INDONESIAN SUSTAINABLE YOUTH CREATIVE CO

INDONESIAN SUSTAINABLE YOUTH CREATIVE-COOPERATIVE MOVEMENT
(INSOCOM): UPAYA PENYIAPAN DAN PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI PENGGERAK KOPERASI DI INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna mengikuti Lomba Karya Tulis Nasional (LKTN)
dalam rangkaian event PEKAN-KU
dengan tema "Pemuda sebagai Agen Penggerak Koperasi di Indonesia"

Disusun Oleh :
Ahmad Mursid

NIM H0510003

Nurul Kusmiyati

NIM M0411052

Rachmad Adi Riyanto

NIM H0910056


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

i

LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui dan disahkan pada
hari

: Minggu

tanggal

:

09 November 2014

Anggota 1


Anggota 2

Nurul Kusmiyati

Rahmat Adi Riyanto

NIM . M0411052

NIM . H0910056

Ketua Kelompok

Ahmad Mursyid
NIM H0510003

ii

INDONESIAN SUSTAINABLE YOUTH CREATIVE-COOPERATIVE MOVEMENT
(INSOCOM): UPAYA PENYIAPAN DAN PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI PENGGERAK KOPERASI DI INDONESIA
Ahmad Mursid, Nurul Kusmiyati, Rachmad Adi Riyanto
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem ekonomi kerakyatan dalam
pembangunan perekonomiannya.

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kecerdasan fikiran dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

yang diselenggarkan oleh

Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas dalam dengan tema “ Pemuda sebagai agen
penggerak koperasi di Indonesia”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw serta semoga kita termasuk orang yang mendapat syafaat beliau di yaumul
qiyamah kelak. Aamin.
Perkembangan koperasi di Indonesia tentunya diharapkan oleh semua orang. Koperasi

sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pemuda adalah agen perubahan
yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa di Indonesia, sebagai agen penggerak maka pemuda
harus aktif dalam memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kesejahetraan masyarakat.
Koperasi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memacu pertumbuhan di
sektor perekonomian. Hal ini lah yang mendasari penulis untuk mengangkat satu tema karya
tulis dari Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas mengenai. Pemuda sebagai agen
penggerak koperasi di Indonesia. Judul yang penulis angkat berfokus pada”Indonesia
Suistainable Youth Creative-Cooperative Movement

(INSOCOM) Upaya Penyiapan dan

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Koperasi di Indonesia”.
Penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya karya ini. Terutama bapak dan ibu atas segala doa dan motivasinya. Tidak
lupa sebagai makhluk Tuhan yang lemah, tentunya masih banyak kekurangan, sehingga kritik
dan masukan yang membangun senantiasa kami harapkan.

Surakarta, 9 November 2014

Penulis


iv

DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................................ii
Abstrak....................................................................................................................................iii
Kata Pengantar........................................................................................................................iv
Daftar Isi...................................................................................................................................v
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II Pembahasan...................................................................................................................
A. Potensi Perkoperasian Indonesia...........................................................................................
B. Masalah Koperasi di Indonesia..............................................................................................
C. Kondisi Ideal untuk Perkoperasian........................................................................................
D. Sistem Koperasi di Negara Maju...........................................................................................
E. Strategi Pergerakan untuk Perkembangan Koperasi di Indonesia.........................................
F. Peran Pemuda dalam Implementasi Pengkaderan Koperasi..................................................
G. Indonesian Sustainable Youth Creative-CooperativeMovement (INSOCOM).....................

H. Program Pendukung Pembentukan Duta Koperasi...............................................................
I. Output INSOCOM dalam Pembentukan Koperasi Kreatif yang berkelanjutan.....................
BAB III Penutup.....................................................................................................................21
A. Kesimpulan........................................................................................................................21
B. Saran..................................................................................................................................21
C. Keterbatasan......................................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................................22
v

Lampiran................................................................................................................................23

vi

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem ekonomi kerakyatan
dalam pembangunan perekonomiannya. Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana
ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi

dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu
keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil (Awang, 2009).
Salah satu manifestasi sistem ekonomi kerakyatan ini adalah melalui pengembangan
koperasi.Koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung arti bekerja
sama untuk mencapai tujuan. Menurut Undang-undang Perkoperasian No.25 tahun
1994 pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.
Berdasarkan data koperasi yang dirilis oleh Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah pada 31 Juni 2014, jumlah koperasi di Indonesia saat ini mencapai
206.288 koperasi, akan tetapi 61.449atau 29,79% dari seluruh koperasi yang ada
dinyatakan tidak aktif. Jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan kuantitas jika
dibandingkan data tahun 2013 yang hanya 192.443 koperasi saja, walaupun jumlah
koperasi yang tidak aktif cukup tinggi.Berdasarkan data tersebut kita dapat
mengatakan bahwa potensi perkoperasian di Indonesia sangatlah besar. Oleh karena
itu, seyogyanya semua pihak harus selalu menggemakan kebangkitan koperasi,
mencari solusi dan jangan membiarkan koperasi itu mati satupersatu.Adanya 29,79%
koperasi yang tidak aktif menunjukkan adanya masalah dalam pengembangan koperasi
di Indonesia saat ini, salah satunya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia
penggerak koperasi Indonesia.

Koperasi dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu: 1) Masalah internal
koperasi antara lain: kurangnya pemahaman anggota dan pengurus akan kewajibannya,
kurang cakapnya pengurus dalam mengelola koperasi, pengurus kadang-kadang tidak
jujur, kurangnya kerja sama antara pengurus, pengawas dan anggotanya dan sulitnya
koperasi berkembang karena modal terbatas. Dalam pelaksanaannya mengalami
1

2
disorientasi, bukan kesejahteraananggota yang menjadi tujuan tetapi keuntungan
pribadi. Selain itu, koperasi-koperasi belum bisa menjadi satu kesatuan untuk
mencapai tujuan bersama, masih berdiri dengan kepentingan masing-masing. 2)
Masalah eksternal koperasi antara lain iklim usaha yang mendukung pertumbuhan
koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi dan tekanan arus globalisasi
(Spanji, 2011; Syahrizal, 2012).
Revitalisasi dan pembangunan koperasi harus menjadi bagian integral dari
paket pembangunan demokrasi bidang ekonomi dan dalam usaha besar bangsa kita
mengatasi kemiskinan. Koperasi sebagai badan usaha yang mengembangkan potensi
masyarakat merupakan bentuk konkrit dari sistem ekonomi kerakyatan. Jika dulu
pemerintah bisa menciptakan sistem perbankan, lembaga ekspor, insentif investasi dan
kebijakan proteksi pada sektor industri besar, maka semangat serupa itu seharusnya

