ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : WIDY RETNO HAPSARI

H 0307090

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : WIDY RETNO HAPSARI

H 0307090

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Widy Retno Hapsari H0307090

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 25 April 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP

NIP. 19650626 199003 2 001

Umi Barokah, SP, MP NIP.19730129 200604 2 001

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. NIP. 19590709 198303 2 001

Surakarta, April 2011

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak pernah lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan dan motivasi.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan saran, masukan dan motivasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Kesbangpolinmas Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Grobogan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan Kabupaten Gobogan, Badan Pusat Satistik Kabupaten Grobogan serta BAPPEDA Kabupaten Grobogan.

7. Ayah dan Mama, Bapak Drs. Edy Haryoto, MM dan Ibu Erna Nursanti Rahayu atas semua doa, dukungan, dan perhatiannya yang tiada henti kepada penulis.

commit to user

Hartono, ST, Kurniawan Arditiarso dan Wahyu Puspito Ningrum, Raffa Aqilla serta keluarga besar, atas semua perhatian, motivasi, dan semangat yang tiada henti yang diberikan kepada Penulis.

9. Sahabat-sahabatku Dhita, Adit, Dwi, Nana, Cindy, Nitha, Tensister (Dini, Dian, Elis, Fahmi, Vina, Nian, Eny, Agnes, Nisa), Nita, Dina, Nofi, Lala atas waktu yang telah diluangkan dan semangat serta doa kepada Penulis

10. Teman-teman Agrobisnis 2007, atas kebersamaan dan semangatnya.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga segala kritikan maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya karya ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.

Surakarta, April 2011

Penulis

commit to user

2. Topografi ................................................................................

37

3. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan ......................................

B. Keadaan Penduduk .......................................................................

39

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................

39

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur .....................................

40

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ..................

41

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...............

42

C. Keadaan Perekonomian ................................................................

43

D. Keadaan Pertanian ........................................................................

45

E. Keadaan Budidaya Tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan ....

46

V. HASIL DAN PEMBAHSAN ............................................................... 48

A. Hasil Penelitian ............................................................................

48

1. Harga Jagung...........................................................................

50

2. Jumlah Produksi Jagung..........................................................

52

3. Luas Areal Panen Jagung ........................................................

55

4. Harga Pupuk Urea ...................................................................

57

5. Rata-rata Jumlah Curah Hujan ................................................

60

B. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Penawaran Jagung ............... 62

1. Pengujian Model .....................................................................

63

2. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................

72

3. Elastisitas Penawaran ..............................................................

73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 78

A. Kesimpulan ................................................................................... 78

B. Saran ............................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

Tabel 1.1 Produksi Padi dan Palawija di Jawa Tengah Tahun 2004-

2009 (Ton) ................................................................................

2 Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar

Di Jawa Tengah Tahun 2008 ..................................................

3 Tabel 1.3 Jumlah Produksi, Luas Areal Panen dan Produktivitas

Jagung di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009 ..................

4 Tabel 3.1 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar

Di Jawa Tengah Tahun 2009 ....................................................

28 Tabel 4.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kab. Grobogan

Tahun 2009 ...............................................................................

37 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 ....................................................................................... 39 Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ............................................

40 Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut

Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ......

41 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ............................................

42

Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ....

43 Tabel 4.7 Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten

Grobogan Tahun 2009 ..............................................................

44 Tabel 4.8 Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ................................................................................................ 44 Tabel 4.9 Perkembangan Produksi Padi dan Palawija (Ton) di

Kabupaten Grobogan Tahun 2006-2009 .................................

45 Tabel 4.10 Luas Panen dan Produksi Jagung Dirinci Menurut

Kecamatan di Kab. Grobogan Tahun 2009 ..............................

47 Tabel 5.1 Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Grobogan Pada

Tahun 1993-2009 ......................................................................

51 Tabel 5.2 Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi

Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ............................................................

53 Tabel 5.3 Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten

Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ............................................

55 Tabel 5.4 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Grobogan

Pada Tahun 1993-2009 .............................................................

58 Tabel 5.5 Rata-rata Jumlah Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Pada

Tahun 1993-2009 ......................................................................

