
5. Pemakaian senyatanya
Pemakaian atau penjualan barang yang sebenarnya pada periode yang lalu merupakan
salah satu faktor yang harus dipertahankan dalam perkiraan kebutuhan persediaan yang
akan datang sehingga mendekati kenyataan.
6. Waktu tunggu
Adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan barang dengan
datangnya barang itu sendiri, yang berhubungan erat dengan saat pemesanan kembali.
7. Persediaan pengaman.
Persediaan pengaman diadakan dengan maksud menjaga kehabisan bahan, sehingga
proses produksi dapat berjalan lancar.
8. Model pembelian
Dalam penyelenggaraan pengadaan persediaan, manajemen harus dapat menentukan
model pembelian yang tepat dengan situasi dan kondisi yang dibeli.
308 JURNAL Akuntansi & Keuangan Volume 2, Nomor 2, September 2011
Adapun hubungan dari masing-masing faktor tersebut terlihat pada gambar beikut ini.
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan barang
Sumber : Agus Ahyari (1995)
Biaya-biaya Yang Timbul Dengan Adanya Persediaan
Unsur-unsur yang terdapat dalam persediaan digolongkan menjadi empat jenis yaitu:
1. Biaya Pemesanan
Merupakan biaya yang berkenaan dengan pemesanan barang atau bahan-bahan, sejak
dari pesanan dibuat dan dikirim ke penjual sampai barang itu diperiksa di gudang atau
daerah pengolahan. Sifat biaya ini tidak tergantung pada besarnya barang yang dipesan,
yang termasuk biaya pemesanan adalah:
a. Biaya persiapan faktur dan pembelian.
b. Biaya ekspedisi dan administrasi.
c. Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan setiap kalo pesan.
d. Biaya-biaya pesan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost)
Biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan adanya persediaan yang dilakukan
perusahaan dan besarnya biaya bervariasi, tergantung pada besarnya rata-rata persediaan.
Yang termasuk biaya ini adalah:
a. Biaya penggunaan atau sewa gedung.
b. Biaya pemeliharaan barang.
c. Biaya asuransi pembelian.
d. Biaya perhitungan fisik dan konsolidasi laporan.
e. Upah dan gaji pengawas pelaksana gudang.
f. Biaya administrasi gudang.
g. Biaya keusangan barang dan kemerosotan nilainya.
3. Biaya kekurangan persediaan
Biaya yang timbul akibat kecilnya persediaan barang yang dimiliki oleh perusahaan,
disamping biaya yang timbul akibat pengiriman barang yang rusak.
Biaya-biaya
Persediaan
Harga barang
Kebijaksanaan
Pembelanjaan
Perkiraan
Pemakaian
EOQ
Pemakaian
Senyatanya
Persediaan
Penyelamat
Persediaan
Barang
Waktu
Tunggu
Pembelian
Kembali
Produksi
Analisis Perhitungan Economic… (Afrizal Nilwan, Yunita Sofyandy dan Goenawan) 309
4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated Cost)
Biaya yang terjadi akibat penambahan atau pengurangan kapasitas yang digunakan.
Biaya ini terdiri dari:
a. Biaya pengangguran atau idle time cost.
b. Biaya penyimpanan ekstra.
c. Biaya kerja lembur.