juga dilakukan untuk merekontruksi pembangunan koperasi.
Menurut Parlindungan (2012) peran pemerintah terhadap kemajuan koperasi
dalam mengikutsertakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi masih sangat diperlukan.
Peran pemerintah terhadap eksistensi koperasi diharapkan konsen padapengembangan
potensi sumberdaya ekonomi lokal dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional.
Pemberdayaan koperasi seyogyanya dilingkup makro maupun mikro dengan cara
memfasilitasi pengembangan koperasi, baik permodalan, pemasaran, sampai pada
peningkatan SDM oleh pemerintah. Pemerintah juga perlu memperhatikan aspek
prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan koperasi. Jika ini dilakukan maka
lambat laun akan tercipta koperasi yang mandiri dan memiliki prosfektif peningkatan
perekonomian. Pemerintah perlu pula mendorong peningkatan volume produk ekspor
yang dihasilkan koperasi, meningkatkan daya saing dannilai tambah produk, serta
menumbuhkan koperasi yang mengani produk ekspor sektor riil.
Menurut Ishaq (2012) optimalisasi pemberdayaan koperasi seharusnya
dikelompokkan pada lima aspek, yaitu: 1) Aspek kualitas sumber daya manusia,
karena di situ semua berawal. 2) Aspek peningkatan aksesibilitas modal, karena dari
modal mereka secara komersial mampu menerjemahkan ide-ide kreatif. 3) Aspek
mekanisasi dan inovasi teknologi, karena dari situ kualitas produksi dapat terjaga
secara konsisten. 4) Pematenan hak cipta dan merek, karena melalui keduanya
2


3
koperasi dapat go international. 5) Aspek kelembagaan dengan meningkatkan legalitas
badan koperasi melalui kerjasama dengan berbagai lembaga sehingga memungkinkan
koperasi untuk membangun linkageprogram ke lembaga-lembaga keuangan formal.
Sebagian besar pelaku koperasi menjadikan koperasi sebagai pekerjaan
sampingan, selain itu pendidikan dan pelatihan perkoperasian di Indonesia juga belum
dimulai sejak dini sehingga pemahanan pelaku koperasi terhadap koperasi itu sendiri
masih rendah yang menjadikan rendahnya kualitas sumber daya manusia koperasi di
Indonesia. Pendidikan koperasi saat ini masih hanya sebatas sebagian kecil dari
pelajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah dan belum ada program khusus yang
dilaksanakan untuk pendidikan dan pelatihan koperasi di sekolah-sekolah maupun di
perguruan tinggi. Peran pemuda dalam penggerakan perkoperasian Indonesia juga
belum optimal yang disebabkan minimnya pengetahuan pemuda terkait perkoperasian
Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia terutama pemuda melalui pendidikan dan pelatihan perkoperasian untuk
mengoptimalkan peran pemuda dalam perkoperasian Indonesia.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam rangka
optimalisasi koperasi Indonesia dalam aspek sumber daya manusia adalah INSOCOM
(Indonesian Sustainable Youth Creative-Cooperative Movement) atau gerakan

koperasi kreatif pemuda Indonesia yang berkelanjutan. INSOCOM merupakan inovasi
program yang diusulkan penulis yang bertujuan untuk menggerakkan generasi muda
Indonesia dalam mengembangkan perkoperasian Indonesia yang kreatif dan
berkelanjutan dengan membekali generasi muda dengan penanaman prinsip dan jati
diri koperasi sejak dini melalui sistem pengkaderan yang terstruktur dan sistematis.
Progam ini diharapkan mampu menjawab permasalah sumber daya manusia koperasi
Indonesia sehingga koperasi Indonesia dapat berkembang dengan lebih baik dalam
kualitas dan kuantitasnya serta mampu mengembalikan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia.

3

4
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah
1. Menjelaskan kondisi dan potensi perkoperasian Indonesia sebagai soko guru
perekonomian Indonesia.
2. Menjelaskan konsep dan implementasi INSOCOM sebagai solusi dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku koperasi Indonesia terutama
pemuda.
3. Menjelaskan implikasi dan kontribusi INSOCOM dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia pelaku koperasi Indonesia terutama pemuda.

4

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi Perkoperasian Indonesia
Perekonomian Indonesia memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Sebagai
Negara dengan perekonomian terbesar ke-16 di dunia, Negara kepulauan yang dinamis
ini berpotensi menempati peringkat terbesar ketujuh pada tahun 2030. Indonesia
memiliki mayoritas penduduk berusia muda dan sedang dalam proses urbanisasi dan
dengan demikian mendorong pertumbuhan penghasilan. Kekayaan sumberdaya
manusia dan sumberdaya alam disini menggambarkan bahwa Indonesia merupakan
bangsa yang besar dan kaya. Melihat peluang dan potensi tersebut, kita harus
memperbaiki tata kelola dan sistem pembangunan ekonomi nasional yang menganut
prinsip kekeluargaan dan berasaskan usaha bersama. Berdasarkan data koperasi yang
dirilis oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 31 Juni 2014,
jumlah koperasi di Indonesia saat ini mencapai 206.288 koperasi, akan tetapi 61.449
atau 29,79% dari seluruh koperasi yang ada dinyatakan tidak aktif.
B. Masalah Koperasi diIndonesia
Koperasi di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat namun secara
kelembagaan banyak mengalami hambatan dan berbagai masalah yang berasal dari
internal maupun eksternal. Menurut Fajri (2007) bahwa pengembangan koperasi di
Indonesia selama ini barulah sebatas konsep yang indah, namun sangat sulit untuk
diimplementasikan. Semakin banyak koperasi yang tumbuh semakin banyak pula yang
tidak aktif. Bahkan ada koperasi yang memiliki badan hukum, namun kehadirannya
tidak membawa manfaat sama sekali. Menurutnya, koperasi tidak mungkin tumbuh
dan berkembang dengan berpegang pada tata kelola yang tradisonal dan tidak
berorientasi pada pemuasan keperluan dan keinginan konsumen. Koperasi perlu
diarahkan pada prinsip pengelolaan secara modern dan aplikatif terhadap
perkembangan zaman yang semakin maju dan tantangan yang semakin global. Dari
kemungkinan banyak faktor penyebab kurang baiknya perkembangan koperasi di
Indonesia selama ini, bahwa salah satunya yang paling serius adalah masalah
manajemen dan organisasi. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa koperasi di

5

6
Indonesia perlu mencontoh implementasi good corporate governance (GCG) yang
telah diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum perseroan.
Prinsip GCG dalam beberapa hal dapat diimplementasikan pada koperasi.
Untuk itu, regulator, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM perlu
memperkenalkan secara maksimal suatu konsep GCG atau tata kelola koperasi yang
baik. Lebih rincinya, konsep GCG sektor koperasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa
untuk menjawab

tantangan

pengelolaan

koperasi

yang semakin

kompleks.

