IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA SANITASI DI RSUI KUSTATI SURAKARTA

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA SANITASI DI RSUI KUSTATI SURAKARTA

Oleh : WURINDHA RIASDIATI ERTYASSARI

NIM. R0205045

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan Umum dengan judul :

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Sanitasi di RSUI Kustati Surakarta

disusun oleh :

Wurindha Riasdiati Ertyassari

NIM. R0205045

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I

Pembimbing II

Harninto, dr., MS, Sp.Ok

Wahyu Indianto, dr NIP. 140353411

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Umum dengan judul :

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Sanitasi di RSUI Kustati Surakarta

disusun oleh :

Wurindha Riasdiati Ertyassari

NIM. R0205045

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Kasie K3 Sanitasi Kabag. Rumah Tangga

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, taufik, hidayah dan inayah serta kasih sayang dari-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Santasi di RSUI Kustati Surakarta.

Penulisan laporan ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama dalam penelitian, penyusunan dan penelitian ini penulis menyadari bahwa terselesainya laporan ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK., Sp.Ok, selaku Ketua Program DIV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Harninto, dr., MS, Sp.Ok, selaku Pembimbing I

4. Bapak Wahyu Indianto, dr., selaku Dosen Pembimbing II

5. Bapak Ahmad Bi Utomo, dr., SpBU, selaku Direktur RSUI Kustati Surakarta

6. Ibu Suyani, Amd, selaku pembimbing magang

7. Semua karyawan RSUI Kustati Surakarta, atas segala bantuan dan dukungan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Suami serta anak yang selalu memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar

10. Bapak, Ibu, Adik dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar

11. Dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan umum ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini.

Surakarta, Juli 2009

Penulis

A. Kesimpulan ................................................................................ 79

B. Saran ........................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85 LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pengukuran Intensitas Kebisingan ........................................... 15 Tabel 2. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan ........................................... 17 Tabel 3. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban ......................................... 18 Tabel 4. Bentuk Kecelakaan dan Penanggulangan ......................................... 24 Tabel 5. Sikap Kerja Tenaga Kerja ................................................................. 35 Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Limbah Cair ........................................................ 40 Tabel 7. Hasil Pengukuran kebisingan di Bandingkan Dengan Standar ......... 53 Tabel 8. Hasil Pengukuran Penerangan di Bandingkan Dengan Standar ........ 55 Tabel 9. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban di Bandingkan Dengan

Standar ............................................................................................... 57 Tabel 10. Hasil Pengolahan Limbah Cair di Bandingkan Dengan Standar ...... 73

Lampiran 1. Sejarah RSUI Kustati Lampiran 2. Profil K3 dan Sanitasi Lampiran 3. SK Direktur RSUI Kustati tentang Penerapan K3 Lampiran 4. Susunan Panitia K3RS Lampiran 5. Program Kerja K3RS tahun 2009 Lampiran 6. Daftar Alat Pelindung Diri Lampiran 7. Daftar APAR Lampiran 8. Protap K3 Unit Sterilisasi Lampiran 9. Protap K3 Unit Radiologi Lampiran 10. Protap K3 Unit Gizi (Penyehatan Makanan dan Minuman) Lampiran 11. Skema Alur Pengelolaan Limbah Padat Lampiran 12. Skema Alur Pengelolaan Limbah Cair Lampiran 13. Bagan Alur Pengelolaan Linen

Lampiran 14. MSDS O 2

Lampiran 15. Master Plan RSUI Kustati Surakarta Lampiran 16. Jadwal Magang di RSUI Kustati Lampiran 17. Daftar Presensi magang di RSUI Kustati Surakarta Lampiran 18. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Lampiran 19. Protap K3RS di RSUI Kustati

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang, termasuk tenaga kerja. Tujuan akhir dari pembangunan nasional ini adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan kesejahteraan bangsa yang berkesinambungan, dan terus menerus dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita luhur yaitu mewujudkan bangsa yang adil dan makmur.

Pada tahun 1999, Presiden RI telah mencanangkan “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan”. Gerakan tersebut merupakan strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan isi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010. Selanjutnya berdasarkan misi tersebut telah ditetapkan dasar-dasar misi, strategi dan paradigma pembanguan kesehatan yang baru yaitu paradigma sehat.

Secara umum pengertian paradigma sehat adalah suatu cara pandangan pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik dan melihat masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor serta menekankan kesehatan sebagai hak asasi manusia.

Pencanangan pembangunan berwawasan kesehatan menjadi suatu Pencanangan pembangunan berwawasan kesehatan menjadi suatu

Rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya merupakan sebuah bentuk industri jasa yang tidak berbeda dengan industri barang. Komponen manusia, peralatan dan energi merupakan aset industri yang akan menentukan tujuan perusahaan. Proses kegiatan dalam sistem rumah sakit dan institusi kesahatan yang lainnya, merupakan proses kegiatan yang sangat komplek bagi dihasilkannya pengeluarannya (out put) yang memuaskan dan tentunya dari proses kerja yang selamat dan sehat (Tito Sutjipto dalam Puslitbang IKM FK UGM Bekerjasama dengan IDKI cabang DIY dan program S2 HIPERKES UGM, 2000)

Dari seluruh rangkaian kegiatan yang ada di rumah sakit, tidak terlepas dari adanya faktor bahaya dan potensi bahaya. Faktor dan potensi bahaya tersebut akan mengakibatkan kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan infeksi nosokomial dan kerugian-kerugian yang lain. Faktor dan potensi bahaya yang ada sedapat mungkin harus dikendalikan dengan optimal. Hal ini, karena rumah sakit merupakan tempat dimana terdapat banyak orang sakit, pengunjung dan tenaga kerja. Jika faktor dan potensi tersebut tidak dikendalikan akan mengancam Dari seluruh rangkaian kegiatan yang ada di rumah sakit, tidak terlepas dari adanya faktor bahaya dan potensi bahaya. Faktor dan potensi bahaya tersebut akan mengakibatkan kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan infeksi nosokomial dan kerugian-kerugian yang lain. Faktor dan potensi bahaya yang ada sedapat mungkin harus dikendalikan dengan optimal. Hal ini, karena rumah sakit merupakan tempat dimana terdapat banyak orang sakit, pengunjung dan tenaga kerja. Jika faktor dan potensi tersebut tidak dikendalikan akan mengancam

B. Tujuan Magang

Tujuan dari magang yang telah dilaksanakan adalah :

a) Untuk mengetahui faktor-faktor bahaya dan potensi-potensi bahaya yang ada di rumah sakit.

b) Untuk mengetahui langkah-langkah pengendalian terhadap faktor dan potensi bahaya yang ada.