60

Tabel 5.6 Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ........

62 Tabel 5.7 Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan .............................

63

commit to user

Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan .............................

64

Tabel 5.9 Nilai Standar Koefisisen Regresi Variabel yang

Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan

.............................................................

65

Tabel 5.10 Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan

Jangka Panjang di Kabupaten Grobogan ..................................

74

commit to user

Gambar 2.1 Kurva Penawaran ............................................................................................. 13 Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran ................................................................ 13 Gambar 2.3 Kasus I Cobweb ............................................................................................... 15 Gambar 2.4 Kasus II Cobweb ............................................................................................. Gambar 2.5 Kasus III Cobweb ............................................................................................ Gambar 2.6 Kerangka Teori Pendekatan Masalah .............................................................. 21 Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten

Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ................................................................ 52 Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009................................54 Gambar 5.3 Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009................................56 Gambar 5.4 Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ................................................................ 59 Gambar 5.5 Grafik Perkembangan Rata-rata Jumlah Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009................................61

commit to user

Nomor

Judul

Halaman LAMPIRAN 1

1. Sex Ratio dan Angka Beban Tanggungan........................................ 81

2. Koefisien Regresi Parsial.. ..................................................... .....

90

LAMPIRAN 3

1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. .................................. .....

91

2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ................................. .....

91

LAMPIRAN 4

Foto Jagung di Kabupaten Grobogan ..................................... .....

93

LAMPIRAN 5

Peta Kabupaten Grobogan ...................................................... ....

94

LAMPIRAN 5

Surat Ijin Penelitian ................................................................ ....

95

commit to user

DI KABUPATEN GROBOGAN

Widy Retno Hapsari H0307090 RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dan menganalisis elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif . Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kabupaten Grobogan. Data yang digunakan adalah data time series selama 17 tahun yaitu dari tahun 1993-2009. Analisis data yang digunakan yaitu dengan regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan cara langsung melalui pendekatan produksi.

Hasil analisis menunjukkan nilai adjusted R 2 sebesar 0,886 yang berarti

88,6% penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga urea pada tahun tanam dan rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam. Hasil uji F pada tingkat kepercayaan 99%, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,00, berarti bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel harga jagung tahun sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel luas areal panen pada tahun tanam mempunyai pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Elastisitas penawaran atas harga jagung tahun sebelumnya di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersifat inelastis.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan uji F maka semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan, sedangkan berdasarkan uji t maka variabel yang berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan adalah harga jagung tahun sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam. Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang bersifat inelastis untuk variabel harga jagung pada tahun sebelumnya. Saran yang dapat diberikan yaitu petani dapat melakukan dapat melakukan upaya intensifikasi tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Perlu adanya peningkatan peran KUD agar mampu menampung dan menawarkan hasil panen jagung para petani langsung kepada pabrik-pabrik agroindustri yang berbahan baku jagung tanpa melalui pedagang pengumpul sehingga harga jagung yang diterima petani lebih tinggi. Petani dapat membuat sistem pengairan yang dalam agar curah hujan tinggi tidak menurunkan produksi jagung di Kabupaten Grobogan.

commit to user

AT GROBOGAN REGENCY

Widy Retno Hapsari H0307090 SUMMARY

This research aimed at figuring out the factors affecting the corn

supply in Grobogan Regency and analyzing the elasticity of corn supply at Grobogan Regency. The research method applied is the descriptive method. The location of the research chosen purposively in Grobogan. The data used is the data time series for 17 years from 1993-2009. The data analysis used is the double linier regression on the supply function directly through the prodution approach.

The analysis result shows that the adjusted value of R 2 as many as

0,886. It means that 88,6% of corn supply at Grobogan can be explained by the variable of corn price in the previous year, the production of corn in the previous year, the wide of crops area in the planting year, the urea price in the planting year and the average amount of rainfall in the planting year individually affecting the supply of corn in real at Grobogan city. Based on the value of parsial regresion cooficien , the variable of the wide of planting area possess the big influence toward con supply at Grobogan regency. The supply elasticity of corn price at the previous year in Grobogan within short time or long term period is inelastic.