Implementasi GCG perlu diarahkan untuk membangun kultur dan kesadaran pihakpihak dalam koperasi untuk senantiasa menyadari misi dan tanggung jawab sosialnya,
yaitu menyejahterakan anggotanya.
Koperasi Indonesia perlu memastikan beberapa langkah strategis yang
memadai dalam implementasi GCG. Pertama, koperasi perlu memastikan bahwa
tujuan

pendirian

koperasi

benar-benar

untuk

menyejahterakan

anggotanya.

Pembangunan kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam visi, misi dan program
kerja yang sesuai. Pembangunan kesadaran akan mencapai tujuan Ketiga, pembenahan
kondisi internal koperasi. Praktik-praktik operasional yang tidak efisien dan
mengandung kelemahan perlu dibenahi. Dominasi pengurus yang berlebihan dan tidak
sesuai dengan proporsinya perlu dibatasi dengan adanya peraturan yang menutup celah
penyimpangan koperasi merupakan modal penting bagi pengelolaan koperasi secara
profesional, amanah, dan akuntabel.
Ketidakamanahan dari pengurus dan anggota akan membawa koperasi pada
jurang kehancuran. Inilah yang harus diperkecil dengan implementasi GCG. Kedua,
perbaikan secara menyeluruh. Kementerian Koperasi dan UKM perlu menyiapkan
blue print pengelolaan koperasi secara efektif dan terencana. Blue print koperasi ini
nantinya diharapkan akan menjadi panduan bagi seluruh koperasi Indonesia dalam
menjalankan kegiatan operasinya secara profesional, efektif dan efisien.
C. Kondisi Ideal untuk Perkoperasian
Kondisi koperasi yang ideal ditunjukkan dengan tiga hal. Pertama koperasi
tersebut memiliki kualitas sumberdaya manusia yang bagus. Kekuatan terbesar
koperasi sesungguhnya terletak pada anggotanya. Kualitas sumberdaya manusia
anggota dapat dibentuk melalui pendidikan dan penanaman prinsip serta jati diri
6

7
koperasi sejak anggota baru masuk. Kedua, kemandirian koperasi yang didukung
dengan kuatnya akses permodalan dan jaringan usaha. Modal utama koperasi
didapatkan dari simpanan wajib dan simpanan pokok anggota. Kemudian usaha
koperasi harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota khususnya, dan
masyarakat pada umumnya. Ketiga, koperasi tersebut mendapatkannya perlindungan
dan dukungan usaha secara optimal oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dukungan
disini dapat berupa materi maupun non materi mengenai kebijakan pembangunan
ekonomi masing-masing daerah.
D. Sistem Koperasi di Negara Maju
Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di
Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah
untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi problem-problem ekonomi
dengan menggalang kekuatan mereka sendiri. Kemudian di Perancis yang didorong
oleh gerakan kaum buruh yang tertindas oleh kekuatan kapitalis sepanjang abad ke 19
dengan tujuan utamanya membangun suatu ekonomi alternatif dari asosiasi-asosiasi
koperasi

menggantikan

perusahaan-perusahaan

milik

kapitalis

(Moene

dan

Wallerstein, 1993). Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan negara-negara
lainnya di dunia.
Di Indonesia, baru koperasi diperkenalkan pada awal abad 20.Dari
pengamatannya

terhadap

perkembangan

koperasi

di AS, McKenna (2001)

menjabarkan sejumlah karakteristik dari koperasi yang berhasil. Diantaranya yang
paling menonjol adalah: (1) menerapkan strategi yang rasional yang cocok dengan
lingkungan bisnisnya yang berlaku untuk bisa tetap beroperasi; (2) mempunyai suatu
visi yang lebih luas dari hanya memproduksi bahan baku (produsen perlu memahami
apa artinya menanam dalam nilai tambah); (3) keputusan-keputusan didasarkan pada
informasi yang kredibel; (4) keuangan baik; (5) pemilik atau dewan direktur bisa
memimpin dengan baik (dewan direktur yang lebih banyak diambil dari luar bisa
menaikkan kemampuannya untuk membuat keputusan-keputusan strategis); (6)
memakai/mengerjakan manajer professional (ini juga meningkatkan kinerja koperasi);
dan (7) punya keinginan menjadi “yang paling hebat di kelompoknya” vs. “menambah
rantai nilai”
7

8
Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan dari koperasi-koperasi pekerja
di AS Lawless dan Reynolds (2004) memberikan beberapa kriteria kunci dan praktekpraktek terbaik. Menurut mereka, kriteria-kriteria kunci untuk memulai suatu koperasi
yang berhasil adalah sebagai berikut: (1) memiliki kepemimpinan yang visioner yang
bisa “membaca” kecenderungan perkembangan pasar, kemajuan teknologi, perubahan
pola persaingan, dan lain-lain.; (2) menerapkan struktur organisasi yang tepat yang
merefleksikan dan mempromosikan suatu kultur terbaik yang cocok terhadap bisnis
bersangkutan (antara lain kondisi pasar/persiangan dan sifat produk atau proses
produksi dari produk bersangkutan); (3) kreatif dalam pendanaan (jadi tidak hanya
tergantung pada kontribusi anggota, tetapi juga lewat penjualan saham ke non-anggota
atau pinjam dari bank); dan (4) mempunyai orientasi bisnis yang kuat. Sedangkan best
practices menurut mereka adalah termasuk: (1) anggota sepenuhnya memahami
industri-industri atau sektor-sektor yang mereka guleti dan kekuatan-kekuatan serta
kelemahan-kelemahan dari koperasi mereka; (2) struktur organisasi atau pola
manajemen yang diterapkan sepenuhnya didukung oleh anggota (sistem manajemen
bisa secara kolektif atau dengan suatu struktur hirarki manajemen/dewan pengurus; (3)
punya suatu misi yang didefinisikan secara jelas dan fokus; dan (4) punya pendanaan
yang cukup.
Sedangkan menurut Pitman (2005) dari hasil penelitiannya terhadap kinerja
berbagai macam koperasi di Wisconsin (AS), selain faktor-faktor di atas, koperasi
yang berhasil adalah koperasi yang melakukan hal-hal berikut ini: 1) memakai komitekomite, penasehat-penasehat dan ahli-ahli dari luas secara efektif; 2) selalu
memberikan informasi yang lengkap dan up to date kepada anggota-anggotanya
sehingga mereka tetap terlibat dan suportif; 3) melakukan rapat-rapat atau pertemuanpertemuan bisnis dengan memakai agenda yang teratur, prosedur-prosedur parlemen,
dan pengambil keputusan yang demokrasi; 4) mempertahankan relasi-relasi yang baik
antara manajemen dan dewan direktur/pengurus dengan tugas-tugas dan tanggung
jawab- tanggung jawab yang didefinisikan secara jelas; 5) mengikuti praktek-praktek
akutansi yang baik, dan mempersentasikan laporan-laporan keuangan secara regular;
6) mengembangkan aliansi-aliansi dengan koperasi-koperasi lainnya; dan 7)