C. Manfaat Magang

Manfaat yang didapat dari pelaksanaan magang adalah :

1. Bagi Mahasiswa

a. Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangku kuliah.

b. Memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya di rumah sakit.

c. Dapat mengetahui dan melakukan analisa terhadap faktor dan potensi bahaya yang ada secara langsung.

sanitasi langsung di lapangan.

2. Rumah Sakit

a. Merupakan sarana evaluasi dari penerapan kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah berjalan.

b. Mendapatkan masukan dan sarana dalam meningkatkan pelayanan K3RS.

3. Bagi Program DIV Kesehatan Kerja

a. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang K3 dan sanitasi rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas para mahasiswa.

b. Menambah khasanah kepustakaan di kampus DIV Kesehatan Kerja.

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan magang adalah :

1. Penentuan tempat praktek kerja lapangan/magang.

2. Pengurusan permohonan ijin magang di RSUI Kustati.

3. Mendapat jawaban persetujuan dari Dirut RSUI Kustati dan persetujuan dari pihak K3RS.

4. Menentukan jadwal pelaksanaan magang.

5. Pelaksanaan magang.

B. Lokasi

Lokasi penelitian yang telah dilaksanakan adalah RSUI Kustati yang beralamat di Jalan Kap. Mulyadi No. 349 Pasar Kliwon, Surakarta.

C. Pelaksanaan

1. Waktu Magang Magang dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 2 Februari 2009 sampai dengan 28 Februari 2009 pada setiap hari kerja yaitu Senin – Sabtu, pukul

08.00 – 14.00 WIB.

Kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan observasi dan pendataan mengenai :

a. Proses produksi dan pengelolaan lingkungan.

b. Faktor-faktor dan potensi bahaya.

c. SMK3 RS.

d. PK3RS.

e. Pelayanan kesehatan kerja.

f. Ergonomi dan industrial higine.

g. Keselamatan kerja

h. Gizi kerja.

i. Limbah rumah sakit. j. Sanitasi rumah sakit. k. Kontruksi bangunan.

D. Sumber Data

Dalam penulisan laporan ini penulis mendapatkan data dengan cara :

1. Wawancara Yaitu dengan cara tanya jawab dengan pihak yang terkait mengenai implementasi K3 di RSUI Kustati Surakarta.

2. Observasi Yaitu dengan cara pengamatan secara kangsung dilapangan terhadap

Yaitu dengan cara mendiskusikan hasil penelitian untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

4. Dokumen Rumah Sakit Yaitu dengan cara mempelajari arsip-arsip rumah sakit yang terkait dengan K3 dan sanitasi rumah sakit.

5. Referensi Yaitu dengan cara mempelajari referensi yan terkait dengan K3 dan sanitasi rumah sakit.

E. Pengolahan Data

Data yang didapatkan oleh penulis kemudian dianalisa berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sehingga dapat disusun menjadi sebuah laporan.

HASIL MAGANG

A. Proses Produksi

Proses produksi yang ada di RSUI Kustati berupa proses pelayanan medis, penunjang medis dan kegiatan yang di fasilitas penunjang non medis yang lain.

1. Pelayanan Medis Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan yang bersifat langsung

berhubungan dengan keadaan dan kondisi pasien. Yang termasuk didalam pelayanan medis adalah:

a. Instalasi Bedah Umum dan Sentral (IBS) Unit ini digunakan untuk kegiatan operasi pasien. RSUI Kustati mempunyai dua unit operasi yaitu Unit Utara dan Unit Selatan.

1) IBS Utara Di gunakan khusus untuk operasi mayor dan operasi minor yang terdiri atas tiga kamar operasi dan salah satunya digunakan khusus untuk operasi infeksius atau operasi kotor. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penularan penyakit antara pasien yang mempunyai penyakit infeksius dengan pasien tanpa penyakit infeksius. Dua kamar yang lain digunakan untuk kamar operasi bersih seperti operasi otak, kandungan dan operasi syaraf.

2) IBS Selatan IBS Selatan digunakan khusus untuk melayani operasi tulang. IBS Selatan 2) IBS Selatan IBS Selatan digunakan khusus untuk melayani operasi tulang. IBS Selatan

a) Daerah Bebas (Public Area) Yaitu daerah yang dapat dimasuki oleh semua orang tanpa persyaratan khusus. Yang termasuk dalam ruang ini adalah ruang tunggu, lobi dan doorlop disekitar ruang operasi.

b) Daerah Bersih Yaitu daerah dimana pengunjung dilarang untuk masuk. Petugas yang berkepentingan dan akan masuk harus melepas alas kaki. Yang termasuk dalam wilayah ini adalah kamar ganti dokter, perawat dan petugas IBS, ruang transfer masuk dan keluar.

c) Daerah Semi Ketat Yaitu daerah dimana petugas harus mengenakan tutup kepala, masker dan alas kaki kamar operasi. Yang termasuk dalam wilayah ini adalah kamar cuci instrumen, ruang pengepakan dan ruang pulih sadar.

d) Daerah Ketat Yaitu daerah dimana kegiatan operasi dilaksanakan. tim operasi selain menggunakan tutup kepala juga harus menggunakan jas operasi steril.

b. Poliklinik Poliklinik adalah tempat untuk pelayanan pengobatan dan pemeriksaan b. Poliklinik Poliklinik adalah tempat untuk pelayanan pengobatan dan pemeriksaan

c. Instalansi Rawat Inap Pasien Instalansi rawat inap pasien atau bangsal adalah ruangan-ruangan yang digunakan untuk tempat tidur pasien yang sedang menjalani perawatan selama di rumah sakit. Bangsal-bangsal ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu Bangsal Unit Utara (Unit I dan II) dan Bangsal Unit Selatan (Unit III). Bangsal Unit I dan

II adalah bangsal umum yang diklasifikasikan berdasarkan jenis penyakit, usia dan klasmen. Untuk penyakit infeksius dan penyakit yang mempunyai daya penularan yang tinggi ditempatkan dalam ruang khusus yang disebut ruangan isolasi. Berdasrkan usia dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu bangsal dewasa dan anak-anak. Sedangkan berdasarkan klasmen yaitu Klas Teladan, Klas I, Klas II dan Klas III.

d. Kamar Bersalin Kamar Bersalin adalah ruangan khusus untuk pasien yang melahirkan. Ruangan ini selalu dalam keadaan bersih, alas kaki harus dilepas dan diadakan pembersihan secara rutin.