The conclusion from the reasearch is based on test F thus all variables

applied in this research affecting toward corn supply at Grobogan sub district. Meanwhile based on the test t thus the variables influencing the corn supply at Grobogan Regency is the corn price of the previous year, the crop area of the corn within the planting period and the average of rainfall at the planting year. Both of the short term and the long term is inelastic for the variable of corn supply at the previous year. The advice can be given that farmers can do to make the effort intensification of corn plant so as to increase the production. It is necessary to increase the role of cooperatives as a rural economic institutions to be able to accommodate and offer yields of corn farmers directly to the factories that made from raw corn agro without going through middlemen so that the price of corn received by farmers is higher. Farmers can create a deep irrigation systems for high rainfall does not decrease the production of corn in the Grobogan Regency.

commit to user

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan bahan pangan, sebagai pemasok bahan baku industri, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Indonesia sebagai negara agraris memiliki populasi disektor pertanian yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar pula bagi produk- produk dalam negeri terutama produk pangan untuk dapat terus dikembangkan dalam upaya pembangunan perekonomian nasional.

Pembangunan di bidang tanaman pangan dan hortikultura yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Sementara itu, ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan swasembada merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan pangan sekaligus ketahanan nasional (Wibowo, 2000:1)

Salah satu komoditi pangan yang layak dikembangkan untuk membangun ketahanan pangan nasional yaitu jagung. Di Indonesia, jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan, karena jagung sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Pada mulanya penggunaan jagung didominasi untuk konsumsi langsung. Namun saat ini penggunaan jagung lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pakan dan industri pangan dari pada sebagai bahan pangan langsung dengan jumlah permintaan

commit to user

peningkatan kebutuhan untuk pakan di Indonesia. Menurut data dari Departemen Pertanian, tahun 2009 angka produksi jagung nasional sekitar 18 juta ton. Angka ini mengalami kenaikan 22 % dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 16,3 juta ton. Pada tahun yang sama Indonesia mengimpor sebanyak 170.000 ton jagung dan mengeskpor sebanyak 150.000 ton. Berdasarkan kenyataan tersebut, kedepan produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan luar negeri sehingga impor jagung dapat dihentikan dan harga jagung lokal dapat meningkat sehingga kesejahteraan petani jagung juga ikut terjamin.

Perkembangan produksi jagung di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Jawa Tengah sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Indonesia menempati urutan kedua setelah Propinsi Jawa Timur. Gambaran mengenai produksi padi dan palawija di Jawa Tengah tahun 2003-2009 (ton) dapat diperlihatkan pada Tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Produksi Padi dan Palawija di Jawa Tengah Tahun 2004-2009

8.512.555 8.424.096 8.729.290 8.616.855 9.136.405 9.600.415 Padi Sawah

8.314.301 8.240.237 8.551.231 8.443.250 8.946.784 9.380.495 Padi Ladang

167.081 175.156 Kacang Tanah

167.199 162.430 Ubi Kayu

3.663.236 3.478.970 3.553.820 3.410.469 3.139.357 3.676.809 Ubi Jalar

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009 Berdasarkan data Tabel 1.1. diatas maka dapat diketahui bahwa produksi jagung di Jawa Tengah perkembangannya semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa permintaan jagung baik untuk konsumsi langsung, bahan baku industri pakan dan bahan baku industri pangan Indosesia semakin meningkat.

Daerah sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah meliputi wilayah Kabupaten Grobogan, Wonogiri, Blora, Kendal, Rembang,

commit to user

sentra produksi jagung terbesar yang dapat dilihat dari Tabel 1.2. dibawah ini. Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar Di

Jawa Tengah Tahun 2009

No.