Economic Order Quantity (EOQ)
Jumlah atau besarnya pesanan yang diadakan hendaknya menghasilkan biaya-biaya
yang timbul dalam penyediaan yang minimal. Untuk menentukan jumlah pesanan yang
ekonomis ini, kita harus berusaha memperkecil biaya pemesanan (Ordering Cost) dan
biayabiaya
penyimpanan (Carrying Cost). Dalam usaha ini kita berhadapan dengan dua sifat biaya
yang agak bertentangan, sifat yang satu menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil
sehingga “Carrying Cost” menjadi kecil, tetapi sebaliknya “Ordering Cost” menjadi sangat
besar selama satu tahun. Dengan memperhatikan kedua sifat biaya tersebut diatas, maka
dapatlah kita lihat bahwa jumlah pesanan yang ekonomis ini terletak antara dua perbatasan
ekstrim tersebut, yaitu: dimana jumlah “Ordering Cost” adalah sama dengan jumlah
“Carrying Cost”, atau jumlah “Ordering Cost” dan “Carrying Cost” adalah yang paling
minimal selama satu tahun. Jadi jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ) merupakan jumlah
atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah “Ordering Cost” dan ”Carrying Cost” per tahun
yang paling minimal. Oleh karena itu dapat menentukan pesanan yang ekonomis, perlu
dilihat pertambahan “Ordering Cost” dan “Carrying Cost” serta besarnya persediaan rata-rata
yang ditentukan. Dalam menetapkan pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan
menggunakan formula approach (dengan memakai rumus) sebagai berikut:
EOQ =
KU
(2PR)
EOQ = Jumlah pembelian yang ekonomis
P = Biaya setiap kali pesan
R = Jumlah kebutuhan selama satu kurun waktu
K = Biaya penyimpanan yang ditunjukan dalam prosentase
U = Harga beli per unit
Hubungan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) Dengan Pengendalian
Persediaan Barang Dagangan
Dengan menggunakan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) maka
perusahaan dapat menentukan persediaan barang dagangan secara optimal. Pengertian dari
persediaan barang dagangan secara optimal adalah bahwa:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan penjualan.
2. Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu pesat, sehingga
biaya yang ditimbulkan juga tidak besar.
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1 Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material/barang lainnya sehingga di satu
pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan
material/barang lainnya dapat ditekan secara optimal (Waluyo, 2011).
Salah satu fungsi manajerial dalam operasi suatu perusahaan adalah pengendalian
persediaan (inventory control) kerana kebijakan persediaan secarafisik akan berkaitan dengan
investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepadaa pelanggan di sisi lain.
Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing,
dan finance). Berkaitan dengan persediaan, terdapat konflik kepentingan di antara fungsi
bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang tinggi marketing dan operasi
menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan
produksi dapat dipenuhi.
Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan
kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang mengandung risiko
ketidakpastian. Manajemen persediaan melibatkan sejumlah kegiatan koordinasi antara
persediaan dan produksi serta kegiatan konsumsi pada sejumlah tahapan proses dan lokasi
yang berhubungan.
Manajemen persediaan merupakan salah satu materi yang sangat terkait dengan tujuan
manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Hal
tersebut dikarenakan, dengan mengelola persediaan yang tepat, perusaahaan akan meraih
keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan, secara tidak langsung
salah satu komponen biaya produk dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin
keuntungan. Satu aspek lainnyayang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat
adalah service level kepada pelanggan meningkat atau minimal tidak menurun.
2.1.2 Pengendalian Persediaan
Pengertian pengendalian persediaan adalah pengawasan persediaan dapatlah dikatakan
sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku
dan barang hasil atau produksi, sehingga perusahaan bisa melindungi kelancaran produksi
dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan
efisien. Untuk dapat mengatur persediaan pada suatu tingkat yang optimum, maka diperlukan
suatu system pengawasan persediaan. Fungsi utama pengawasan persediaan yang efektif
adalah:
1.
Memperoleh barang, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh barang cukup
bagi barang yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitas.
2.
Menyimpan dan memelihara bahan-bahan persediaan, yaitu mengadakan suatu system
penyimpanan untuk melindungi bahan-bahan yang telah dimasukkan sebagai
persediaan.
3.
Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan
penyampaian barang dengan tepat pada saat serta tempat yang dibutuhkan.
4.
Mempertahankan dalam jumlah yang optimum setiap waktu.
Pengawasan persediaan dilakukan dengan mengadakan perencanaan yang didukung oleh
kebijaksanaan yang berkenaan dengan persediaan barang. Mengenai pemesanan barang itu
perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya, beberapa jumlah yang dipesan agar pesanan
tersebut ekonomis serta kapan pesanan tersebut dilakukan. Sedangkan dalam persediaan perlu
juga ditentukan persediaan penyelamat yang merupakan persediaan yang minimum, besarnya
persediaan pada waktu pemesanan kembali dan besarnya persediaan yang maksimium. Untuk
dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum yang memenuhi
kebutuhan barang-barang dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya
yang rendah seperti yang diharapkan, diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
Terdapat gudang yang cukup luas dan literature dengan pengaturan tempat bahan atau
barang yang tetap, teridentifikasi bahan/barang tertentu.
2.
Sentralisasi kekuasaan dan tanggungjawab pada satu orang yang dapat dipercaya,
terutama penjaga gudang.
