Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkud

Wilayah Kesesuaian Tanaman Mengkudu di Kota
Depok, Jawa Barat
1

Syarif Hidayatulloh1
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetaahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok, Indonesia
[email protected]

Abstrak. Tingginya angka penderita diabetes di Indonesia, hal itu perlu
diimbangi dengan ketersediaan obat. Mengkudu sebagai salah satu tanaman
yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Akan tetapi hingga
saat ini pemanfaatan mengkudu belum optimal. Depok sebagai kota yang dekat
dengan Ibukota Jakarta merupakan tempat yang cukup cocok jika dilihat dari
tingkat aksesbilitasnya. Namun hal itu perlu diklarifikasi dengan syarat tumbuh
optimal tanaman mengkudu yaitu kemiringan lereng, ketinggian, curah hujan,
dan jenis tanah yang diolah menggunakan analisa softrware ArcGIS 9.3 dengan
klasifikasi : sangat sesuai, cukup sesuai, tidak sesuai.
Keywords: Analisis spasial, Mengkudu, Lereng, Ketinggian, Curah Hujan


1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Pola hidup yang kurang sehat menyebabkan tingginya angka penderita Diabetes di
Indonesia khususnya di Jakarta. Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (1) mengkudu merupakan salah satu tanaman
yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Saat ini optimalisasi
penggunaan mengkudu sebagai bahan dasar obat belum lah optimal, hal itu
dikarenakan belum adannya perkebunan mengkudu secara intensif. Hal ini
mendorong peneliti untuk mencari dimanakah tempat yang sesuai untuk perkebunan
mengkudu. Kota Depok menjadi pilihan dikarenakan letaknya di dekat Jakarta dengan
tingkat aksesbilitas yang cukup tinggi namun belum terlalu tercemar oleh aktifitas
industry bila dibandingkan dengan kota di sekitar Jakarta lainnya. Pemanfaatn lahan
pun belum terlalu optimal di Kota Depok sehingga banyak lahan yang hanya
ditumbuhi tanaman yang tidak produktif. Karakterisitik tanaman mengkudu yang

tidak terlalu membutuhkan perlakuan istimewa juga akan membuat para pemilik
lahan dapat melakukan pekerjaan lainnya selain berkebun mengkudu.
1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah kesesuaian lahan
tanaman mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat.

1.3 Rumusan Masalah
Dimana wilayah yang sesuai untuk tanaman mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat?

1.4 Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini adalah batas administrasi Kota Depok, Jawa. Batasan
materi yang dikaji adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian
lahan tanaman mengkudu, yaitu lereng, ketinggian, suhu,curah hujan, dan jenis tanah.

2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Wilayah
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi beserta segenap unsur yang
terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional
adalah


satu

kesatuan

unit

keterkaitansecara fungsional

(3)

(2)

. Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah

geografis

yang

antar


bagiannya

mempunyai

.

Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit
geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah

tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Komponen-komponen
wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur),
manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah
menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang
ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu (4).

2.2 Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial). Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara

kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo
adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak
sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.
Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan,
kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail
(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)
dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan
sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak
dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.0001:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS)
dan tidak sesuai (N) (5).

2.3 Mengkudu
Mengkudu termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian (Rubiaceae), yang pada
mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai
ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji,Florida
dan Kuba (6).
Mengkudu berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, penduduk Asia

Tenggara bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa
tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup di tempat baru. Tanamantanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian,
bangunan, makanan dan obat-obatan, lima jenis tanaman pangan bangsa Polinesia
yaitu talas, sukun, pisang, ubi rambat, dan tebu. Mengkudu yang dalam bahasa
setempat disebut "Noni" adalah salah satu jenis tanaman obat penting yang turut
dibawa Bangsa Polinesia memanfaatkan "Noni" untuk mengobati berbagai jenis
penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan (termasuk
asma), demam dan penyakit usia lanjut (6).
Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan Mengkudu diwariskan dari
generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia, yang disebut
Kahuna adalah orang memegang peranan panting dalam dunia pengobatan tradisional
bangsa Polinesia dan selalu menggunakan Mengkudu dalam resep pengobatannya.
Laporan laporan tentang khasiat tanaman Mengkudu juga terdapat pada tulisantulisan
kuno yang dibuat kira-kira 2000 tahun yang lalu, yaitu pada masa pemerintahan
Dinasti Han di Cina. Bahkan juga dimuat dalam cerita-cerita pewayangan yang ditulis
pada masa pemerintahan raja-raja di pulau Jawa ratusan tahun yang lalu.
Perkembangan industri tekstil di Eropa mendorong pencarian bahan-bahan pewarna
alami sampai ke wilayah-wilayah kolonisasi, karena pada masa itu pewarna sintetis
belum ditemukan. Pada tahun 1849, para peneliti Eropa menemukan zat pewarna
alami yang berasal dari akar Mengkudu, dan kemudian diberi nama "Morindone" dan

"Morindin". Dari hasil penemuan inilah, nama "Morinda" diturunkan (6).