Kabupaten

Jagung Tahun 2009

Luas Panen (Ha)

Rata-rata Produksi (Ku/Ha)

Produksi (Ton)

123.512 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009

Sektor pertanian di Kabupaten Grobogan memberikan kontribusi sebesar 41,59% terhadap PDRB (BPS Kabupaten Grobogan, 2009). Dari sektor pertanian sumbangan masing-masing sub sektor adalah sub sektor tanaman pangan (36,19%), tanaman perkebunan rakyat (1,61%), peternakan (2,57%), kehutanan (1,06%) dan perikanan (0,16%) terhadap PDRB. Sub sektor tanaman pangan memberikan sumbangan kontribusi terbesar terhadap sektor pertanian di Kabupaten Grobogan, salah satu komoditinya adalah jagung. Potensi pengembangan komoditi jagung di Kabupaten Grobogan sangat baik hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan luas areal panen jagung di Kabupaten Grobogan walupun sifatnya masih fluktuatif.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Grobogan (2010), komoditi jagung sebagai tanaman pangan menempati urutan kedua setelah padi pada tahun 2009 dengan nilai output ADHK 2000 jagung sebesar Rp 249.412.000,10 yang kemudian disusul oleh komoditi kedelai sebesar Rp 64.886.000,00 kaitannya dengan penyumbang nilai PDRB sektor pertanian. Luas panen dan tingkat produksi jagung di Kabupaten Grobogan menunjukan adanya fluktuasi selama lima tahun terakhir hingga pada tahun 2009 yang dapat dilihat pada tabel 1.3. di bawah ini.

commit to user

Kering) di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009 Tahun

Jumlah Produksi

(Ton)

Luas Panen (Ha) Produkstivitas (Ton/Ha) 2003

5,33 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan, 2009

Berdasarkan data dari Tabel 1.3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten Grobogan dari tahun 2003-2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003-2004 jumlah produksi jagung mengalami penurunan sebesar 129,101 ton kemudian meningkat lagi pada tahun 2005 sebesar 170,182 ton. Pada tahun 2006-2008 jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten Grobogan terus mengalami peningkatan kemudian turun di tahun 2009 dengan jumlah produksi 705.691 ton. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumah produksi jagung sebagai akibat adanya peningkatan permintaan jagung. Berdasarkan data Dinas Perindag dan Pertambangan Kabupaten Grobogan pada tahun 2009, permintaan jagung untuk bahan baku industri pakan sebesar 99% sedangkan 1% digunakan untuk konsumsi langsung maupun bahan baku industri pangan berupa emping jagung, marneng jagung dan tepung jagung di Kabupaten Grobogan. Jagung sebagai salah satu produk unggulan di Kabupaten Grobogan memiliki prospek yang sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya peluang pasar potensial di luar Kabupaten Grobogan seperti Semarang dan Sragen baik untuk pangan maupun bahan baku industri pakan ternak. Sehingga penawaran jagung di Kabupaten Grobogan juga harus meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan jagung baik untuk pangan maupun bahan baku industri pakan.

Industri pakan sebagai pendukung industri peternakan merupakan konsumen utama jagung di Indonesia saat ini. Hal ini sejalan dengan semakin

commit to user

dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingginya peningkatan permintaan jagung untuk pakan, melebihi laju penurunan permintaan jagung untuk bahan makanan pokok dan laju peningkatan produksi jagung nasional, menyebabkan Indonesia menjadi net importer jagung dengan laju cukup tinggi mulai tahun 1990-an (Siregar, 2009).

Sifat komoditi pertanian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologi seperti musim, ketersediaan hara bagi tanaman menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan tidak sama setiap panen begitu pula dengan komoditi jagung. Kondisi produksi jagung yang terus mengalami fluktuasi mempengaruhi ketersediaan jumlah jagung untuk konsumsi masyarakat baik untuk pangan maupun industri. Padahal permintaan jagung semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kebutuhan jagung baik untuk pangan, maupun industri dengan bahan baku jagung baik di dalam maupun luar Kabupaten Grobogan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan maupun penurunan harga jagung. Jika jumlah produksi jagung lebih sedikit dari tingkat kebutuhan masyarakat, maka harga jagung akan naik. Demikian sebaliknya, jika jumlah produksi lebih besar dari tingkat kebutuhan masyarakat akan menurunkan harga jagung tersebut.

