Laporan Konservasi Tanah dan Air

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyebab terjadinya kerusakan tanah adalah adanya pertambahan jumlah penduduk secara terus-menerus. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkatlah pula kebutuhan tempat tinggal maupun keperluan bercocok tanam. Dan kelihatannya jalan atau cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan diatas adalah dengan cara penebangan pohon-pohon di hutan.

Di daerah tropik basah seperti Indonesia, penyebab utama terjadinya erosi adalah air. Namun demikian besar kecilnya erosi ditentukan banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Menurut para ahli tanah faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya erosi adalah iklim, topografi (datar atau miringnya tanah), vegetasi (keadaan tanaman), tanah (jenis dan sifat tanahnya), dan manusia. Namun dari sekian banyak faktor, faktor manusialah yang paling memegang peranan paling penting. Erosi bisa terjadi melalui dua cara yaitu yang terjadi secara alami atau dikenal dengan nama erosi alam atau erosi geologis dan erosi yang terjadi akibat tindakan manusia yang disebut erosi dipercepat.

Erosivitas hujan adalah potensi kemampuan hujan yang dapat Erosivitas hujan adalah potensi kemampuan hujan yang dapat

Pendekatan perhitungan energy kimia hujan dengan menggunakan splash cup yang diisi media pasir ternyata besarnya energy kinetic hujan yang dihitung mempunyai korelasi 0.93 dengan besarnya energi kinetic yang dikemukakan oleh Wicshmeier dan Smith (1960).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui besarnya energi kinetis hujan melalui pendekatan

Splash Cup dengan menggunakan media pasir

2. Mengetahui energi kinetis hujan pada berbagai macam vegetasi

3. Melihat hubungan antar energi kinetis hujan dengan jumlah curah hujan bulanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktor-faktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untuk memaksimalkan.( As-syakur, 2008)

Produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula (Kartasapoetra, 1985).

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

1. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es (Arsyad, 1989).

2. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan (Arsyad, 1989).

3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang 3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang

Erosi dapat terjadi karena tumbukan air hujan (energi kinetik) yang mengenai tanah yang tidak tertutup atau dari kecepatan aliran air yang tidak dihambat oleh akar – akar atau vegetasi (Sutedjo, 2002).

Pohon – pohon besar juga dapat mengakibatkan erosi bila bentuk daunnya membentuk mangkuk sehingga berpotensi mengakumulasi air hujan dan dibawahnya tidak ada penutup tanah (misal serasah, semak dan rerumputan).

Erosivitas hujan adalah potensi kemampuan hujan yang dapat menimbulkan erosi tanah (wischmer dan smith, 1960). Besarnya potensi tersebut dapat diukur dengan menghitung besarnya energy kinetic hujan. Menurut Hudson ( 1971) besarnya energy kinetic hujan tergantung pada tiga gaya yang bekerja pada tetesan air hujan yaitu (1). Gaya kebawah. (2). Gaya ke atas, dan (3). Gaya gesekan air hujan dalam udara.

Selanjutnya butiran hujan yang jatuh bebas atas gaya gravitasi akan mengalami percepatan, teteapi pada suatu saat tetesan hujan itu tidak lagi mendapat percepatan, sehingga kecepatannya relative konstan. Kecepata yang konstan ini disebut kecepatan terminal dan kurang lebih 95% dari butiran hujan tersebut dapat mencapai kecepatan terminal setelah jatuhnya mencapai jarak 7-8 Selanjutnya butiran hujan yang jatuh bebas atas gaya gravitasi akan mengalami percepatan, teteapi pada suatu saat tetesan hujan itu tidak lagi mendapat percepatan, sehingga kecepatannya relative konstan. Kecepata yang konstan ini disebut kecepatan terminal dan kurang lebih 95% dari butiran hujan tersebut dapat mencapai kecepatan terminal setelah jatuhnya mencapai jarak 7-8

Secara umum besarnya energy kinetis yang dimiliki oleh suatu benda dinyatakan dalam persamaan empiris sebagai berikut,

Energy kinetis = ½ M (V) 2

Keterangan: M = massa benda.

V = kecepatan gerak. Dalam hubungannya dengan energy kinetis hujan, wischmer dan smith (1960) mengajukan formulasi sebagaii berikut.

E 2 kin =R 1 ( 210.3 + 89 log I i ) joule / m

Keterangan:

E 2 kin = energy kinetis hujan dalam joule/m . R i = curah hujan selama periode tertentu dengan intensitas konstan (cm).

I i = intensitas hujan selama periode hujan yang bersangkutn (cm / jam).

LAL (1977) , Mengajukan formulasi sebagai berikut:

E kim = [ ( IV ) / 2] Keterangan :

I= Intensitas hujan m/det.

V = kecepatan hujan m/det. Kinnell (1981), mengajukan formulasi sebagai berikut:

E kim = 11.9 + 3.79 Ln I

Keterangan:

E kim = energy kinetis.