8

9
mengembangkan kebijakan-kebijakan yang jelas terhadap konfidensial dan konflik
kepentingan.
Misalnya menurut Soetrisno (2001) model-model keberhasilan koperasi di
dunia umumnya berangkat dari tiga kutub besar, yaitu konsumen seperti di Inggris,
kredit seperti di Perancis dan Belanda dan produsen yang berkembang pesat di daratan
Amerika, khususnya AS dan di beberapa negara di Eropa. Dari evaluasinya, Soetrisno
melihat ada beberapa syarat agar koperasi bisa maju, yakni: 1) skala usaha koperasi
harus layak secara ekonomi2) koperasi harus memiliki cakupan kegiatan yang
menjangkau kebutuhan masyarakat luas, kredit (simpan-pinjam) dapat menjadi
platform dasar menumbuhkan koperasi 3) posisi koperasi produsen yang menghadapi
dilema bilateral monopoli menjadi akar memperkuat posisi tawar koperasi dan
pendidikan dan peningkatan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan kekuatan
koperasi (pengembangan SDM).
Perkembangan koperasi di negara maju, di Belanda, misalnya, Rabbo Bank
adalah bank milik koperasi, yang pada awal dekade 20-an merupakan bank ketiga
terbesar dan konon bank ke 13 terbesar di dunia. Di banyak negara maju koperasi juga
sudah menjadi bagian dari sistem perekonomian. Ternyata koperasi bisa bersaing
dalam sistem pasar bebas, walaupun menerapkan asas kerja sama daripada persaingan.
Di AS, 90% lebih distribusi listrik desa dikuasai oleh koperasi. Di Kanada, koperasi
pertanian mendirikan industri pupuk dan pengeboran minyak bumi. Di negara-negara
Skandinavia, koperasi menjadi soko guru perekonomian. Di Jerman, bank koperasi
Raifaissen sangat maju dan penting peranannya, dengan kantor-kantor cabangnya di
kota maupun desa.
Di negara maju koperasi lahir dan tetap ada karena satu hal, yakni adanya
distorsi pasar yang membuat sekelompok petani atau produsen kecil secara individu
tidak akan mampu menembus atau bermain di pasar secara optimal. Oleh karena itu,
mereka melakukan suatu kerjasama yang dilembagakan secara resmi dalam bentuk
suatu koperasi. Demikian juga lahirnya koperasi simpan pinjam atau kredit. Karena
banyak masyarakat tidak mampu mendapatkan pinjaman dari bank komersial
konvensional, maka koperasi kredit menjadi suatu alternatif. Jadi, di negara maju,
koperasi produsen, misalnya, adalah suatu cara bagi sekelompok produsen untuk bisa
9

10
survive di dalam persaingan pasar, bukan untuk menggantikan sistem pasar yang
berlaku. Selama ada distorsi pasar, selama ada kelompok produsen atau petani lemah
atau masyarakat yang ”termarjinalisasi”, koperasi akan tetap ada.
Saat ini koperasi-koperasi pertanian di negara maju juga menerapkan teknologi
informasi, terutama untuk manajemen operasi dan komunikasi elektronik dengan
pembeli dan pemasok. Banyak koperasi pertanian modern memasarkan produk-produk
mereka yang bernilai tambah tinggi: komoditi-komoditi dari para anggota (petani)
diproduksi, diproses lebih lanjut, di bungkus sedemikian rupa hingga bisa dijual
dengan harga tinggi (Vandeburg dkk., 2000). Dalam menghadapi persaingan, koperasi
harus melakukan strategi-strategi yang umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
modern (non-koperasi) atau bahkan yang dilakukan oleh koperasi-koperasi di Negara
maju seperti penggabungan dua atau lebih koperasi, akuisisi, atau kerjasama dalam
bentuk joint ventures dan aliansi strategis, tidak hanya antar koperasi tetapi juga
dengan perusahaan-perusahaan non-koperasi; diversifikasi produksi, spesialisasi,
penerapan teknologi informasi, terutama untuk manajemen operasi dan komunikasi
elektronik dengan pembeli dan pemasok.
E. Strategi Pergerakan untuk Perkembangan Koperasi di Indonesia
Strategi pergerakan oleh pemuda dalam perkembangan koperasi di Indonesia
sangatlah penting untuk menggerakkan koperasi yang ada, selain itu pemuda
merupakan agent of change untuk perubahan dalam suatu pergerakan.Capacity
building di koperasi adalah suatu keharusan, terutama dalam pengembangan teknologi
dan sumber daya manusia. Perhatian terhadap pengembangan kedua faktor tersebut
harus lebih besar daripada terhadap penyaluran dana. Pelatihan sumber daya manusia
di dalam koperasi tidak hanya menyangkut bagaimana menjalankan sebuah koperasi
yang baik, tetapi juga dalam pemahaman mengenai peluang pasar, teknik produksi,
pengawasan kualitas (seperti bagaimana mendapatkan ISO), meningkatkan efisiensi,
dan lain-lain. Misalnya, pengurus koperasi pertanian harus paham betul mengenai
perkembangan perdagangan pertanian di pasar dunia, termasuk ketentuan-ketentuan
dalam konteks WTO, FAO, dan lain-lain.Sudah waktunya pemerintah, dalam hal ini
Mengkop dan UKM, mempunyai database koperasi yang komprehensif, misalnya

