DAMPAK PENDIDIKAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL DI DESA JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI M DHANY ALSUNAH

  

DAMPAK PENDIDIKAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL DI DESA JUJUN

KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI

M DHANY ALSUNAH dhanyalsunah@gmail.com

  

Dosen

STIA-NUSA SUNGAI PENUH

dhanyalsunah@gmail.com

  

ABSTRACT

This research is based on the condition and indication of the change of view or paradigm in

the society of Jujun Village, Keriling Lake District, in view of the status and stratification of a

person in relation to the level of education. This study aims to see how the impact caused by

education on social stratification in Jujun Village Keriling District Lake Kerinci Province

Jambi Province. This research type is qualitative research with descriptive method. This

research is located in Jujun Village, Surrounding Lake Kerinci District, Jambi Province.

  

Informants in this study are community leaders, Civil Servants and villagers JujunKecamatan

Keliling Lake Kerinci District Jambi Province. Data were collected by interview and

documentation study. The data were analyzed by data reduction, data presentation, and

conclusion from the existing data to obtain the perfect data. The results show that education

occupying the upper social layers in Jujun Village society and education greatly impacts

social stratification in Jujun Village, because for previously uneducated community members,

it is not so valued and respected in society. However, when he is able to complete his

education to college and obtain a bachelor's degree he will be able to be in the upper social

class, even though his family background is of the lower class. So that cause education in

Jujun Village society is increasing. Based on the results of this study it can be concluded that

education has an impact on social stratification in Jujun Village, Keriling Lake District. In

Jujun Village society, education is seen as a way to be respected and respected so as to gain a

better position and be in the upper social class in society . It is suggested to the community to

be able to maintain their paradigm in viewing education and related parties such as Jujun

Village government is expected to provide support for the progress of education in Jujun

Village itself. Especially to members of the community from the lower classes if they want to

send their children to school.

Keywords: education, stratification and community I. PENDAHULUAN

  Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya, sehingga setiap orang yang memilikinya akan menjadi orang-orang berstatus sosial tinggi. Penghargaan ini tentunya akan menimbulkan pembedaan sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya di dalam masyarakat, yang disebut dengan istilah stratifikasi sosial.

  Pitirim A. Sorokin (dalam Soerjono Soekanto, 1982:252) menjelaskan bahwa stratifikasi sosialadalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Stratifikasi sosial merupakan sesuatu hal yang memang tidak bisa dihindari. Selama di dalam masyarakat tersebut ada sesuatu yang dihargai, baik yang berupaharta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan, maka stratifikasi sosial itu akan terjadi.

  Meskipun ada beberapa upaya untuk menyamakan kedudukan dan perlakuan terhadap seseorang, dalam kenyataan sehari-hari sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dapat diwujudkan selama pandangan masyarakat belum berubah.Menurut Soerjono Soekanto (dalam AbdulSyani, 1994:85):

  “Semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan

kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas

lapisan-lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap

masyarakat”.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, stratifikasi sosial sama sekali tidak dapat dihilangkan. Akan tetapi, jika setiap manusia mampu menerima stratifikasi itu dengan baik, dalam artian mereka tidak menonjolkan dan memperlihatkan pembedaan tersebut secara jelas, maka adanya stratifikasi sosial tidaklah menjadi suatu permasalahan.

  Menurut sifatnya, salah satu sistem stratifikasi dalam masyarakat yaitu sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Adapun suatu stratifikasi disebut terbuka apabilasetiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya atau naik ke lapisan yang di atasnya. Jadi, seseorang dapat saja masuk ke dalam kelas sosial sosial tertentu yang diinginkan ataupun keluar setelah mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Sistem stratifikasi sosial terbuka memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri masuk ke kelas tertentu. Demikianlah yang terjadi di Desa Jujun, dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk menduduki status sosial tertentu, mungkin lebih tinggi atau lebih rendah. Walaupun ia hanya seorang anak petani, apabila ia memiliki kemampuan dan keinginan yang tinggi untuk memasuki lapisan yang ada di atasnya, maka ia akan masuk ke lapisan yang ada di atasnya. Demikian juga sebaliknya, apabila ia sudah berada di lapisan atas tapi ia tidak mampu mempertahankannya, maka ia bisa saja jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya.Dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial terbuka, pendidikan dipandang sebagai suatu sarana yang penting untuk naik kelas dalam suatu tangga sosial.

  Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat.Makin tinggi pendidikan yang diperoleh seseorang makin besar harapan untuk naik status dalam tangga sosialnya (Tatang Sy,2010). Sehubungan dengan hal itu, jelas bahwa tingkat pendidikan seseorang atau kelompok tertentu akan membedakan hak dan kewajibannya dengan individu atau kelompok lain, yang pada akhirnya akan menentukan kelas sosial yang mereka tempati.Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang- kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi-rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan bukannya sekedar memberikan keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara- perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Jadi, pendidikan ini merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

  Untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, maka diperlukan wahana yang bisa dilalui oleh peserta didik yang disebut dengan jalur pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas 1) pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 2) pendidikan nonformal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 3) pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

  Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan beberapa tokoh masyarakat di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau tergambar bahwa pada awalnya penggolongan seseorang ke dalam strata sosial di dalam masyarakat Desa Jujun dilihat berdasarkan tingkat kekayaannya, dimana yang dijadikan standar kesuksesan atau keberhasilan seseorang di dalam masyarakat adalah orang yang memiliki kekayaan, seperti banyaknya sawah, ladang, dan tanah yang dimilikinya, sehingga mereka bisa menempati kelas sosial atas, walaupun kebanyakan dari mereka tidak begitu mementingkan pendidikan, terutama pendidikan bagi anak-anak mereka.Idealnya masyarakat yang berstatus sosial tinggi, dalam artian mereka yang memiliki harta atau uang banyak, dapat menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi hingga memperoleh pekerjaan.

  Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan pola pemikiran masyarakat, kekayaan material bukanlah satu-satunya yang menentukan kelas sosial seseorang di dalam masyarakat Desa Jujun ini, melainkan tingkat keberhasilan orang tuanya dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka. Artinya, bagi anaknya yang lulusan sarjana dan sudah bekerja, baru dikatakan orang sukses atau berhasil dan bisa dihargai di tengah-tengah masyarakat.

  Hal ini diperkuat dengan pernyataan beberapa tokoh masyarakat Desa Jujun. Melalui wawancara yang telah dilakukan pada hari Jumat tanggal 22 Juli 2017 dengan Bapak Galayaini dan wawancara yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 27Juli 2017 dengan Bapak Supratman. Kedua narasumber menyatakan bahwa memang dulunya yang dihargai oleh masyarakat Desa Jujun adalah kekayaan material, yaitu orang yang banyak memiliki harta benda maka ia akan dihargai dalam masyarakat. Tapi sekarang,kekayaan bukanlah satu- satunya yang dihargai dalam masyarakat, melainkan juga tingkat pendidikannya.Hal ini bisa dilihat dari data mengenai tingkat pendidikan di Desa Jujun, dimana sudah banyak anggota masyarakat yang melanjutkan pendidikannya sampai jenjang Perguruan tinggi. Dari 1.616 orang jumlah penduduk Desa Jujun, terdapat 115 orang yang lulus Akademi (D1-D3) dan Sarjana (S1-S3). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Jujun sekarang ini sangat memperhatikan pendidikan(Monografi Desa Jujun, keadaan Januari 2017).

  Orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat, walaupun awalnya ia berasal dari golongan rendah. Sehingga secara tidak langsung orang tersebut akan naik ke lapisan yang ada di atasnya (Ravik Karsidi, 2008). Menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Jujun, salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah perubahan cara pandang masyarakat terhadap stratifikasi sosial, dimana pada saat inipenggolongan seseorang ke dalam suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat Desa Jujun bukan lagi diukur dari tingkat kekayaan, akan tetapi tingkat pendidikannya. Maka dari itu, dilihat dari kondisi di atas peneliti ingin mengetahui sampai sejauh mana pendidikan dalam masyarakat Desa Jujun memberikan dampak terhadap stratifikasi sosial yang ada di Desa Jujun itu sendiri, karena pada awalnya masyarakat memandang pendidikan tidak begitu penting, akan tetapi sekarang dengan pendidikan bisa membuat seseorang naik kelas dalam tangga sosialnya, walaupun pada awalnya ia berasal dari kelas rendah.

II. METODE PENELITIAN

  Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang dirumuskan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

  Bungin (2005:53) mengatakan bahwa pengambilan informan secara purposivesampling adalah menentukan informan dengan pertimbangan tertentu dipandang dapat memberi data yang maksimal mengenai dampak pendidikan terhadap stratifikasi sosial di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh gambaran mengenai Potret Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci dan Dampak Pendidikan Terhadap Stratifikasi Sosial di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci, sebagai berikut: 1.

