Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Isl

ILMU PENGETAHUAN (SAINS) DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Studi Islam
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A

Disusun Oleh
Nama : Tufaila Thursina
Nim : 11170140000018

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
2017

BAB I
PENDAHULUAN
IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tentu bukanlah hal yang tabu bagi
masyarakat di zaman modern ini. Hal ini terbukti dari hampir setiap kegiatan yang kita lakukan
sehari-hari memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh seperti smartphone, televisi,
laptop dan di tambah lagi dengan ada nya kemajuan di bidang internet. Hampir seluruh orang di
dunia mengetahui apa itu internet dan bahkan mereka menggunakan fasilitas internet tersebut.
Di zaman yang semuanya serba instan saat ini kita bisa melakukan apa saja hanya dengan satu

sentuhan.
IPTEK sangat banyak manfaat nya bagi kehidupan manusia dan bahkan kita dapat
mengubah dunia hanya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi disamping itu iptek juga
memiliki sisi negatif yang sangat berbahaya bagi akal, pikiran, dan tubuh manusia itu sendiri.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karna banyaknya penyalahgunaan akan pengetahuan dan teknologi
tersebut bahkan dapat berdampak pada akhlak, moral dan akidah yang menjadikan masyarakat
resah akan peristiwa ini.
Melihat problematika tersebut maka kita harus mengingat kembali pada agama atau
keyakinan yang berfungsi sebagai pondasi dimana didalamnya sudah terdapat aturan dan
batasan-batasan dalam menjalankan kehidupan, yaitu agama Islam.1 Islam merupakan agama
yang sangat memperhatikan segala aspek kehidupan dan segalanya telah diatur sesuai dengan
perintah dari Allah SWT, termasuk pada perkembangan IPTEK, ketika IPTEK disalahgunakan
maka itu merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai oleh Allah SWT
Perhatikan Firman-Nya :

‫صي يب ن ن‬
‫ة َون ن‬
‫ماَ َآ ننتاَ ن‬
‫ن‬
‫خنر ن‬

‫دانر َا يل ن م‬
‫ك َ م‬
‫س َن ن م‬
‫ه َال د‬
‫ك َالل ه‬
‫نواب يت نمغ َفمي ي ن‬
‫ل َت نن ي ن‬
‫م ن‬
‫الدنياَ َوأ نحسن َك نماَ َأ ن‬
‫ك َون ن‬
‫ه َإ مل ني ي ن‬
ِ‫د َمفي‬
‫ل َت نب يمغ َيال ن‬
‫س‬
‫ح‬
‫ساَ ن‬
‫ي‬
‫ف ن‬
‫ن‬
‫ن َالل ه‬

‫دين ن ي م ي ن‬
‫ن‬
‫ا يل ن‬
‫ه َ ن‬
‫ن‬
‫م ي‬
‫ر‬
‫ل َي ه م‬
‫ف م‬
‫ح د‬
‫ض َإ م د‬
‫ب َال ي ه‬
‫ن َالل ن‬
‫سد مي ي ن‬
‫ي‬
‫م‬
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai”. (QS:

al-Qasas (28) : 77)
1 Lihat Dr. Zaghlul An-Najjar, Pembuktian SAINS dalam SUNNAH, hal 14 .

Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam
hadist : Rasulullah saw bersabda : "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin
maupun muslimah)." (HR. Ibnu Majah).
Di dalam islam terjadi beberapa alasan umat islam untuk menuntut ilmu, di antaranya :
1.
2.
3.

Al-Qur’an menyuruh umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Islam adalah ajaran yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan.
Islam banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang menguasa berbagai macam ilmu. 2

2Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 362.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian dan Tujuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Islam

Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang mengandung berbagai arti, antara lain :
knowledge (pengetahuan), lore (adat dan pengetahuan), cognizance (pengetahuan),
acquaintance (kenalan), information (pemberitahuan), cognition (kesadaran), intellection
(kepandaian), dan perception (pendapat). Jamak dari ‘ilm adalah ‘ulum yang berarti science, dan
al-‘ulum yang berarti natural science (ilmu alam). 3
Dalam bahasa Indonesia, ilmu diartikan pengetahuan atau kepandaian (baik tentang segala yang
masuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan alam dan sebagainya). Menurut konsep
umum ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang berkaitang dengan
indra manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal
atau proses berpikir (logika). Dan pengetahuan adalah sesuatu yang di ketahui.
Tetapi menurut para ahli ilmu dengan pengetahuan sangat berbeda.Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang di ketahui atau pengetahuan pada umumnya yang bersifat pendapat umum
yang belum di buktikan kebenarannya berdasarkan dalil-dalil, fakta, dan pengujian, serta belum
tersusun secara sistematis.4 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang terjadi melalui informasi
dari mulut ke mulut atau tulisan yang belum teruji kebenarannya. Ilmu pengetahuan adalah
kebalikan dari pengetahuan yang sudah didukung oleh dalil-dalil, data, fakta, pengujian dan
pembuktian kebenarannya, serta disusun secara sistematis.