10

11
jumlah koperasi produsen menurut komoditi, daerah dan bentuk serta orientasi pasar,
seperti yang dilakukan FAO untuk data pertanian dunia.
F. Peran Pemuda dalam Implementasi Pengkaderan Koperasi
Jalur pengkaderan koperasi dapat dibagi menjadi tiga jalur, yaitu jalur formal,
informal dan nonformal. Jalur formal merupakan pengkaderan yang diselenggarakan
atau dilaksanakan dalam proses pelatihan/ pengkaderan secara berjenjang dan
berkesinambungan. Jalur formal dalam keanggotaan koperasi misalnya pendidikan
dasar keanggotaan koperasi, pendidikan dan pelatihan kepengurusan koperasi,
pendidikan dan pelatihan tenaga fasilitator pendidikan koperasi, pendidikan
manajemen organisasi dan kepemimpinan, dan lain-lain
Jalur informal merupakan pengkaderan yang dilaksanakan atau terjadi selama
seorang calon kader berinteraksi dan berproses berkaitan dengan tugas dan
tanggungjawab dalam strukur kepengurusan/ organisasi, jadi internalisasi nilai-nilai
dan muatan dan pengalaman terjadi dalam kurun waktu tersebut. Sementara jalur
nonformal merupakan pengkaderan yang diselenggarakan di luar jalur formal dan
informal melalui proses pembinaan interaksi/ internalisasi nilai tertentu yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan. Yang termasuk jalur pengkaderan nonformal
pengkaderan koperasi adalah usaha mandiri/ kelompok, kepanitian, seminar/ pelatihan
lain, lokakarya, diskusi dan kegiatan di luar negeri.
Jenis pengkaderan adalah pengkaderan yanag dikelompokkan sesuai dengan
sifat dan kekhususan tujuannya. Jenis dibedakan pada dua bagian yaitu, akademik dan
keahlian. Pengkaderan dengan jenis akademik merupakan pengkaderan yang diarahkan
terutama pada penguasaan pengetahuan perkoperasian dan yang terkait, tanpa
mengabaikan ketermapilan lainnya yang berhubungan dengan muatan seorang calon
kader. Yang termasuk jenis akademik, yaitu pendidikan dan pelatihan fasilitator
pendidikan

koperasi,

pendidikan

dan

pelatihan

manajemen

organisasi

dan

kepemimpinan, serta pendidikan dan pelatihan advokasi koperasi dan ekonomi,
strategi dan taktik.
Pengkaderan dengan jenis keahlian merupakan pengkaderan yang diarahkan
terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu. Yang termasuk jenis keahlian
yaitu pelatihan eksportir berbasis internet, pelatihan pengembangan kreatifitas dan
11

12
usaha mikro.Jenjang pengkaderan adalah suatu tahap dalam proses pengkaderan
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat pengembangan calon kader serta
keluasan dan kedalaman materi pengkaderan. Jenjang pengkaderan dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu jenjang dasar, jenjang menengah dan jenjang tinggi/ khusus.
Jenjang dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan
serta memberikan pengetahuan dan keterampilan sadar berkoperasi yang diperlukan
untuk berinteraksi dalam koperasi sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota. Yang
termasuk jenjang dasar ini adalah pendidikan keanggotaan koperasi (formal), aktivitas
dalam kepengurusan koperasi (informal) dan aktivitas lainnya (nonformal).
Jenjang menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan
pengetahuan dan keterampilan dasar serta menyimpankan calon kader untuk menjadi
pengurus atau pengawas koperasi yang memiliki kemampuan hubungan timbale balik
antara calon kader (sebagai pengurus koperasi) dengan lingkungan interaksinya baik
intern koperasi maupun ekstern serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih
lanjut. Yang termasuk jenjang menengah ini adalah pendidikan kepengurusan koperasi
(formal), aktivitas dalam kepengurusan koperasi (informal) dan aktivitas lainnya
(nonformal).
Jenjang tinggi/ khusus merupakan kelanjutan dari jenjang pengkaderan
menengah yang dimaksudkan untuk menyiapkan seorang calon kader memiliki
kemampuan akademik atau keahlian. Kemampuan tersebut merupakan bekal secara
praktis bagi seorang kader dalam melakukan pengabdian kader. Yang termasuk
jenjang tinggi/ khsusu ini adalah pendidikan dan pelatihan tenaga fasilitator
pendidikan

koperasi,

pendidikan

dan

pelatihan

manajeman

organisasi

dan

kepemimpinan, penidikan dan pelatihan advokasi koperasi dan ekonomi, srategi dan
taktik.
G. Indonesian Sustainable Youth Creative-CooperativeMovement (INSOCOM)
1. Konsep INSOCOM
INSOCOM merupakan inovasi program yang diusulkan penulis yang
bertujuan untuk menggerakkan generasi muda Indonesia dalam mengembangkan
perkoperasian Indonesia yang kreatif dan berkelanjutan dengan membekali
generasi muda dengan penanaman prinsip dan jati diri koperasi sejak dini melalui
12

13
sistem pengkaderan yang terstruktur dan sistematis. Generasi muda Indonesia
merupakan calon penerus perjuangan bangsa di masa yang akan datang yang terdiri
dari siswa tingkat 4-6 Sekolah Dasar, siswa Sekolah Menengah Pertama sederajat,
siswa Sekolah Menengah Atas sederajat, dan mahasiswa program sarjana dan
diploma, serta alumni SMA sederajat. Koperasi menurut Internasional
CooperativeAlliance (ICA)buku The Cooperative Principleskarangan P.E.
Weraman adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum,yang bertujuan untuk
perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya
dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara yang satu denan yang
lainnya dengan cara membatasi keuntungan usaha tersebut harus didasarkan atas
prinsip-prinsip ekonomi. Sehingga INSOCOM merupakan suatu gerakan untuk
mencetak kader muda koperasi Indonesia yang berasal dari siswa SD, SMP, SMA,
hingga mahasiswa yang mampu menggerakkan perkoperasian Indonesia untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia.
2. Langkah Implementasi INSOCOM
Langkah awal penerapan INSOCOM adalah dengan membuat kurikulum
pendidikan dan pelatihan perkoperasian yang bertingkat disesuaikan dengan target
dan sasaran pengkaderannya. Kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian
ini dapat diterapkan sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah
untuk menciptakan duta koperasi Indonesia yang berasal dari siswa mulai SD,
SMP, SMA, hingga mahasiswa yang mampu menjadi motor penggerak
perkoperasian di sekolah dan/atau kampus masing-masing melalui koperasi siswa
dan/atau koperasi mahasiswa sehingga akan tercipta semangat berkoperasi yang
baik di kalangan generasi muda Indonesia.
Kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian untuk siswa SD disusun
dengan tujuan untuk mengenalkan koperasi yang meliputi pengertian dasar,
sejarah, prinsip danideologi koperasi, serta praktek sederhana dengan membentuk
dan menjalankan koperasi kreatif siswa di bawah bimbingan guru. Sedangkan
kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian untuk siswa SMP dan SMA
disusun untuk menanamkan kesadaran, mengembangkan sikap dan kemampuan,
serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar berkoperasi yang
13

14
diperlukan

untuk

berinteraksi

dalam

berkoperasi

sesuai

dengan

kedudukannya.Misalnya aktivitas sebuah komunitas atau hobi yang arahannya
dibentuk sebuah koperasikomunitas tersebut. Sedangkan kurikulum pendidikan
dan pelatihan perkoperasian untuk mahasiswa bertujuan untuk melanjutkan dan
meluaskan pengetahuan dan keterampilan dasar serta praktek riil mengelola
koperasi dan usaha secara professional, ikut terlibat secara aktif mengenai isu dan
kebijakan ekonomi pemerintah serta menyiapkan calon kader untuk menjadi
pengurus koperasi yang memiliki timbal dengan lingkungan interaksinya baik
intern maupun ektern koperasi.
Penyusunan kurikulum ini dilakukan dengan melibatkan Kementerian
Koperasi dan UKM, Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah,
Dewan Koperasi Indonesia, Koperasi Pemuda Indonesia, dan unsur-unsur
perkoperasian lainnya melalui suatu musyawarah nasional yang diikuti oleh
penggerak

koperasi

yang

berkompeten

di

bidangnya

sehingga

mampu

menghasilkan suatu standar kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian
Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing jenjang pengkaderan
yang ada. Setelah tersusun suatu standar kurikulum pendidikan dan pelatihan
perkoperasian Indonesia, selanjutnya dilakukannyaworkshopdan lokakarya dalam
rangka mensosialisasikan sekaligus melegitimasi standar kurikulum tersebut ke
penggerak koperasi di daerah masing-masing termasuk pembina koperasi siswa di
sekolah-sekolah.
Langkah kedua setelah penyusunan standar kurikulum pendidikan dan
pelatihan perkoperasian Indonesia adalah penerapan kurikulum tersebut ke
beberapa sekolah percontohan. Sekolah percontohan merupakan sekolah yang
dipilih untuk menjadi contoh uji coba penerapan program INSOCOM. Sekolah
yang dijadikan sekolah percontohan merupakan sekolah yang memiliki letak yang
strategis dan mudah untuk dijangkau karena nantinya akan menjadi sekolah yang
dikunjungi oleh sekolah lain yang juga akan menerapkan INSOCOM. Selain itu,
sekolah tersebut minimal sudah mengembangkan koperasi sekolah. Jumlah sekolah
percontohan minimal 1 sekolah untuk masing-masing jenjang SD, SMP, dan SMA
di setiap kabupaten di seluruh Indonesia. Penerapan INSOCOM di sekolah
14

15
percontohan ini di bawah bimbingan dan pengawasan dari Kementerian Koperasi
dan UKM dan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sedangkan penerapan INSOCOM di perguruan tinggi dilakukan melalui kolaborasi
dengan koperasi mahasiswa (Kopma) kampus setempat.
Koperasi

melandaskan

nilai

menolong

diri

sendiri,

demokrasi,

kebersamaan, keadilan dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para pendirinya para
anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis yaitu kejujuran, keterbukaan,
tanggungjawab sosial dan peduli pada orang lain.Menurut AS Hornby dikatakan
bahwa, “cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for
group; they were to become the cadres of the new communist party”. Jadi kader
adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi
tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Berdasarkan pengertian di atas,
maka seorang kader selayaknya memiliki nilai perjuangan sebagai berikut:
1. Memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai yang
membebaskan (liberation force),
2. Memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas,
3. Mempunyai

komitmen

yang

permanen

utuh

dan

konsisten

dalam

memperjuangkan kebenaran,
4. Memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang
mampu menyangga kesatuan yang lebih besar, dan
5. Memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika di sekitar
lingkungannya.
Merujuk paparan di atas, maka aktivitas pengkaderan diarahkan dalam
rangka membentuk kader koperasi dengan profil terciptanya pemuda yang sehat
fisik, mental/ emosional dan spiritual, yang berwawasan koperasi, kreatif, mandiri
dan professional. Penjelasan akan wujud profil kader koperasi tersebut adalah :
a.

Sehat fisik, sehingga tubuhnya terasa segar bugar dan nyaman

b.

Sehat mental/ emosi, antara lain;
-

Terbebas dari belenggu prasangka-prasangka negatif

-

Terbebas dari prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan

-

Terbebas dari pengalaman buruk yang mempengaruhi pikiran
15

16
-

Terbebas dari egoisme kepentingan dan prioritas

-

Terbebas dari pembanding-pembanding yang subyektif

-

Terbebas dari literatur-literatur yang menyesatkan

Terbebasnya dari berbagai rintangan pikiran di atas diharapkan seorang kader
menjadi individu yang mempunyai pengendalian diri yang kuat, antara lain;
-

Senantiasa berusaha mencari dan memahami kebenaran

-

Senantiasa menghindari kekerasan/ pemaksaan

-

Senantiasa menghindari rasa ingin dipuji orang lain

-

Senantiasa menghindari keserakahan

-

Senantiasa menghindari ekstrimtas/ berlebihan

-

Senantiasa menyatakan dengan hati, bahwa Allah SWT adalah pemilik
tunggal atas apapun di jagad raya ini, dan berserah diri hanya kepadaNya

c.

Sehat spiritual/kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif), dan
memiliki pola penikiran yang tauhid (integralistik), serta berprinsip hanya
karena Allah SWT. Sosok di atas adalah pribadi yang memiliki kemerdekaan
absolut, sehingga dalam implementasi perkoperasian dan kewirausahaan akan
dengan mudah kita membentuk kader yang mempunyai visi yang jelas dalam
membangun koperasi di Indonesia.

d.

Mandiri; tidak hanya mandiri dalam arti fisik belaka namun mandiri dalam
pemikiran serta tidak bergantung pada siapapun. Hanya memiliki satu
ketergantungan yaitu terhadap Yang Maha Kuasa, sehingga dirinya menjadi
orang yang pantang menyerah.

e.

Kreatif; senantiasa berkreasi dan menciptakan dalam rangka fungsi
kekhalifahanya dan rahmatil lil ‘alamin, senantiasa melakukan evaluasi dan
proses penyempurnaan secara terus menerus yang tiada henti.
Sehat fisik, mental dan spiritual serta proses pengkaderan yang optimal,

diharapkan dapat melahirkan sikap professional kader koperasi. Bila arah
pengkaderan dapat diraih, maka dengan mudah kita mencapai tujuan koperasi yang
16

K
y
p
d
M
C
O
N
I
g
i
s
v
E
c
r
P
h
l
o
S
a
k
u
t
n
b
m
e
17

sebenarnya, terciptanya kualitas kader koperasi sebagai penggerak pembangunan
perekonomian nasional.

