Bahan Ajar Akuntansi Biaya Repository UNIKAMA

Lilik Sri Hariani
08123317798

Biaya Bahan Baku
Menjelaskan elemen biaya yang membentuk

harga pokok bahan baku yang dibeli
Menjelaskan penentuan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi
Menjelaskan metode pencatatan biaya bahan
baku
Menjelaskan masalah-masalah khusus yang
berhubungan dengan bahan baku

Pengertian
Merupakan bahan yang membentuk bagian

menyeluruh produk jadi
Sistem pembelian
1.Prosedur permintaan pembelian bahan baku
2.Prosedur order pembelian

3.Prosedur penerimaan bahan baku
4.Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di

bagian gudang
5.Prosedur pencatatan utang yang timbul dari
pembelian bahan baku

Biaya diperhitungkan dalam harga pokok
bahan baku
Biaya angkut diperlakukan sebagai tambahan

harga produk
Biaya angkut tidak diperlakukan sebagai
tambahan harga produk

Metode penentuan harga pokok
1. Metode tanda pengenal khusus
2. Metode MPKP (FIFO)
3. Metode MTKP (LIFO)
4. Metode rata-rata


Contoh
Dari catatan PT Alisa sebuah perusahaan industri

di Malang diperoleh keterangan-keterangan yang
bersangkutan tentang bahan baku sebagai berikut:
1 Sep 2015: Persediaan:
400 kg @ Rp 600,00 per kg
5 Sep 2015 : Pembelian:
1200 kg @ Rp 640,00 per
kg
10 Sep 2015 : Pembelian:
800 Kg @ Rp 580,00 per
kg
15 Sep 2015 : Dipakai dalam proses produksi: 1000 kg

Diminta
Tentukan harga pokok bahan baku yang

dipakai berdasarkan:

1.Metode tanda pengenal khusus, apabila
diketahui bahwa berdasarkan tanda-tanda
yang ada pemakaian tersebut 850 kg
pembelian tanggal 5 September 2015 dan
sisanya dari persediaan awal.
2.Metode MPKP
3.Metode MTKP
4.Metode rata-rata sederhana

Jawab
1. Metode tanda pengenal khusus

850 x
Rp 640,00 = Rp 544.000,00
150 x Rp 600,00 = Rp 90.000,00
1000
= Rp 634.000,00
2. Metode MPKP

400 x Rp 600,00

600 x Rp 640,00
1000

= Rp 240.000,00
= Rp 384.000,00
= Rp 624.000,00

Lanjutan
3. Metode MTKP

800 x Rp 580,00
200 x Rp 640,00
1000

= Rp 464.000,00
= Rp 128.000,00
= Rp 592.000,00

4. Metode rata-rata sederhana
Harga pokok rata-rata = Rp 600,00 + Rp 640,00 + Rp 580,00

3
Harga pokok pemakaian = 1000 x Rp 606,70 = Rp 606.700,00

Masalah-masalah khusus yang
berhubungan dengan bahan baku
1. Sisa bahan (scrap materials)
2. Produk rusak (spoiled goods)
3. Produk cacat (defective goods)

Sisa bahan (scrap materials)
adalah bahan yang tidak dipakai atau tidak

menjadi bagian dari produk dalam proses
produksi, dan tidak dapat dipakai dalam
proses produksi berikutnya atau telah rusak
tetapi mempunyai nilai jual

Pencatatan sisa bahan






Hasil penjualan sisa bahan dicatat mengurangi
biaya bahan pada pesanan terjadinya sisa
bahan tersebut
Hasil penjualan sisa bahan dicatat mengurangi
jumlah BOP yang sesungguhnya
Hasil penjualan sisa bahan dicatat sebagai
pendapatan lain-lain

Contoh
Pada tanggal 1 Mei 2015, bagian produksi

menyerahkan sisa bahan ke gudang sebanyak
60 kg ditaksir harga jualnya Rp 300,00 per
kg.
Pada tangal 20 Mei 2015, seluruh sisa bahan
dijual tunai dengan harga Rp 320,00 per kg.
Bagaimana pencatatan yang harus dilakukan

untuk keterangan-keterangan tersebut?

Dicatat sebagai pengurang biaya bahan baku
Jurnal: tanggal 1 Mei 2015 pada saat penyerahan ke

gudang:
Persediaan sisa bahan
Rp 18.000,00
BDP-Biaya bahan baku
Rp 18.000,00
Jurnal: tanggal 20 Mei 2015: pada saat penjualan:

Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan
Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan
Rp 1.200,00
BDP-Biaya bahan baku
Rp 1.200,00


Dicatat sebagai pengurang BOB yang
sebenarnya
Jurnal: tanggal 1 Mei 2015:

Persedian sisa bahan
Rp 18.000,00
BOP yang sesungguhnya
Rp
18.000,00
Jurnal: tanggal 20 Mei 2015:

KasRp 19.200,00
Persediaan sisa baha
Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan
Rp 1.200,00
BOP yang sesungguhnya
Rp
1.200,00


Dicatat sebagai pendapatan lain-lain
Jurnal: tanggal 1 Mei 2015:

Persediaan sisa bahan
Rp 18.000,00
Pendapatan dr sisa bahan
Rp
18.000,00
Jurnal: tanggal 20 Mei 2015:

KasRp 19.200,00
Persediaan sisa bahan
Rp
19.200,00
Persediaan sisa bahan
Rp 1.200,00
Pendapatan dr sisa bahan
Rp
1.200,00


Produk rusak (spoiled goods)
adalah produk yang tidak memenuhi kualitas

yang seharusnya dan tidak dapat diperbaiki
Pencatatan:
1.

2.

Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi
sesuatu pesanan, maka harga pokok produk rusak
dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk
rusak tersebut
Apabila terjadinya produk rusak dianggap
merupakan hal yang normal, maka kerugian akibat
produk rusak dibebankan kepada semua produk
dengan memperhitungkannya ke dalam tarip BOP

Contoh
Sebuah perusahaan industri menerima pesanan satu


jenis barang sebanyak 25 unit. Tetapi karena sifat
pesanan tersebut sulit pengerjaannya, maka dalam
proses pengerjaan terdapat 5 unit produk rusak
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut (25 unit)
diproduksi barang 30 unit dengan biaya-biaya
sebagai berikut:
Bahan baku: 30 x Rp 100.000,00 = Rp 3.000.000,00
BTKL
= Rp 1.600.000,00
BOP
= Rp 1.400.000,00
Total harga pokok
= Rp 6.000.000,00

Lanjutan
Dengan demikian harga pokok per unit =

Rp 6.000.000,00 : 25 = Rp 240.000,00
Seandainya tidak ada produk rusak, maka

harga pokok per unit =
Rp 6.000.000,00 : 30 = Rp 200.000,00

Produk cacat (defective goods)
adalah produk yang tidak memenuhi kualitas

yang seharusnya, tetapi masih dapat
diperbaiki dengan pengerjaan kembali
Pencatatan :
1.Apabila timbul produk cacat akibat spesifikasi

pesanan, maka biaya pengerjaan kembali
dibebankan ke pesanan yang bersangkutan
2.Apabila produk cacat merupakan hal yang biasa
terjadi, maka biaya pengerjaan kembali,
dibebankan ke tarip BOP