PONSEL PINTAR SEBAGAI GAYA HIDUP (1)

TUGAS AKHIR MATA KULIAH
“BAHASA INDONESIA : PENULISAN KARYA ILMIAH”

PONSEL PINTAR SEBAGAI GAYA HIDUP

NAMA

: NUR AZIZAH

NIM

: 0801513071

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyusun dan melaksanakan tugas akhir dari mata kuliah “Bahasa

Indonesia : Penulisan Karya Ilmiah” dengan karya tulis ilmiah yang berjudul “Ponsel
Pintar Sebagai Gaya Hidup”.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Arif Susanto selaku dosen dan teman-teman dekat
(Tania, Febya, Nadya, Puni, dan Rizka) atas kontribusi dan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung dalam tersusunnya karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, disadari sepenuhnya belum sempurna bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun
materi. Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
guna dapat menyempurakan kelengkapan karya tulis lainnya dimasa yang akan datang.
Semoga karya ini bermanfaat dan mencapai kehidupan yang lebih baik juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca .

Depok, 4 Februari 2014

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………….………………………….……………….2

DAFTAR ISI……………………………………….……………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................7
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...….......7
D. Metode Penulisan……………………………………………………………….7
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ponsel Pintar......................………... ………………..……………8
B. Sejarah Perkembangan Ponsel Pintar…………………………………………..9
C. Perilaku Konsumtif Masyarakat dalam Membeli Ponsel Pintar…….………...12
1. Asal Mula Konsumerisme………………………………………………...12
2. Strategi Produsen Ponsel Pintar…………………………………………...15
3. Ponsel Pintar Bukan Hanya Sebagai Kebutuhan………………………….17
D. Masalah yang Akan Dihadapi Masyarakat Akibat Konsumerisme…………...18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................20
B. Kritik dan Saran.....................................................................................………20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

3


BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan
dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah
terjadi sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu,
sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat
cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk
mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab
yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam
sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya
proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal
yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah
modernisasi. Serta akibat dari globalisasi yaitu penyeragaman budaya
bagi seluruh masyarakat dunia. Proses globaliasi muncul sebagai akibat
adanya arus informasi dan komunikasi dengan istilah online setiap saat
dan dapat di jangkau dengan biaya yang relatif murah. Sebagai akibatnya
adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah
saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem

budaya yang sama.
Terdapat beberapa karakteristik masyarakat modern dalam globalisasi
yang kemudian dianggap sebagai trend umum. Salah satu karakteristik
itu adalah kebutuhan akan konsumsi sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan manusia. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin maju dan canggih menuntut orang untuk
selalu mengikuti trend agar tidak dibilang ketinggalan jaman atau kuno.
Salah satu contoh untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah ponsel.
Hampir semua orang dapat dipastikan memiliki setidaknya satu ponsel
untuk alat berkomunikasi. Seiring perkembangan zaman, muncullah
ponsel pintar. Karena fungsi kegunaan yang melebihi sebuah ponsel
biasa, ponsel pintar jauh lebih mahal dari ponsel biasa. Seseorang bahkan
rela mengeruk dalam koceknya hanya untuk membeli sebuah ponsel

4

pintar terbaru dan tercanggih tanpa mengetahui fungsi lain dari ponsel
pintar tersebut. Perkembangan teknologi ponsel yang demikian cepatnya
dan menghasilkan berbagai macam ponsel yang selalu berganti dengan
menghadirkan berbagai macam fitur dan brand membuat masyarakat

modern merasa tertinggal jika tidak membeli ponsel dengan model
terbaru.
Ponsel pintar dapat dikatakan sudah menjadi salah satu kebutuhan primer
manusia era modern. Dimana saja, baik di Indonesia maupun di negara
lain, apabila kita sedang berjalan-jalan, pasti akan menemukan orang
yang sedang menggunakan ponsel pintar. Ponsel pintar yang bahkan
tidak sedang digunakan, cenderung akan selalu digenggam di tangan oleh
penggunanya. Ponsel pintar juga sudah menjadi salah satu aksesoris yang
menjadi pelengkap berbusana seseorang.
Ponsel pintar yang harganya semakin murah, berhasil memupuk
konsumerisme di kalangan masyarakat, terlebih lagi bagi mereka yang
memang menggunakan ponsel pintar untuk keperluan yang berbedabeda. Contohnya, seseorang yang membeli ponsel pintar dengar layar
yang lebar hanya untuk digunakan untuk browsing dan menonton tv.
Kemudian dia membeli ponsel pintar lain yang memang dikhususkan
untuk meng-update sosial media dan blog, dan membeli ponsel pintar
lain yang dikhususkan untuk chatting, SMS, dan telepon. Dan ada juga
yang merasa apabila memiliki sponsel pintar keluaran merek ternama dan
terbaru maka dia akan membeli tanpa peduli apakah ia membutuhkan
atau tidak.
Dalam dunia global ini pola konsumsi sudah menjadi sebuah trend dan

madzhab

yang

akrab

didengar

dengan

sebutan Konsumerisme.