Kamar jenazah digunakan untuk menempatkan pasien yang telah meninggal dunia dan anggota keluarga yang bersangkutan belum mengambilnya. Di tempat ini jenazah dimandikan dan dikafani atas permintaan keluarganya. Karyawan yang ada di unit tersebut harus selalu siap menerima panggilan selama 24 jam.

2. Pelayanan Penunjang Medis

Pelayanan penunjang medis adalah pelayanan yang tidak berhubungan langsung dengan pasien tetapi mempunyai peranan yang sangat besar dalam usaha penyembuhan pasien.

Yang termasuk dalam wilayah ini adalah :

a. Unit Gawat Darurat (UGD) Unit gawat daruruat adalah pelayanan pengobatan kepada pasien yang secara mendadak membutuhkan pelayanan sesegera mungkin. Unit Ini dibuka selama 24 jam dengan jadwal dokter dan perawat yang sudah ditentukan. Selain itu, juga tersedia ambulan khusus dalam keadaan darurat sebagai sarana trnsportasi evakuasi dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) ke rumah sakit ataupun tempat yang dirujuk oleh rumah sakit.

b. ICU (Intensive Care Unit) ICU adalah bangsal yang digunakan untuk merawat pasien yang memerlukan perawatan intensive dan tidak dapat dicampur dengan pasien yang lain karena akan membahayakan keadaan pasien tersebut. ICU melayani perawatan bagi penderita stroke, cardiac care, trauma dan koma. ICU melayani b. ICU (Intensive Care Unit) ICU adalah bangsal yang digunakan untuk merawat pasien yang memerlukan perawatan intensive dan tidak dapat dicampur dengan pasien yang lain karena akan membahayakan keadaan pasien tersebut. ICU melayani perawatan bagi penderita stroke, cardiac care, trauma dan koma. ICU melayani

c. Laboratorium Laboratorium digunakan sebagai tempat untuk menegakkan diagnosa. Pelayanan laboratorium di RSUI Kustati meliputi pemeriksaan patologi klinik, pemeriksaan patologi anatomi, pemeriksaan kimia dan pemeriksaan biologi.

d. Farmasi Farmasi adalah unit yang menyediakan obat-obatan yang diperlukan oleh pasien. Pelayanan ini meliputi pelayanan terhadap pasien yan sedang dirawat di rumah sakit, rawat jalan dan pasien yang sedang dirawat di UGD.

e. Radiologi Di RSUI Kustati menyediakan pelayanan radiodiagnostik mencakup Whole Body CT-Scan , MRI dan Ultrasonography (USG). Pelayanan X-Ray Konvensional ini digunakan untuk foto rontgen. Syarat menjadi operator rontgen minimal adalah berpendidikan akademi penata rontgen dan untuk menilai foto hasil rontgen adalah seorang ahli radiology yang kemudian dikonsultasikan kepada dokter.

f. Unit Sterilisasi Unit mini digunakan untuk sterilisasi umum peralatan medis rumah sakit. Sterilisasi ini menggunakan Autoclave pada suhu sekitar 120 0 C.

Unit ini menyediakan ransum dan minuman bagi pasien. Selain itu juga menyediakan makan, minum dan ekstra fooding bagi para tenaga kerja. Bagian ini terdiri dari dua unit, satu unit khusus untuk menyediakan makan bagi tenaga kerja dan satu unit khusus menyediakan ransum bagi pasien.

3. Fasilitas Penunjang Non Medis

Fasilitas penunjang non medis adalah sarana pendukung untuk beroperasinya suatu kegiatan di rumah sakit selain medis. Fasilitas ini sama sekali tidak berhubungan langsung dengan pasien, tetapi merupakan bagian yang penting bagi jalannya produksi rumah sakit.

a. Loundry Unit ini bertanggung jawab atas pembersihan linen rumah sakit. RSUI Kustati mempunyai dua sub unit loundry yaitu sub unit loundry khusus untuk menangani linen dari ruang operasi dan satu sub khusus untuk menangani linen dari kegiatan bangsal pasien.

b. IPAL IPAL berfungsi sebagai tempat pengolahan limbah cair. Semua limbah cair yang berasal dari seluruh rangkaian kegiatan rumah sakit dialirkan menuju IPAL untuk diolah sebelum dibuang ke sungai.

c. Kantor Perkantoran yang ada merupakan wilayah kerja non medis yang keberadaannya berfungsi sebagaimana perkantoran pada umumnya. Perkantoran

Komputer, Kantor Diklat dan Aula.

B. Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

Dari seluruh faktor rangkaian kegiatan yang ada di RSUI Kustati, telah menimbulkan berbagai macam faktor bahaya dan potensi bahaya. Untuk menghindari bahaya yang ada, maka pihak rumah sakit telah mengadakan berbagai macam upaya.

Adapun instalasi yang mempunyai tingkat risiko faktor bahaya dan potensi bahaya yang cukup tinggi adalah :

a. Instalasi radiologi

b. Instalasi sterilisasi

c. Laboratorium

d. Instalasi gizi

e. Unit loundry

f. Gudang O 2 dan alkohol

g. ICU

h. Farmasi Adapun faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor Bahaya Faktor bahaya yang ada meliputi faktor bahaya fisika, kimia dan biologi.

mikroorganisme patogen (bibit penyakit).

a) Kebisingan Sumber kebisingan terutama berasal dari suara percakapan para pengunjung dan karyawan serta lalu lintas. Selain itu kebisingan juga dapat berasal dari suara genset yang dioperasikan saat listrik dari PLN mati.