3.
Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang.
4.
Pengawasan mutlak pada pengeluaran bahan atau barang.
5.
Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan, yang dibagikan
atau dikeluarkan atau tersedia dalam gudang.
6.
Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung.
7.
Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barangbarang yang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah usang dan
ketinggalan zaman.
8.
Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.
2.1.3 Persediaan
Menurut C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl. S. Warren (1997), persediaan
(inventoris) digunakan untuk mengartikan barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam
operasi normal perusahaan dan bahan yang terdapat dalam proses produksi yang disimpan
untuk tujuan itu.
Persediaan (Inventory) menurut Dra.Tita Deitiana (2011) merupakan salah satu aset yang
sangat mahal dalam suatu perusahaan (biasanya sekitar 40% dari total investasi). Pada satu
sisi, manajemen menghendaki biaya yang tertanam pada persediaan itu minimum, namun di
lain pihak seringkali konsumen mengeluh karena kehabisan persediaan. Manajemen harus
mengatur agar perusahaan berada pada suatu kondisi dimana kedua kepentingan tersebut
dapat terpuaskan.
Menurut Rusdiana (2014) persediaan adalah sejumlah komoditas untuk memenuhi
kebutuhan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memilikai
persediaan, hanya volumenya yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya
yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), nilai persediaan dapat dihitung. Idealnya
nilai persediaan ini dapat dikelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa
mengurangi service level kepada pelanggan.
Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan
tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan
sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang,
semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai persediaan/inventory, tergantung dari
sifat dan jenis usaha perusahaan.
Diantara pengertian diatas maka inventory atau persediaan dapat diklasifikasikan yang
ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang akan dijual lagi,
maka klasifikasi hanya ada satu macam saja persedian barang dagangan. Sedangkan bila jenis
perusahaan adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
jadi, maka klasifikasi inventory dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
-
Barang mentah (raw material)
-
Barang setengah jadi (work in process)
-
Barang jadi (finished goods)
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan fungsinya, persediaan dikelompokkan menjadi :
1. Lot-size-inventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yag lebih besar
dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh potongan harga karena pembelian dalam julah yang besar dan
memperoleh biaya pengangkutan per uit yang rendah.
2. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi
permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumya, serta untuk mengatasi
berbagai kondisi tidak terduga, seperti terjadi kesalahan peramalan dalam
penjualan, kesalaha waktu produksi dan kesalahan pengiriman.
3. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan utuk menghadapi permintaan
fluktuasi yang dapat diramalkan, seperti mengantisipasi pengaruh musim, yaitu
ketika permintaan tinggi perusahaan tidak mampu menghasilkan sebanyak jumlah
yang
dibutuhkan.
Disampig
itu
juga
persediaan
ini
ditujukan
untuk
mengantisipasi kemungkinan sulitnya memperoleh bahan, sehingga tidak
mengganggu operasi perusahaan.
2.1.4 Fungsi persediaan
Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang
timbul dari konsumen.
2. Untuk menyesuaikan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan
produknya
tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama
musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari.
Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku
ekstra mungkin diperlukan untuk "menyesuaikan" proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah
besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan
pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. "Stok pengaman" misalnya,
barang di tangan ekstra, dapat mengurangi risiko kehabisan stok.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan
"barang-dalam-proses" dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk
memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul
persediaan-persediaan.
2.1.5 Biaya Persediaan
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan
pemesanan barang. Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi
tergantung dari berapa kali pesanan dilakukan, sehingga tidak dipengaruhui oleh kuantitas
barang yang dipesan. Biaya-biaya yang termasuk biaya pemesanan adalah biaya
administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor (pemasok), biaya
pengangkutan, biaya penerimaan barang. Biaya Pemesanan dinyatakan dalam dua
bentuk, yaitu sebagai persentasi dari nilai rata-rata persediaan per-tahun dan dalam bentuk
rupiah per-tahun per-unit barang.
2. Biaya Pemeliharaan
Dikenal juga dengan biaya penyimpanan merupakan biaya yang ditimbulkan oleh
toko untuk memelihara persediaannya. Biaya pemeliharaan biasanya dinyatakan dengan
dasar per unit untuk beberapa periode waktu (walaupun kadangkala dinyatakan dalam
bentuk persentase rata-rata persediaan). Contoh : biaya sewa gudang, gaji pelaksana
gudang, biaya administrasi gudang, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam
persediaan, biaya asuransi, biaya kerusakan (biaya kehilangan).