Ilmu pengetahuan dapat pula disebut sebagai scientific knowledge, yakni pengetahuan yang
bersifat ilmiah, yang melalui proses penelitian, pembuktian, pengujian dan percobaan secara
mendalam, sistematik, komprehensif dan objektif dengan menggunakan berbagai metode dan
pendekatan ilmiah. Ilmu pengetahuan bersifat akademik dan ilmiah.
Menurut beberapa ahli, definisi ilmu pengetahuan adalah :
a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak
dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

3 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 362.
4 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 362

d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem
yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
e. Harsojo, menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu

pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan
alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji
dengan pengalaman praktis.5

Ilmu pengetahuan sebagai segala hal yang diketahui manusia dengan panca indra dan
intuisi serta sudah diproses sedemikian rupa sehingga objektif dan kebenarannya dapat diuji
secara ilmiah. Teknologi, dilain pihak merupakan salah satu produk dari ilmu pengetahuan yang
berwujud maupun berupa bentuk. Konsep umum dari munculnya Ilmu pengetahuan dan
teknologi awal mulanya adalah untuk memudahkan kehidupan manusia dan untuk menjelaskan
fenomena alam yang tadinya tidak dapat dijelaskan sehingga manusia memiliki tingkat
pemahaman yang lebih maju sekaligus komplek mengenai alam semesta.
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat
hubungan yang harmonis yang disebut “Dinul Islam” yang memiliki 3 unsur pokok yaitu akidah,
syariah, dan akhlak6. Dalam Q.S. Ibrahim (14) ayat 24-25 menjelaskan :

‫أن‬

‫د‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ة َك ن ن‬
َ
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
َ
‫ب‬
‫ر‬
‫ض‬
َ
‫ف‬
‫كي‬
َ
‫ر‬
‫ت‬
َ
َ‫لم‬

‫ة َط ني يب ن ل‬
‫م ل‬
‫مث نلل َك نل نم‬
‫ن‬
‫جنرةة َط ني يب نةة‬
‫ن‬
‫ش ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫سماَمء‬
‫ت َوننفر ه‬
‫عهُاَ َمفىِ َال د‬
‫أصَهلهُاَ َثاَب م ت‬
Artinya “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.”


‫تؤُتىِ َأ ه‬
‫ب َالل ده َا ن‬
‫ن‬
‫ه‬
‫ه‬
‫لمثاَ ن‬
‫د‬
‫ل‬
ِ‫إذ‬
‫ب‬
َ
‫ن‬
‫حي‬
َ
‫ل‬
‫ك‬
َ
َ‫لهُا‬
‫ك‬
‫ه‬

‫ن َنريبهُاَ ۗ َ َوننيضَرم ه‬
‫ه‬
‫م‬
‫ة م م‬
‫س َل نعنل دههُمَ َي نت نذ ن د‬
‫ن‬
َ‫مللننا‬
‫كرو ن‬
‫م‬
Artinya “ (Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah
membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan
5 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M.Eng.Sc Islam untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi hal 10.
6 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M.Eng. Sc Islam untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi hal 15.

kualitas ibadah kepada Allah SWT yang merupakan tujuan dari adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Selain meningkatkan martabat dan kualitas ibadah, IPTEK juga bertujuan untuk
mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan,mengupayakan terciptanya keadaan hidup yang
makin nyaman dan sejahtera, baik secara fisik,materi, ekonomi bahkan spiritual. Disamping itu
ilmu pengetahuan dan teknologi harus mendorong kehidupan manusia lebih dekat,beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.7
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam harus ditujukan untuk mmbawa manusia
semakin bertakwa kepada Allah SWT,karena melalui berbagai teori ilmu pengetahuan yang di
peroleh dari pengamatan, penelitian dan percobaan terhadap berbagai tanda kekuasaan Allah
yang terdapat di alam jagat raya. Seorang peneliti yang menghasilkan teori ilmu pengetahuan
sebenarnya bukanlah sebagai pencipta teori ini, melainkan berperan sebagai penemu yang
diciptakan oleh Allah SWT.

B. Faktor- Faktor yang Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dalam Islam.
1.

Faktor Ajaran Islam

2.