Instalasi yang mempunyai intensitas kebisingan yang cukup tinggi adalah ruang genset, ruang tunggu dan instalasi gizi. Kebisingan di ruang genset berasal dari mesin genset itu sendiri, kebisingan diruang tunggu berasal dari riuk pikuk suara para pengunjung, pasien, dan para staff, sedangkan kebisingan dari instalasi gizi berasal dari suara para karyawan yang sedang beraktivitas serta suara kompor gas yang sedang dinyalakan. Meski intensitas kebisingan cukup tinggi namun tetap dibawah NAB. Berikut ini adalah hasil pengukuran kebisingan di RSUI Kustati dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran dilaksanakan pada pukul 10.00-13.00 WIB.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan N0

Ruang Observasi

Kebisingan (dBA)

1 R. Loundry (R. Strika)

2 Loundry (Tempat Cuci)

3 R. arsip rekam medis

4 R. Sterilisasi

5 Radiologi (Meja administrasi)

6 Radiologi (transit)

7 Radiologi (R. Gelap)

8 R.Laboratorium

9 Poliklinik Syaraf

12 Bangsal Az Zaitun IIIB

13 R. Pemulihan

14 R. Peawatan Bayi

15 R. Genset

16 R. Tunggu

17 Instalasi Gizi

76 (Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 21 Februari 2009)

Pihak rumah sakit telah melaksanakan upaya untuk menurunkan tingkat kebisingan yang ada. Usaha tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat rumah sakit dari gangguan kebisingan yan ada. Usaha tersebut meliputi :

1) Isolasi yaitu dengan menempatkan sumber bunyi yang berupa genset di ruangan khusus yang tertutup dan jauh dari ruang pasien.

2) Disediakan APD yang berupa ear plug dan ear muff bagi tenaga kerja yang mengoperasikan genset.

3) Desediakan petunjuk penggunaan dan protap tentang genset.

b) Penerangan Penerangan yang digunakan di RSUI Kustati berasal dari penerangan alami dan buatan. Pada siang hari digunakan penerangan alami yang bersumber dari sinar matahari dan pada malam hari digunakan panerangan buatan yang berupa lampu listrik. Akan tetapi jika penerangan alami yang digunakan pada siang hari kurang memenuhi kebutuhan, maka juga digunakan penerangan buatan.

dengan menggunakan alat Lux Meter. Pengukuran dilaksanakan pada pukul 10.00-13.00 WIB.

Tabel 2. Hasil pengukuran penerangan No

Ruang Pengukuran

Penerangan (Lux)

1 Loundry (Meja setrika) (Alami) 161

2 R. Loundry (R. Strika) (Alami) 113

3 Loundry (Tempat Cuci) (Buatan)

4 Loundry (meja Kabag) (alami)

5 Meja komputer transaksi rekam medis (alami, buatan)

6 R. arsip rekam medis (alami, buatan)

7 R. Sterilisasi (Autoclav) (Buatan)

8 R. Sterilisasi (Meja Administrasi) (buatan)

10 Gizi (R. Racik-racik) (Alami) 334

11 Gizi (R. Memasak) (Alami)

12 Meja unit gizi (alami) 104

14 Laboratorium ( Kantor Administrasi) (Alami)

Administrasi) ( alami)

16 Bengkel (alami)

17 ICU ( Meja Administrasi) (Buatan)

18 Bangsal As Salwa IIIA2 (Buatan)

(Alami,Buatan)

20 R. Pemulihan (Buatan)

44 (Sumber: Hasil Pengukuran pada tanggal 22 Februari 2009)

Di RSUI Kustati telah diadakan upaya untuk menjaga suhu ruangan agar tetap nyaman bagi masyarakat rumah sakit. Usaha yang telah dilaksanakan adalah pemasangan kipas angin, AC, ventilasi dan exhause fan Instalasi yang mempunyai suhu cukup tinggi adalah instalasi gizi dan sterilisasi.

Berikut ini adalah tabel hasil pengukuran suhu dan kelembaban di RSUI Kustati. Pengukuran dilaksanakan pada pukul 10.00-13.00 WIB. Tabel 3. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban.

No Ruang penelitian

Suhu ( o C)

Kelembaban (%)

1 R. Sterilisasi

2 ICU ( Meja Administrasi) (Buatan)

3 Bangsal As Salwa IIIA2 (Buatan)

4 Bangsal Az Zaitun IIIB (Alami,Buatan)

5 R. Pemulihan (Buatan)

6 R. Perawatan Bayi

7 Poliklinik Syaraf (Meja Administrasi) ( alami)

8 R. arsip rekam medis

29 60 (Sumber: Hasil pengukuran pada tanggal 23 Februari 2009)

d) Radiasi RSUI Kustati menggunakan sinar radiasi jenis sinar X (Sinar RO). Radiasi tersebut digunakan dalam rangka menegakkan diagnosa. Upaya yang telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit untuk melindungi masyarakat rumah sakit, khususnya karyawan dari bahaya sinar radiasi yang digunakan adalah : d) Radiasi RSUI Kustati menggunakan sinar radiasi jenis sinar X (Sinar RO). Radiasi tersebut digunakan dalam rangka menegakkan diagnosa. Upaya yang telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit untuk melindungi masyarakat rumah sakit, khususnya karyawan dari bahaya sinar radiasi yang digunakan adalah :

ii. Ketika bekerja petugas harus menggunakan APD yang telah disediakan adalah apron Pb dan sarung tangan Pb.

iii. Pemerhati terhadap peralatan yang berarus listrik. iv. Petugas saat bekerja harus menggunakan film badge. Alat tersebut kemudian diperiksa ke BATAN setiap bulan.

2) Konstruksi Bangunan Ruang Rontgen

i. Pintu, dinding, kaca dan kusen dilapisi dengan Pb pada ketebalan 2 mm.

ii. Pemasangan plakat rambu tanda bahaya radiasi.

iii. Pemasangan lampu warna merah yang dipasang diatas pintu ruang rontgen dan dinyalakan saat terjadi proses pemeriksaan pasien.

iv. Lantai dan dinding dicat dengan warna terang dan mudah untuk dibersihkan. v. Petugas operator berada di ruang terpisah saat melakukan pemotretan dan hubungan dengan ruang menggunakan jendela kaca yang dilapisi dengan Pb.

3) Kontruksi Gelap

i. Dinding dicat dengan warna hitam.

ii. Bovenlight memakai korden warna hitam.

iii. Adanya persediaan air bersih (Aquadest on steril) dan exhause fan.

laboratorium.