Berikut adalah tabel sejarah perkembangan Morinda citrifolia:
Tahun
100 M

Keterangan
Imigran dari Asia Tenggara tiba di Kep. Polinesia dengan membawa bibit
Mengkudu.
Orang-orang Eropa menemukan zat pewarna dari akar Mengkudu,yaitu Morindon
dan Morindin.

1849
1860

Penggunaan Mengkudu untuk pengobatan mulai ditulis dalam literatur Barat.

1950

Penemuan zat antibakteri pada buah Mengkudu.


1960-1980

Riset-riset ilmiah dilakukan untuk membuktikan bahwa Mengkudu dapat
menurunkan tekanan darah tinggi.

1972

Ahli biokimia, Dr. Ralph Heinicke mulai melakukan penelitian tentang xeronine dan
Mengkudu
Penemuan zat anti kanker (damnacanthal) di dalam buah Mengkudu

1993

Orang-orang Eropa mengetahui khasiat Mengkudu sekitar tahun 1800, yang diawal
dengan pendaratan Kapten Cook dan para awaknya di Kepulauan Hawaii (tahun
1778). Kedatangan mereka turut membawa penyakit-penyakit baru, antara lain
gonorrhea, sipilis, TBC, kolera, influenza, pneumonia yang dengan cepat mewabah ke
seluruh wilayah Hawaii dan mengakibatkan kematian ribuan penduduk. Bahkan
pengobatan tradisional masyarakat setempat tidak sanggup melawan penyakitpenyakit tersebut. Para peneliti Eropa yang datang kemudian melakukan pencarian

dan penelitian tentang sejarah dan kebudayaan bangsa Polinesia, termasuk sistem
pengobatan tradisionalnya (6).
Syarat Tumbuh Tanaman Mengkudu
Secara umum tata cara pembudidayaan mengkudu secara intensif belum ada
yang mempraktikannya. Hal ini disebabkan keberadaannya masih dianggap sebagai
tanaman liar. mengkudu liar tumbuh diberbagai tempat lewat bijinya yang tercecer.
Mengkudu liar dapat tumbuh di dataran rendah, tepi pantai, hingga ketinggian 700

mdpl. pemnyebarannya banyak terdapat di daerah beriklim lembab dengan curah
hujan tahunan 1500-3000 m/tahun
Tanah tempat pertumbuhan tanaman mengkudu umumnya berstruktur baik
dan berasal dari tanah vulkanik, mengkudu juga tumbu di tanah yang miskin unsur
hara. mengkudu bisa tumbuh di areal yang hijau, setengah meranggas, bahkan di
tanah kering seperti
xerofit.Mengkudu

gurun karena

tanaman


ini

memang memiliki

sifat

merupakan tumbuhan yang banyak terdapat dalam Vegetasi

perintis dan vegetasi sekunder setelah lahan tidak digunakan lagi.
Selain tumbuh liar mengkudu

juga dapat dibudidayakan. Tanaman ini

toleran atau bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, baik ditanah keras maupun di tanah
subur. Maslah kesesuain lahan, tentu lahan yang berudara bersih dan bebas polusi
yang sesuai untuk budidaya mengkudu tidak tercemar logam berat, lokasi lahan
sebaiknya jauh dari kawasan industri dan lalu lintas kendaraan bermotor. Pasalnya,
buah mengkudu nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan sari buah atau jus
mengkudu yang dipakai dalam pengobatan alternatif.
Pertumbuhan tanaman mengkudu tergolong sangat cepat. Tanaman

mengkudu liar umumnya pada umur 1-2 tahun sudah menghasilkan buah.Tanaman
yang dibudidayakan secara intensif, seperti di Parung Bogor, pertumbuhannya lebih
cepat lagi. Pada umur 4 bulan, tanaman sudah menghasilkan buah pertama, walaupun
jumlah produksi buah tertinggi (sekitar 30 kg/pohon/bulan) dapat dihasilkan saat
tanaman berumur 4 tahun ke atas. Penanaman mengkudu dapat ditumpangsarikan
dengan tanaman lain, terutama tanaman semusim, seperti tanaman kacang kacangan
atau sayur mayur. Selain itu, mengkudu dapat ditanam sebagai pohon peneduh
dengan cara ditumpangsarikan dengan tanaman kopi (7).
2.4

Lereng

Lereng adalah kenampakan muka bumi yang disebabkan adanya beda tinggi.
Bentuk Lereng dipengaruhi oleh besarnya proses erosi juga gerakan tanah dan
pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua bagian

yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar
pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang
lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi ,sehingga akan
membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.