I = Intensitas hujan . Rumus-rumus tersebut hanyalah berlaku pada tempat-tempat terbuka dan tersedia alat pencatat hujan tipe otomatis. Untuk wilayah di bawah vegetasi atau daerah yang belum ada alat pencatat hujan tipe otomatis, Ellinson (1944) telah mengembangkan suatu cara dengan Splash Cup dengan formula empiris sebagai

Keterangan: S = jumlah percikan tanah (spalash erotion) dan splash cup dalam gram selama kejadian hujan dan setara dengan besarnya energy kinetis hujan.

V = kecepatan tetesan hujan dalam inci per jam. K = konstansa yang tergantung dari jenis media yang digunakan.

D = diameter hujan (mm).

I = Rata-rata hujan (inci / jam). Selanjutnya oleh mihara (1961) dan free (1960) dibuat hubungan antara

Untuk media pasir splash erotion α (energy kinetic ) 0.9 . Untuk media tanah splash erotion α (energy kinetic ) 1.46 .

Pendekatan perhitungan energy kimia hujan dengan menggunakan splash cup yang diisi media pasir ternyata besarnya energy kinetic hujan yang dihitung mempunyai korelasi 0.93 dengan besarnya energi kinetic yang dikemukakan oleh Wicshmeier dan Smith (1960).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum Pengukuran energi kinetis hujan dengan metode Spalsh cup adalah Splash cup, timbangan analisits, dapur pengering, kantong plastik, botol pemancar, Aquades, Pasir lolos saringan 0,5 mm.

B. Prosedur kerja

1. Dicari lokasi yang mempunyai berbagai vegetasi dan temukan titik titik pemasangan Splash cup. Pasanglah pula di tempat terbuka sebagai pembanding

2. Splash cups di isi dengan pasir yang telah di cuci berdiameter 0,25- 0,50 mm sampai penuh. Sambil di ketuk ketuk seca pelan pelan hingga rata

3. Splash cups yang telah terisi pasir kering di keringkan ke dalam dapur pengering sehingga mencapai kering mutlak ( pada suhu 110 C selama 20-30 jam )

4. Splash cup di dinginkan ke dalam eksikator sampai menjadi dingin ( kurang lebih 15-30 menit ) dan setelah dingin di timbang

5. Splash cup yang telah di ketahui beratnya di tempatkan pada titik

6. Setiap 24 jam di amati, di catat besarnya curah hujan ( dari alat pengukur curah hujan yang terpasang pada tempat yang terbuka ) dan timbanglah Splash cup tersebut setelah di keringkan

7. Lakukan point 1-6 pada berbagai vegetasi selama satu bulan dan lakukan ulangan secukupnya.

8. Hasil di catat dalam tabel pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

E = A-B

d Keterangan :

A : Berat pasir kering mutlak + Splash cup sebelum kehujanan

B : Berat pasir kering mutlak + Spalsh cup setelah kehujanan

d : Luas lingkaran Splach cup Diameter Splach cup

= 6,5 cm

Tabel 1.1 energy kinetic No

Naungan

Non Naungan EK Awal

EK

Awal Awal (A- (A)

(B) B/d)

299,5 305,5 -1

Table 1.2 uji T No. 2 EK Naungan EK Naungan a-b (gram) (a-b) gram

(a)

(b)

5 -0,5

-0,03 0,0009 Jumlah 6,81

-9,81 65,03071 Rata-

-0,981 6,503071 rata

2 Sd 2 = JK Sd = Sd

n-1

= - 0,981 0,723 = - 1,35

α Tabel 5% = 2,262, T hitung = - 1,35 T hitung < α Tabel 5%

Kesimpulan = Hasil tidak berbeda nyata, maka terjadi erosi baik di naungan maupun di non naungan.

B. Pembahasan

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995).

Mekanisme Terjadinya Erosi

Erosi adalah peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat dan terangkat ke tempat lain, baik oleh pergerakan air, angina dan/atau es. Erosi diawali oleh terjadinya penghancuran agregat tanah. Ketika hujan berlangsung, maka butir-butir air hujan dengan gaya kinetiknya menimpa tanah (terutama tanah gundul) dan memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat tanah akibatnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel tersebut Erosi adalah peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat dan terangkat ke tempat lain, baik oleh pergerakan air, angina dan/atau es. Erosi diawali oleh terjadinya penghancuran agregat tanah. Ketika hujan berlangsung, maka butir-butir air hujan dengan gaya kinetiknya menimpa tanah (terutama tanah gundul) dan memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat tanah akibatnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel tersebut

Gambar 1.1Bagan Alir Proses Erosi oleh Air

Tipe-Tipe Erosi

Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi 7 tipe, diantaranya yaitu:

a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel- a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-

c. Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti denganpengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran- saluran air

d. Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur

e. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan

f. Erosi internal (internal or subsurface erosion) adalah proses terangkutnya partikel-partikel tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah permukaan

g. Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relative besar. (Suripin, 2004)

