Makalah Etika Profesi Fotografer Kajian

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kerja, perlunya peningkatan kualitas diri sebagai seorang
pekerja maupun sebagai sebagai seorang profesional. Terutama lebih
ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip etos kerja, menggunakan atau
mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan kewajiban-kewajiban
pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya organisasi atau
perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan
profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di
masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam
dunia kerja atau profesi.
Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan bagian dari etika
profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskna dalam etika profesi. Kode etik lebih
memperjelas, memepertegas, dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersira dalam
etika profesi. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus
dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagaimana yang

telah dijabarkan dalam latar belakang diatas adalah :
1.

Apakah pengertian dari profesi dan lingkup etika profesi ?

2.

Apakah pengertian dari Profesi seorang Fotografer?

3.

Bagaimana etika Profesi Seorang Fotografer ?

4.

Bagaimana Peranan dan prinsip etika profesi seorang fotografer?

1

4.


Apa sajakah Kode etik dan standar profesi seorang fotografer?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang pengertian profesi dan lingkup etika,
pengertian etika profesi dan prinsip etika profesi seorang fotografer.

2

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Profesi dan Lingkup Etika
1. Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah"Επαγγελια", yang
bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap atau permanen". Profesi juga sebagai pekerjaan
yangmembutuhkan


pelatihan

dan

penguasaan

terhadap

suatu

pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,
kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan, militer,teknik desainer, tenaga pendidik.
Pengertian profesi menurut para ahli :
a) Peter Jarvis ( 1983: 21 ), profesi merupakan suatu
pekerjaan yang didasarkan pada studi intelektual dan
latihaan yang khusus, tujuannya ialah untuk menyediakan
pelayanan ketrampilan terhadap yang lain dengan bayaran
maupun upah tertentu.

b) Cogan (1983: 21 ), profesi merupakan suatu ketrampilan
yang terdapat dalam prakteknya didasarkan atas suatu
struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran
ataupun ilmu pengetahuan
c) Dedi Supriyadi ( 1998: 95 ),profesi merupakan pekerjaan
atau jabatan yang menuntut suatu keahlian, tanggung
jawab serta kesetiaan terhadap profesi.
d) SCHEIN, E.H (1962) Profesi adalah suatu kumpulan atau
set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat

3

e) HUGHES, E.C (1963) Profesi menyatakan bahwa ia
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang
diderita atau terjadi pada kliennya
f) DANIEL BELL (1973) Profesi adalah aktivitas intelektual
yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan
secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh

sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang
bertanggung

jawab

pada keilmuan

tersebut

dalam

melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi
dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide,
kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa
perawat

mengasumsikan

adanya


tingkatan

dalam

masyarakat.
g) PAUL F. COMENISCH (1983) Profesi adalah “komunitas
moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
h) KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diartikan bahwa
profesi merupakan suatu pekerjaan , jabatan yang menuntut suatu
keahlian , yang didapat melalui pendidikan serta latiahan tertentu,
menuntut persyaratan khusus , memiliki tanggung jawab serta kode
etik tertentu.
2. Lingkup Etika
Ruang lingkup etika sangat luas sehingga terbagi atau terpecah
menjadi beberapa bagian atau bidang atau bidang seperti :
a) Etika terhadap sesama
b) Etika keluarga

c) Etika Profesi

4

d) Etika Politik
e) Etika Lingkungan
f) Etika Ideologi
B. Etika Profesi
1. Pengertian Etika Profesi
Etika profesi berasal terdiri atas “etika” dan “profesi”.Istilah Etika
berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai
banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang
menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau
apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari
keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia
nyata. Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari
Bertens 2000), mempunyai arti :
a) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak);
b) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan
dengan tujuan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia
perkataan etika lazim juga disebut susila atau kesusilaan yang berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata su yang artinya indah dan kata
indah yang artinya kelakuan. Jadi kesusilaan mengandung arti

5

kelakuaan yang baik yang berwujud kaidah, norma (peraturan hidup
kemasyaratan).
Sedangkan dalam bahasa agama Islam, istilah etika ini merupakan
bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena

akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat
perbuatan yang lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal- hal yang lebih
luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah, dan syariah.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap
hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan
prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada
bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Etika Profesi
adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan
profesi atau lingkup kerja tertentu. Etika profesi Berkaitan dengan
bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah
perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
C. Fotografer
1. Pengertian Fotografer
Pengertian Fotografer menurut (Kamus Bahasa Indonesia) adalah
Tukang Potret atau Juru Foto. Definisi fotografer tersebut sangatlah
sederhana. Kita pasti juga sudah mengetahuinya. Kemudian
Pengertian Fotografer yang lain menurut (Wikipedia) adalah orangorang yang membuat gambar dengan cara menangkap cahaya dari
subyek gambar dengan kamera maupun peralatan fotografi lainnya,

dan umumnya memikirkan seni dan teknik untuk menghasilkan foto
yang lebih bagus serta berusaha mengembangkan ilmunya. Nah
melihat definisi fotografer menurut wikipedia ini lebih sedikit luas,
sudah menyangkut teknik dan seninya.

