Gaya Motivasional dan Komunikasi Dengan

Gaya, Motivasional dan Komunikasi Dengan Tipe Sikap
Mata Kuliah: Kepemimpin Perpustakaan dan Informasi
Prodi Perpustakaan dan Infromasi, FIP UPI 2016
Oleh: Hanafiati N. Istiqomah, Meydina F. Ananda, Nuryaman, dan Solikhin
10 Oktober 2016

Gaya Kepemimpinan
Menurut Tjiptono (2001) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004).
Blanchard K.H. (1996) membagi empat gaya kepemimpinan yaitu
Gaya konsultatif
Merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan. Gaya konsultasi
dicirikan oleh adanya pemimpin yang membatasi peranannya dan menginstruksikan bawahan
tentang apa, bagaiamana, bilamana, di mana harus melakukan suatu tugas tertentu.
Gaya partisipatif
Merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan

ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya partisipasi dicirikan oleh adanya
pemimpin dan bawahan yang saling tukar menukar ide dalam pembuatan keputusan melalui
komunikasi dua arah, dan yang dipimpin cukup mampu serta berpengetahuan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada bawahan
Gaya delegatif
Merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Gaya delegatif dicirikan oleh adanya pemimpin
yang banyak melibatkan bawahan untuk melaksanakan tugas sendiri melalui pendelegasian
dan supervise yang bersifat umum.
Gaya instruktif.

Merupakan gaya kepemimpinan di mana pemimpin banyak memberikan pengarahan
tetapi sedikit memberikan dukungan terhadap bawahan. Gaya kepemimpinan yang tinggi
pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai “instruksi” karena gaya ini dicirikan
dengan komunikasi satu arah. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sematamata dilakukan oleh pemimpin.
Sedangkan menurut Tohardi dikutip oleh Sutrisno (2010:242) menyatakan bahwa
Gaya-gaya kepemimpinan yaitu :
Gaya Persuasif
Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang mengubah perasaan,

pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.
Gaya Refresif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman,
sehingga bawahan merasa keatakutan.
Gaya Partisipatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya dalam
perusahaan.
Gaya inovatif
Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha
pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap
produk terkait dengan kebutuhan manusia.
Gaya Investigasi
Yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa
penuh kecurigan tehadap bawahannya menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas, inovasi,
serta insisiatif dari bawahan kurang berkembang karena bawahan takut kesalahan-kesalahan.
Gaya Inspektif
Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler,
kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang
senang apabila dihormati.

Gaya Motivatif
Yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, programprogram dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut
membuat segala ide bawahan-bawahan dan kebijakan dipahami oleh bawahan sehingga
bawahan mau.

Gaya Naratif
Pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun
tidak disesuiakan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak
bicara sedikit bekerja.
Gaya Edukatif
Yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara
memberikan pendidikan dan keterlampiran kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi
memiliki wawasan dan pengalamanyang lebih baik dari hari ke hari, sehingga seorang
pemimpin yang bergaya edukatif tidak akan pernah menghalangi bawahan ingin
megembangkan pendidikan dan keterlampiran.
Gaya Restrogresif
Yaitu pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya, untuk itu
pemimpin yang bergaya restrogresif selalu menghalangi bawahan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterlamiplan. Sehingga dengan kata lain pemimpin yang bergaya
restrogresif sangat senang melihat bawahan selalu terbelakang bodoh dan sebagainya.


Perilaku Motivasional
Doble[CITATION Chl14 \n \t \l 1057 ] memaparkan beberapa pendekatan dalam
mendeskripsikan perilaku motivasional, yaitu:
Instinc Theory
Menunjukkan bahwa Anda dilahirkan dengan pola-pola perilaku sendiri, dan bahwa
pola-pola ini tidak dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa individu berperilaku dengan cara
yang akan diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, banyak dari perilaku
manusia belajar-misalnya mampu berbicara kata-kata dan menyusun kalimat; oleh karena itu
naluri teori tidak dapat satu-satunya penjelasan untuk perilaku motivasi manusia.
Drive-Reduction Approach
Digambarkan sebagai 'motivasi terkait dengan kebutuhan biologis tubuh-misalnya,
Haus dan tidur(primer) atau sama sekali tidak berhubungan dengan kebutuhan biologis,
misalnya kebutuhan untuk berhasil dalam kompetisi (drive sekunder).
Arousal approach
Perilaku ini motivasi mirip dengan teori sebelumnya bahwa jika tingkat stimulasi kita
terlalu tinggi, kita akan mencoba untuk mengurangi mereka. Namun, pada flipside, jika
tingkat stimulasi kita terlalu rendah akan meningkatkan dengan mencari kegiatan. Kami akan
melakukan ini karena kita merasa perlu.