2.5

Jenis Tanah
Terdapat berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia. Menurut Hardjowigeno

(1985) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 (8), yaitu :
a. Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem
klasifikasi yang lama adalahtermasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning
b. Aridisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadangkadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil
c. Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
mudayaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau
baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau
Regosol.
d. Histosol
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi

tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan
dengan sistemklasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
e. Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan.Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lamaadalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.
f. Mollisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebihdari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari
1%,kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak
keras bilakering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak.
Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem,
Brunize4m, Rendzina, dll.
g. Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral
mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga
kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandungoksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di
lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning),Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
h. Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atasterdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
i. Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunanliat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan
Hidromorf Kelabu.
j. Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi(lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut.Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
2.6 Curah Hujan
Pengertian Curah Hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (9).

3 Metodologi

3.1 Kajian Literatur
Sebelum menganalisis wilayah kesesuaian lahan tanaman mengkudu
diperlukan kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitianpenelitian terdahulu. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah menentukan variabelvariabel yang digunakan dalam analisis wilayah kesesuaian lahan tanaman mengkudu.

3.2 Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan tempat untuk menganalisis wilayah
kesesuaian tanaman mengkudu adalah di Kota Depok, Jawa Barat.

3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan
tanaman mengkudu adalah curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian, dan jenis
tanah.

3.4 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan
tanaman bawang merah merupakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak
secara langsung, melainkan dari instansi terkait ataup situs resmi instansi terkait. Data
tersebut meliputi:
• Peta Administrasi Kota Depok, Jawa Barat
• Data curah hujan pada setiap stasiun di Kota Depok, Jawa Barat
• Data SRTM Kota Depok, Jawa Barat
• Peta jenis tanah yang dapat diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).

3.5 Pengolahan Data.
Proses pengolahan data diawali dengan melakukan klasifikasi data yang kita
miliki sehingga akan mempermudah proses analisa.
Kemiringan Lereng
L1 : 15%
Ketinggian
K1 :700 mdpl

Jenis Tanah
T1 : Aluvial
T2 :Latosol
T3 : Regosol
Curah Hujan
C1 : 3000 mm/th

Variabel
Kemiringan Lereng
Ketinggian
Jenis Tanah (ordo)
Curah Hujan

Sangat Sesuai
L1
K1
T1
C1

Cukup Sesuai
L2
K2
T2
C2

Tidak Sesuai
L3
K3
T3
C3

Table 1. Matriks kesesuaian.

Membuat Nilai bantu dari variable yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu :

Kemiringan Lereng:

Jenis Tanah:

L1: nilai bantu 3

T1: nilai bantu 3

L2: nilai bantu 2

T2: nilai bantu 2

L3: nilai bantu 1

T3: nilai bantu 1

Ketinggian:

Curah hujan:

K1: nilai bantu 3

C1: nilai bantu 3

K2: nilai bantu 2

C2: nilai bantu 2

K3: nilai bantu 1

C3: nilai bantu 1

3.6 Alur Pikir
Penderita Diabetes yang cukup
banyak di wilayah Jakarta

Penyedian
Obat
herbal (mengkudu)

Depok
Terdekat

Wilayah

wilayah yang
sesuai

Data dan Analisis

Belum optimalnya ketersedian obat
herbal diabetes

Wilayah kesesuaian

Gambar 1. Alur pikir penelitian.
3.7 Analisis Data
Metode

analisis

yang

digunakan

adalah

metode

analisis

spasial

menggunakan software pemetaan ArcGIS 9.3. Program ini akan mengklasifikasikan
data menjadi Sangat sesuai, Cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk tanaman mengkudu
di Kota Depok, Jawa barat sehingga terbentuknya Peta Kesesuain Lahan Mengkudu
di Kota Depok, Jawa Barat.

Gambar 2. Modelling GIS.

Query.
Query yang dimasukan agar dihasilkan peta wilayah kesesuaian lahan adalah sebagai
berikut.
Sangat Sesuai :
“Lereng”=3000 mm
Atau jika total dari semua nilai bantu 15 % (tidak sesuai).

Kemiringan Lereng
2-8 %

Luas (KM2)
84.361898

8-15 %

89.832091

15-20 %

16.235795

B. Ketinggian
Ketinggian suatu lokasi di ukur dari permukaan laut merupakan salah satu
variable yang menentukan tingkat kesesuaian tanaman. Hal itu juga terjadi
pada tanaman mengkudu, tanaman mengkudu memiliki kriteria agar tumbuh

optimal yaitu pada ketinggian