6

Menurut Pengertian Fotografer tidak dilihat dari definisinya saja.
Jika dilihat dari kegiatannya, Fotografer pada era sekarang dibagi
menjadi dua, yaitu profesi dan hobi. Pengertian Fotografer jika dilihat
dari hobi yaitu seseorang yang melakukan aktivitas fotografi dengan
maksud untuk melakukan kegiatan rekreasi disaat waktu luang untuk
menenangkan pikiran atau untuk memenuhi keinginan untuk
mendapatkan kesenangan.
Dan Pengertian Fotografer jika dilihat dari profesi adalah
seseorang yang melakukan kegiatan fotografi secara profesional yang
merupakan tanggung jawabnya yang sebagai kegiatan pokok untuk
memperoleh penghasilan. Jadi Profesi Fotografi adalah seseorang
yang hidup dari fotografi. Seperti halnya profesi-profesi lain nya,
profesi sebagai guru, profesi sebagai dokter, dan lain-lainnya, mereka

memerankan keahlihan nya masing-masing untuk mendapatkan
penghasilan.

7

BAB III
PEMBAHASAN
A. Etika Profesi Fotografer
Semakin berkembang, fotografi semakin terbuka dan terjangkau
oleh semua orang. Dimana-mana kita bisa dengan mudah melihat
orang membawa kamera dan memotret. Kamera besar sudah bukan hal
jarang yang eksklusif untuk profesional saja. Tapi, bersama dengan
alat yang bernama kamera ini, kita juga dituntut untuk tahu tanggung
jawab dan etika apa yang datang bersamanya..
Seorang fotografer berkualitas bukan hanya hasil fotonya bagus,
tapi juga fotografer harus tahu sopan santun. Membawa Kamera DSLR
bukan berarti dilegalkan untuk memotret apapun, dimana saja, dan
kapan saja. Tetap ada aturan dan tata krama-nya. Tetap ada batas-batas
yang mengatur itu semua. Diketahui bahwa sekarang kalau ada
kecelakaan atau kemalangan terjadi, yang pertama orang lakukan
adalah memotretnya dan bukan menolong. Sebuah tindakan yang
kurang baik dan tak pantas.
Oleh karena itu seorang fotografer khususnya, dan orang-orang
yang mencintai fotografi pada umumnya harus berusaha untuk sopan
dan mengerti etika. Di tempat-tempat khusus seperti restoran, di
tempat umum seperti jalanan dan taman, sampai ke event yang sangat
personal dan sakral seperti upacara keagamaan dan pernikahan.
Beberapa Aturan etika yang perlu diketahui oleh seorang
Fotografer. Diantaranya adalah:
1. Tetap menjaga kenyamanan & keamanan lingkungan sekitar.
a. Mematuhi aturan memotret
Di beberapa tempat sering tertera keterangan dilarang memotret.
Biasanya tulisan tersebut ada pada area publik seperti SPBU, Mall,
Museum, hotel dan lain-lain. Larangan memotret yang diberlakukan
biasanya berkaitan dengan kenyamanan orang lain, kemanan atau bahkan

8

hak cipta. Jika Anda adalah seorang fotografer yang baik, seharusnya
mematuhi aturan tersebut.
b. Memperhatikan area penggunaan lampu flash
Fotografer pasti mengetahui bagaimana sambaran lampu flash
kamera yang sangat silau. Di antara beberapa fotografer sering kali
melanggar aturan penggunaan flash, terutama saat memotret di area
publik. Orang yang merasa tidak nyaman akan sambaran flash bisa saja
menegur Anda jika hal itu cukup mengganggu.
2. Meminta izin dan menghormati orang jika ingin dijadikan objek foto
Hal ini sangat penting, apabila hendak mengambil foto orang lain berarti
kita akan memasuki area privacy orang tersebut. Maka itu Jelaskan pada
mereka untuk apa Anda memotret, apakah untuk dokumentasi pribadi,
jurnalistik atau untuk tujuan komersil. Hal ini pun berlaku apabila sedang
berburu foto dijalanan atau populer disebut Street Photography.
Jika objek fotonya adalah seorang model khususnya wanita, Seorang
fotografer harus bersikap sopan terhadapnya dan jangan terkesan memerintah
apalagi membentaknya. Selain itu, menyentuh model wanita juga merupakan
hal yang sangat tidak sopan di Indonesia dan bisa membuat model tersebut
menjadi tidak nyaman. Intinya, jalin komunikasi dengan baik.