5) Pemberian ekstra fooding berupa susu dan telur bagi petugas setiap hari.

e) Debu dan Asap Debu berasal dari unit laundry (linen), penyapuan lantai dan incenerator, jalan raya dan lingkungan sekitar rumah sakit. Usaha yang telah dilaksanakan untuk mengurangi pengaruh dari debu yang ada adalah dengan pengepelan lantai dan pemakaian masker pada tenaga kerja unit laundry dan petuga incinerator.

Asap bersumber dari instalasi gizi, genset dan cerobong incenerator (Pada saat beroperasi). Usaha yang telah dilaksanakan untuk mengurangi paparan asap yang ada adalah dengan pemasangan exhause fan di unit gizi dan genset, pembuatan cerobong asap dengan ukuran yang cukup tinggi (12m), serta penyediaan masker pada tenaga kerja yang bersangkutan seperti di unit genset dan tenaga kerja yang bertugas mambakar limbah di incenerator (Bekerjasama dengan CV. Bakti Wahana Yogyakarta).

f) Bahan Kimia dan Mikroorganisme Pathogen Unit yang menggunakan bahan kimia adalah unit laundry, laboratorium, kamar operasi, farmasi dan radiologi. Unit laundry menggunakan bahan kimia

H 2 O 2 sebagai pelarut darah, ruang operasi menggunakan eter, etil, halota, Nitrogen oksida sebagai zat anastesi, ruang farmasi merupakan gudang obat yang merupakan bahan-bahan kimia, unit laboratorium menggunakan zat-zat kimia H 2 O 2 sebagai pelarut darah, ruang operasi menggunakan eter, etil, halota, Nitrogen oksida sebagai zat anastesi, ruang farmasi merupakan gudang obat yang merupakan bahan-bahan kimia, unit laboratorium menggunakan zat-zat kimia

2. Potensi Bahaya

a. Kebakaran Sumber kebakaran terutama berasal dari pengunaan LPG di unit gizi, bengkel las, instalasi listrik, genset, sambaran petir, peledakan tabung oksigen dan alkohol.

Adapun usaha yang telah dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran adalah :

1) Penyediaan APAR APAR yang disediakan berfungsi sebagai alat pemadam api jika terjadi kebakaran. Pada masing-masing APAR disediakan manual yang mudah dibaca. APAR tersebut dipasang dengan jarak dan jumlah sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing unit terkait. Tinggi pemasangan APAR rata-rata adalah 120 cm dari lantai, hal ini sudah disesuaikan dengan jarak jangkauan rata-rata tenaga kerja yang ada. APAR ditempatkan dalam kotak khusus untuk menjaga 1) Penyediaan APAR APAR yang disediakan berfungsi sebagai alat pemadam api jika terjadi kebakaran. Pada masing-masing APAR disediakan manual yang mudah dibaca. APAR tersebut dipasang dengan jarak dan jumlah sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing unit terkait. Tinggi pemasangan APAR rata-rata adalah 120 cm dari lantai, hal ini sudah disesuaikan dengan jarak jangkauan rata-rata tenaga kerja yang ada. APAR ditempatkan dalam kotak khusus untuk menjaga

Selain penyediaan APAR, usaha lain yang dilaksanakan untuk menanggulangi kebakaran adalah penyediaan dua buah hydrant. Hydrant tersebut ditempatkan dihalaman depan rumah sakit dan dibagian selatan dekat poliklinik anak.

2) Alarm Alarm digunakan sebagai alat memberitahukan kepada masyarakat rumah sakit bahwa sedang terjadi keadaan darurat. Alarm yang disediakan adalah alarm jenis manual. Alarm diletakan pada tempat strategis misalkan didekat lift dan ruang satpam. Alarm pada masing-masing alarm tersebut dipasang manual yang mudah dibaca dan dipahami serta berisi petunjuk penggunaan dan keadaan yang mengharuskan menggunakan alarm tersebut.

3) Emergency Lamp (Penerangan Darurat) Penerangan darurat digunakan jika terjadi keadaan darurat dan instalasi listrik dari PLN mati. Jika terjadi keadaan darurat maka lampu tersebut akan menyala dengan otomatis. Emergency lamp ditempatkan di atas pintu ruang perawat.

Untuk melindungi bangunan rumah sakit dari sambaran petir, maka telah dipasang instalasi penyalur petir. Instalasi penyalur petir (IPP) yang dipasang berjenis IPP Farady. Instalasi tersebut dipasang dibagian atas bangunan gedung.

5) Pemasangan Poster Larangan Merokok Dengan Gambar Api Poster larangan merokok dimaksudkan agar masyarakat rumah sakit tidak merokok di area rumah sakit. Tanda bahaya gambar api dipasang pada tempat- tempat yang rawan terjadi kebakaran, seperti ruang penyimpanan alkohol dan oksigen.

6) Latihan Pemadam Kebakaran Pelatihan pemadam kebakaran dimaksudkan agar tenaga kerja dapat mengambil tindakan dengan tepat saat terjadi kebakaran dan dapat menanggulangi kebakaran yang ada. Pelatihan ini diadakan dengan cara kerjasama dengan instalasi luar rumah sakit. Pelatihan ini terutama ditujukan pada tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko tinggi terhadap bahaya terjadinya kebakaran, seperti unit gizi dan satpam.

Di RSUI Kustati pernah terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh meledaknya tabung O 2. Akan tetapi keadaan ini dapat segera diatasi oleh para

karyawan yang sedang bertugas yang telah diberi pelatihan pemadam kebakaran.

7) House Keeping Untuk mencegah terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan tabung

oksigen kosong dan isi ditempatkan secara terpisah. Selain itu tempat oksigen kosong dan isi ditempatkan secara terpisah. Selain itu tempat

3. Kecelakaan Kerja Dari seluruh rangkaian kegiatan yang ada, dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Adapun bentuk kecelakaan dan penanggulangan yang telah dilaksanakan adalah :

Tabel 4. Bentuk Kecelakaan dan Penanggulangannya No Bentuk Kecelakaan

Unit terkait

Gizi, laundry, tangga

Lantai licin

Sepatu kerja dan pembersihan lantai secara rutin.