Faktor Lingkungan dan Budaya

Ayat yang pertama kali turun, yakni surat al-Alaq (97) ayat 1-5 berisi perintah membaca
dalam arti yang seluas-luasnya, yakni membaca yang tertulis dan yang tidak tertulis (Al-Qur’an),
fenomena alam jagat raya dan fenomena sosisal, dengan cara mengobservasi,
mengenali,mencari unsur-unsur persamaan dan perbedaan, menganalisis dan menyimpulkan
yang selanjutnya menjadi teori, dan dari teori dapat dirumuskan menjadi ilmu pengetahuan.
Dalam ayat ini terdapat juga kata qalam yang secara harfiah berarti pena atau alat tulis, dalam
arti lebih luas berarti menulis, mencatat, merekam, memotret, menyimpan dan
memasukkannya dalam program yang dapat diakses secara lebih luas. Selain itu terdapat juga
ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk melakukan penelitian, penggunaan
pancaindranya untuk melakukan pengamatan dan akal pikirannya untuk merumuskan berbagai
teori atau konsep ilmu pengetahuan.8

Walaupun Islam lahir di Mekkah dan berkembang di Madinah, namun praktiknya banyak
berkembang diluar Mekkah dan Madinah, Islam malah menyebar ke Baghdad, Mesir, Persia
yang di masa lalu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan , kebudayaan dan
peradaban. Itulah sebabnya para ilmuwan dalam berbagai bidang pengetahuan seperti al7 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M.Eng. Sc Islam untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi hal 17.
8 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 369.

Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Ibnu Rusy, al-Razi, Ibnu Tufail, al-Khawarizmi dan lainnya
adalah berasal dari berbagai daerah diluar Mekkah dan Madinah. 9

3.

Semangat Berlomba-lomba Mencapai Kemajuan

Semangat untuk mencapaia kemajuan dari maasing-masing negra Islam, terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Beberapa pusat peradaban Islam seperti
Baghdad, Spanyol dan Mesir misalnya ingin mencapai keunggulannya masing-masing dengan
memajukan ilmu, kebudayaa dan peradaban Islam.10

4.

Tradisi Ilmiah yang Kuat

Tradisi mencintai ilmu pengetahuan, membaca dan menulis, meneliti, membangun
lembaga pendidikan, mengoleksi buku, manuskrip dan membangun perpustakaan,
menerjemahkan manuskrip, mewakafakan tanah dan segala sesuatu untuk pendidikan, menulis
buku, puisi syair dan lainnya. Tradisi ilmiah seperti inilah yang sudah memudar pada masyarakat
Islam, sehingga menurunkan produktivitas dalam menghasilkan berbagai karya ilmiah, temuan,
kebudayaan, dan peradaban.11

5.

Kegiatan yang Berbasis pada Ilmu Pengetahuan

Islam mewajibkan penganutnya untuk melakukan kegiatan apa saja yang berbasis pada
ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui melakukan riset, bacaan, latihan dan lainnya. Islam
melarang penganutnya bersikap taqlid, yakni mengikuti kebiasaan orang lain tanpa tau dasar
pengetahuan dan menganggap setiap amal perbuatan yang tidak disertai ilmu pengetahuan
akan tertolak.12

6.

Hal-hal yang Bersifat Pramagtis

Dalam rangka membangun dan memakmurkan dunia Islam yang sudah demikian luas, di
perlukan sejumlah tenaga ahli dalam berbagai bidang untuk keperluan membangun
infrastruktur, sarana prasarana, system pemerintahan ekonomi dan lain-lain sebagainya. Untuk
keperluan ini diperlukan para ahli ilmu pengetahuan. Oleh karena itu itu umat islam mendorong
kepada masyarakat untuk mendalam illmu pengetahuan dengan berbagai cara, antara lain
melakukan penggambaran atau berkelana keberbagai belahan dunia untuk mencari ilmu,
melakukan penerjemahan, dan lain sebagainya.13

7.

Pandangan yang Bersifat Integrated, Komprehensif dan Holistis

9 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 370.
10 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 371.
11 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 372.
12 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 372.
13 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 373.

Umat islam pada waktu itu memandang bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan
merupakan perintah agama yang bersifat ibadah dan amal shaleh. Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan mempelajari berbagai fenomena alam dan sosial adalah sama dengan
membaca ayat-ayat Allah arena berbagai fenomena alam jagat raya juga merupakan ayat Allah
yang bersifat kosmologis atau ayat yang bersifat kauniyah. Mereka misalnya mengetahui
penciptaan langit dan bumi beserta isinya serta pergantian siang dan malam merupakan
fenomena yang menarik diselidiki.14

8.

Terjadinya Asimilasi antara Bangsa Arab dan Bangsa Lain.

Asimilasi dengan bangsa lain membuat perkembangan ilmu pengetahuan cukup
terbantu. Salah satunya adalah asimilasi dengan Persia, yang pengaruhnya sangat kuat di bidang
pemerintahan. Selain itu, juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh
India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi, sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemahan-terjamahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.15

9.