Langkah ketiga setelah pembentukan sekolah percontohan adalah tahap

evaluasi program INSOCOM. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

dan efisiensi dari program INSOCOM yang diimplementasikan di sekolah-sekolah
percontohan. Pada tahap ini pula akan dapat diketahui permasalahan dan/atau
hambatan yang terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan koreksi dan antisipasi

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi sekaligus untuk mengantisipasi

terjadinya permasalahan serupa. Evaluasi ini diadakan secara periodik dan
berkelanjutan setiap 1 tahun sekali oleh Dinas Koperasi dan Dinas Pendidikan

setempat dengan audit secara langsung ke sekolah-sekolah percontohan tersebut
dengan kerja sama dan sinergisitas antara kedua lembaga.

Langkah keempat adalah promosi dan sosialisasi program INSOCOM.

Sekolah-sekolah yang menjadi target implementasi program INSOCOM diajak

studi lapang ke sekolah percontohan yang sebelumnya telah dilaksanakan program
ini. Promosi dan sosialisasi ini dilakukan dengan penyuluhan dan pendampingan
oleh pemerintah melalui Kementrian Koperasi ke sekolah-sekolah yang potensial

untuk dikembangkan INSOCOM.Langkah terakhir adalah pelaksanaan program
INSOCOM secara nasional.

Skema Tahapan Pelaksanaan INSOCOM adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Tahapan Pelaksanaan INSOCOM

3. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Implementasi INSOCOM

Untuk mendukung terlaksananya program INSOCOM ini diperlukan kerja

sama antara berbagai pihak atau stakeholder dalam implementasi program
INSOCOM. Pemerintah melalui Kementrian Koperasi dan UKMdan Kementerian

Pendidikan Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan penggerak

17

18
dan penentu kebijakan terlaksananya INSOCOM terutama pada penyusunan
kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian. Dinas Koperasi menjadi
pendamping bagi sekolah yang mengimplementasikan
menyediakan

alternatif

solusi

berdasarkan

INSOCOM, serta

keilmuannya

ketika

terjadi

permasalahan dalam implementasi program ini. Sedangkan siswa dan mahasiswa
merupakan target pelaksana dalam program INSOCOM ini. Dengan diterapkannya
INSOCOM ini siswa dan mahasiswa tidak hanya mendapat tambahan pengetahuan
dan pengalaman mengenai koperasi, mereka juga dapat menjadi penggerak
perkoperasian Indonesia melalui implementasi ini.
Pada awal dan dalam proses implementasi INSOCOM ini diperlukan dana
yang tidak sedikit, oleh karena itu peran bank sebagai penyedia dana sangatlah
dibutuhkan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjalin kerja sama dengan bank
yang mampu menyediakan dana untuk implementasi INSOCOM dengan bunga
yang rendah, harapannya akan mampu membantu kebutuhan finansial pelaksana
INSOCOM tanpa memberatkan dengan bunga kredit bank yang tinggi untuk
pendirian koperasi siswa di sekolah. Pengusaha baik dari pihak swasta ataupun
badan usaha milik pemerintah juga bisa dilibatkan sebagai mitra koperasi.
Pelibatan pihak swasta ini dapat dilakukan dengan konsep kemitraan Dengan
adanya keterpaduan antar beberapa stake holder tersebut menunjukkan bahwa
INSOCOM

mampu

memadukan

berbagai

pihak

dalam

mensukseskan

terlaksananya program ini.
Dalam rangka optimalisasi penerapan INSOCOM, maka sinergisitas dan
komitmen dari masing-masing lembaga atau stakeholder yang terlibat menjadi
kunci utama kesuksesan INSOCOM. Pembahasan terkait INSOCOM mulai dari
perencanaan sampai dengan penerapan melibatkan semua stakeholder yang
nantinya akan dilibatkan, hal ini akan meminimalisasi terjadinya ego-sektoral
dalam penerapan INSOCOM.
H. Program Pendukung Pembentukan Duta Koperasi
Program pendukung INSOCOM melalui pembentukan duta koperasi pada
setiap jenjang pendidikan. Duta Koperasi merupakan seorang tokoh yang menjadi icon
dalam masyarakat yang memahami benar segala aspek dalam perkoperasian, baik
18

19
obyeknya maupun subyeknya. Duta koperasi memiliki beberapa fungsi penting,
diantaranya menjadi pelopor dalam masyarakat akan pentingnya sadar koperasi,
menjadi salah satu faktor dalam kemajuan perkoperasian, menjadi media promosi
koperasi, dan menjadi sarana dan prasarana masyarakat untuk mengenal segala hal
dalam koperasi. Seorang yang dipilih sebagai duta koperasi diharapkan memenuhi
persyaratan salah satunya memahami secara detail konsep tentang perkoperasian
serta,memiliki brain, beauty,dan behavior. Konsep pemahaman konsep perkoperasian,
brain, beauty, dan behaviorsebagai syarat yang harus dipenuhi seorang duta koperasi
tentunya akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan konsep-diri setiap orang
yang menjalankan peran sebagai duta koperasi.
Pemilihan duta koperasi berdasarkan beberapa kualifikasi yang paling
mendasar yaitu pengetahuan pendidikan berkoperasi serta memiliki jiwa berkoperasi
yang sesuai dengan nilai-nilai koperasi. Duta koperasi akan melakukan sosialisasi
tentang koperasi di daerah-daerah serta mengajak masyarakat umum untuk memahami
dan mau berkoperasi. Selain itu juga duta koperasi sebagai penggiat koperasi di
masyarakat umum serta berperan dalam pergerakan dalam program pengembangan
perkoperasian di Indonesia. Pembentukan duta koperasi dimaksudkan untuk
memotivasi para pemuda untuk berlomba-lomba melakukan pergerakan koperasi di
Indonesia, selain itu memperkuat pergerakan perkembangan koperasi di Indonesia
diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai koperasi yang mendasar yaitu koperasi
soko guru bangsa, hal ini menyatakan bahwa koperasi sebagai pilar perekonomian
bangsa Indonesia.
Duta koperasi dapat dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan perkoperasian
yang diterapkan dari SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Pemilihan duta koperasi ini
mampu menerapkan dan menanamkan jiwa berkoperasi sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Dari sini nanti diharapkan mampu ikut serta dalam mensosialisasikan
ke masyarakat umum tentang pentingnya berkoperasi sehingga hal ini merupakan
suatu program yang mendukung dalam perkembangan pergerakan koperasi.
I. Output INSOCOM dalam Pembentukan Koperasi Kreatif yang berkelanjutan
Output dari INSOCOM yaitu dapat membentuk koperasi kreatif yang
berkelanjutan. Konsep ini merupakan salah satu pembentukan karakter seseorang yang
19