2 Tergores, tertusuk, tersengat

benda

panas

Gizi, bangsal, pengelolaan limbah padat, sterilisasi

Bekerja kurang hati- hati

Sarung tangan

3 Terkena runtuhan

Semua unit

House keeping yang kurang baik

Perbaikan sistem house keeping

4 Terjebak lift

Telpon panggilan jika

terjebak, pencantum kapasitas, manual, emergency lamp , pengecekan secara rutin setiap bulan dan saat terjadi kerusakan

oleh teknisi

elektro rumah sakit

5 Terkena tumpahan bahan kimia

Laboratorium, laundry

dan

ruang gelap

Bekerja kurang hati- hati

Jasmed dan sarung tangan

6 Terkena tumpahan bahan

listrik, tersandung kabel.

Instalasi listrik

Bekerja kurang hati- hati

Sarung tangan karet dan sepatu kerja

1. Dasar pelaksanaan Manajemen K3 di RSUI Kustati Sejalan dengan visi departemen Kesehatan Indonesia Sehat 2010, maka salah satu strategi yang dilaksanakan oleh pihak rumah sakit Kustati adalah dengan menciptakan profesionalisme masyarakat pekerja rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan. Seluruh unsur dari rumah sakit merupakan subyek yang diharuskan peduli dan tanggap terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Selain itu adanya faktor dan potensi bahaya akan diatur sedemikian rupa sehingga dapat mendukung produktivitas tenaga kerja. Selain itu perlindungan terhadap keseluruhan kesehatan dan keselamatan masyarakat rumah sakit, khususnya tenaga kerja perlu diperhatikan.

Dasar perundangan diterapkan Sistem Manajemen Lingkungan K3 di RSUI Kustati adalah:

a. UU RI No. 1 Tahun 1970 tenang Keselamatan Kerja

b. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

c. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang SMK3

d. .Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

e. SK Direkur RSUI Kustati No. 23/SK/VI/2001 tentang Pembentukan PK3RS.

2. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja RSUI Kustati mempunyai komitmen terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan direktur tentang

Kustati dengan SK No. 04/RSIK-KD.01. kebijakan tersebut sudah disosialisasikan diseluruh unit kerja rumah sakit.

Sebagai tata laksana kerja atau peraturan operasional, maka ditetapkan protap-protap tentang pelaksanaan K3 di RSUI Kustati. Protap-protap tersebut mengatur tentang prosedur-prosedur pelaksanaan K3 dimasing-masing unit terkait Protap tersebut dibuat oleh pihak PK3RS dan ditetapkan oleh Direktur RSUI Kustati.

3. Fasilitas dan Peralatan Untuk memperlancar program K3RS, maka disediakan berbagai macam fasilitas peralatan. Fasilitas dan peralatan yang telah disediakan adalah:

a. Tersedia sistem komunikasi yang baik, yang menjamin kelancaran hubungan antara unit didalam maupun dengan instalasi luar rumah sakit. Salah satu sistem komunikasi yang ada adalah jaringan telepon.

b. Tersedia fasilitas pelayanan medis.

c. Tersedia sarana sanitasi yang lengkap dan memenuhi sarana.

d. Tersedia fasilitas pengelolaan limbah.

e. Tersedia fasilitas gudang-gudang penyimpanan barang-barang berbahaya yang dilengkapi dengan tanda bahaya.

f. Tersedia peralatan yang berhubungan dengan K3.

g. Tersedia APD bagi tenaga kerja.

dipasang pada instalasi atau alat terkait.

i. Tersedia alat untuk menangani kebakaran. j. Peralatan perlengkapan pasien dan rancang bangunan yang selalu disesuaikan

dengan peraturan yang berlaku.

4. Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS di RSUI Kustati dipimpin oleh seorang dokter dan mempunyai dua orang staf ahli K3. Staf K3 tersebut mempunyai tingkat pendidikan DIII Kesehatan dan keselamatan Kerja dan seorang ahli Kesehatan Lingkungan. Selain itu juga telah di bentuk PK3RS.

5. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Untuk mengevaluasi, mengontrol dan menilai keberhasilan dari pelaksanaan K3, maka diadakan program inspeksi dan audit. Untuk program investigasi dilaksanakan ketika terjadi kecelakaan kerja yang cukup parah.

a. Inspeksi Inspeksi di RSUI Kustati diadakan setiap hari. Tujuan dari inspeksi yang dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah karyawan sudah bekerja sesuai dengan prosedur K3 atau belum. Jika karyawan diketahui bekerja kurang sesuai dengan prosedur maka inspektor akan segera menegur karyawan yang bersangkutan untuk memberi peringatan. Yang bertindak sebagai inspektor dalam hal ini adalah seorang staf K3RS.

Audit yang dilaksanakan terdiri atas dua macam yaitu audit internal dan audit eksternal. Audit internal dilaksanakan oleh pihak intern rumah sakit dan diadakan setiap akhir tahun. Audit eksternal dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. Audit ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan akreditasi rumah sakit.

Audit eksternal sudah dilaksanakan pada tahun 1998 dan tahun 2002 dengan hasil yang cukup baik. Untuk audit eksternal selanjutnya akan dilaksanakan pada tahun 2010.

6. Tata Laksana Kerja Tata laksana kerja di RSUI Kustati dibagi menjadi 4 bidang. Tata laksana kerja ini dilaksanakan untuk mempermudah pelaksanaan dari program K3RS.

Bidang I bertanggung jawab terhadap pengamanan peralatan medis dan penunjang medis. Bidang II bertanggung jawab terhadap pengamanan peralatan non medis dan bangunan fisik. Bidang III bertanggung jawab terhadap kesehatan, keselamatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja dan Bidang IV bertanggung jawab atas kewaspadaan bencana dan evakuasi.

B. PK3RS

1. Kedudukan Dalam struktur manajemen RSUI Kustati, PK3RS adalah tim yang berada dibawah Wadir Non Medis dan bertugas untuk menangani masalah K3 di RSUI Kustati Surakarta.

Tugas pokok dari PK3RS diantaranya adalah :

a. Mengkoordinasi kegiatan yang berhubungan dengan PK3RS.

b. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan K3RS.

c. Menetapkan dan mengumpulkan data PAK, kejadian kecelakaan kerja dan bencana.

3. Fungsi PK3RS berfungsi sebagai badan yang memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan evaluasi K3RS.

4. Tujuan Tujuan dari dibentuknya PK3RS adalah :

a. Terselenggara dan terlaksananya program kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Tercapainya tingkat mutu pelayanan di rumah sakit.