3. Objek foto tidak mengganggu (Disturbing Picture)
Hal ini pun menjadi salah satu etika dari seorang fotografer professional.
Sebuah hasil foto tidak bersifat mengganggu

pikiran atau yang dikenal

dengan istilah Disturbing Picture. Disturbing picture adalah potret orang
yang terluka parah akibat kecelakaan biasanya orang yang sudah kritis,
Penuh darah dan sudah menjadi mayat. Hal ini, hasil potret tidak akan
mendapat pujian apapun dan mungkin akan mendapat hujatan. Dalam hal ini
pun di miliki oleh kode etik jurnalistik itu sendiri dan tidak sembarangan
mempublikasikannya. Jika memang harus dipublikasikan, biasanya bagian
yang tidak lazim akan dibuat blur.

9

B. Aturan Hukum yang perlu diketahui oleh Fotografer
1. Hukum Menggunakan Foto Orang Lain Tanpa Izin
Menurut Pasal 13 ayat (1) huruf j UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
fotografi termasuk ciptaan yang dilindungi. Selanjutnya, pengaturan hak cipta
untuk potret/fotografi diatur dalam Pasal 19 s.d. Pasal 23 UUHC. Orang yang
mengambil foto orang lain menjadi seorang Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dari foto yang dihasilkan. Akan tetapi, terhadap fotografi terdapat pembatasan
atas penggunaan hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUHC yang
berbunyi:
(1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang
Hak Cipta atas Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari
orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun setelah orang yang dipotret meninggal dunia.
(2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk
Perbanyakan atau Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman
atau Perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam Potret itu, Pemegang Hak
Cipta harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu,
atau izin ahli waris masing-masing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
setelah yang dipotret meninggal dunia.
(3)

Ketentuan dalam Pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang

dibuat:
a. atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret;
b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang
dipotret; atau
c. untuk kepentingan orang yang dipotret.
Keharusan untuk meminta persetujuan orang yang dipotret karena tidak selalu
orang yang dipotret akan setuju bahwa potretnya diumumkan tanpa diminta
persetujuannya. Oleh karena itu, ditentukan bahwa harus dimintakan persetujuan
yang bersangkutan atau ahli warisnya. Demikian bunyi penjelasan Pasal 19 ayat
(1) UUHC :
Jadi, bila ingin menggunakan foto yang menampilkan orang lain untuk
misalnya kegiatan promosi, atau menampilkan foto tersebut dalam suatu website
untuk keperluan komersial, sebaiknya anda meminta persetujuan terlebih dahulu

10

dari orang yang dipotret. Bila tidak anda dapat dijerat ancaman pidana Pasal 72
ayat (5) UUHC yang berupa pidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp150 juta.
2. Hukumnya Diam-Diam Memfoto Orang Lain
Bagaimana aspek hukum memfoto orang lain secara diam-diam? Contoh
kasus: Ada teman kantor sedang bekerja dan tanpa sadar difoto dengan
menggunakan HP yang mana foto itu seolah-olah posisinya menunduk seperti
sedang tidur. Lalu foto itu dicetak dan dijadikan bukti ke atasannya bahwa dia
lagi tidur di jam kerja. Bisakah orang yang memfoto dipidana sesuai UU No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? Apakah foto tersebut
merupakan bukti yang sah? Foto yang diambil melalui kamera handpohone
tersebut dapat dikatakan sebagai informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik apabila masih berbentuk elektronik (jika belum dicetak) sebagaimana
yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 UU ITE.

11

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fotografer Yang Berkualitas bukan hanya berarti hasil fotonya bagusbagus, tapi juga fotografer yang tahu sopan santun. Belajar memahami
kamera dan bagaimana membuat foto yang bagus bisa dipelajari dengan
cepat dan mudah. Tapi belajar menjadi santun adalah proses yang harus
dilatih setiap hari.
Fotografer juga merupakan manusia juga. Fotografer harus dapat
berempati dan bersimpati.
B. Saran
Untuk menunjang keilmuan dan etika profesi seorang fotografer
sebaiknya pengkajiannya lebih sistematis agar lebih jelas. Dan pengkajian
tidak hanya pada aspek hukum saja tapi lebih ke praktisi yang menunjang
etika dan hukum itu. Karena sampai saat ini belum terrealisasikan. Masih
banyak fotografer melihat daeri estetika fotonya saja tidak melihat dari
etika pengambilan fotonya.

12

Daftar Pustaka

o

http://www.sourabayainframe.org/2013/07/etika-sebagaiseorang-fotografer.html

o

http://www.mantannapi.com/2016/03/hukum-dan-kodeetik-fotograf-di.html

o

http://alfanmuzaki.blogspot.co.id/2014/10/pengertianetika-profesi-etika-profesi.html

o

https://maklumfoto.com/menjadi-fotografer-yangmengenal-etika/

13