Energy kinetis (Joule/m 2 mm) merupakan hubungan antara selisih berat pasir kering mutlak sebelum dan sesudah kehujanan dalam gram dengan luas

lingkaran splash cup (m 2 ) dimana jari – jari splash cup adalah 3 cm. Menurut Hudson (1971) besarnya energy kinetic hujan tergantung dari tiga

gaya yang bekerja pada tetesan air hujan yaitu :

2. Gaya keatas

3. Gaya gesekan air hujan dalam udara. Secara umum besarnya energy kinetis yang dimiliki oleh suatu benda dinyatakan dalam persamaan empiris sebagai berikut :

Energy kinetis = M(V)

Keterangan : M = Masa benda

V = Kecepatan gerak Dalam kaitannya dengan energy kinetic hujan, Wischmeir dan smith (1960) mengajukan formulasi sebagai berikut :

E 2 kim =R i ( 210,3 + log I i ) Joule/m

Keterangan :

kim

= Energi kinetis hujan dalam Joule/m

R i = Curah hujan selama periode tertentu dengan intensitas konstan ( Cm )

I i = Intensitas hujan selama periode hujan yang bersangkutan ( Cm/jam) LAL (1977), mengajukan informasi sebagai berikut :

= Energy kinetis hujan Watt/m

I = Intensitas hujan m/det

V =Kecepatan hujan m/det Kinnell (1981), mengajukan formulasi sebagai berikut :

Keterangan :

kim

= Energi kinetis J/m -mm

I = Intensitas hujan (mm) Ellison (1944) telah mengembangkan suatu cara pengukuran energy kinetis hujan dengan splash cup dengan formulasi empiris sebagai berikut :

4,07 S=αV 0,65 D I

Keterangan : S

= Jumlah percikan tanah (splash erosion) dan splash cup dalam gram selama kejadian hujan dan setara dengan besarnya energy kinetis hujan.

V = Kecepatan tetesan hujan dalam inci per jam K

= Konstanta yang tergantung dari jenis media yang digunakan

D = Diameter hujan (mm)

Selanjutnya oleh mihara (1961) dan free (1960) dibuat hubungan

antara erosi percik (splash erotion) dengan energy kinetic hujan dengan konversi:

Untuk media pasir splash erotion α (energy kinetic ) 0.9 . Untuk media tanah splash erotion α (energy kinetic ) 1.46 .

( Baver, 1960 ) Pendekatan perhitungan energy kimia hujan dengan menggunakan splash cup yang diisi media pasir ternyata besarnya energy kinetic hujan yang dihitung mempunyai korelasi 0.93 dengan besarnya energi kinetic yang dikemukakan oleh Wicshmeier dan Smith (1960).

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu (1) secara agronomis, (2) secara mekanis,

(3) secara kimia. Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi untuk membantu menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik adalah konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi. Atau secara singkat dapat dikatakan metode agronomis ini merupakan usaha untuk melindungi tanah, mekanis untuk mengendalikan energi aliran permukaan yang erosif, dan metode kimia untuk meningkatkan daya tahan tanah (Suripin, 2004).

Cara vegetatif atau cara memanfatkan peranan tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (a) penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan, (b) penanaman tanaman penutup tanah, (c) penanaman tanaman secara garis kontur, (d) penanaman tanaman dalam strip, (e) penanaman tanaman secara bergilir, dan (f) pemulsaan atau pemanfaatan seresah tanaman (Kartasapoetra, 1985). Adapun usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain meliputi :

a. Pengolahan tanah a. Pengolahan tanah

d. Pembuatan saluran air (waterways)

e. Pembuatan dam pengendali (check dam) (Suripin, 2004). Pengendalian erosi secara kimiawi, yaitu pengendalian erosi yang didasarkan atas usaha penambahan bahan kimiawi yang bersifat organic maupun anorganik secara terencana ke dalam tanah untuk memperbaiki/memulihkan sifat fisik dan kimiawi tanah. Pengendalian erosi secara kimiawi yang tidak terencana dapat merugikan tanaman antara lain keracunan serta pengrusakan sifat fisik tanah sehingga menjadi lebih peka terhadap erosi. Tujuan pengendalian erosi secara kimiawi : (a) Memanipulasi struktur tanah sehingga terbentuk agregasi (b) Mempercepat dekomposisi mulsa dan seresah (Tim Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).

Konservasi tanah mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kelas kemampuan tanah. Teknik konservasi tanah ini dikenal pula dengan sebutan metode sipil teknis. Banyak ragam rekayasa konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah, salah satunya adalah pengelolaan tanah dengan cara terasering (terrace).(Mawardi, 2011).