Ketersediaan lahan tanam, produksi dan harga jagung selalu berubah setiap tahunnya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai penawaran jagung di Kabupaten Grobogan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan serta kondisi elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Perumusan Masalah

Komoditas pertanian memiliki karakter berfluktuatif dalam hasil produksi karena dipengaruhi oleh musim tanam sehingga secara langsung berpengaruh terhadap penawarannya begitu pula komoditi jagung. Jagung sebagai komoditi petanian juga bersifat fluktuatif dalam perkembangan

commit to user

terhadap harga jagung dan akan ikut berpengaruh pula terhadap harga komoditas-komoditas lain yang bahan bakunya berasal dari jagung.

Sentra produksi tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan mencakup empat kecamatan, yaitu Gabus, Pulokulon,Wirosari, dan Kradenan. Jagung memiliki prospek yang sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya peluang pasar potensial di luar Kabupaten Grobogan. Dilihat dari aspek ekologi Kabupaten Grobogan merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman jagung. Disamping itu, daerah ini dilintasi oleh pegunungan kapur yang luasnya ratusan ribu hektar sebagai lahan kering meskipun kurang subur untuk produksi pertanian namun dapat dimanfaatkan untuk produksi jagung.

Potensi jagung dari sisi permintaan yang semakin meningkat karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar maka harus diimbangi dengan penawaran jagung yang meningkat pula. Jenis jagung yang banyak ditawarkan di Kabupaten Grobogan yaitu berupa jagung pipilan. Penawaran jagung dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi besarnya produksi yang ada, areal tanam, harga jagung itu sendiri, curah hujan daerah yang bersangkutan serta harga faktor produksi yang digunakan salah satunya pupuk.

Dalam pengembangannya petani jagung di Kabupaten Grobogan menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih bersifat fluktuatif, harga jagung yang tidak menentu pada saat panen raya, harga faktor produksi (benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) yang berfluktuasi serta curah hujan yang setiap tahun hampir dipastikan meningkat berdasarkan data tahun 2005- 2009. Berdasarkan data jumlah produksi, luas areal panen dan produktivitas jagung di Kabupaten Grobogan tahun 2003-2009, produksi jagung di Kabupaten Grobogan bersifat fluktuatif, kondisi ini mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Pada umumnya, apabila harga jagung naik maka banyak petani yang akan menanam jagung dan memperluas

commit to user

peningkatan sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat. Peningkatan luas areal panen berakibat pada meningkatnya produksi yang dihasilkan. Keadaan ini akan menambah jumlah penawaran yang terjadi namun pada akhirnya akan diikuti pula oleh adanya penurunan harga karena jumlah yang ditawarkan lebih banyak daripada yang diminta. Jika permsalahan tersebut tidak segera diatasi maka usaha peningkatan penawaran jagung akan mengalami hambatan.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan diatas maka dalam penelitian ini mengkaji permasalahan tersebut untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran jagung dan seberapa jauh faktor tersebut berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan terkait dengan penawaran jagung di Kabupaten Grobogan, yaitu :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimanakah tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

2. Menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan penawaran jagung.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang sama.

commit to user

pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Marlisa Maharani (2004) yang berjudul Analisis Penawaran Jagung di Jawa Tengah bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Jawa Tengah dan mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung sebagai akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien determinasi

(R 2 ) sebesar 87,60 %. Dari analisis dengan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 18,63 lebih besar daripada nilai F tabel 3,37 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel penduga yang digunakan dalam penelitian yaitu luas areal tanam jagung pada tahun t, produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk tahun sebelumnya, harga kacang tanah tahun sebelumnya dan rata-rata curah hujan selama musim tanam secara bersama-sama berpengaruh terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa variabel luas areal panen tahun t, produksi jagung tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya serta harga pupuk urea tahun sebelumnya berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah. Nilai standar koefisien regresi parsial menunjukkan bahwa variabel luas areal panen jagung tahun t mempunyai pengaruh paling besar terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah yaitu sebesar 0,992. Berdasarkan nilai elastisitas baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, penawaran jagung di Jawa Tengah bersifat elastis terhadap jumlah produksi jagung pada musim tanam sebelumnya yaitu dengan elastisitas jangka panjang sebesar 1,696.

commit to user

Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif. Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis

diperoleh nilai koefisisen determinasi (R 2 ) sebesar 72,30%. Besarnya nilai

F hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti semua variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada sebelumnya, harga kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara bersama-sama berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari analisis uji t mengindikasikan bahwa variabel harga jagung sebelumnya dan produksi jagung tahun sebelumnya memiliki pengaruh secara nyata pada penawaran jagung di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial variabel, produksi jagung di tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen regresi parsial tertinggi (0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan produksi jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung tahun sebelumnya (1,325).