5. Susunan Organisasi Susunan PK3RS ditetapkan dengan SK Direkur No. 23/RSUIK-SK/VI/01 yang terdiri dari :

a. Penanggung jawab adalah Direktur Rumah Sakit.

b. Pengawas adalah Wadir Non Medis.

c. Ketua dan wakil adalah Dokter, Ketua PK3RS tersebut sudah mendapatkan sertifikat K3.

d. Sekretaris adalah seorang Staf Ahli K3.

Untuk meningkatkan SDM PK3RS, maka kegiatan yang diadakan adalah pendidikan dengan pelatihan K3 baik dilaksanakan rumah sakit ataupun pengiriman delegasi. Kegiatan tersebut meliputi seminar, workshop dan lain-lain.

Peran atau fungsi PK3RS, untuk saat ini kurang bisa berjalan dengan optimal. Data pengumpulan PAK tidak sesuai jadwal yang ditetapkan, penyusunan kebijakan dan rapat evaluasi tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan ketua PK3RS sedang menempuh pendidikan, sehingga kurang bisa mengkoordinir secara langsung pelaksanaan tugas PK3RS.

C. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan Kesehatan yang ada meliputi pemeriksaan kesehatan dan poliklinik.

1. Pemeriksaan Kesehatan

a) Pemeriksaan Awal Yaitu pemeriksaan yang dilaksanakan untuk karyawan yang akan diterima sebagai karyawan baru. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan tenaga kerja yang akan diterima tidak mempunyai penyakit menular dan cocok atau sesuai untuk pekerjaan yang akan dikerjakan, sehinga calon tenaga kerja yang akan diterima benar-benar dalam keadaan sehat.

Pemeriksaan awal dilaksanakan oleh dokter poliklinik yang telah ditunjuk. Pemeriksaan awal meliputi pemeriksaan HbSAg, rontgen thorak dan pemeriksaan

Yaitu pemeriksaan yang diadakan secara rutin yakni diadakan setiap satu tahun sekali. Pemeriksaan awal untuk tahun ini diadakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan HbSAg, rontgen thorak dan program imunisasi hepatitis. Pemeriksaan rontgen thorak diutamakan kepada para tenaga kerja yang bekerja didaerah kerja yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit akibat kerja, seperti unit operasi, laboratorium dan sterilisasi sedangkan imunisasi dan pemeriksaan HbSAg dilaksanakan terhadap seluruh tenaga kerja rumah sakit. Tujuan dari pemeriksaan berkala dan program imunisasi ini adalah untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja dan untuk menilai kemungkinan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan sedini mungkin.

c) Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan terhadap setiap karyawan yang dicurigai menderita penyakit yang disebabkan oleh karena pekerjaan yang dilakukan. Pemeriksaan ini belum pernah dilaksanakan, karena belum pernah ada tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan yang merupakan indikasi penyakit yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan.

2. Poliklinik Pihak rumah sakit belum menyediakan poliklinik khusus karyawan. Bila karyawan sakit, maka dapat berobat di poliklinik pasien. Di poliklinik tersebut tenaga kerja yang sakit akan mendapatkan pemeriksaan dan obat dari dokter jaga 2. Poliklinik Pihak rumah sakit belum menyediakan poliklinik khusus karyawan. Bila karyawan sakit, maka dapat berobat di poliklinik pasien. Di poliklinik tersebut tenaga kerja yang sakit akan mendapatkan pemeriksaan dan obat dari dokter jaga

3. Pencegahan Infeksi Nosokomial Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, maka telah dibentuk PPIRS (Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial) beserta program kerjanya. Untuk saat ini peranan dari PPIRS kurang berjalan dengan optimal. Rapat koordinasi yang seharusnya berjalan 2 bulan sekali, terkadang hanya berjalan 3 bulan sekali. Hal ini dikarenakan ketua PPIRS adalah seorang dokter spesialis sehingga dimungkinkan sangat sibuk dan kurang bisa mengontrol secara langsung pelaksanaan program PPIRS.

4. Sarana Olahraga Untuk menjaga kesehatan para tenaga kerja, maka telah disediakan sarana olahraga. Sarana olahraga tersebut berupa tempat dan peralatan fitnes. Tempat tersebut berada di lantai tiga unit selatan. Tenaga kerja rumah sakit dapat menggunakan sarana tersebut ssecara gratis.

5. JAMSOSTEK Seluruh karyawan rumah sakit telah diikuti dalam program JAMSOSTEK. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan rumah sakit.

Pelayanan gizi yang ada di RSUI Kustati dibedakan menjadi dua yaitu pelayanan gizi untuk karyawan rumah sakit. Masing-masing unit dikelola oleh tenaga, peralatan dan tempat kerja yang berbeda.

1. Pelayanan Gizi Bagi Karyawan Pelayanan gizi bagi karyawan meliputi :

a) Makan Makan disediakan bagi semua karyawan seluruh shift. Makanan yang disajikan bervariasi dan telah diatur oleh bagian catering rumah sakit. Makanan bagi karyawan didistribusikan secara langsung kepada tenaga kerja disetiap unit terkait.

b) Ekstra fooding Ekstra fooding diberikan sebagai makanan tambahan kepada para karyawan. Karyawan yang mendapat ekstra fooding adalah karyawan radiologi, laboratorium, IBS dan ICU. Ekstra fooding yang diberikan berupa susu dan telur. Untuk tenaga kerja unit loundry dan pengelola limbah padat hanya mendapatkan ekstra fooding berupa susu. Ekstra fooding diberikan setiap hari. Minuman bagi karyawan berupa air teh dan air putih. Air minum tersebut ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat dan ditempatkan disetiap unit kerja.

2. Pelayanan Gizi Bagi Pasien Pelayanan gizi bagi pasien diatur oleh seorang ahli gizi. Makanan yang disediakan bervariasi dan sudah disesuaikan dengan jenis penyakti yang diderita.

minuman (Higiene Sanitasi Makanan). Usaha ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang optimal dan menjaga kualitas makanan dan minuman yang disajikan dalam rangka mendukung penyembuhan pasien.