Potret stratifikasi sosial masyarakat Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci

  Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah.Dalam masyarakat Desa Jujun dulunya, anggota masyarakat yang tergolong kelas atas adalah orang-orang yang memiliki kekayaan material, seperti banyaknya sawah, ladang, tanah yang dimilikinya. Selanjutnya, anggota masyarakat yang tergolong kelas menengah adalah orang-orang berpendidikan. Kemudian, anggota masyarakat yang tergolong kelas bawah adalah orang-orang yang berpenghasilan rendah (orang miskin). Dengan demikian, masyarakat Desa Jujun dulunya terbagi ke dalam tiga kelas, yaitu kelas atas (kekayaan), kelas menengah (pendidikan), dan kelas bawah (kemiskinan).

  Akan tetapi, sekarang dalam masyarakat Desa Jujun, anggota masyarakat yang tergolong kelas atas adalah orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (orang-orang yang berpendidikan). Selanjutnya, anggota masyarakat yang tergolong kelas menengah adalah orang-orang yang memiliki kekayaan. Kemudian, anggota masyarakat yang tergolong kelas bawah adalah orang-orang yang berpenghasilan rendah (orang miskin). Dengan demikian, dalam masyarakat Desa Jujun sekarang ini terjadi perpindahan kelas. Pendidikan menduduki kelas sosial atas, kekayaan menduduki kelas sosial menengah, dan kemiskinan menduduki kelas sosial bawah.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap informan penelitian tergambar bahwa dalam masyarakat Desa Jujun begitu memperhatikan pendidikan. Dengan pendidikan, seseorang bisa memperoleh status yang lebih baik apabila ia mampu menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang yang lebih tinggi dalam masyarakat Desa Jujun. Berbeda dengan dulunya, dimana pendidikan masih belum diperhatikan oleh masyarakat Desa Jujun. Karena yang dihargai oleh masyarakat Desa Jujun dulunya adalah orang yang memiliki kekayaan. Jadi, dengan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat Desa Jujun dalam bidang pendidikan, bisa meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau strata. Status sosial merupakan salah satu unsur pokok dari stratifikasi sosial yang ikut menentukan penempatan seseorang dalam strata tertentu dalam masyarakat.

  Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu lapisan sosial tertentu, yaitukekayaan dan penghasilan, pekerjaan, dan pendidikan(Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1999:7-11). Hal senada juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2003:205- 206), bahwa ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial adalah ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Dilihat dari ukuran kekayaan bahwa barang siapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk ke dalam lapisan sosial teratas. Kenyataan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadinya, dan sebagainya. Kemudian dilihat dari ukuran kekuasaan bahwa barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan sosial teratas. Selanjutnya dilihat dari ukuran kehormatan bahwa orang yang paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau menduduki lapisan sosial teratas. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat. Selanjutnya ilmu pengetahuandipakai ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

  Kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Kemudian, dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam Abu Ahmadi (2003:202-206) bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur stratifikasi sosial, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Di sini Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya, menengah dan melarat.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, tergambar bahwa pendidikan sekarang ini sangat penting dan menduduki lapisan sosial yang tinggi dalam masyarakat Desa Jujun. Berbeda dengan dulunya, dimana pendidikanbelum diperhatikandan tidak begitu mendapat tempat dalam masyarakat Desa Jujun. Karena yang dihargai dan menempati lapisan sosial yang tinggi dalam masyarakat dulunya adalah kekayaan, yaitu orang yang memiliki sawah, ladang, ternak, dan sebagainya dalam jumlah yang banyak. Tapi, sekarang pola pikir masyarakat telah berubah. Pendidikan sangat dihargai dan diperhatikan oleh masyarakat di Desa Jujun. Pendidikan dipandang sebagai salah satu jalan untuk memperbaiki nasib menuju ke arah yang lebih baik. Bagi anggota masyarakat yang berpendidikan tinggi, maka ia akan dihargai dalam masyarakat, walaupun ia berasal dari golongan bawah. Jadi dalam hal ini, ukuran yang dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial adalah pendidikan.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat diperhatikan dan menduduki lapisan yang tinggi dalam masyarakat Desa Jujun. Bagi anggota masyarakat yang mampu menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi, maka ia akan berada pada kelas sosial atas dalam masyarakat Desa Jujun, walaupun ia berasal dari golongan bawah.