Hasil penelitian diatas telah memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis bahwa terjadinya penawaran terhadap komoditas pertanian yang bersifat musiman cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti jumlah produksi, harga komoditas, harga komoditas substitusi, luas areal panen, harga pupuk dan curah hujan pada musim tanam serta elastisitas penawarannya bersifat inelastis. Penelitian terdahulu tersebut

commit to user

pengambilan variabel-variabel dalam penelitian ini.

2. Jagung

Produksi utama usaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun nonpangan. Produksi sampingan berupa batang, daun dan kelobot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ataupun kompos. Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran dan bahan baku berbagai industri makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10 %, lemak 4%, karbohidrat 61%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4%, dan zat-zat lain 0,4%. Mencermati kandungan dan komposisi kimia tersebut, jagung selain merupakan sumber kalori, juga pensuplai nutrisi untuk memperoleh keseimbagan bagi gizi penduduk Indonesia (Rukmana, 2005:15).

Antara jagung putih dan jagung kuning, kandungan gizinya lebih tinggi jagung kuning karena jagung kuning mengandung provitamin A. Selain itu jagung kuning juga mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan jagung putih. Oleh sebab itulah, para peternak ayam ras banyak yang menggunakan jagung kuning sebagai bahan campuran ransumnya (Warisno,2009:16).

Sebagai bahan pangan, jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/beras. Akan tetapi, dengan berkembang pesatnya industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno et al, 2006:1).

Komoditas jagung tergolong komoditas yang strategis karena memenuhi kriteria antara lain memiliki pengaruh terhadap harga

commit to user

kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan industri pangan dan pakan. Oleh sebab itu, upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Selain melalui perluasan areal tanam, produksi jagung sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi produksi di tingkat petani mengingat masih rendahnya produktivitas. Peningkatan produksi juga masih dapat diupayakan melalui perbaikan penaganan panen dan pascapanen (Subandi et al., 1998:19).

Implikasi bagi pengembangan produksi jagung di indonesia untuk mengurangi impor sekaligus memberi insentif bagi petani untuk memproduksi jagung. Langkah-langkah tersebut anatara lain: (1) penyediaan dan penyebarluasan penggunaan benih jagung unggul (komposit dan hibrida) dengan harga yang terjangkau oleh petani; (2) membangun infrastrutur untuk menggerakkan agribisnis, termasuk jagung; (3) membangun sistem kemitraan yang adil antara petani jagung dengan pengusaha pabrik pakan dan pabrik pangan olahan; (4) melakukan penelitian untuk mencari alternatif penggantian sebagian jagung dengan bahan lain dengan tetap mempertimbangkan faktor gizi yang sesuai untuk ternak (terutama unggas) dan efisiensi biaya produksi pakan (Swastika, 2004:65).

3. Penawaran

Penawaran pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sedangkan hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan oleh para produsen/penjual, dengan anggapan faktor- faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002:143).

Kurva penawaran menunjukkan seberapa besar jumlah yang ditawarkan produsen untuk setiap tingkatan harga, dengan asumsi semua

commit to user

menjual barang itu, tidak ada yang berubah. Hubungan ini dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagaimana dicerminkan oleh pergeseran kurva penawaran.