20
memiliki jiwa koperasi sejak sekolah dasar hingga perguruan nanti sehingga nanti
dapat membentuk koperasi kreatif yang berkelanjutan sesuai dengan jenjangnya,
karena konsep ini melibatkan semua lapisan masyarakat yaitu anak-anak, pemuda,
masyarakat, dan pemerintah yang bekerjasama dalam membangun pergerakan koperasi
di Indonesia. Koperasi kreatif merupakan koperasi yang implementasi dari
sekelompok pemuda yang mempunyai hobi dapat membentuk koperasi. Koperasi
kreatif dapat dibentuk dengan cara membentuk suatu komunitas bagi kalangan
pemuda, sedangkan untuk kalangan pelajar SMK dapat dibentuk dengan cara
membentuk koperasi sesuai kebutuhan berdasarkan jurusan masing-masing dengan
begitu maka para siswa terpenuhi kebutuhan dalam sistem pembelajaran serta secara
langsung dapat membentuk jiwa berkoperasi dan berkarakter. Contoh dari koperasi
kreatif antara lain koperasi fashion muda, koperasi bola, koperasi handy craft, koperasi
kedelai, koperasi sayur, koperasi, susu, koperasi hasil dari kreatifitas dari para pemuda.
Untuk kalangan masyarakat umum dapat membentuk koperasi kreatif meliputi
koperasi yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari.

20

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pendahuluan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang perkoperasian yang dapat
dikembangkan dengan lebih optimal untuk mengembalikan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia yaitu kuantitas koperasi yang banyak, namun belum
diimbangi dengan kualitas yang baik.
2. INSOCOM merupakan inovasi program yang diusulkan penulis yang bertujuan untuk
menggerakkan generasi muda Indonesia dalam mengembangkan perkoperasian
Indonesia yang kreatif dan berkelanjutan dengan membekali generasi muda dengan
penanaman prinsip dan jati diri koperasi sejak dini melalui sistem pengkaderan yang
terstruktur dan sistematismelalui 5 tahapan, yaitu langkah awal: penyusunan standar
kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian Indonesia, penunjukan dan
pembentukan sekolah-sekolah percontohan, evaluasi program INSOCOM, langkah
ketiga: promosi dan sosialisasi INSOCOM, dan langkah terakhir: pelaksanaan
INSOCOM secara nasional.
3. INSOCOM mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki jiwa koperasi
sehingga diyakini mampu menggerakkan perkoperasian Indonesia menjadi lebih baik.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas program INSOCOM
sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk perkoperasian Indonesia yang lebih baik.
C. Keterbatasan
Karya tulis ini ditulis hanya berdasarkan studi pustaka pada beberapa referensi
pustaka yang relevan dan belum dilakukan penelitian langsung untuk mendukung
perumusan masalah dalam tulisan ini.

21

22
DAFTAR PUSTAKA
Awang, San Afri (2009). Konsep Ekonomi Kerakyatan Dan Aplikasinya Pada Sektor
Kehutanan. http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/sanafri.htm diakses pada 9
November 2014.
Ishaq, A.A. (2012). Upaya Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Lokal
Kabupaten Tasikmalaya.
Makalah Seminar
Ekonomi Kerakyatan Lembaga
Perekonomian Nahdlatul Ulama Kabupaten Tasikmalaya17 Desember 2012.
Jangkung Handoyo Mulyo (2007). Revitalisasi Ekonomi Kerakyatan Melali Pemberdayaan
Gerakan Koperasi. http://io.ppi-jepang.org/article
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2014). Data Koperasi 31 Juni 2014. http://
www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=file&id=377:datakoperasi-30-juni-2014&Itemid=93 diakses apda 9 November 2014.
Lawless, Greg dan Anne Reynolds (2004), “Worker Cooperatives: Case Studies, Key Criteria
& Best Practices”, UWCC Staff Paper No.3, July, University of Wisconsin Center for
Cooperatives, Madison.
Moene, Karl Ove dan Michael Wallerstain (1993), “Unions versus Cooperatives”, dalam
Samuel Bowles, Herbert Gintis, dan Bo Gustafsson (eds.), Markets and Democracy
Participation, Accountability and Efficiency, Cambridge University Press.
McKenna, Thomas (2001), “What’s the Value of Cooperatives?”, makalah dalam Farmer
Cooperatives Conference”, Oktober 29-30, Las Vegas.
Pitman, Lynn (2005), “Cooperatives in Wisconsin”, mimeo, University of Wisconsin Center
for Cooperatives. Madison.
Soetrisno, Noer (2001), “Rekonstruksi Pemahaman Koperasi, Merajut Kekuatan Ekonomi
Rakyat”, Instrans, Jakarta
Spanji, W. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Koperasi.Eboo

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON TRANSLATION SHIFTS: CROSS-LINGUISTIC STUDY BETWEEN ENGLISH AND INDONESIAN TRANSLATION VERSIONS OF HOLY QURAN SURAH AL-ARAF

0 32 16

AN ANALYSIS ON THE TRANSLATION SHIFTS IN TRANSLATING INDONESIAN SONGS INTO ENGLISH MADE BY THE STUDENTS SPECIALIZING AT TRANSLATION STUDIES OF UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MALANG

5 72 21

AN ANALYSIS OF INDONESIAN - ENGLISH CODE MIXING FOUND IN THE NAKED TRAVELER NOVEL BY TRINITY

0 25 17

FAKTOR­-FAKTOR PENARIK MINAT MAHASISWA MENONTON TAYANGAN INDONESIAN IDOL 3 DI RCTI

1 38 1

IMPROVING THE 8th YEAR STUDENTS’ READING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING INDONESIAN FOLKTALES AT SMP NEGERI 2 CANDIPURO LUMAJANG

0 3 11

THE INFLUENCE OF INDONESIAN LANGUAGE ON THE PRODUCTION OF ERRORS IN WRITTEN LANGUAGE OF ENGLISH DEPARTMENT STUDENTS ACADEMIC YEAR 2006/2007 FACULTY OF LETTERS JEMBER UNIVERSITY

0 14 9

THE INFLUENCE OF INDONESIAN LANGUAGE ON THE PRODUCTION OF ERRORS IN WRITTEN LANGUAGE OF ENGLISH DEPARTMENT STUDENTS ACADEMIC YEAR 2006/2007 FACULTY OF LETTERS JEMBER UNIVERSITY

0 10 9

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA TERHADAP BAHASA JAWA DALAM BERITA POJOK KAMPUNG JTV: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK THE LINGUISTIC INTERFERENCE OF INDONESIAN TO JAVANESE IN POJOK KAMPUNG NEWS IN JTV: A STUDY OF SOCIOLINGISTIC

2 38 14

AN ANALYSIS OF COMPLEX SENTENCES TRANSLATION IN NOVEL OF MIRROR IMAGE FROM ENGLISH INTO INDONESIAN

1 32 58

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF INDONESIAN RUBBER AGRIBUSINESS ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS KARET INDONESIA

4 29 97