  2.

ampak yang ditimbulkan oleh pendidikan terhadap stratifikasi sosial di Desa Jujun

Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

  Secara sederhana, terjadinya stratifikasi sosial karena ada sesuatu yang dibanggakan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam kehidupan masyarakat. Stratifikasi ini dapat terjadi pada setiap masyarakat, bahkan terjadi pada masyarakat yang paling sederhana sekalipun. Hanya jarak dan tingkatan antara lapisan-lapisan itu yang berbeda. Demikian juga halnya seperti yang terjadi di Desa Jujun ini. Karena ada sesuatu yang dihargai dan dibanggakan dalam masyarakat Desa Jujun, dimana sesuatu yang dihargai dan dibanggakan itu adalah pendidikan, menyebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi bisa dihargai dan meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat yang kemudian akan menunjuk pada eksistensi dari stratifikasi sosial.

  Sebagaimana yang dikemukakan oleh AbdulSyani (1994:85) bahwa sumber dasar dari terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat pertama, suku bangsa (etnis), yakni apabila ada dua atau lebih grup etnis, dimana grup etnis yang satu menguasai etnis yang lainnya dalam waktu yang relatif lama. Kedua, unsur sosial, karena adanya tuntutan masyarakat terhadap faktor-faktor sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu merupakan ukuran yang biasanya ditetapkan masyarakat berdasarkan sistem nilai yang dipandang berharga. Faktor- faktor sosial yang berharga itu kemudian dimasukkan pada level tertentu sesuai dengan tinggi rendahnya daya guna yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya.

  Lebih jauh Selo Soemardjan dalam Ary H. Gunawan (2000:38-39) menjelaskan bahwa sumber terjadinya stratifikasi sosial adalah sesuatu yang dihargai tinggi/ rendah oleh masyarakat, dalam hal uang, benda-benda ekonomis, ilmu dan sebagainya. Jadi, orang-orang yang memiliki barang-barang tersebut lebih banyak, berada di lapisan atas. Kemudian Soerjono Soekanto (dalam Abdulsyani, 1994:83) menyatakan bahwa selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis- lapisan dalam masyarakat itu. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam beragama atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap informan penelitian terlihat bahwa pendidikan sangat dihargai oleh masyarakat Desa Jujun. Pendidikan dipandang sebagai suatu sarana yang penting untuk naik kelas dalam suatu tangga sosial dalam masayarakat Desa Jujun. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh seseorang makin besar harapan untuk naik status dalam tangga sosialnya. Di Desa Jujun, bagi anggota masyarakat yang telah menyelesaikan pendidikan formal hingga perguruan tinggi, akan dihargai dan dihormati dalam masyarakat, walaupun ia berasal dari golongan rendah dan kedudukannya bisa naik dalam masyarakat Desa Jujun apabila ia berpendidikan tinggi. Jadi, sesuatu yang dihargai oleh masyarakat Desa Jujun adalah pendidikan, sehingga orang-orang yang mampu menyelesaikan pendidikannya bisa berada pada kedudukan yang lebih baik dalam masyarakat.

  Selanjutnya dalam hal bagaimana terjadinya stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat, dalam hal ini Abu Ahmadi (2003:199-200) menyatakan bahwa stratifikasi sosial itu dapat terjadi dengan sendirinya dan dapat pula terjadi dengan disengaja. Pada stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, kedudukan seseorang pada sesuatu strata atau lapisan adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti. Sementara stratifikasi yang terjadi dengan disengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem stratifikasi ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Kedudukan atau status seseorang pada suatu lapisan tertentu dibentuk berdasarakan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu.

  Lebih jauh AbdulSyani (1994:93-94) juga mengatakanbahwa kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu status yang diperoleh atas dasar keturunan (Ascribed-Status) dan status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengaja (Achieved-Status). Status yang diperoleh atas dasar keturunan pada umumnyabanyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup, misalnya: istri pejabat secara otomatis akan mengikuti kedudukan suami; anak seorang ningrat dengan sendirinya akan mendapat hak-hak seperti yang dinikmati oleh orangtuanya; dan sebagainya. Kemudian status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengajabersifat lebih terbuka, yaitu atas dasar cita-cita yang direncanakan dan diperhitungkan dengan matang. Individu dan segenap anggota masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuannya sendiri. Misalnya: kedudukan sebagai dokter, kedudukan ini sebetulnya terbuka bagi siapa saja, asalkan mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh profesi tersebut.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa stratifikasi yang ada dalam masyarakat Desa Jujun adalah stratifikasi yang terjadi dengan disengaja. Karena orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk berdasarakan atas kesengajaan, dan pada umumnya anggota masyarakat lebih menghargai orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi atas dasar usaha yang telah dilakukannya dengan sengaja, seperti yang terlihat dalam bidang pendidikan, misalnya, apabila seseorang bisa menamatkan pendidikan formal hingga perguruan tinggi, maka ia akan dihargai dalam masyarakat dan statusnya juga bisa naik dalam masyarakat Desa Jujun.