Adapun usaha yang telah dilaksanakan adalah :

a. Bahan makanan dan minuman siap saji ditempatkan dalam lokasi yang berbeda.

b. Tidak menggunakan bahan makanan tambahan seperti pewarna dan pemanis buatan.

c. Bahan makanan yang dimasak segera disajikan sehingga tidak ada makanan yang disimpan atau menginap. Hal ini dilakukan dengan pemasakan disesuaikan denan jumlah karyawan dan pasien.

d. Penyajian menggunakan troly tertutup. Untuk pasien yang mempunyai penyakit menular makanan disajikan dengan wadah berwarna khusus dan setelah itu dicuci dengan desinfektan dan sabun.

e. Penjamah makanan harus mengunakan perlengkapan yang disediakan, yaitu celemek, penutup rambut, masker.

f. Untuk mengambil makanan harus dengan menggunakan penjepit makanan, sendok, garpu, sarung tangan plastik dan lain-lain.

E. Ergonomi

1. Jam Kerja (shift kerja) Shift kerja bagi karyawan dibagi menjadi tiga yaitu shift pagi, siang dan

Waktu istirahat untuk masing-masing shift adalah 1 jam.

2. Sikap Kerja Dalam melaksanakan pekerjaanya karyawan mengalami berbagai macam sikap kerja. Pihak rumah sakit telah mengadakan pengendalian terhadap terjadinya kelelahan dan kelainan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang kurang ergonomi. Sikap kerja dan pengendalian yang telah dilaksanakan antara lain :

Tabel 5. Sikap kerja karyawan RSUI Kustati No

Sikap kerja

Instalansi terkait

Pengendalian

1. Berdiri dan jongkok Memasak, memindahkan

pasien, membersihkan lantai.

Disediakan tempat duduk dan proap memindahkan pasien dengan cara yang benar.

2. Duduk

Kantor

Disediakan kursi dan alat kerja yang ergonomis sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja.

pasien, rol makanan, mendorong UV Lamp, mendorong bad pasien dijalan ram.

antropometris tenaga kerja yaitu sejajar dengan siku, untuk rol gizi dan lebih rendah antropometris tenaga kerja yaitu sejajar dengan siku, untuk rol gizi dan lebih rendah

4. Mengangkat

Ruang perawatan saat mengangkat

dan

memindah pasien.

Proap mengangkat dan memindahkan pasien.

(Sumber : Observasi dan Wawancara)

F. Keselamatan kerja

Pihak rumah sakit telah mengadakan upaya untuk melindungi keselamatan dari tenaga kerja yang bekerja. Sistem keselamatan yang dilaksanakan selain untuk melindungi tenaga kerja juga untuk menjaga keselamatan masyarakat rumah sakit yang lain. Adapun usaha yang telah dilaksanakan meliputi :

1. APD (Alat Pelindung Diri) Untuk melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja yang sedang bekerja, maka pihak rumah sakit menyediakan APD. APD yang disediakan sudah disesuaikan dengan jenis pekerjaan masing-masing institusi. Adapun APD yang disediakan adalah jas med, masker, sepatu boot, baju kerja, baju wearpak, sarung tangan kulit, hand scoon, ear muff, apron, penutup kepala, clemek dan lain-lain.

APD yang disediakan rata-rata masih dalam keadaan baik dan disediakan dalam jumlah yang cukup. APD yang disediakan juga disertai dengan petunjuk teknis penggunaan sehingga karyawan dapat menggunakan dengan benar.

Tangga yang disediakan selain berfungsi sebagai jalur naik turun dari lantai satu menuju lantai yang lain, juga berfungsi sebagai jalur untuk menyelamatkan diri ketika terjadi keadaan bahaya. Tangga yang ada terdiri dari dua jenis yaitu tangga trap dan tangga miring (ram). Tangga ram yang ada berjumlah 6 unit dan tangga trap berjumlah 9 unit. Untuk menjaga keselamatan pengguna tangga maka dibuat pegangan tangan ditepi tangga tersebut. Selain itu, untuk tangga miring dibuat dari dua jenis yaitu ubin rata dan ubin bergerigi. Hal ini bertujuan agar tangga ram tidak licin, sehingga tidak menyebabkan kecelakaan berupa terpeleset bagi penggunanya.

3. Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Untuk menjaga keselamatan pasien, maka diadakan usaha : Penerangan yang mencukupi

a) Pemasangan teralis disisi ranjang, terutama bangsal anak

b) Pemasangan pegangan di dinding bangsal dan lorong

c) Pemasangan bel yang mudah dijangkau

d) Pemasangan rambu tanda bahaya

e) Ada tenaga listrik pengganti pada ruang perawatan medis yang penting

f) Pemasokan O 2 dalam jumlah yang cukup pada tempat penting seperti IBS, ICU, IMC dan lain-lain.

g) Adanya pijakan atau tangga turun dari bed (Foot tool).

Rumah sakit telah mengadakan upaya atau prosedur untuk menghadapi terjadinya keadaan darurat. Upaya tersebut dimaksudkan untuk :

1. Menyelamatkan jiwa pasien, karyawan dan pengunjung.

2. Menyelamatkan sarana prasarana dan peralatan yang ada di RSUI Kustati.

3. Merencanakan tindak lanjut untuk pelayanan pasien. Adapun yang telah dilaksanakan untuk mengahadapi terjadinya keadaan bencana adalah :

a) Ditetapkan juklak koordinator penanggung jawab bencana yaitu prosedur tindakan jika terjadi bencana keadaan darurat.

b) Penyediaan sarana komunikasi yaitu berupa telepon. Jika terjadi keadaan darurat maka instansi yang bersangkutan dapat segera menghubungi instalansi yang lain untuk memberitahukan.

c) Ditetapkan alur pelaporan saat terjadi bencana atau keadaan darurat.

d) Disediakan peralatan-peralatan untuk mengatasi keadaan darurat dan menyelamatkan penghuni rumah sakit, misalnya APAR, tangga, lift dan lain- lain.

e) Petunjuk arah menuju pintu keluar atau pintu darurat.

H. Limbah Rumah Sakit

Limbah di RSUI Kustati dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu padat, cair, dan gas.

Limbah cair berasal dari seluruh rangkaian kegiatan yang ada di rumah sakit. Adapun unit terkait yang menghasilkan limbah cair antara lain dapur. Laboratorium, kamar mandi, wastafel, bangsal, gizi, laundry, IBS, radiologi dan lain-lain.

Untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan maka telah dibangun dan disediakan sarana dan prasarana pengelolaan limbah cair. Adapun sarana tersebut meliputi IPAL, diesel penyedot dan saluran limbah. Sistem pengelolaan limbah di RSUI Kustati menggunakan sistem anaerob. Limbah cair rumah sakit diolah