Incentive approaches
Perilaku motivasi untuk mencapai tujuan eksternal dan penghargaan. Juga dikenal
sebagai 'eksternal motivasi', insentif dapat uang, atau peringkat tertentu dalam kompetisi.
Melalui kombinasi pendekatan motivasi perilaku, bertujuan untuk mulai memahami
pola kebutuhan manusia yang kompleks. Ryan (2008), dimana ianya dinyatakan individu
memiliki tiga dasar kebutuhan-kompetensi (perlu untuk menghasilkan hasil yang diinginkan),
otonomi (persepsi bahwa seorang individu yang mengatur kehidupan mereka sendiri), dan
keterkaitan (kebutuhan). Selanjutnya Ukas[CITATION Mam09 \p 316-320 \n \t \l 1057 ]
memaparkan teori-teori dalam motivasi
Teori Kebutuhan Hierakhi
Abraham Maslow menggolongkan menjadi lima tingkatan yaitu: (1) kebutuhan
fisiologis. (2) kebutuhan rasa aman. (3) kebutuha sosial. (4) kebutuhan penghargaan. (5)
kebutuhan perwujudan diri.
Teori Motivasi Higienis(Dua Faktor)
Dikembangkan oleh Frederick Herzberg berdasarkan penelitin tentang: waktu kapan
merasa puas terhadap pekerjaanya dan mengapa mereka puasa serta bagaimana pengaruhnya.
Tabel 1 Dua Faktor
Sumber: Ukas[CITATION Mam09 \p 317 \n \t \l 1057 ]
No.
A


Faktor Higienis(Ketidakpuasan)
Kebijakan-Administrasi

Faktor Motivasi(Kepuasan)
Prestasi

B

Suver visi

Pengukuhan hasil kerja

C

Uang, status, rasa aman

Pekerjaan menarik

D


Hubungan antar manusia

Tanggung jawab

E

Kondisi kerja

Kemajuan

Teori X dan Y
Douglas McGregor yang berpengaruh terhadap produktivitasnya ada dua macam
pendekatan terhadap manusia yaitu: (1) sikap dasar yang dilandasi oleh teori X dan (2) Sikap
dasar oleh Y. X dijabarkan sebagai konsep tradisonal salah satu contohnya motivasi terjadi
hanya pada tingkatan fisiokogik dan aman sedangkan Y sebagai konsep potensial motivasi
terjadi pada tingkat sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri selain pada
tingkatan yang lebih rendah.
Teori Harapan


Pertama kali dikembangkan oleh Lewin ditetapkan secara khusus dalam teori Vroorn
mendasarkan dua asumsi yaitu manusia biasanya meletakan nilai pada sesuatu yang
diharapkan dari hasil karyanya. Dan kedua sesuatu usaha untuk menjelaskan motivasinya
yang terdapat pada seseorang harus mempertimbangkan motivasi dan hasil yang dicapai.
Teori Prestasi
Potensi dan keinginan individu untuk mengejar prestasi biasanya ditentukan oleh
kebutuhan (1) kebutuhann akan prestasi; (2) kebutuhan akan afiliasi; dan (3) kebutuhan akan
kekuasaan. Me. Celland dan J.W. Atkinson kebutuhan akan pencapaian prestasi dilakukan
oleh seseorang secara konsisten menentukan pencapaian tujuan.

Seni Interaksi
Merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh pemimpin baik secara langsung
maupun melalui media untuk menyampaikan pesan kepada staffnya dengan tujuan
membangung keharmonisan antara organisasi dengan individunya. Berikut beberapa tipe
umum staff sebagai sumber daya manusia dalam lingkup organisasi.
Pemalas
Wibowo [CITATION Ran12 \n \t \l 1057 ]Ada dua sebab mengapa seseorang bisa
malas yaitu : Orang malas disebabkan karena tidak menyukai pekerjaan tersebut atau orang
malas karena memang mempunyai karakter dasar pemalas. Langkah-langkah solutif.
a. Mengikutsertakan dalam pertemuan untuk kritik diri. karena opini yang positif

mendorong orang bertanggung jawab
b. Memberi masukan melalui makalah, tausyiah atau metode yang lain yang menarik
c. Mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
d. Melibatkan dalam kelompok yang dinamis sehingga yang diharapkan semangat
kelompok tersebut berimbah kepadanya
Pasifis
sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan
dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif,
tidak suka memberi saran atau masukan. Dalam komunikasi Perilaku atau Sikap Pasif ibarat
Anda selalu menghindari Konflik atau Konfrontasi dengan lawan bicara, demi menjaga
suasana damai dan tenang. Anda cenderung mengalah demi kelanggengan hubungan yang
telah terjalin, dengan mengorbankan kepentingan pribadi yang mungkin saja lebih penting
daripada hubungan komunikasi tersebut. Sikap Pasif dapat terlihat dari beberapa hal berikut:
a. Tidak mampu membuat permintaan kepada lawan bicara atau orang lain
b. Cenderung menyimpan keinginan dalam hati dan enggan untuk diungkapkan

c. Tidak mampu berkata “tidak” atau menolak permintaan orang lain, walau sebenarnya
d.
e.
f.

g.
h.

tidak menginginkan permintaan tersebut
Menghindari Kontak Mata lawan dan tidak mampu menatap lawan bicara
Bahasa Tubuh gugup, salah tingkah, dan tangan cenderung berkeringat
Postur Tubuh cenderung bungkuk, lemah atau lemas
Muka memerah karena menahan malu atau pucat
Berbicara pelan bahkan nyaris tidak terdengar
Sebagai pemimpin yang memimpin seseorang yang pasif harus dapat bersikap dengan

baik:
a.
b.
c.
d.