Selain teras bangku dan berbagai bentuk teras lainnya, misalnya teras gulud, Selain teras bangku dan berbagai bentuk teras lainnya, misalnya teras gulud,

a. Teras Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah. Tipe teras yang relative banyak dikembangkan pada lahan pertanian di Indonesia adalah teras bangku dan teras gulud.

b. Rorak Rorak merupakan tempat/lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran peresapan. Peresapan rorak ditujukan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi.

c. Mulsa vertical Untuk memaksimalkan peresapan air ke dalam tanah, dapat dilakukan dengan menambahkan sisa tanaman, seresah gulma, pangkasan tanaman penguat ke dalam saluran teras, rorak atau ke dalam lubang-lubang peresapan air.

d. Bedengan

Metode Prediksi Erosi

Pemodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu:

a. model erosi dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning ), inventarisasi erosi tanah, dan untuk dasar pembuatan peraturan (regulation);

b. model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik (physicallybased mathematical models ) dapat memprediksi erosi di mana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi; dan

c. model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami prose-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian. (Nearing et al., 1994 cit. Vadari et al., 2004). Banyak model erosi yang telah dikembangkan, dimulai dengan USLE, dan beberapa model empiris lainnya, misalnya RUSLE, MUSLE (modified universal soil loss equation ) yang dikembangkan atau berpatokan pada konsep USLE. Beberapa model fisik dikembangkan setelah USLE, salah satu diantaranya adalah model fisik GUEST (griffith university erosion system template) (Rose et al., 1997 cit. Vadari et al., 2004). Beberapa model erosi untuk DAS yang berkaitan dengan hidrologi yang juga berdasarkan pada konsep USLE adalah ANSWER (areal non-point sources watershed environment response simulation) yang c. model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami prose-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian. (Nearing et al., 1994 cit. Vadari et al., 2004). Banyak model erosi yang telah dikembangkan, dimulai dengan USLE, dan beberapa model empiris lainnya, misalnya RUSLE, MUSLE (modified universal soil loss equation ) yang dikembangkan atau berpatokan pada konsep USLE. Beberapa model fisik dikembangkan setelah USLE, salah satu diantaranya adalah model fisik GUEST (griffith university erosion system template) (Rose et al., 1997 cit. Vadari et al., 2004). Beberapa model erosi untuk DAS yang berkaitan dengan hidrologi yang juga berdasarkan pada konsep USLE adalah ANSWER (areal non-point sources watershed environment response simulation) yang

Kemampuan hujan dalam menghancurkan agregat tanah ditentukan oleh energi kinetiknya. Energi kinetik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Hudson, 1976; Kohnke and Bertrandt, 1959) : rumus :

1 Energy kinetis = 2 M(V)

dimana : Ek = energi kinetik hujan m = masa butir hujan v = kecepatan butir hujan selanjutnya besarnya energi kinetik secara kuantitatif dihitung berdasarkan persamaan oleh Wischmeier 1960 dalam Soil Conservation yaitu : rumus :

KE = 210,1 + 89 (log i) dimana : KE = energi kinetik hujan dalam ton/ha/cm

I = intensitas hujan (cm/jam) Pada praktikum acara 1 dilakukan dengan menggunakan dua bentuk I = intensitas hujan (cm/jam) Pada praktikum acara 1 dilakukan dengan menggunakan dua bentuk

Berdasarkan data hasil praktikum pada table energy kinetic di peroleh energi kinetic hujan yang berbeda beda antar masing masing perlakuan. Pada perlakuan Splash cup yang di tempatkan pada naungan rata-rata energy kineteik sebesar 6,81 J/m. Sedangkan untuk perlakuan Splash cup yang di tempatkan pada tempat terbuka (tanpa naungan) memiliki rata-rata energy kinetic sebesar 16,67 J/m.

Hal tersebut menunjukan bahwa air hujan yang jatuh ke tanah yang juga memiliki energy kinetic dapat di hambat dan di perkecil dengan adanya vegetasi yang berada di atas permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (1989), bahwa. Vegetasi dapat mengitersepsi curah hujan yang jatuh dengan daun, batang yang akan mengurangi kecepatan jatuh serta memecah butiran hujan menjadi lebih kecil. Curah hujan yang mengenai daun akan menguap kembali ke udara dan inilah yang disebut dengan kehilangan intersepsi tanaman. ( Arsyad, 1989). `

Demikian juga menurut LAL (1977) bahwa vegetasi mengurangi pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah. Tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan limpasan permukaan dan mengurangi kandungan air Demikian juga menurut LAL (1977) bahwa vegetasi mengurangi pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah. Tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan limpasan permukaan dan mengurangi kandungan air

Berdasarkan table uji T didapatkan hasil T hitung -1,35, nilai T table 5 % nilainya 2,262. Kesimpulannya hasil tidak berbeda nyata, maka terjadi erosi baik di naungan maupun di non naungan.

Besarnya energy kinetic di daerah terbuka lebih besar dari pada daerah ternaungi hal ini terjadi karena pada daerah terbuka hujan langsung turun ke tanah tanpa ada penghalangnya. Dari hasil besarnya energy kinetic tersebut kemudian dilakukan analisis menggunakan uji F untuk membandingkan besarnya energy kinetic di tempat terbuka dan tempat ternaungi ternyata diperoleh hasil F hitung lebih besar dari F tabel maka besarnya energy kinetic pada daerah terbuka dan ternaungi berbeda nyata dan energy kinetic yang dihasilkan oleh curah hujan mengakibatkan erosi percik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pada Splash cup yang di letakan di dua tempat yang berbeda yaitu dengan naungan dan tanpa naungan ternyata memili perbedaan yang cukup nyata. Splash cup yang berada di tempat naungan memiliki rata-rata energy kinetic 6,81 J/m. Sedangkan pada tempat tanpa naungan memiliki rata-rata energy kinetic 16,67 J/m.

2. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa energy kinetic dari ari hujan dapat di hambat dan di perkecil oleh adanya vegetasi yang berada di atas permukaan tanah karena vegetasi ini merupakan salah satu factor yang mempengaruhi dalam proses terjadinya erosi.

3. Kekuatan dari energy kinetic memiliki korelasi yang positif terhadap curah hujan bulanan, dimana pada saat proses pelaksanaan praktikum ini curah hujan yang turun tidak begitu banyak, sehingga energy kinetik yang di turunkan pun tidak terlampau besar seperti pada daerah yang memiliki curah hujan bulanan tinggi.

B. SARAN

Pada praktikum Konservasi tanah dan air sudah cukup bagus dalam pelaksanaanya. Namun ada beberapa hal yang harus di benahi seperti pengumuman jam praktikum dan tempat yang kondusif untuk di adakannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah

Mada University Press, Yogyakarta. As-syakur , Abdul Rahman. 2008. Prediksi Erosi Dengan Menggunakan Metode USLE Dan Sistem Informasi Geogra_s (SIG) Berbasis Piksel Di Daerah Tangkapan Air Danau Buyan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana. Jurnal PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, Inc. New York. Ellison,W.D.1944.Studies of Rain drop Erosion,Agricultural Enginering, 25 : 131

-139 -181 – 182. Kartasapoetra, A.G.2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka

Cipta. Jakarta

Kinnell,P.I.1981. Rainfall intensity – Kinetic Energy Relationships for Soil Loss Prediction , Soil Science Society of America, 45,1,153-155

LAL, R.1977,Analysis of Faktors Affecting Rainfall Erosivity and soil Erodibility, at Soil Conservation and Management in the Humid Tropic Edyted By : D.J. Greenland and R Lal. John Weley & Sons. Chicester- New York-

Mawardi. 2011. Peranan Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Bervegetasi Kacang Tanah. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang. Jurnal TEKNIS Vol. 6 No.3 Desember 2011 : 105 -113.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi, Yogyakarta Sutedjo, M.M., dan A.G Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rhineka Cipta. Jakarta. Wischemeier, W.D.D.Smith.1960.A Universal Soil Loss Equation of Guide Conservation Farm Planning . Congres of soil Science.Maddison Wisconsin. USA.

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanah terdapat dimana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda, dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatas atau didalamnya, selain itu di dalam tanah terdapat juga udara dan air.

Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain, disamping campuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Tanah akan kehilangan bahan-bahan mineral tersebut jika tanah dipergunakan secara terus-menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah konservasi maupun pengelolaan tanah yang baik.

Indonesia merupakan negara yang tanahnya subur dan cocok untuk usaha pertanian semusim,namun terbatas sekali hanya di pulau Jawa dan Bali, sedikit di pulau Sumatera dan sebagian kecil di pulau Sulawesi,sebagian besar lagi merupakan lahan yang kurang baik untuk Indonesia merupakan negara yang tanahnya subur dan cocok untuk usaha pertanian semusim,namun terbatas sekali hanya di pulau Jawa dan Bali, sedikit di pulau Sumatera dan sebagian kecil di pulau Sulawesi,sebagian besar lagi merupakan lahan yang kurang baik untuk

Di Indonesia masalah tersebut banyak terjadi di berbagai daerah, masalah erosi sebenarnya telah lama diketahui mulai pertengahan abad ke-

19, erosi merupakan peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut ketempat lain,baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.

B. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan suatu tanah untuk meloloskan air atau melewatkan air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hidraulic conductivity (HC) merupakan suatu parameter sifat fisik tanah yang menunjukan kemampuan tanah dalam kedaan jenuh untuk melakukan atau melewatkan air. Dengan demikian nilai hantaran hidrolik suatu tanah juga mencerminkan suatu kondisi pori tnah oleh penyusunan butir butir agregat tanah.

HC dapat di tentukan dengan menggunakan metode pendugaan (metode kolerasi) dan melalui pengukuran serta pendungaan HC melalui metode kolerasi di lakukan dengan memakai meotde distribusi ukuran butir ataubmetode permukaan spesifik. Kedua metode dapat dugunakan untuk pendugaan HC laren adanya hubungan yang erat antara ukuran dan jumlah pori sera ukuran butir dengan HC. Penetapan nilai HC melalui pengukuran dapat di lakukan di labolatorium atau d lapangan. Metopde yang sering di gunakan aadalah Constand head, Falling head, dan ring sample ( di labolatorium )/ sedangkan di lapangan di pergunakan metode auger hole, inverse auger hole, dan peizometer.