  Kemudian dalam hal status yang diperoleh dalam masyarakat Desa Jujun,terlihat bahwa sebagian besar status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat diperolah atas dasar usaha yang disengaja(achieved status), yaitu lewat sistem pendidikan, yakni pendidikan formal. Bagi anggota masyarakat yang telah menyelesaikan pendidikan formal sampai pada jenjang yang lebih tinggi, umumnya akan dihargai dan dihormati dalam masyarakat Desa Jujun, sehingga kedudukannya dalam masyarakat bisa naik, walaupun pada awalnya ia berasal dari golongan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa anggota masyarakat yang mampu berusaha dalam bidang pendidikan bisa meningkatkan kedudukan atau statusnya dalam masyarakat.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat memberikan dampak terhadap stratifikasi sosial di Desa Jujun, karena bagi anggota masyarakat yang sebelumnya tidak berpendidikan tinggi, ia tidak begitu dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Akan tetapi, ketika ia mampu menyelesaikan pendidikannya hingga perguruan tinggi dan memperoleh gelar sarjana maka ia akan bisa berada pada kelas sosial atas, walaupun latar belakang keluarganya berasal dari golongan bawah. Sehingga menyebabkan pendidikan dalam masyarakat Desa Jujun semakin meningkat.

  Pendidikan bisa dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lain dalam masyarakat Desa Jujun dan pendidikan bisa menjadi jalan bagi setiap orang untuk bisa dihargai dan dihormati sehingga kedudukannya bisa naik dalam masyarakat. Sejalan dengan hal itu, makaorang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Dengan begitu akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baikdan perbedaan sosial akan dapat dikurangi, sekalipun mungkin tidak dapat dihapuskan seluruhnya.

IV. SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Potret stratifikasi sosial di Desa Jujun menunjukkan bahwa pendidikan menduduki lapisan sosial atas dalam masyarakat Desa Jujun. Selanjutnya, anggota masyarakat yang tergolong lapisan menengah adalah orang-orang yang memiliki kekayaan. Kemudian, anggota masyarakat yang tergolong lapisan bawah adalah orang-orang yang berpenghasilan rendah (orang miskin). Pendidikan sangat memberikan dampak terhadap stratifikasi sosial di Desa Jujun, karena bagi anggota masyarakat yang sebelumnya tidak berpendidikan tinggi, ia tidak begitu dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Akan tetapi, ketika ia mampu menyelesaikan pendidikannya hingga perguruan tinggi dan memperoleh gelar sarjana maka ia akan bisa berada pada kelas sosial atas, walaupun latar belakang keluarganya berasal dari golongan bawah. Sehingga menyebabkan pendidikan dalam masyarakat Desa Jujun menjadi semakin meningkat.

  DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

  Abu Ahmadi. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ary H Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Cet. 1. Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Problem Pendidikan.

  Bungin Farhan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo. 331 hal Cohen, Bruce J. Penerjemah Sahat Simamora. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. 2.

  Jakarta: PT Rineka Cipta. Hendropuspito OC. D. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. Alih Bahasa Aminuddin Ram. 1990. Sosiologi. Jilid 2.

  Ed. 6. Jakarta: Erlangga.

  Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).

  Cet. 2. Jakarta: Gaung Persada Press. Lexy, J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. __________. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. P. Soedarno. 1996. Ilmu Sosial Dasar Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

  Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2006. Sosiologi dan Politik. Ed. 1-2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sanderson, Stephen K. 1995. SosiologiMakro Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial.

  Ed. 2. Cet. 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slamet Santosa. 2006. Dinamika Kelompok. Ed. Rev, Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara. Soerjono Soekanto. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Ed. Baru-40. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  __________. 1992. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: PT. Rajawali. __________. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  __________. 2001. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Ed. 1., Cet. 10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI).

  Jakarta: PT Rineka Cipta.