Coba merangkul dan empati terhadap bawahan yang pasif
Bijaksana dalam menyikapi seseorang yang pasif tersebut
Memberikan semangat dan motivasi dalam melakukan hal

Memberi Sanjungan atau Hadiah dalam setiap tugas yang diberikan

Senior
Sebagai pimpinan, jika memiliki bawahan yang lebih senior harus tetap menjaga
wibawa dengan bersikap:
a. Jujur, berani, rajin, penuh inisiatif, ma uterus belajar dan mengasah kemampuan, serta
disimplin. Tunjukkan bahwa anda adalah pemimpin yang kompeten. Berpakaianlah
dengan rapi dan bersih.
b. Bijaksana dan rendah hati, dengan begitu komunikasi yang lancar antara anda dan
bawahan bisa terwujud.
c. Tidak terlalu banyak bicara. Bukan berarti anda harus kaku dan diam seribu bahasa
kecuali memberi perintah atau petunjuk. Berilah tugas dan petunjuk atau pertanyaan
dengan jelas. Jangan terlalu cerewet dan jangan mengobrol takk tentu arah saat bekerja.
Bicaralah seperlunya.
Diktator
Wibowo [CITATION Placeholder1 \n \t \l 1057 ] mengemukakan beberapa sikap yang
harus dilakukan dalam menghadapi individu bermasalah dalam suatu organisasi:
a. Saling memahami dan bekerjasama dengan ikhlas
b. Saling menghormati dan menasehati
c. Menghindari debat dan pertentangan
Bermasalah
Wibowo [CITATION Placeholder1 \n \t \l 1057 ] mengemukakan beberapa sikap yang
harus dilakukan dalam menghadapi individu bermasalah dalam suatu organisasi:
a. Raihlah kepercayaan mereka
b. Carilah letak permasalahan dan solusinya
c. Memberikan perhatian yang sedekit lebih agar mendapat ketenangan

d. Berusaha sebisa mungkin untuk membantu mengatasi permasalahnnya
Oposan
Seseorang yang melakukan oposisi disebut dengan oposan. Seorang oposan akan
selalu menyerang pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan jalan pikiran dan idenya
tanpa memiliki alasan pasti. Akibat yang ditimbulkan adalah perpecahan dalam skala besar.
Jika hal ini tidak segera diselesaikan, akan menimbulkan permusuhan yang meluas. Oposan
adalah realitas alami yang dihadapi para pemimpin, dan menghadang perjalanan para
pemimpin saat menjalankan tugas. Cara efektif untuk berinteraksi dan menangani oposan
diantaranya:
a. Menjaga ketenangan ketika menghadapi mereka
b. Mengambil hikmah dari setiap pertentangan yang mereka lakukan
c. Mengajak dialaog dan berdiskusi untuk mencari titip penyelesaian
d. Tidak mengajak diskusi di depan orang lain
e. Menghadapi gejolak para oposan dengan rileks
f. Bersikap dewasa dan bijak
Referensi
Anonym. (t.thn.). Bab II Landasan Teori Gaya Kepemiminan. Dipetik Oktober 10, 2016, dari
http://digilib.unila.ac.id/10838/15/15.%20BAB%20II.pdf
Diandra, F. (2015). Bab II Tinjauan Pustaka. Dipetik Oktober 10, 2016, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53014/4/Chapter%20II.pdf
Doble, C. (2014). Explaining motivational behaviour patterns. Dipetik Oktober 09, 2016,
dari
http://believeperform.com/performance/explaining-motivational-behaviourpatterns/
Ukas, M. (2009). Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Agini Bandung.
Wibowo, R. A. (2012, Oktober 21). Seni Menghadapi Tipe Orang. Dipetik Oktober 10, 2016,
dari
Blogspot.com:
http://tumbuhberbagidiridhoi.blogspot.co.id/2012/10/senimenghadapi-tipe-orang.html
Wibowo, R. A. (2012, Oktober 21). Seni Menghadapi Tipe Orang. Dipetik Oktober 10, 2016,
dari
Blogspot.com:
http://tumbuhberbagidiridhoi.blogspot.co.id/2012/10/senimenghadapi-tipe-orang.html

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2