Dalam praktikum ini akan di lakukan metode pengukuran HC di lapang. HC dalam kedaan jenuh adalah suatu konstanta yang menentukan aliran suatu cairan yang melalui suatu medium jenuh pada suatu luas penampang tertentu yang berasal dari suatu turunan sempiris hubungan beberapa factor yang di kemukanan oleh Darcy:

q = KA. H/L keterangan : q = KA. H/L keterangan :

H = Hidraulic Head yang mempengaruhi pergerakan air dari suatu tempat ke tempat lain L = panjang atau tebal media atau contoh tanah yang di lalui aliran.

Hokum darcy ini sebenarnya hanya dapat di pakai untuk aliran auir yang betuk betk laminar. Sehiungga dalam penentuan HC di labolatorium dengan cara ini sering timbul masalah. Pengukuran HC di lapngan dapat di lakukan dengan metode auger Hole, Inverse auger hole, dan plezon eter. Dalam pelksanaanya, pengukuran HC dapat di laksanakan pada :

a. Permukaan air tanah berubah yaitu dengan mengukur jumlah kenaikan air atau penurunan permukaan air tanah per satuna waktu

b. Permukaan air tanah berubah yaitu dengan mengukur jumlah kenaikan air atau penurunan permukaan air tanah per satuna waktu.

Dalam keadaan jenuh, menurut hukum Darcy (1856 ) volume air yang mengalir melalui satu irisan melintang suatu luasan persatuan waktu (disebut fluk

q) adalah sebanding dengan hantaran hidrolik dan gradien tinggi hidrolik ΔH/L, dimana ΔH adalah perbedaan tinggi hidrolik dan L adalah panjang kolom tanah). Secara sederhana persamaan Darcy untuk satu dimensi adalah:

q = K.ΔH/L

Sifat morfologi tanah adalah isfat-sifat tanah yang dapat diamati dan Sifat morfologi tanah adalah isfat-sifat tanah yang dapat diamati dan

1. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Hue dibedakan menjadi 5R; 7,5R; 10 R; 2,5YR; 5YR; 7,5YR; 10YR; 2,5Y; dan 5Y.

2. Value menunjukan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Value dibedakan dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi value menunjukan warna makin terang.

3. Chroma menunjukan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma dibagi dari 0 sampai 8, dimana makn tinggi chroma menunjukkan kemurnian spketrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat.

Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Dibedakan menjadi pori-pori kasar (berisi udara atau air gravitasi/air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), dan pori-pori halus (berisi air kapiler atau udara) , (Sarwono, 1987)

Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah, dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Usaha-usaha konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari, dengan demikian maka konservasi tanah tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan macam penggunaan dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuaan sesuai dengan syarat-syarat tertentu, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. (Arsyad, 1989).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan

Alat yang di gunakan dalam praktikum Hantaran hidrolik adalah Bor tanah, pelampung, mistar rol 2 meteran, tali, ember, gayung air, pipa pralon 0,25 inc, dan Stopwatch.

B. Prosedur kerja

1. Tanah di bor sampai kedalaman tertentu ( mencapai horizon B )

2. Lubang tanah di siram dengan air secukupnya

3. Lubang tanah di isi dengan air

4. Alat pelampung di turunkan

5. Penurunan permukaan air untuk setiap periode waktu tertentu di ukur. (1 menit di ulang 5 kali, 2 menit di ulang 2 kali, 3 menit di ulang 3 kali, 5 menit di ulang 3 kali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Table 2.1 hantaran hidraulik I

T (x) ∆t h (y) ∆h

Table 2.2 Hantaran hidrolik II

= 1,5 x r x tg x = 1,5x 6 x 0,414

B. Pembahasan

Hantaran hidrolik adalah suatu parameter sifat fisik tanah yang menunjukan kemampuan tanah dalam keadaan jenuh untuk melewatkan dan melukan air. Menurut Baver, (1959), Secara kuantitatif hantaran hidrolik adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pda media berpori dalam kedaan jenuh atau di definisakan juga sebagai kecepatan air untuk menembus tanah pada periode waktu tertentu yang di nyatakan dalam centimeter per jam. Sedangkan Tujuan dari pengukuran hantaran hidrolik adalah untuk menentukan kapasitias dan kemampuan suatu tanah dalam melalukan dan melewatkan air.

Fungsi dari Hantaran hidrolik bagi dunia pertanian dan kehidupan sehari hari diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk membandingkan kecepatan hantaran hidrolik pada horizon – horizon tanah tanah yang berbeda sebagai petunjuk pergerakan air dan permasalahan drainase yang mungkin terdapat dalam profil tanah tersebut (Rohmat, 2009).

2. Dengan mengetahui hantaran hidrolik, maka dapat dirancang sistem drainase lapangan terutama kedalaman dan jarak antar saluran (Rohmat, 2009)

3. Di gunakan untuk menentukan penggunaan dan pengelolaan pratis tanah. Karena hantaran hidrolik ini dapat memepengaruhi penetrasi air, laju penetrasi air, laju adsorpsi air, drainase internal, dan pencucian unsure hara.