Konsumerisme adalah suatu pola pikir serta tindakan dimana orang
melakukan

tindakan

membeli

barang


bukan

dikarenakan

ia

membutuhkan barang itu tetapi dikarenakan tindakan membeli itu sendiri
memberikan kepuasan kepada dirinya sendiri.

5

Menurut Yasraf Amir Piliang1, fenomena yang menonjol dalam
masyarakat global saat ini, yang menyertai kemajuan ekonomi adalah
berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya
gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang terlahir dari kegiatan konsumsi
semakin beragam pada masyarakat perkotaan. Konsumsi pada era ini
diangap sebagai suatu respon terhadap dorongan homogenisasi dari
mekanisasi dan teknologi. Orang-orang mulai menjadikan konsumsi
sebagai upaya ekspresi diri yang penting, bahasa umum yang kita

guinakan untuk mengkomunikasikan dan menginterpretasi tanda-tanda
budaya.
Apabila kita kembalikan pada persoalan gaya hidup yang konsumtif,
adalah suatu trend yang

dibudayakan atau disebarluaskan (lebih

tepatnya dipropagandakan). Bukannya suatu sistem gagasan, perilaku dan
kenyataan masyarakat yang sangat heterogen namun suatu infasi
kebudayaan asing yang “dipaksakan” menjadi suatu budaya homogen.
Kondisi ini menurut Slavoj Zizek akan membentuk pola pikir libidius
dalam hal material, akibatnya kita hidup dalam “budaya seolah-olah”
dalam artian kita selalu mendapatkan lebih dari segala yang kita
bayarkan tapi kita bingung untuk keperluan apa itu sebenarnya.2 Dengan
demikian manusia konsumerisme hidup dalam kebebasan yang nihilistik
dimana kebebasan subjek dalam memilih sudah terpropaganda oleh gaya
hidup yang konsumtif. Manusia menggunakan kebebasan memilihnya
bukan lagi karena kemauan lahiriahnya akan kebutuhan barang tersebut,
melainkan untuk kebutuhan yang sebenarnya tidak dibutuhkan (tidak
didasarkan pada pertimbangan nilai guna) akibat konsumerisme. Definisi

tersebut memberi frame bagi kita dalam memahami alasan mengapa
orang terus menerus berkonsumsi. Objek-objek konsumsi telah menjadi
bagian yang internal

pada kedirian

seseorang. Sehingga sangat

berpengaruh dalam pembentukan dan pemahaman konsep diri. Sebagai
ilutrasi misalnya, banyak remaja yang merasa dirinya bisa benar-benar
menjadi remaja ‘gaul’ jika mereka menggunakan ponsel pintar yang
1
2

Yasraf Amir Piliang. Dunia yang Dilipat.hlm. 180
Robertus Robert. Manusia Politik Subjei Radiial dan Politi Emansipasi. 2010.hlm. 35

6

sedang menjadi trend saat itu. Ponsel pintar yang merupakan objek

konsumsi, menjadi penanda identitas mereka dibanding karakter psikis,
emosional ataupun penanda fisik pada tubuh mereka. Ponsel pintar bagi
sesorang mampu menentukan kedudukan, status, dan simbol-simbol
sosial tertentu bagi pemakainya. Hal inilah yang membuat masyarakat
cenderung konsumtif dalam pemakaian ponsel pintar. Masyarakat merasa
bahwa hanya dengan satu ponsel saja tidak dapet memenuhi semua
kebutuhannya.
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
 Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah.
 Mampu menyoroti konsumerisme ponsel pintar pada masyarakat
global.
C. Rumusan Masalah
 Bagaimana produsen ponsel mampu mendorong kecenderungan
perilaku konsumtif ?
 Masalah apa yang akan dihadapi masyarakat global akibat
konsumerisme ?
 Bagaimana masalah konsumerisme tersebut dapat diatasi ?
D. Metode Penulisan
Kepustakaan,bersumber dari artikel-artikel dan browsing dari internet.


7

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Ponsel Pintar
Ponsel pintar adalah perangkat yang memungkinkan kita untuk melakukan
panggilan telepon, sekaligus memiliki fitur yang di masa lalu hanya bisa
ditemukan pada Personal Digital Assistant (PDA) atau komputer –
misalnya seperti kemampuan untuk mengirim dan menerima e-mail serta
editing dokumen.
Sebelum ponsel pintar dikenal luas, pada awalnya terdapat dua produk
berbeda yaitu ponsel dan Personal Digital Assistant (PDA). Ponsel
terutama digunakan untuk menelpon, sementara PDA digunakan sebagai
semacam asisten digital pribadi atau digital organizer.
PDA dapat menyimpan info kontak dan agenda harian serta bisa
disinkronisasi dengan komputer. Namun seiring perkembangan, ponsel
akhirnya memiliki fitur PDA, begitu pula sebaliknya, PDA memiliki fitur
ponsel. Perkembangan ini lantas mendorong terciptanya apa yang kini
dikenal sebagai ponsel pintar.
Sebenarnya, belum ada kesepakatan dalam industri teknologi informasi
dan komunikasi mengenai apa yang membuat telepon menjadi “pintar”,
dan pengertian dari telepon pintar itu pun berubah mengikuti waktu.
Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT Symbian OS,
“Telepon pintar dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan
dua cara fundamental: bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa
lakukan.” Pengertian lainnya memberikan penekanan perbedaan dari dua
faktor ini,“Dengan menggunakan telepon pintar hanya merupakan sebuah
evolusi dari jenjang-jenjang evolusi, jadi kemungkinan alat ini pada titik
tertentu akan menjadi lebih kecil dan kita tidak akan menyebutnya telepon
lagi, tetapi ia akan terintegrasi kesepakatannya adalah untuk membuat
ponsel pintar ini menjadi setidak terlihat mungkin, antara anda, dan apa
yang

anda

ingin

lakukan",

kata

Sacha

Wunsch-Vincent

pada OECD (Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi).

8

Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai ponsel pintar menggunakan
sistem operasi yang berbeda. Dalam hal fitur, kebanyakan ponsel pintar
mendukung sepenuhnya fasilitas surel dengan fungsi pengatur personal
yang lengkap. Fungsi lainnya dapat menyertakan miniatur papan ketik
QWERTY, layar sentuh atau D-pad, kamera, pengaturan daftar nama,
penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras, kemampuan
membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah foto dan melihat klip
video, penjelajah internet, atau hanya sekedar akses aman untuk membuka
surel perusahaan, seperti yang ditawarkan oleh BlackBerry. Fitur yang
paling sering ditemukan dalam ponsel pintar adalah kemampuannya
menyimpan daftar nama sebanyak mungkin, tidak seperti telepon genggam
biasa yang mempunyai batasan maksimum penyimpanan daftar nama.
B. Sejarah Perkembangan Ponsel Pintar
Awal mulanya hanya ada ponsel dan PDA (Personal Digital Assistants).
Ponsel dulunya hanya bisa untuk menelepon. Sedangkan PDA, seperti
produk-produk buatan Palm, dulunya digunakan untuk pengatur jadwal
pribadi. Sebuah PDA mampu menyimpan detail data dari rekan-rekan
Anda, layaknya contact info atau ‘buku telepon’ di ponsel. PDA juga bisa
mengatur to-do-list atau jadwal kegiatan yang harus Anda lakukan. Selain
itu PDA juga juga bisa tersinkronisasi dengan komputer.
Pada perkembangannya PDA memiliki wireless connection atau koneksi
tanpa kabel layaknya ponsel. Hal tersebut kemudian memungkinkan PDA
untuk bisa mengirim dan menerima email. Perkembangan yang sama
terjadi pada ponsel sehingga alat komunikasi itu pada akhirnya bisa
digunakan untuk SMS.
Seiring berkembangnya teknologi, PDA kemudian memiliki fitur ponsel,
sehingga bisa untuk menelepon dan SMS. Sebaliknya, ponsel kemudian
juga mendapatkan fitur seperti yang telah ada di PDA. Dan hasil dari
semua itu adalah sebuah ponsel pintar.3

3

http://portal.paseban.oom/ness/4958/ponsel-pintar, diakses pada 27 Januari 2014

9

Ponsel pintar pertama yang diperkenalkan adalah IBM Simon. Smartphone
ini diciptakan pada tahun 1992 dan dijual ke publik pada 1993. Ponsel ini
mempunyai beberapa aplikasi tambahan seperti kalender, buku telepon,
jam dunia, kalkulator, notepad, email klien, mengirim dan menerima fax,
serta permainan. Ponsel ini didesain tanpa tombol fisik dan menggunakan
layar sentuh. Untuk menggunakan layar sentuh, bisa digunakan stylus atau
jari.
Setelah kemunculan ponsel pintar IBM Simon, Nokia meluncurkan
smartphone pertamanya, yakni Nokia Comunicater 9000 yang diluncurkan
pada 1996. Communicater ini merupakan kombinasi antara PDA dari HP
dengan ponsel laris manis milik Nokia. Communicator memiliki desain
clamshell yang dilengkapi dengan keyboard QWERTY dan memiliki layar
resolusi 640x200 piksel.
Tahun 2000 adalah awal dari penggunaan kata smartphone alias ponsel
pintar.
Ericson R380 Smartphone adalah ponsel pertama yang menggunakan kata
tersebut dalam merk dagangnya. Seperti ponsel pintar pendahulunya, R380
ini menggabungkan fungsi sebuah ponsel dengan PDA. Majalah Popular
Science pada Desember 1999 menobatkan R380 sebagai salah satu The
Most Important Advances in Science and Technology.
Selanjutnya setelah kemunculan ponsel pintar R380, ponsel pintar lain pun
berbondong-bondong memenuhi pasaran.
Pada Oktober 2001, Handspring mengeluarkan telepon pintar Palm OS
Treo, dengan papan ketik penuh digabung dengan jelajah jejaring tanpa
kabel, E-Mail, kalender, dan pengatur daftar nama, dengan aplikasi pihak
ketiga yang dapat diunduh atau diselaraskan dengan komputer.
Tahun 2002, RIM mengeluarkan BlackBerry pertama yang merupakan
telepon pintar pertama dengan penggunaan surel nirkabel yang optimal
dan penggunanya telah mencapai 8 juta (sampai Juni 2007), tiga perempat
pemakainya berada di Amerika Selatan. Handspring menyajikan telepon
pintar yang popular dipasaran Amerika dengan bergabung dengan Palm
OS berbasis Visor PDA dengan jaringan telepon GSM, VisorPhone. Di

10

tahun yang sama, Handspring menjual telepon pintar terintegasi bernama
Treo perusahaan ini bergabung karena penjualan PDA sudah mulai mati,
tetapi telepon pintar Treo secara cepat menjadi populer sebagai telepon
berfitur PDA. Pada tahun yang sama, Microsoft mengumumkan Windows
CE Pocket PC OS dan dinobatkan sebagai "Microsoft Windows Powered
Smartphone 2002”.
Pada tahun 2005 Nokia menerbitkan seri-N telepon pintar 3G yang dijual
bukan sebagai telepon genggam tetapi sebagai komputer multimedia. Pada
Tahun 2007, produsen komputer yang terkenal dengan Mac dan Apple
merilis iPhone generasi pertama yang mulai dipasarkan pada 29 Juni 2007
di AS dengan harga US$499 untuk model 4GB dan US$599 untuk model
8GB (tetapi dengan syarat harus kontrak dengan AT&T selama 2 tahun).
Android, OS untuk telepon pintar diluncurkan pada tahun 2008. Android
didukung oleh Google, bersama pengusaha piranti keras dan lunak yang
terkemuka lainnya seperti Intel, HTC, ARM, Motorola, dan eBay yang
kemudian membentuk Open Handset Alliance.
Telepon pertama yang menggunakan Android OS adalah HTC Dream,
merek keluran dari T-Mobile sebagai G1. Fitur telepon penuh, layar sentuh
secara utuh, papan ketik QWERTY, dan bola jalur untuk menavigasikan
halaman web.
Pada Juli 2008, Apple memperkenalkan App Store dengan aplikasi gratis
dan dengan biaya. App store dapat menyampaikan aplikasi telepon pintar
yang dikembangkan oleh pihak ketiga langsung dari iPhone atau iPod
Touch dengan WiFi atau jaringan selular tanpa menggunakan komputer
untuk mengunduh. App Store telah menjadi suatu kesuksesan bagi Apple
dan pada Juni 2009 terdapat lebih dari 50,000 aplikasi yang ada. App store
menembus satu juta unduh aplikasi pada 23 April 2009.Mengikuti
popularitas App Store dari Apple, banyak yang membuat toko aplikasinya
sendiri. Palm, Microsoft dan Nokia telah mengumumkan toko aplikasi
yang mirip milik Apple.
Pada Tahun 2010, Microsoft memperkenalkan Windows Phone pada tgl 15
Februari 2010 di Pameran Mobile World Congress di Barcelona. Sistem

11

operasi ini dirilis di Amerika Serikat pada tgl 8 November 2010. Windows
Phone mendukung sampai 25 bahasa.4

C. Perilaku Konsumtif Masyarakat dalam Membeli Ponsel Pintar
1. Asal Mula Konsumerisme
Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi
pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisikondisi material dari proses produksi. Menurutnya5, kesadaran
manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas
ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antar
manusia dengan kesadaran, kebudayaan dan politik dikatakan
dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan Marx adalah suatu cara produksi
yang dipremiskan oleh kepemilikan

pribadi sarana produksi.

Kapitalisme bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya
dan dia melakukannya dengan mengisap nilai surplus dari
pekerja. Tujuan kapitalisme adalah meraih keuntungan sebesarbesarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai
surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai
komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di
pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan
dengan kapitalisme, diamana objek, kualitas dan tanda berubah
menjadi komoditas.
Kapitalisme adalah suatu sistem dinamis dimana mekanisme yang
didorong oleh laba mengarah pada revolusi yang terus berlanjut atas
sarana produksi dan pembentukan pasar baru. Ada indikasi ekspansi
besar-besaran dalam kapasitas produksi kaum kapitalis. Pembagian
kelas yang mendasar dalam kapitalisme adalah antara mereka yang
menguasai sarana produksi, yaitu kelas borjuis, dengan mereka yang
4

http://teknosorldsite.blogspot.oom/2012/05/inilah-seaarah-smartphone-di-dunia.html ,diakses pada
27 Januari 2014
5
Soott Burohill, Andres iinklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, tera. M.Sobirin, (Bandung: Nusa
Media. 2011), h. 175-176

12

karena menjadi kleas proletar tanpa menguasai hak milik, harus
menjual tenaga untuk bertahan hidup.6
Konsumsi pada era ini diangap sebagai suatu respon terhadap
dorongan homogenisasi dari mekanisasi dan teknologi. Orang-orang
mulai menjadikan konsumsi sebagai upaya ekspresi diri yang
penting, bahasa umum yang kita gunakan untuk mengkomunikasikan
dan menginterpretasi tanda-tanda budaya.
Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan
masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap
pengulangan yang sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian
terhadap hal yang baru: produk baru, pengalaman baru dan citra
baru.
Kondisi masyarakat saat ini, identik dengan suatu paradigma bahwa
barang produksi dapat mendefinisikan status sosial mereka. Seperti
yang dikemukakan olah Karl Marx dalam bukunya yang berjudul
Das Kapital II, seorang individu dalam masyarakat kapitalis modern
mempercayai bahwa suatu barang hasil produksi memiliki kekuatan
otonom untuk menentukan relasi sosialnya.7 Hal ini berarti dalam
diri individu tersebut timbul keyakinan bahwa nilai-nilai eksistensi
dirinya dalam ruang sosial bisa tersimbolisasikan dalam barangbarang produksi tersebut. Dengan menjual brand, sebuah produk
menghadirkan

prestise,

untuk

menunjukkan

dimana

posisi

pemiliknya. Berbagai komoditas dengan segala simbol yang melekat
di dalamnya telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup yang
tak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Gaya
hidup

modern

tersebut

mendorong

seorang

individu

untuk

mendefinisikan sikap, nilai-nilai, dan menunjukkan kekayaan serta
6

Soott Burohill, Andres iinklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, tera. M.Sobirin, (Bandung: Nusa
Media. 2011), h. 168
7

Haskell iesin & Jaoob Morris, Marx’s Concept of Fetshism, 1977, h.172-190

13

posisi sosial seseorang melalui segala properti yang dimilikinya.
Gaya hidup bermewah-mewahan yang sebelumnya terbatas pada
masyarakat kelas atas, kini cenderung terjadi pula pada masyarakat di
kalangan menengah.
Di Indonesia misalnya, perubahan gaya hidup kelas menengah ini
sangatlah terlihat dari tingkat belanja kelas menengah yang semakin
meningkat. Berdasarkan Survei Nielsen yang dilakukan sepanjang
tahun 2013 pada responden kelas menengah Indonesia dinilai sebagai
pasar yang luar biasa kuat daya belinya (Kompas, 3 Agustus 2013).
Kuatnya daya beli masyarakat kelas menengah ini salah satunya
dipengaruhi oleh tingkat penggunaan media yang juga tinggi.
Produsen produk apa pun dapat mengiklankan berbagai macam
produknya melalui segala media, mulai dari televisi (96 persen kelas
menengah menontonnya), internet (22 persen kelas menengah
mengaksesnya), telepon seluler karena 71 persen kelas menengah di
perkotaan memakainya, dan jejaring sosial, mengingat 94 persen
kelas menengah Indonesia terkoneksi satu sama lain.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Mahbubani Kishore dalam
bukunya, Asian: The New Hemisphere (2008), yang menggambarkan
bahwa salah satu dampak modernisasi ialah merebaknya telepon
seluler. Dalam laporan tahun 2010, Bank Pembangunan Asia (ADB)
juga menunjuk kepemilikan ponsel sebagai salah satu indikator
meningkatnya konsumerisme masyarakat.
Tidak hanya di Asia, menurut para pengamat di dunia teknologi dan
para investor di Wall Street yang kemudian dipublikasikan oleh
comScore divisi MobiLens dan Mobile Metrix, laporan terbaru
tersebut memberikan gambaran terhadap pasar dan tren industri
ponsel pintar (smartphone) di Amerika, khususnya untuk bulan
Oktober 2013.8
Sampai akhir bulan Oktober, sudah tercatat sekitar 150 juta orang di
Amerika yang menggunakan ponsel pintar. Pengguna memakai
8

http://inovasi.oom/2013/12/07/pangsa-pasar-smartphone-di-amerika-bulan-oktober-2013-android522-apple-406-blaokberry-36-miorosof-32/ diakses pada 1 Februari 2014

14

perangkat seluler merek Apple, Samsung, Motorola, HTC, LG,
Nokia, dan BlackBerry. Aktivitas pengguna ponsel pintar termasuk
berbicara, mengirim pesan teks, chatting dengan teman lewat
messenger (BBM, WhatsApp), mengunjungi situs jaringan sosial
(Facebook, Twitter), membaca berita, menonton video, memesan
barang online, bermain games, mengambil foto digital, dan lain
sebagainya. Penetrasi ponsel pintar sudah mencapai dua pertiga dari
seluruh pengguna ponsel di Amerika, atau tepatnya di atas 62,5
persen. Tidak hanya itu, menurut survey di Indonesia 9, yang
dilakukan oleh Yahoo! dan Mindshare pada pertengahan 2013,
terdapat 41 juta orang yang memiliki ponsel pintar di Indonesia.

2. Strategi Produsen Ponsel Pintar
Perkembangan teknologi ponsel yang demikian cepatnya dan
menghasilkan berbagai macam ponsel yang selalu berganti dengan
menghadirkan berbagai macam fitur dan brand membuat masyarakat
modern merasa tertinggal jika tidak membeli ponsel dengan model
terbaru. Masyarakat pun pada akhirnya terbentuk menjadi kelompok
yang konsumtif terhadap pembelian ponsel dan didorong semakin
konsumtif

oleh

penggunaan

ponsel

sehingga

terjebak

dalam lingkaran konsumerisme.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai media membentuk
konstruksi sosial mengenai gambaran masyarakat ideal yang
didefinisikan dengan segala macam kepemilikan barang. Media,
dengan segala kontennya, membangun persepsi sosial yang
mempercayai bahwa gaya hidup modern adalah yang senantiasa
memperbaharui diri dengan mengkonsumsi barang-barang bermerk
yang paling up to date. Gencarnya informasi tentang ponsel yang
disampaikan oleh media didukung pula oleh produsen ponsel itu
sendiri.
9

http://sss.the-marketeers.oom/arohives/41-auta-masyarakat-indonesia-miliki-smartphone-95nyadigunakan-di-rumah.html diakses pada 1 Februari 2014

15

Perusahaan ponsel pintar berlomba-lomba mengiklankan produknya
dimana-mana. Tentunya dengan strategi penjualan masing-masing
perusahaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Produsen ponsel
pintar jelas menyadari bahwa ponsel sudah seperti kebutuhan wajib
bagi setiap orang baik kalangan atas maupun kalangan bawah, dari
orang tua sampai anak-anak.
Anak-anak pra sekolah pun sudah tahu tentang ponsel. Produsen
bahkan mulai memfokuskan untuk memasarkan produknya kepada
para remaja yang dinilai sebagai pangsa pasar yang potensial.
Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk
pada usia remaja. Disamping itu, remaja biasanya lebih mudah
terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realitis, dan
cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja
inilah yang dimafaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki
pasar remaja. 10
Salah satu strategi lainnya untuk menarik minat adalah dengan
membuat harga ponsel menjadi lebih terjangkau bagi setiap kalangan,
serta fasilitas dari ponsel yang semakin canggih. Di samping itu
produksi ponsel secara massal dengan jenis yang beragam membuat
seseorang sulit untuk tidak memiliki ponsel lebih dari satu.
3. Ponsel Pintar Bukan Hanya Sebagai Kebutuhan
Seiring perkembangan zaman, ponsel sudah bukan sekedar alat
komunikasi tetapi sudah bergeser menjadi sebuah gaya hidup. Orang
yang tidak memiliki ponsel dianggap ketinggalan jaman. Adapun
peralihan fungsi ponsel selain menjadi sebuah gaya hidup atau
fashion diungkapkan oleh produsen ponsel Siemens. Pada tahun
2003, saat perusahaan Siemens sedang dalam masa kejayaannya,
Siemens mengeluarkan ponsel yang bukan lagi berbasiss pada
komunikasi tetapi pada mode, seperti yang dikatakan oleh Manager
pemasaran Siemens untuk Indonesia bahwa Siemens mengeluarkan
10

A.S. Zebua & Nurdaayadi, Hubungan Anatar Konformitas dan Perilaiu Konsumtf pada Remaja Putri,
(Jakarta: Maaalah Phronesis),h. 6

16

ponsel produk baru karena banyaknya permintaan atas ponsel yang
mempunyai fitur fashion.11 Sejak saat itu, banyak perusahaan ponsel
mengeluarkan produk barunya karena permintaan konsumen yang
menginginkan ponselnya dapat digunakan sebagai aksesoris.
Menurut sebuah survei yang dilakukan LG pada 1152 pengguna
ponsel pintar usia 18 tahun ke atas di Amerika pada tahun 2013
bahkan mengungkapkan kegunaan lain dari ponsel pintar selain
untuk telepon, mengirim SMS, dan mengakses sosial media. 12
Kegunaan tersebut antara lain:
1.

Ensiklopedia mobile
Sekitar 41 persen dari koresponden tersebut mengaku jika mereka
sering menggunakan smartphone untuk mencari informasi terkait
topik yang tidak mereka mengerti sebelum mereka memulai
sebuah pembicaraan.

2. Cermin
Selain untuk berkomunikasi, kehadiran kamera di perangkat
smartphone juga membuat gadget ini beralih fungsi sebagai
cermin modern. 36 persen dari koresponden tersebut juga
mengungkapkan jika mereka sering menggunakan kamera ponsel
pintarnya untuk melihat bagaimana tampilan mereka pada saat
itu.
3. Pengalih perhatian
35 persen dari koresponden ini juga menyatakan jika mereka
sering menggunakan smartphone sebagai pengalih perhatian
untuk menghindari pembicaraan dengan seseorang. Selain itu, 33
persen koresponden juga menggunakan smartphone agar terlihat
sibuk ketika sedang berada di bar atau restoran tanpa teman atau
pasangan.

11

Digioom. Edisi 34,1 Oktober 2003
http://sss.merdeka.oom/teknologi/fakta-unik-kegunaan-lain-dari-perangkat-smartphone.html,
diakses pada 1 Februari 2014
12

17

Selain itu, dari data yang terlampir dalam bentuk infografik ini
juga diketahui jika pengguna ponsel pintar di Amerika Serikat
sering menggunakan ponsel pintar di tempat ibadah atau toilet.
Mereka juga sering menggunakan ponsel pintar meski sedang
kencan, berkumpul dengan keluarga, ketika berkumpul dengan
teman, atau bahkan ketika mereka sedang seranjang dengan
pasangannya.
D. Masalah yang Akan Dihadapi Masyarakat Akibat Konsumerisme
Konsumerisme, pada masa sekarang telah menjadi ideologi baru.
Ideologi tersebut secara aktif memberi makna tentang hidup melalui
mengkonsumsi material. Bahkan ideologi tersebut mendasari rasionalitas
masyarakat kita sekarang, sehingga segala sesuatu yang dipikirkan atau
dilakukan diukur dengan perhitungan material. Ideologi tersebut jugalah
yang membuat orang tiada lelah bekerja keras mangumpulkan modal
untuk bisa melakukan konsumsi.
Ideologi konsumerisme, pada realitasnya sekarang telah menyusupi
hampir pada segala aspek kehidupan masyarakat, mulai dari aspek politik
sampai ke sosial budaya. Menurut Trevor Norris13, konsumerisme
terkenal bersifat korosif dalam kehidupan politik. Konsumerisme dalam
hal ini dipandang sebagai suatu proses dehumanisasi14 dan depolitisasi
manusia karena para warga negara yang aktif dan kritis telah banyak
yang berubah menjadi konsumen yang sangat sibuk dan kritikus atau
peneliti pasif.
Masyarakat semakin tidak mengidentifikasi diri mereka mengikuti polapola pengelompokan tradisional, namun cenderung mengikuti produkproduk konsumsi, pesan dan makna yang tersampaikan. Oleh karena itu,
konsumsi dilihat sebagai upaya pernyataan diri, suatu cara untuk
bertindak dalam dunia ini, cara pengekspresian identitas seseorang.

13

http://sss.ubishops.oa/baudrillardstudies/vol2e2/norris.html diakses pada 2 Februari 2014
Dehumanisasi merupakan suatu proses yang menaadikan manusia tdak sesuai dengan kodratnya
sebagai manusi, melainkan hanya bisa menirukan atau melaksanakan sesutau yang diukur dengan apa
yang dimilikinya dalam bentuk tertentu
14

18

Konsumsi didorong oleh hasrat untuk menjadi sama dan sekaligus
berbeda, menjadi serupa dengan, dan berbeda dari.
Dalam hal ini, konsumerisme dalam penggunaan ponsel pintar oleh
masyarakat tidak disesuaikan dengan nilai guna dari ponsel pintar
tersebut. Yang kemudian menimbulkan banyak pengeluaran yang tidak
berarti.
Seseorang yang sudah memiliki ponsel pintar yang bisa melakukan
semuanya mulai dari penggunaan sosial media, dilengkapi kamera
dengan resolusi tinggi, dsb. Kemungkinan besar akan membeli ponsel
pintar lain yang memiliki kelebihan dari segi desain tanpa tahu fungsi
atau kegunaan lain dari adanya ponsel kedua tersebut. Karena memang
pada dasarnya manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya dan selalu mencari yang lebih baik dari sebelumnya.

BAB III
Penutup

19

A. Kesimpulan
Masyarakat menganggap ponsel pintar sebagai kebutuhan primer dalam
kehidupan sehari-hari karena adanya kebiasaan yang dilakukan dengan
menggunakan ponsel pintar tersebut. Didorong oleh strategi produsen
ponsel pintar yang menjual produknya dengan harga murah dan
melibatkan media iklan yang menarik disertai dengan keunggulan yang
membedakan produk ponsel tersebut dengan produk laiinya. Sehingga
masyarakat cenderung membeli ponsel lebih dari satu bukan karena
memang membutuhkannya, tetapi karena gaya hidup masyarakat yang
menginginkan semua kegiatan dapat dilakukan dalam ponsel. Selain itu,
ponsel pintar yang dimiliki seseorang dapat menentukan status sosialnya.
Masyarakat yang memiliki ponsel pintar yang banyak sebaiknya bisa
memaksimalkan pemanfaatan ponsel pintar yang merek apunya.
Menurut saya, untuk mengatasi masalah konsumerisme ponsel pintar ini
dibutuhkan peran dari keluarga dan tentunya pengendalian dari dalam
diri sendiri. Peran keluarga misalnya dari orang tua, karena orang tua
menjadi orang pertama yang mengarahkan kebiasaan seorang anak, salah
satunya kebiasaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi
kebutuhannya. Semua kalangan harus mampu memprioritaskan
kebutuhan daripada hanya sekedar keinginan.
B. Kritik dan Saran
Saya selaku penyusun menyadari banyak hal yang perlu diperbaiki dari
makalah ini. Sebagai pembaca anda bisa berpartisipasi dalam membantu
saya untuk tugas-tugas dikemudian hari kelak. Silahkan kirim ke alamat
email penyusun nurazizah.nung@yahoo.com

DAFTAR PUSTAKA

20

Amir Piliang, Yasraf, Dia yang dilipat : Tamasya Melampaui Batas-Batas
Kebudayaan, Bandung: Jalasutra, 2004.
Burchill, Scott, and Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, terj.
M.Sobirin, Bandung: Nusa Media, 2011.
Lewin, Haskell, and Jacob Morris, Marx’s Concept of Fetishism,Vol. 41, 1977
Robet, Robertus, Manusia Politik: Subjek Radikal dan Politik Emansipasi, Tangerang:
Margin Kiri, 2010.
Zebua, A. S. & Nurdjayadi, R. D, Hubungan Antara Konformitas Dan Perilaku
Konsumtif pada Remaja Puteri, Jakarta: Majalah Phronesis, 2001.

INTERNET

http://portal.paseban.com/news/4958/ponsel-pintar
http://teknoworldsite.blogspot.com/2012/05/inilah-sejarah-smartphone-di-dunia.html
http://www.merdeka.com/teknologi/fakta-unik-kegunaan-lain-dari-perangkatsmartphone.html
http://www.ubishops.ca/baudrillardstudies/vol2_2/norris.html

21