2.1.6 Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris pada
tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis. Ini adalah salah
satu model tertua penjadwalan produksi klasik. Kerangka kerja yang digunakan untuk
menentukan kuantitas pesananini juga dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson
Formula.
Menurut Prof. Dr. Bambang Rianto Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah
kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biayaminimal, atau sering dikatakan sebagai
jumlah pembelian yang optimal. Menurut Drs. Agus Ahyadi Economic Order Quantity
(EOQ) adalah jumlah pembelian bahan baku yang dapat memberikan minimalnya biaya
persediaan. Sedangkan menurut Haryadi Sarjono (2010), Economi Order Quantity (EOQ)
adalah sebuah metode manajemen persediaan yang menentukan berpa banyak jumlah barang
yang harus dipesan agar biaya total menjadi minimum.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa EOQ merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat menekan biayabiaya persediaan sehingga efisiensi persediaan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Tujuan dari model EOQ adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan.
Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses
bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu.
Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat
menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan.
Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena
menumpuknya persediaan. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku
merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
Dalam kegiatan normal Model Economic Order Quantity memiliki beberapa karakteristik
antara lain :
a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan,
b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara
pemesanan barang sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti, dan
bersifat konstan,
c. Harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang yang
akan dipesan nantinya, dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak relevan
untuk menghitung EOQ, karena ditakutkan pada nantinya harga barang akan ikut
dipertimbangkan dalam pemesanan barang,
d. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang
menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen harus
menjaga jumlah pemesanan agar tidak terjadi kehabisan barang,
e. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh mempertimbangkan
biaya kualitas barang,
f. Biaya penyimpanan per unit pertahun konstan.
Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan
meminimumkan biaya persediaan. Berikut ini adalah model EOQ :
√ 2. CoCh. D
EOQ = Q*=
Dimana :
EOQ = kuantitas pembelian optimal (m³)
Co
= biaya per pesanan
D
= kuantitas per penggunaan per periode
Ch
= biaya penyimpanan per unit per periode
Model EOQ ini sangat mudah dan sederhana, namun ada beberapa asumsi yang harus
diperhatikan,yaitu:
a. Jumlah kebutuhan barang per periode stabil
b. Hanya ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya
pemeliharaan
c. Biaya pemesanan selalu sama
d. Biaya pemeliharaan per unit selalu sama
e. Usia barang relatif lama, tidak cepat rusak.
f. Harga barang tetap
g. Barang tersedia tak terbatas.
Adapun asumsi diatas dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan penjadwalan
pemesanan bahan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Dalam EOQ ditentukan
titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP), yaitu jumlah persediaan tetap setiap kali
pemesanan. ROP dilakukan bila persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi
selama tenggang waktu atau lead time (LT) pemesanan. ROP menghendaki pengecekan
fisik/kartu catatan secara teratur.
2.1.7 Reorder Point (ROP)
Reoder point (ROP) adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan
pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya
bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ.
Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q)
Dimana:
ROP = Titik pemesanan kembali
Lead time= Waktu tunggu (Hari)
Safety stock= Persediaan pengaman (m³)
Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per hari (m³/hari).
2.1.8 Safety Stock atau Persediaan Pengaman
Pengertian persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock
Out). Untuk memesan suatu barang sampai barang itu dating, diperlukan jangka waktu yang
bervariasi. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan
istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari
barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Karena adanya waktu
tenggang, maka dibutuhkan adanya persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang yang disebut sebagai persediaan pengaman atau safety stock.
Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadiya
kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan
semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Persediaan pengaman
disebut juga dengan istilah persediaan penyangga atau buffer stock. Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada pelanggan
terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.
Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi
penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan
bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena
adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan
mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan
tersebut.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan safety stock.
Faktor pendorong safety stock yaitu sebagai berikut:
1. Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stock out tinggi. Apabila bahan yang
digunakan untuk proses produksi tidak tersedia, maka aktivitas perusahaan akan
terhenti yang menyebakan terjadinya idle tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang pada
akhirnya perusahaan akan kehilangan penjualannya.