4. Dalam kehidupan sehari hari hantaran hidrolik mempunyai manfaat dalam segi melalukan dan melwatkan air limbah yan kotor dari aktivitas kehidupan

Constant Head Test

Untuk test dengan cara constant head test banyaknya air yang mengalir lewat contoh tanah ditampung dalam gelas ukur. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan air tersebut di catat. Perlu diingat bahwa pada constant head test, tinggi muka air diatas contoh tanah di USAHAKAN tetap (constant). Apabila volume air yang dikumpulkan dalam gelas ukur adalah = Q, dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan adalah t, maka : k = Q

Ait

Falling Head Test

Untuk test Falling Head, air didalam pipa yang dipasang diatas contoh tanah dibiarkan turun. Volume air yang melewati contoh tanah adalah sama dengan volume air yang hilang di dalam pipa : k. (h/L). A. dt = a. dh ...................(1) Dimana :

A = luas penampang contoh tanah

a = luas penampang pipa (tabung buret) dt = waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir

dh = tinggi air didalam pipa yang hilang

Gambar 2.2 Skema uji falling head

Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara alami dengan adanya aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar

Menurut Brata (2008) biopori merupakan ruang atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam tanah dan bercabang-cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah. Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap dan semut di dalam tanah.

Manfaat Lubang Resapan Biopori

Teknologi lubang resapan biopori memiliki manfaat yang sangat banyak namun secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi genangan

Pada daerah perkotaan umumnya pembangunan sangat berkembang maka semakin meningkat pula kawasan tertutup (kedap air) sehingga mengurangi daerah resapan yang mengakibatkan menurunnya volume resapan air ke dalam tanah. Di samping itu lahan terbuka di sekitar pemukiman/perumahan umumnya dalam keadaan padat akibat aktivitas manusia. Kondisi ini menyebabkan peningkatan jumlah air hujan terbuang sebagai air larian (run off) yang mengakibatkan terjadi genangan, sehingga pada musim hujan akan terjadi banjir.

2. Menambah cadangan air tanah

Air hujan yang masuk ke dalam tanah dalam bentuk air bebas akan terus mengalami pergerakan perlahan-lahan menuju tempat yang terendah. Jika terus menerus diisi kembali, cadangan air bawah tanah akan dapat dipertahankan

(Asdak, 2001). Dengan meningkatnya resapan air ke dalam tanah tentu ketersediaan air di bawah tanah akan semakin meningkat pula jumlahnya. Ketersediaan cadangan air bawah tanah sangat penting dan wajib dipelihara, khususnya di daerah perkotaan karena air bawah tanah merupakan salah satu cadangan sumber air bersih bagi masyarakat dan pelaku usaha kegiatan. Menurut Rauf (2001) bahwa metode lubang resapan biopori merupakan salah satu tindakan yang tepat dilakukan guna meningkatkan resapan air pada lahan pemukiman/ perkotaan, karena air yang masuk ke dalam biopori dapat dengan mudah bergerak dalam profil tanah dan masuk sebagai sebagai air bawah tanah (ground water). Pada tanah yang telah rusak di mana lapisan tanah atas (top soil) sudah tipis akibat terkikis oleh air larian, lubang resapan biopori dapat membantu mempercepat laju peresapan air ke dalam lapisan bawah tanah (sub soil) yang relatif padat, serta membantu pemasukan bahan organik ke dalam tanah. Dengan perbaikan kondisi sub soil tanah maka peresapan air semakin lancar, sehingga cadangan air tanah semakin terjamin (BPLHD JABAR, 2009). Jika tidak diisi kembali cadangan air bawah tanah akan berkurang karena keluar sebagai mata air, mengalami penguapan pada lahan terbuka dan evapotranspirasi pada lahan pertanian. Selain itu di wilayah perkotaan berkurangnya ketersediaan air tanah sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan air bawah tanah yang sangat tinggi di berbagai sektor usaha dan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Berbagai bentuk kehilangan tersebut perlu dipulihkan kembali melalui upaya peresapan air ke dalam tanah pada saat terjadi hujan.

Lubang resapan biopori berfungsi sebagai tempat menampung aliran permukaan untuk memberi kesempatan air meresap ke dalam tanah dan tersimpan menambah cadangan air tanah.

3. Mengurangi volume sampah organik

Sampah organik di Kota Medan sebahagian berasal dari sampah rumah tangga yang menghuni kawasan pemukiman, berupa sisa makanan atau sampah dapur. Selain itu juga berasal dari sisa tanaman berupa bekas pangkasan tanaman pekarangan, sisa hasil panen tanaman yang tidak terjual dan jerami, peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan volume sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA). Keterbatasan sarana dan prasarana penanganan sampah di Kota Medan menyebabkan pengelolaan sampah tidak berjalan maksimal, sehingga masyarakat mencari alternatif penanganan lain seperti membakar, membuang sampah ke sungai, menumpukkan di seberang tempat yang sangat mengganggu estetika lingkungan dan akan berdampak negatif terhadap pelestarian lingkungan.