Gambar 2.1. Kurva Penawaran

(Mankiw, 2006:89) Penurunan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kekiri dari kurva penawaran dan ini biasanya mengakibatkan kenaikan harga pasar dan penurunan volume transaksi. Sebaliknya adanya kenaikan penawaran (yang ditunjukkan oleh pergeseran kekanan dari kurva penawaran)akan mengakibatkan penurunan harga pasar dan kenaikan volume transaksi. P

S’

S S’

0 Q Gambar 2.2. Pergeseran Kurva Penawaran (Boediono, 2002:47) Menurut Mankiw (2006:90-91), ada banyak variabel yang dapat menggeser kurva penawaran. Berikut adalah beberapa variabel yang penting:

Harga (P)

Penawaran (S)

Kuantitas (Q)

commit to user

Jumlah penawaran suatu barang berhubungan secara negatif dengan harga setiap input untuk memproduksi barang.

b. Teknologi Teknologi merubah input menjadi output. Teknologi menjadi salah satu penentu jumlah produk yang akan ditawarkan.

c. Harapan Jika perusahaan mengharapkan harga naik esok maka perusahaan akan menyimpan sebagian hasi produksi hari ini untuk dijual besok, sehingga jumlah penawaran hari ini berkurang.

d. Jumlah penjual Penawaran pasar bergantung pada seluruh faktor yang mempengaruhi penawaran untuk masing-masing penjual individu seperti harga input, teknologi, dan harapan. Sebagai tambahan, penawaran pasar bergantung pada jumlah penjualnya.

Menurut Mubyarto (1995:126), reaksi petani untuk mengurangi jumlah luas tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan menyebabkan terjadinya pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar, oleh sebab itu berlaku teori Cobweb.

4. Teori Cobweb

Penawaran banyak komoditi pertanian mencerminkan apa yang disebut fenomena cobweb, dimana penawaran bereaksi terhadap harga dengan keterlambatan satu peroide waktu karena keputusan penawaran memerlukan waktu untuk penawarannya (periode persiapan) jadi pada awal musim tanam pada tahun ini petani dipengaruhi oleh harga yang terjadi pada tahun lalu, sebagai fungsi penawarannya adalah:

Penawaran t =β 0 +β 1 P t -1 +µ t

Misalkan pada akhir periode t, harga P t ternyata lebih rendah dari P t -1 . Jadi dalam periode t + 1 petani sangat mungkin memutuskan untuk

commit to user

petani berproduksi terlalu banyak pada tahun t, mereka nampaknya akan mengurangi produksinya dalam periode t + 1, dan seterusnya dan mengakibatkan pola cobweb (Gujarati, 2004:168).

Menurut Sudiyono (2002:54), model formal yang sangat sederhana untuk menjelaskan akan adanya respon kelambanan terhadap terjadinya perubahan-perubahan dalam harga maupun variabel-variabel yang lain adalah model cobweb. Dalam model ini anggapannya adalah adanya kaitan antara jumlah yang diproduksi dipengaruhi oleh harga yang diharapkan. Harga yang tinggi akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi dan penawarannya. Jumlah penawaran yang besar menyebabkan harga turun (jatuh), selanjutnya harga rendah diikuti penawaran yang rendah dan seterusnya. Dengan demikian teori cobweb adalah :

a. Terdapat selang waktu (time lag) antara keputusan untuk berproduksi dengan kenyataan produksi yang terjadi (panen).

b. Produsen mendasari keputusannya pada harga sekarang atau pengalaman harga yang baru saja dihadapi. Maka produksi sekarang (Qt) karena adanya selang waktu (time lag) akan dipengaruhi harga masa lalu (Pt-1).

c. Harga yang terjadi sekarang (Pt) ditentukan oleh besarnya penawaran yang ada dari hasil produksi sekarang (Qt).

Cobweb Theorem atau sarang laba-laba dipergunakan untuk mengetahui bagaimana keseimbangan pasar terjadi pada barang-barang produksi pertanian, sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi pertanian merupakan kasus yang penting dan banyak diteliti para ahli ekonomi. Teori cobweb ini pada dasarnya menerangkan siklus harga dan produksi yang naik turun pada jangka waktu tertentu. Kasus cobweb ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

commit to user

Adanya persaingan sempurna di mana penawaran semata-mata ditentukan oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga ditentukan oleh setiap produsen dianggap tidak akan berubah dan produsen menganggap jumlah produksinya tidak akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap pasar. Contoh dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30,- dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba- tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit hewan, jumlah yang ditawarkan ke pasar turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40,-. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi dan setelah lampau periode produksi maka jumlah yang lebih banyak (40) yang sampai ke pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20,-. Harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan

Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran tidak dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan jangka waktu tertentu. Contoh dalam kasus II harga keseimbangan adalah Rp 30,- dengan jumlah keseimbangan juga 30. Namun begitu setelah dalam periode 1 harga naik menjadi Rp 40,- maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya sebesar 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar penurunan pada kasus I (Rp 25,-). Penurunan harga ini juga menyababkan produsen memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Kurva II ini bersifat kurang elastis bila dibandingkan dengan kurva I sehingga siklus menjurus ke harga keseimbangan lama (30).

c. Siklus yang mengarah pada eksploitasi harga yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang makin membesar.

Harga ditentukan oleh jumlah barang yang akan datang ke pasar dan harga itu cepat bereaksi terhadapnya. Contoh dalam kasus III,

commit to user

sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus yang menjurus ke arah eksplosi.

Secara grafis tiga kasus ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Kasus I Cobweb Gambar 2.4 Kasus II Cobweb

Gambar 2.5. Kasus III Cobweb Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa dalam kasus I h = є

(elastisitas permintaan=elastisitas penawaran), kasus II h > є (elastisitas permintaan > elastisitas penawaran), kasus III h < є (elastisitas permintaan < elastisitas penawaran), atau dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan elastisitas penawaran, menyatu (converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil.

Walaupun ketiga kasus Cobweb Theorem ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga suatu komoditas pertanian naik maka petani menjadi terlalu optimis maka petani serentak menanam komoditas tersebut dengan harapan harga akan terus naik.

KASUS I

KASUS III S

KASUS II

20

25

30 27,5 30 Q

commit to user

kerugian dan tidak akan menanam pada musim berikutnya. Dan ini mengakibatkan harganya naik tinggi sekali musim berikutnya karena jumlah produksi sangat sedikit (Mubyarto, 1995).

5. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran menunjukkan kepekaan produsen terhadap perubahan harga. Kepekaan mereka tergantung pada mudah tidaknya mengubah jumlah output sebagai akibat adanya perubahan harga (McEachern, 2001 : 18).

Seperti halnya elastisitas permintaan mengukur kepekaan kuantitas yang diminta terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Demikian juga halnya dengan elastisitas penawaran yang mengukur kepekaan jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (Lipsey dan Steiner, 1991:181)

Sukirno (2003:129) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Yang pertama, barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan. Pada waktu harga turun petani akan bekerja giat dan berusaha mencapai produksi yang tinggi agar pendapatan mereka tidak kurang dibanding dengan masa normal. Pada waktu harga naik mereka tidak dapat menaikkan produksinya karena kapasitas produksi mereka (dalam jangka pendek) telah mencapai tingkat maksimal. Ketiga, beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh.

Harga hasil pertanian dalam jangka pendek cenderung mengalami fluktuasi yang sangat besar. Harga mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu saat dan mengalami kemerosotan yang tajam pada saat berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut disebabkan oleh permintaan dan penawaran barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini

commit to user

permintaan atau penawaran mengalami perubahan (Firdaus, 2008:88).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Jagung merupakan salah satu komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek pengusahaan dan pemanfaatan hasilnya, yaitu sebagai bahan pangan dan pakan. Kebutuhan jagung baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor masih sangat besar . Di Kabupaten Grobogan jagung memiliki potensi yang sangat baik dilihat dari kondisi lahan maupun iklim disana. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat harga jagung yang terus meningkat dan fluktuasi yang terjadi pada luas areal panen serta jumlah produksi dalam kurun waktu lima tahun. Peningkatan produksi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sehingga hal ini tentunya akan berpengaruh pula terhadap penawaran Jagung.

Menurut Sudiyono (2002:19), Penawaran produk pertanian menyatakan jumlah produk pertanian yang ditawarkan dengan berbagai variabel yang mempengaruhi penawaran seperti harga produk pertanian, harga input, musim, teknologi dan tujuan perusahaan.