2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat. Adanya jumlah permintaan
yang meningkat atau tidak sesuai dengan peramalan yang ada diperusahaan
menyebabkan tingkat kebutuhan persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu
perlu dilakukan antisipasi terhadap safety stock agar semua permintaan dapat
terpenuhi.
3. Resiko stock out meningkat. Keterbatasan jumlah persediaan yang ada dipasar dan
kesulitan yang dihadapi perusahaan mendapatkan persediaan akan berdampak pada
sulitnya terpenuhi persediaan yang ada diperusahaan, kesulitan ini akan menyebabkan
perusahaan mengalami stock out.
4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila perusahaan memiliki gudang
yang memadai dan memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu besar
hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya stock out.
2.1.9 Lead Time (LT)
Lead Time (LT) merupakan salah satu indicator terpenting untuk mengukur kinerja
bagian Processing/Produksi, disamping quality dan cost. Lead Time (LT) adalah waktu yang
diperlukan oleh bagian processing/produksi untuk memproduksi item produk per capacity
yang sudah ditentukan. Semakin kecil nilai Lead Time (LT), berarti produk bisa diproduksi
dengan waktu lebih cepat, dan ini semakin bagus tentunya.
Lead Time (LT) menjadi indicator bagi :
a. Volume atau capasitas actual produksi untuk setiap Item
b. Ketepatan Waktu Proses
c. Performance Engineering
d. Kemampuan Control Proses
2.1.10 Quantity Method (QM) for Windows
QM for Windows merupakan software yang dirancang untuk melakukan perhitungan
yang diperlukan pihak manajemen unutk mengambil keputusan di bidang produksi dan
pemasaran. Software ini dirancang oleh Howard J. Weiss tahun 1996 untuk membantu
menyusun prakiraan anggaran untuk produksi bahan baku menjadi produk jadi atau setengah
jadi pada produk pabrikasi. Aplikasi bagi dunia peternakan software ini, dapat kita gunakan
untuk memaksimalkan keuntungan, manajemen waktu produksi, maupun efisiensi biaya.
Di dalam bisnis, pengambilan keputusan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
keseharian seorang manajer. Pendekatan dalam pengambilan keputusan bisnis secara
sederhana dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan menggunakan pengalaman,
intuisi, perkiraan, emosi dalam pengambilan keputusan. Pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan ilmiah menggunakan proses matematis untuk menentukan keputusan terbaik.
Keputusan terbaik tentu saja adalah keputusan yang dapat menggabungkan kedua pendekatan
tersebut secara harmonis. Pendekatan kuantitatif pada mulanya berasal dalam dunia militer.
Militer pada saat Perang Dunia II mengembangkan cara optimasi untuk memenangkan
peperangan dengan sumber daya yang terbatas. Setelah PD II usai, cara-cara optimasi ini
kemudian dikembangkan dan diterapkan dalam dunia bisnis. Dalam tataran akademik, ada
banyak nama yang menggambarkan topik ini antara lain : metode kuantitatif, riset operasi,
manajemen kuantitatif, manajemen sains, analisa kuantitatif untuk bisnis, dan nama lainnya
yang berisikan obyek yang sama.
QM for Windows merupakan perangkat lunak yang dikembangkan dan menyertai bukubuku teks seputar manajemen operasi yang diterbitkan oleh Prentice-Hall’s. Terdapat tiga
perangkat lunak sejenis yang mereka terbitkan yakni DS for Windows, POM for Windows
dan QM for Windows. Perangkat-perangkat lunak ini user friendly dalam penggunaannya
untuk membantu proses perhitungan secara teknis pengambilan keputusan secara kuantitatif.
POM for Windows ialah paket yang diperuntukkan untuk manajemen operasi QM for
Windows ialah paket yang diperuntukkan untuk metode kuantitatif untuk bisnis dan DS for
Windows berisi gabungan dari kedua paket sebelumnya.
QM for Windows menyediakan modul-modul dalam area pengambilan keputusan bisnis.
Modul yang tersedia pada QM for Windows adalah:
a. Assignment
b. Breakeven/Cost-Volume Analysis
c. Decision Analysis
d. Forecasting
e. Game Theory
f. Goal Programming
g. Integer Programming
h. Inventory
i. Linear Programming
j. Markov Analysis
k. Material Requirements Planning
l. Mixed Integer Programming
m. Networks
n. Project Management (PERT/CPM)
o. Quality Control
p. Simulation
q. Statistics
r. Transportation
s. Waiting Lines
2.2 KAJIAN-KAJIAN TERDAHULU
1. Michel (2014), dalam penelitian pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna pada CV.
Golden KK, menunjukkan pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku ikan tuna
sudah efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan bahan baku dan total biaya persediaan dengan metode EOQ
(Ekconomic Order Quantity)
lebih kecil dibanding denngan metode yang sudah
digunakkan perusahaannya.
2. Ahmad Taufiq (2014), dalam penelitian pengendalian persediaan bahan baku dengan
metode Economic Order Quantity (EOQ) di Salsa Bakery Jepara, lebih efisien dibanding
dengan metode konvensional yang digunakan perusahaan. Persediaan bahan baku tepung
terigu pada triwulan 4 tahun 2012 sebanyak 112 karung frekuensi 7 kali, persediaan
pengaman 19 karung, melakukan pemesanan ulang (ROP) ketika persediaan di gudang
tersisa 39 karung, total biaya sebesar Rp 2.308.133.
3. Sri Wahyuni (2013), dalam penelitian tentang Economic Order Quantity (EOQ)
menghasilkan perbandingan antara hasil perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ
dengan menggunakan metode EOQ sebagai berikut, jumlah persediaan semen Tonasa
yang ada pada perusahaan yaitu sebesar 153.250 zak dalam satu tahun. Perusahaan
melakukan pemesanan semen setiap bulan, dengan jumlah 12.771 zak dengan biaya
penyimpanan sebesar Rp 22.498.470 dan biaya pemesanan sebesar Rp 14.766.000
sedangkan dengan menggunakan metode EOQ perusahaan melakukan pemesanan
sebanyak 14 kali pemesanan, dengan jumlah unit setiap kali pesan yaitu 10.324 zak
dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 18.273.480 dan biaya pemesanan Rp. 17.277.000.
Dengan menerapkan metode EOQ, maka perusahaan akan dapat menekan total biaya
persediaan sebesar Rp 37.264.470 – Rp 35.500.480 = Rp 1.763.990. Dengan adanya
minimum (safety stock) semen Tonasa yang disediakan perusahaan sebesar 5.300 zak dan
lead time selama sepuluh hari, maka titik Reoder Point (ROP) yang merupakan batas
diadakannya pemesanan kembali semen Tonasa selama masa tenggang adalah 10.557.
2.3 LATAR BELAKANG INSTITUSI
Bakso Otot Mas Suhirman (BOMS) adalah usaha yang bergerak di bidang boga
khususnya bakso. Usaha ini berada di Jakarta dimulai sejak Januari 2006 dan di dirikan oleh
Suhirman dengan berjalannya waktu dan menimba ilmu akhirnya pada tahun 2012 Mas
Suhirman malakukan inovasi rasa produk bakso dengan pengalaman yang dimiliki serta
kemauan dan impian yang luar biasa akhirnya mengembangkan bakso dari usaha bakso
keliling, kaki lima sampai membuka kedai bakso BOMS di Grand Depok City berlanjut
membuat produk bakso BOMS kemasan frozen. Berawal dari hobi berjualan kuliner
Indonesia di berbagai tempat serta ingin membuka peluang usaha yang kreatif dan mandiri.
Semoga BOMS kedepannya bisa memberikan manfaat yang sebesar besarnya, membuka
lapangan
kerjadan
menjadi
brand
nasional
yang
akan
mendunia.
Perhatian kami tertuju pada bakso di mana hampir seluruh masyarakat menyukai
makanan yang satu ini. Selain menjadi jajanan populer di masyarakat Indonesia, bakso juga
dipilih sebagai usaha kuliner yang tak lekang oleh waktu. Bakso Otot Mas Suhirman dibuat
dengan menggunakan bumbu-bumbu rempah-rempah asli ciri khas boms, Tanpa bahan
pengawet dan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, menggunakan daging sapi segar
untuk menjaga kualitas rasa dan bahan baku yang original.
Bakso BOMS adalah perpaduan varian rasa bakso ciri khas nusantara selera dunia. ada
Bakso Otot, Bakso Original, Bakso Mercon, Bakso Tahu, Bakso Telor, Bakso Sosis, Bakso
Keju, Bakso Kentang dan Bakso BOMS Spesial rasa dan ciri khas bumbu rempah-rempah
bakso dan kuahnya yang menggugah selera, dari pengalaman berjualan keliling selama 10
tahun dan mengembangkan ilmu yang di dapat terus berkreasi dan berinovasi rasa dalam
racikan bumbu khas BOMS. Bakso BOMS mempunyai produk Bakso Siap Saji dan Bakso
Kemasan Frozen. Jika anda ingin menikmati makan ditempat bersama sahabat, kelurga dan
handai taulan anda bisa datang di Kedai BOMS di Jalan Boulevard Raya Kota Kembang
no.4 Depok Fantasi Water Park Aladin Grand Depok City.
Visi dan Misi Kedai BOMS
Visi : Menjadikan pelopor bakso BOMS cita rasa khas nusantara selera dunia.
Misi :
Menyediakan berbagai varian produk bakso yang sehat, enak dan unik.
Menjadikan Bakso BOMS sebagai usaha makanan siap saji yang sehat, praktis,
higienis, disukai dan dikenal oleh masyarakat.
Memberikan kualitas pelayanan yang baik terhadap konsumen, mitra usaha dan
masyarakat lingkungan sekitar
KERANGKA PIKIR
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Perhitungan
Tradisional
Menerapkan QM For
Windows dengan
metode EOQ
Pengendalian
Persediaan tidak
dapat ditentukan
dengan tepat.
Terjadi Efisiensi total
biaya persediaan
Pengendalian
Persediaan dapat
ditentukan dengan
cepat dan tepat
Keuntungan
Meningkat
Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan
Fungsi pengendalian persediaan antara perusahaan yang satu dengan lainnya berbeda,
tetapi umumnya fungsi pengendalian persediaan yang penting adalah:
1. Memberikan informasi bagi manajemen mengenai keadaan persediaan.
2. Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menghindari kegiatan
produksi terhenti dan tidak mampu menyerahkan persediaan tepat waktu.
3. Menjaga tingkat persediaan yang ekonomis.
4. Mengalokasikan ruangan penyimpanan untuk barang yang sedang diproses atau barang
jadi.
5. Merencanakan penyediaan persediaan dengan kontak jangka panjang berdasarkan
rencana penjualan.
6. Menghubungkan pemakaian bahan dengan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
Dalam merumuskan kebijaksanaan persediaan barang, maka sudah selayaknya apabila
faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan itu sendiri diperhitungkan terlebih dahulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan barang itu ada beberapa macam dan saling
berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan barang.
Faktorfaktor
yang dimaksud adalah
1. Perkiraan pemakaian
2. Harga dan barang
Harga barang ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus disediakan untuk persediaan.
3. Biaya-biaya persediaan
Pengendalian persediaan ini diselenggarakan oleh suatu perusahaan tidak akan terlepas
dari biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Besar dana yang dialokasikan kedalam perusahaan tergantung kebijaksanaan
pembelanjaan perusahaan tersebut, persediaan barang merupakan fasilitas utama dalam
alokasi dana.
5. Pemakaian senyatanya
Pemakaian atau penjualan barang yang sebenarnya pada periode yang lalu merupakan
salah satu faktor yang harus dipertahankan dalam perkiraan kebutuhan persediaan yang
akan datang sehingga mendekati kenyataan.
6. Waktu tunggu
Adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan barang dengan
datangnya barang itu sendiri, yang berhubungan erat dengan saat pemesanan kembali.
7. Persediaan pengaman.
Persediaan pengaman diadakan dengan maksud menjaga kehabisan bahan, sehingga
proses produksi dapat berjalan lancar.
8. Model pembelian
Dalam penyelenggaraan pengadaan persediaan, manajemen harus dapat menentukan
model pembelian yang tepat dengan situasi dan kondisi yang dibeli.
308 JURNAL Akuntansi & Keuangan Volume 2, Nomor 2, September 2011
Adapun hubungan dari masing-masing faktor tersebut terlihat pada gambar beikut ini.
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan barang
Sumber : Agus Ahyari (1995)
Biaya-biaya Yang Timbul Dengan Adanya Persediaan
Unsur-unsur yang terdapat dalam persediaan digolongkan menjadi empat jenis yaitu:
1. Biaya Pemesanan
Merupakan biaya yang berkenaan dengan pemesanan barang atau bahan-bahan, sejak
dari pesanan dibuat dan dikirim ke penjual sampai barang itu diperiksa di gudang atau
daerah pengolahan. Sifat biaya ini tidak tergantung pada besarnya barang yang dipesan,
yang termasuk biaya pemesanan adalah:
a. Biaya persiapan faktur dan pembelian.
b. Biaya ekspedisi dan administrasi.
c. Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan setiap kalo pesan.
d. Biaya-biaya pesan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost)
Biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan adanya persediaan yang dilakukan
perusahaan dan besarnya biaya bervariasi, tergantung pada besarnya rata-rata persediaan.
Yang termasuk biaya ini adalah:
a. Biaya penggunaan atau sewa gedung.
b. Biaya pemeliharaan barang.
c. Biaya asuransi pembelian.
d. Biaya perhitungan fisik dan konsolidasi laporan.
e. Upah dan gaji pengawas pelaksana gudang.
f. Biaya administrasi gudang.
g. Biaya keusangan barang dan kemerosotan nilainya.
3. Biaya kekurangan persediaan
Biaya yang timbul akibat kecilnya persediaan barang yang dimiliki oleh perusahaan,
disamping biaya yang timbul akibat pengiriman barang yang rusak.
Biaya-biaya
Persediaan
Harga barang
Kebijaksanaan
Pembelanjaan
Perkiraan
Pemakaian
EOQ
Pemakaian
Senyatanya
Persediaan
Penyelamat
Persediaan
Barang
Waktu
Tunggu
Pembelian
Kembali
Produksi
Analisis Perhitungan Economic… (Afrizal Nilwan, Yunita Sofyandy dan Goenawan) 309
4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated Cost)
Biaya yang terjadi akibat penambahan atau pengurangan kapasitas yang digunakan.
Biaya ini terdiri dari:
a. Biaya pengangguran atau idle time cost.
b. Biaya penyimpanan ekstra.
c. Biaya kerja lembur.
Economic Order Quantity (EOQ)
Jumlah atau besarnya pesanan yang diadakan hendaknya menghasilkan biaya-biaya
yang timbul dalam penyediaan yang minimal. Untuk menentukan jumlah pesanan yang
ekonomis ini, kita harus berusaha memperkecil biaya pemesanan (Ordering Cost) dan
biayabiaya
penyimpanan (Carrying Cost). Dalam usaha ini kita berhadapan dengan dua sifat biaya
yang agak bertentangan, sifat yang satu menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil
sehingga “Carrying Cost” menjadi kecil, tetapi sebaliknya “Ordering Cost” menjadi sangat
besar selama satu tahun. Dengan memperhatikan kedua sifat biaya tersebut diatas, maka
dapatlah kita lihat bahwa jumlah pesanan yang ekonomis ini terletak antara dua perbatasan
ekstrim tersebut, yaitu: dimana jumlah “Ordering Cost” adalah sama dengan jumlah
“Carrying Cost”, atau jumlah “Ordering Cost” dan “Carrying Cost” adalah yang paling
minimal selama satu tahun. Jadi jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ) merupakan jumlah
atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah “Ordering Cost” dan ”Carrying Cost” per tahun
yang paling minimal. Oleh karena itu dapat menentukan pesanan yang ekonomis, perlu
dilihat pertambahan “Ordering Cost” dan “Carrying Cost” serta besarnya persediaan rata-rata
yang ditentukan. Dalam menetapkan pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan
menggunakan formula approach (dengan memakai rumus) sebagai berikut:
EOQ =
KU
(2PR)
EOQ = Jumlah pembelian yang ekonomis
P = Biaya setiap kali pesan
R = Jumlah kebutuhan selama satu kurun waktu
K = Biaya penyimpanan yang ditunjukan dalam prosentase
U = Harga beli per unit
Hubungan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) Dengan Pengendalian
Persediaan Barang Dagangan
Dengan menggunakan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) maka
perusahaan dapat menentukan persediaan barang dagangan secara optimal. Pengertian dari
persediaan barang dagangan secara optimal adalah bahwa:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan penjualan.
2. Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu pesat, sehingga
biaya yang ditimbulkan juga tidak besar.