Perencanaan Saluran Drainase

Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencanadengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase menurut Suripin mengikuti tahapan-tahapan meliputi: menentukan debit rencana, menentukan jalur saluran, merencanakan profil memanjang saluran, merencanakan penampang melintang saluran, mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas

Menurut Soedarmo dan Purnomo (1993), perubahan kadar air akibat adanya resapan air yang masuk ke dalam tanah akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan geser dalam tanah. Aliran air dalam tanah akan mempercepat terjadinya keruntuhan lereng karena air dapat menurunkan tingkat kelekatan butiran tanah. Semakin bertambah air yang masuk ke dalam pori-pori tanah maupun yang menggenang di permukaan tanah akan mempercepat terjadinya keruntuhan tanah (Hardiyatmo, 2003). Ohsuka & Yoshifumi (2001) menyebutkan bahwa peningkatan tekanan air pori menyebabkan terjadinya deformasi menjadi sangat cepat hingga mencapai keruntuhan. Meningkatnya tekanan air pori adalah salah satu penyebab utama keruntuhan lereng. Air yang mengalir dan mengisi retakan akan mendorong tanah ke arah lateral (Hardiyatmo, 2003). Secara umum, kekuatan gese tanah akan berkurang apabila mempunyai kadar air yang tinggi atau dalam kondisi yang sangat jenuh air (saturated).

Praktikum Konservasi Tanah dan Air kali ini di lakukan pengukuran terhadap Hantaran Hidrolik tanah. Pengukuran hantaran hidrolik ini telah dilakukan dalam waktu 31 menit. Penyerapan konstan terjadi pada menit ke 7 pa da interval 5. Sehingga berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil ∑xy = 454,25, ∑x 2 = 1096,917 dan b (tan

) = 0,414 karena jari-jari (r) diketahui 6 maka diperoleh nilai K sebesar 3,726 cm/dtk. Pada penentuan dan perhitungan hantaran

hidrolik, masing masing tanah meskipun dalam satu daerah yang sama memiliki hantaran hidrolik yang tidak sama. Hal ini di karenakan hantaran hidrolik dapat di pengaruhi oleh kondisi tanah yang berupa tektstur, struktur, agregat, porositas dari hidrolik, masing masing tanah meskipun dalam satu daerah yang sama memiliki hantaran hidrolik yang tidak sama. Hal ini di karenakan hantaran hidrolik dapat di pengaruhi oleh kondisi tanah yang berupa tektstur, struktur, agregat, porositas dari

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hidraulic conductivity (HC) merupakan suatu parameter sifat fisik tanah yang menunjukan kemampuan tanah dalam kedaan jenuh untuk melakukan atau melewatkan air.

2. Berdasarkan data hasil praktikum di peroleh nilai K sebesar 3,726 cm/dtk. Selama rentang waktu 31 menit. Penyerapan konstan terjadi pada menit ke 7 pada interval 5.

3. Hantaran hidrolik ini merupakan factor penting dalam dunia pertanian karena secara langsung hantaran hidrolik ini berkorelasi positif terhadap laju infiltrasi suatu tanah

B. SARAN

Praktikum Konservasi tanah dan air acara hantaran hidrolik ini sudah berjalan cukup baik, namun ada beberapa hal yang harus di perbaiki seperti mis komunikasi antara asisten dengan praktikan terkait masalah penentuan dalamnya lubang yang di isi air serta kurang responsifnya asisten dalam memandu para praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. ITB press, Bogor.

Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, Inc. New York. BPLHD Provinsi Jawa Barat. 2009. Implementasi Lubang Resapan Biopori untuk

Perbaikan Lingkungan .

Brata, K. 2008. Lubang Resapan Biopori. Swadaya. Jakarta.

Darcy, H.P.G. 1856. Les Fontaines publiques de la Ville de Dijon. Victor Dalmont, Pris

Hardiyatmo, H.C., 1992, Mekanika Tanah 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

http://erabaru.or.id/2008. Biopori Teknologi Solusi Banjir.

Ohtsuka, S., and Yoshifumi, 2001, Consideration on landslise mechanism based on pore water pressure loading test, The 15th International Conference on Soil Mechanics and Geotechnical Engineering , 27-31 August 2001, Istanbul, Turkey.

Rauf, A. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya dengan

Sumatera Utara. Medan.

Rohmat, dede. 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut karaktereristik lahan. Bandung. Soedarmo,G.D. dan Purnomo, S.J., 1993, Mekanika Tanah 2, Kanisius, Yogyakarta. Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya airdari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow.

Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di planet ini adalah sama walaupun manusia, binatang dan tumbuhan banyak menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas, namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi di mana air yang kotor dan bercampur dengan banyak zat dibersihkan kembali melalui proses alam.

Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain,disamping campuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Tanah akan kehilangan bahan-bahan mineral tersebut jika tanah dipergunakan secara terus-menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah konservasi maupun pengelolaan tanah yang baik.

Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak

Sumber daya alam utama, yaitu tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik dan memburuknya sifat-sifat fisik yang tercermin antara lain pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah.