ANALISIS KETERAMPILAN BERBICARA EVI HARD

ANALISIS KETERAMPILAN BERBICARA

EVI HARDIANTI
JURUSAN BAHASA INGGRIS, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Evihardianti1803@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat. Keterampilan berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi
yang terdiri dari 4 aspek yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis.
Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu keterampila
berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu aspek berbahasa
yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang ketearampilan lainnya (Tarigan 1986: 86).

Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan
secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat
berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan
pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani,
1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai
suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan
kelompok.

Siswa

yang

mempunyai

keterampilan

setiap individu maupun
berbicara

yang


baik,

pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.
Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat
menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat

dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Pentingnya keterampilan berbicara
atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa
apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh
keuntungan sosial maupun profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbicara (Speaking Skill)
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008:16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa
berbicara


berkaitan

dengan

pengucapan

kata-kata

yang

bertujuan

untuk

menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan
pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia

waspada serta antusias ataukah tidak.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan
suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasangagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
sang pendengar atau penyimak.
B. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam
Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu:
memberitahukan dan melaporkan (to inform);

menjamu dan menghibur (to

entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya
suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu

begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan.

Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang telah disebutkan di atas yaitu:
1) Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan
hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik
pembicara maupun pendengar. Dalam hal ini, pembicara harus
berusaha berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi
pembicaraan
sampaikan

yang

akan

disampaikan,

agar

apa


yang

akan

di

terjaga keakurtannya. Pendengarpun biasanya berusaha

menangkap isi dari informasi yang di sampaikan dengan penuh
kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang Polisi mengenai
konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan seorang
Presiden mengenai kenaikan BBM.
2) Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
Berbicara

dengan

tujuan


menghibur

biasanya

bersuasana

santai, rileks, dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan
utama. Akan tetapi, seorang pembicara berusaha berbicara agar mampu
membuat pendengarnya senang gembira, dan bersuka ria dengan apa yang
pembicara sampaikan. Contoh berbicara menghibur ini antara lain:
lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu
Nawas, dll.
3) Membujuk, Mengajak,dan Mendesak, (to persuade)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadangkadang terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan
atau motivasi kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang,
kebutuhan, harapan, serta memberikan inspirasi agar pendengar mampu
melakukan segala apa yang disampaikan pembicara. Contohnya yaitu:
Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada Karyawan-karyawannya,
agar mereka mampu meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi.

Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas mengerjakan
tugas.
4) Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya.
Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju

menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam
pembicaraan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada
argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung
jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato seorang caleg kepada
masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya sebagai anggota
legislatif.
C. Fungsi Berbicara
Fungsi umum berbicara adalah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara erat
kaitannya dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota
masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada
penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan dan
keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi manusia dalam kelompok masyarakat
tergantung pada tutur kata yang digunakan, karena keselamatan orang itu ada pada
pembicaraannya.

Adapun menurut Halliday dan Brown (dalam Tarigan, 2008:12-15), fungsi
berbicara dapat dikelompokan menjadi tujuh, yaitu :
1) Fungsi

instrumental,

yaitu

bertindak

untuk

menggerakan

serta

memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu
terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan menimbulkan suatu
kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan
memberikan nasiha-nasihat, perintah-perintah, serta larangan-larangan

kepada bawahannya.
2) Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwaperistiwa. melalui ini,

berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan,

pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah keputusan seorang
pengusaha yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.
3) Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat
pernyataan-pernyataan,

menyampaikan

fakta

dan

pengetahuan,

menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan.sebagai contoh, seorang
Penyiar yang menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang

mendeskripsikan tentang suatu benda kepada murid-muridnya.
4) Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin
pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran
komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru yang memberikan

permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang
disampaikan.
5) Fungsi

personal

menyatakan

merupakan

penggunaan

bahasa

untuk

perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang

terkandung dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi
Anaknya karena tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.
6) Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan
pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan
dalam pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang
bertanya kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen
sedang menerangkan.
7) Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan
sistem-sistem atu gagasan-gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu
yang

mendongeng

kepada

Anaknya,

tentang

cerita

Sangkuriang

atau Malinkundang.
D. Faktor penunjang kegiatan berbicara
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan,
meliputi
a) ketepatan ucapan,
b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c) pilihan kata,
d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi
f) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
g) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
h) kesediaan menghargai orang lain,
i) gerak-gerik dan mimik yang tepat,
j) kenyaringan suara,
k) kelancaran,
l) relevansi, penalaran,
m) penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan
non kebahasaan (nonlinguistik).

E. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan
pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu ;
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang
berasal dari luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya
lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh.
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya
dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan
yang tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan.
B. Saran
Meningkatkan kemampuan berbicara sangatlah penting dalam menunjang
setiap aktifitas yang ada. Kemampuan berbicara yang baik tentu akan mendukung
kesempurnaan

aktivitas

tertentu.

Berbicara

adalah

suatu

cara

manusia

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan.
Dalam meningkatkan kemampuan berbicara, diperlukan adanya strategi-strategi yang
mendukung. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Delvina, reza. 2016. “makalah keterampilan berbicara”
http://rezadelvina12.blogspot.co.id/2016/10/makalah-keterampilan-berbicara.html.

(Online). Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:00
Amri, zaenul. 2015. “makalah bahasa indonesia”
http://zaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-bahasa-indonesia-tentang.html.

(Online). Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10
Nuriah, eshinta. 2015. “makalah keterampilan berbicara”
http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keterampilan-berbicarabahasa.html. (Online). Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10