Gencarnya Gerakan Penerjemah

Dalam proses terjemahan ini dilakukan dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut:
 Pada masa Khalifah Al-Mansyur hingga Harun ar-Rasyid. Pada fase ini penerjemahan
didominasi oleh karya-karya di bidang astronomi dan mantik.
 Pada masa Khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan
adalah bidang filsafat dan kedokteran.
 Setelah tahun 300 H. Dalam fase ini proses penerjemahan semakin berkembang, terutama
setelah adanya pembuatan kertas.16

10.

Berkembangnya Kebudayaan Islam secara Mandiri

Hal ini ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam,
madrasah-madrasah dan universitas-universitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang seiring
dengan perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat
cepat. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan
antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dan unsur-unsur yang berasal dari luar,
14 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 373.
15 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 45.
16 Lihat Prof. Raihani, Buku Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Multikultural, hal 83.

yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, dan India dan unsur budaya lainnya. Kemudian,
dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima
saja unsur budaya dari luar itu, tetapi juga mengembangkannya lebih jauh sehingga kemudian
warna dan unsur-unsur Islamnya tampak lebih dominan dalam perkembangan Ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-Kemajuan tidak hanya dalam ilmu pengetahuan
keagamaan saja, tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. 17

Motivasi yang di berikan oleh Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan itu mengandung
dua pendekatan pokok, yaitu :

1.

Pendekatan Hukum

Al-qur’an secara tegas memerintahkan kepada manusia untuk menuntut ilmu
pengetahuan,baik pengetahuan tentang wahyu maupun pengetahuan tentang sunnatullah.
Perintah Al-Qur’an menuntut pengetahuan tentang wahyu diantaranya terdapat dalam firmanNya :

‫ن‬
‫ن َقنب يل م ن‬
‫سأ نهلوا‬
‫جاَلل َهنو م‬
‫سل ينناَ َ م‬
‫ك َإ مدل َرم ن‬
‫مَ َنفاَ ي‬
‫ماَ َأير ن‬
‫حيِ َإ مل ني يهُم ي‬
‫ون ن‬
‫م ي‬
‫ل َالذ يك مي‬
‫مَ َ ن‬
‫ َأ نهي ن‬
َ‫مون نا‬
‫ر َإ م ي‬
‫ل َت نعيل ن ه‬
‫ن َك هن يت ه ي‬
‫باَل يبيناَت َوالزبر ۗ َوأ ن‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ن‬
‫ي‬
َ‫ما‬
َ‫نا‬
‫لل‬
َ ‫ن‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ل‬
َ ‫ر‬
‫ك‬
‫ذ‬
‫ك َال‬
‫ي‬
‫ل‬
‫إ‬
َ َ‫نا‬
‫ل‬
‫ز‬
‫ن‬
‫م‬
‫م‬
‫د‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ن‬
‫س َ ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫م نين م ن د ه م ن‬
‫م‬
‫م‬
‫ن هيز ن‬
‫ن‬
‫مَ َونل نعنل دههُمَ َي نت ن ن‬
‫فك دهرو ين‬
‫ل َإ مل ني يهُم ي‬
Artinya “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika
kamu tidak mengerti”.
“Dengan membawa keterangan-keterangan(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan
kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yyang telah di
turunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
(QS : an-nahl(16) : 43-44).
Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan Bukhari dari Jundub, Nabi Saw bersabda :
17 Lihat Prof. Raihani, Buku Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Multikultural, hal 87.

“ Bacalah, pelajarilah Al-Qur’an apa yang dapat kamu camkan dalam hatimu, dan apabila kamu
berselisih tentang makna yang terdapat di dalamnya, maka tahanlah(agar tidak menjurus
kepada keburukan)”(HR Bukhari)
Dalam sebuah Hadist yang sangat populer, yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah SAW
bersabda :
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Isam, baik laki-laki maupun wanita”
Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah jauh lebih banyak dan
lebih tegas. Diantara ayat-ayat tersebut terdapat firman-Nya :

‫ت َوايل ن‬
‫ماَ ن‬
ِ‫ماَ َت هغيمني‬
‫ر‬
‫ذِا َمفيِ َال د‬
‫ض َون ن‬
‫س ن‬
‫ل َان يظ ههروا َ ن‬
‫قه م‬
‫ماَنوا م ن ي م‬
‫ن‬
‫ت َنوالن دذ ههر َع نن ي ن‬
‫م َنل َي هؤُ ي م‬
‫مهنو ن‬
‫ايلنياَ ه‬
‫قو ي ة‬

Artinya “ Katakanlah: “ perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda-tanda kekuasaan Allah dan rasu-rasuk yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman”.
(QS: Yunus (10) : 101 ).18

2.

Pendekatan Nilai

Berdasar pendekatan Islam terhadap ilmu pengetahuan adalah karena besarnya nilai
ilmu pengetahuan bagi manusia. Ilmu laksana cahaya, pelita yang menunjuki manusia dalam
gelap, yang meluruskan manusia dari kesesatan, yang menyelamatkan manusia dari
kehancuran. Islam menunjukkan nilai ilmu pengetahuan itu agar manusia tertarik untuk
mempelajarinya, mengkajinya, karena tanpa ilmu manusia tidak mempunyai arti apa-apa. Tanpa
ilmu manusia akan berbuat sesuka hatinya, tidak memiliki perhitungan benar atau salah , baik
atau buruk, bermanfaaf atau sia-sia atau bahkan merugikan. Tanpa ilmu manusia dapat tersesat
tanpa ia sadari, dapat berlaku zalim tanpa disesali.19
Banyak ayat yang memotivasi manusia untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan menunjukkan nilai ilmu bagi manusia. Diantara ayat-ayat tersebut adalah
firman-Nya :
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan padamu: “Berlapang-lapanglah kamu dalam
majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

18 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M. Eng. Sc, Buku Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi, hal 15.
19 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M. Eng. Sc, Buku Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi, hal 17.

yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS: AL-mujadalah(58): 11)
Al-Qur’an juga membuat pembandingan nilai antara orang yang berilmu pengetahuan
dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah :
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan oran yang melihat”
“Dan tidak (pula) sama antara gelap gulita dengan cahaya”
(QS: al-Fathir(35) : 19-20)

C.
1.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam.
Ilmu Pengetahuan pada Masa Rasulullah SAW.

Pada masa Rasulullah SAW, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmuilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu-ilmu lainnya
tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu pun mulai terjadi
proses pengkajian ilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang
dikembangkkan oleh para sahabat Rasulullah.
Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan
sebutan kaum Jahiliyah. Hal ini disebabkan karena bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu
pengetahuan dan kepandaian yang lain. Keistimewan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang
syair-syair jahili yang disebaran secara hafalan. Dengan kenyataan itu maka diutuslah nabi
Muhammad SAW dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak baik akhlak yang berhubungan
dengan tuhan maupun yang berhubungan dengan manusia.
Demikian pula dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasul sangat besar.
Rasulullah SAW memberi contoh revolusioner sebagaimana seharusnya mengembangkan ilmu.
Diantara gerakan yang dilakukan Rasulullah adalah budaya membaca, karena dengan membaca
manusia bisa membebaskan diri dari ketidaktahuan.20 Membaca merupakan pintu bagi
pengembangan ilmu. Rasulullah juga memerintahkan kepada para sahabat untuk menghafal
Al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurnian dan juga dapat memahami ayat-ayat AlQur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/mencatat wahyu pada kulit,
tulang, pelepah kurma dan lain-lain.
Dengan bimbingan nabi Muhammad SAW ini, telah mendorong semangat belajar
membaca, menulis dan menghafal, sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan
kepandaian baca-tulis. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak
hanya beriman tetapi juga berilmu.

20 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 37.

2.

Pada Masa Khulafaurrasyidin.

Pada masa ini sering disebut dengan masa klasik awal (650 – 690 M). Pada masa klasik
awal ini,merupakan peletakan dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama 40 tahun.
Seperti yang telah dijelaskan diawal, bahwa diantara kemajuan yang dicapai dibidang ilmu
pengetahuan dan sains pada masa ini adalah terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an
dan Hadist nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, mu’amalah dan kisahkisah dalam Al-Qur’an. Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa, pada masa ini telah ditanamkan
budaya tulis dan baca. Dengan budaya baca tulis maka lahirlah orang pandai dari para sahabat
rasul, diantaranya Umar bin Khatab yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan jenius pada
ilmu pemerintahan, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan tafsir.
Diantara ahli tafsir dimasa itu adalah khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali),
Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Ka’ab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah
bin Zubair.21 Dan dari kalangan khalifah empat yang paling banyak dikenal riwayatnyatentang
tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.Ibnu Abbas adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus
murid dari Rasulullah. Ia dikenal sebagai ahli bahasa/penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah sahabat
yang paling pandai/tahu tentang tafsir Al-Qur’an. Dia mempunyai biografi yang menunjukkan
kebolehan ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian secara mendalam
tentang rahasia-rahasia Al-Qur’an.22

3.

Pada Masa Bani Umayyah.

Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah
masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya;
serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba ,Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh
Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu
Muawiyah I. Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua
yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 – 750 M) dan
berpusat di Damaskus. Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan sangat besar.23 Penyusunan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan dilakukan
pembidangan ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf
dan lain-lain.

21 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 39.
22 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 40.
23 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 42.

4. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa
asing, seperti ilmu mantiq,kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang
berhubungan dengan ilmu itu.24
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan
karakteristiknya, kesemuanya saling bahu-membahu satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu
tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk
kedalam bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan.
Akan tetapi, golongan yang sudah biasa dengan keahlian ini adalah golongan non-Arab yang
disebut Mawali. Sedangkan bangsa Arab disibukkan dalam pimpinan pemerintahan. Maka dapat
kita ketahui tokoh-tokoh ilmu nahwu seperti Sibawaihi, Al-Farisy dan Al-Zujaj yang kesemuanya
mawali. Demikian juga tokoh Hadits, seperti Al-Zuhry, AbuZubair Muhammad bin Muslim bin
Idris, Bukhary dan Muslim. Hal itu dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pada masa itusudah
bersifat internasional. Penduduknya meliputi puluhan bangsa,menganut bermacam-macam
agama, yang kesemuanya disatukan dengan bahasa Arab.

D.

Berbagai Macam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam.

Berbicara tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbagai
cabangnya mengharuskan adanya pembicaraan tentang sumber ilmu (ontologi) cara
mengembangkan ilmu (epistimologi) dan nilai atau manfaat ilmu (aksiologi). Sumber ilmu
pengetahuan menurut islam antara lain :






Al-Qur’an, Al-Sunnah, Hadist (ayat qauliyah)
Alam jagat raya( ayat kauniyah)
Perilaku masyarakat ( ayat insaniyah)
Akal pikiran ( al-ra’yu)
Intuisi atau Ilham

Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam
alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan
peraturan-Nya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.
Ayat insaniyah ayat yang diturunkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, membimbing
dan memelihara sifat-sifat humanistik-nya serta menjaga dari kedurjanaan sifat hewani agar
tidak mengalahkan sifat kemanusiaannya. Untuk itu, maka disyariatkanlah semua bentuk ibadah
24 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 42.

bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan rohaninya. Dengan demikian manusia bukan
semata-mata raga yang terdiri dari unsur tanah yang membutuhkan makan, minum dan nikah,
tetapi ia juga ruh yang luhur yang menempati raga itu.

1.

AL-Qur’an dan Al- Sunnah sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan.

Dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber yang di damping oleh Hadist, maka
akan lahirlah ilmu agama, seperti tafsir, Hadist, qalam dan akhlak atau yang selanjutnya disebut
Ilmu Agama. Al- Qur’an sebagai sumber pengetahuan, dijelaskan oleh ayat antara lain :
“ Alif laam raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab ( Al-Qur’an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya,
Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
(QS : Yusuf (12) : 1-2)”
“ Dengan membawa keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan
kepada mu Al-Qur’an, agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan. (QS; An-Nahl (16): 44)”
Didalam ayat tersebut ada tiga hal yang perlu di catat. Pertama, berkaitan dengan
kedudukan Al-Qur’an sebagai ayat Allah SWT, yang pasti dan mutlak benar, karena berasal dari
Yang Mahabenar, yakni Allah SWT. Kedua, berkenaan dengan kedudukan Nabi Muhammad SAW
(Hadist) sebagai penjelas terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat global, umum, dan
mengandung arti lebih dari satu. Hadist berfungsi untuk memberikan batasan terhadap ayat AlQur’an yang bersifat umum, misalnya Hadist yang menjelaskan tentang ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang haramnya bangkai secara umum, lalu diberikan pengcualian oleh Hadist
tentang bangkai yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang dan hadist yang
menjelaskan tentang ayat Al-Qur’an yang mengandung arti lebih dari satu, seprti ayat tentang
quru’ yang dapat berarti suci dan dapat berarti tidak hamil. Ketiga, berkaitan dengan perintah
untuk memikirkan dan memahami kandungan Al-Qur’an tersebut sehingga dapat dipahami,
dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa Al-Qur’an
adalah kitab suci yang mengandung isyarat tentang berbagai kehidupan manusia yang dalam
tataran implementasinya membutuhkan pemikiran dan pemahaman dari manusia.25
Pada hakikatnya perkembangan sains dan teknologi tidak bertentangan dengan agama
Islam, karena Islam adalah agama yang rasional yang lebih menonjolkan akal dan dapat
diamalkan tanpa mengubah budaya setempat.

25 Lihat Prof.DR.H.Abuddin Nata, M.A, Studi Islam Komprehensif, hal 378.

Surat Al-Alaq merupakan ayat 1-5 merupakan dasar sains dan teknologi dalam Islam,
allah memerintahkan kita membaca, meneliti, mengkaji, dan membahas dengan kemampuan
intelektual. Surat ini merangsang daya kreativitas untuk berinovasi, mengembangkan keimanan
dengan rasio dan logika yang dimiliki manusia. Kewajiban membaca dan menulis
( memperdalam sains dengan teknologi) menjadi interen Islam dan penguasaan dan
keberhasilan suatu penelitian atas restu Allah.
Dalam pendangan islam Ilmu adalah suatu pencarian religius yang wajib dilakukan setiap
Muslim yang pada hakikatnya hal ini adalah keperluan manusia untuk menyelaraskan dan
keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Dari berbagai ayat Al-Qur’an dan Hadist diatas
secara tegas membuktikan bahwa menuntut ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam bukan
hanya ditujukan pada ilmu agama. Hal ini misalnya ditujukan untuk ungkapan “negeri cina”
dalam hadist “Tuntutlah ilmu walau samoai ke negeri Cina”. Cina tentunya bukan tempat yang
cocok untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam tapi perjuangan untuk sampai ke negeri Cina lah
yang di tujukan, karena pada saat itu Cina dalam masa maju-majunya tentang perkembangan
sains dan teknologi.26

2.

Alam Jagat Raya sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan.
Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta

yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah SWT
didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang memberikan
informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari gas-gas dan
pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi
maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan bahwa
alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu

26 Lihat DR. Muh Nisdar, M.Ag, Sejarah Pendidikan dalam Islam, hal 65.

mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan
kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa
matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar mengelilingi sumbunya
sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya dengan kecepatan tinggi itu, maka
terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda angkasa
lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah
lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati
garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang
hanya diketahui oleh Allah SWT. 27



Penciptaan Alam Semesta Dalam Enam Masa

‫شد ن ي ل ن‬
‫نءأ ننت ن‬
‫م ن‬
◊‫واهاَ ن‬
‫سمآهء َنبنناَهاَ ن◊ َنرفن ن‬
‫مَ َأ ن د‬
‫كهُناَ َفن ن‬
‫ع َ ن‬
‫م َال ن‬
‫س ي‬
‫يه ي‬
‫س د‬
‫خلقاَ َأ م‬
‫د َنذِال ن ن‬
◊َ‫ها‬
‫ش َل ني ينلهُناَ َنو َأ ي‬
‫حاَ ن‬
‫ك َد ن ن‬
‫ض َب نعي ن‬
‫ج َ ه‬
‫خنر ن‬
‫ضحناَهاَ ن◊ َنوالير ن‬
‫نوأغ يط ن ن‬
‫جنباَ ن‬
َ‫م‬
‫منتاَ ل‬
‫مير ن‬
‫أ ي‬
‫ساَ ن‬
‫عاَ ن‬
‫من ينهُاَ َمآنء ن‬
‫ج َ م‬
‫خنر ن‬
‫ل َا نير ن‬
‫عاَل نك ه ي‬
‫هاَ◊ َ ن‬
‫هاَ◊ َنوال م‬
‫هاَ َون ن‬
َ‫م‬
‫ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ◊نولن ينعاَ م‬
‫مك ه ي‬
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya
27 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M.Eng. Sc Islam untuk disiplin Ilmu dan Teknologi hal 149.

gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua
itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”
(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau
kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan
berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu,
pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang
keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di
atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa
tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
A.

Masa I (ayat 27): Penciptaan Langit Pertama Kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big

bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di
angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar
dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium
dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi
berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2,
besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang

kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam
galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). 28

B.

Masa II (ayat 28): Pengembangan dan Penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”.

Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga
galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang
semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut
mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada
dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta mertater
bentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan
lainnya akan mengerut.29
C.

Masa III (ayat 29): Pembentukan Tata Surya Termasuk Bumi

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang
yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai
sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata
surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit
Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih
kecil.30
28 Lihat Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam hal 22.
29 Lihat Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam hal 24.
30 Lihat Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam hal25.

Seperti halnya Matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari
reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi.
Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan
bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi
karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar
1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada
Bulan itu sendiri.
D.

Masa IV (ayat 30): Awal Mula Daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan

superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”.

E.

Masa V (ayat 31): Pengiriman Air ke Bumi Melalui Komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula

terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi
dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan
yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada
air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya
lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan
pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

F.

Masa VI (ayat 32-33): Proses Geologis Serta Lahirnya Hewan dan Manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.”

Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan
munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika
superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada
artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi
gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda
dalam skala waktu geologi.31
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat ”Fushshilat” ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan
itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
3.

Diri Manusia sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Makhluk Tuhan yang bernama manusia, dalam perjalanan hidup dan kehidupannya telah
menerobos dinding dan ruang berbagai pengetahuan di alam semesta ini. Dengan sifat dan
tabi’at yang dimilikinya, manusia mengalami perkembangan pesat dan berperan penting dalam
ilmu pengetahuan baik di bidang pendidikan, ekonomi, budaya, politik, agama, dan berbagai
disiplin ilmu lainnya.
Manusia merupakan makhluk berbudaya, berbahasa, berbudi dan bermasyarakat.
Tentunya peningkatan ilmu pengetahuan dalam diri manusia merupakan suatu keharusan agar
bisa menjadi manusia seutuhnya. Kemandirian, kebebasan dalam berpendapat, kemampuan diri
dalam meningkatkan pengetahuan sangat dibutuhkan. Walaupun manusia sudah merasa pintar
dan mengetahui segala hal, namun masih tetap bisa ditingkatkan pada derajat yang lebih tinggi
lagi.

31 Lihat Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam hal 28.

Ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti pada satu titik, tetapi selalu berkembang sesuai
dengan ruang dan waktu. Itu menandakan bahwa manusia tetap harus mengembangkan ilmu
pengetahuan yang sudah ada. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam diri manusia berhasil
membuka wacana keilmuan di berbagai aspek kehidupan, sehingga manusia selalu berusaha
mengembangkan otak kanan dan kirinya demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari berbagai disiplin ilmu yang ada dan dengan beragam sumber ilmu pengetahuan itu
sendiri, ternyata manusia secara individu maupun kelompok merupakan salah satu target untuk
memunculkan sebuah disiplin ilmu. Artinya, salah satu sumber yang dapat dan perlu diteliti
adalah diri manusia itu sendiri.
Manusia merupakan aset keilmuan di berbagai bidang, baik pengetahuan alam, sosial
maupun yang lain. Jika manusia mau memperhatikan bagaimana mereka diciptakan dan
bermasyarakat, tentu akan mendapatkan berbagai penemuan luar biasa yang mampu
menyumbangkan beragam pengetahuan sebagai bahan dan sumber pengetahuan dalam
keilmuan.32
Penemuan ilmu pengetahuan dalam diri manusia pada hakikatnya adalah sebuah proses
seorang makhluk dalam menemukan Sang Kholiq (Tuhannya). Barang siapa yang mengenal
dirinya maka ia mengenal Tuhannya, karena manusia tidak bisa melepaskan takdir dirinya
sebagai makhluk Tuhan. Kita sering menemukan banyak orang yang visioner di dunia ini.
Mereka mampu memandang dan berpikir jauh ke depan, tapi sayangnya terkadang lupa dengan
sesuatu yang dekat atau mengabaikan hal-hal yang lebih penting dari yang dilihat awalnya.
Seperti pepatah, “semut di ufuk timur kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Manusia
sering mencari dan berusaha keras untuk menemukan pengetahuan baru yang lebih rumit dan
sulit, tetapi sesuatu yang dekat dan mudah tak jarang terlewatkan bahkan terlupakan. Segala
sesuatu yang ada dalam diri manusia perlu terus digali dan dipelajari.
Manusia telah berhasil membuka ‘rahasia demi rahasia’ alam, yang dibuktikan dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang telah ditemukan. Khusus yang berhubungan dengan manusia,
sebut saja ilmu biologi, anatomi, fisiologi, psikologi, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan lain
sebagainya. Meskipun beragam ilmu tersebut merupakan satu paket yang bersifat luas, namun
tentunya masih banyak hal yang membutuhkan pemahaman dan pengamatan secara lebih
detail sehingga merangsang manusia untuk terus berkarya dan berpikir lebih keras lagi.
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup secara individu dan bermasyarakat. Banyak
ragam hubungan antar-manusia, manusia dengan Tuhannya, dan manusia dengan makhluk
Tuhan lainnya yang bisa digali dan dipelajari untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Selain itu juga berguna untuk membuktikan bahwa manusia merupakan objek keilmuan yang
bisa menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan.33

32 Lihat Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam hal 30.
33 Lihat Ir. Hj. Rochmah N, M.Eng. Sc Islam untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi hal 112

4.

Akal sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan Manusia

Dalam mendapatkan pengetahuan, manusia menggunakan akal. Akal, ratio (Latin),
akal (bahasa Arab ‘aqli), budi (Sanskerta), akal budi (persatuan Arab dan Sansekerta),
nous (Yunani) , rasion (Prancis), reason (Inggris), adalah potensi rohaniah manusia sanggup
mengerti mengenai teori realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia,
karena manusia itu pandai berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya
dibentuk oleh pikirannya. Tidaklah mudah membuat definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Penganut teori filsafat idealis menilai, bahwa pengetahuan akal melebihi pengetahuan
pengalaman, sedangkan rasionalis kritis, mengatakan bahwa akal mengolah pengalaman sambil
meresap pada obyek itu sendiri.
Rasionalis berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Rasionalis tidak
mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman hanya dipandang sejenis perangsang bagi
pikiran, para penganut rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak pada ide
manusia. Jika kebenaran mengandung makna ide yang sesuai dengan kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh lewat akal budi saja.
Sebagaimana seorang tokoh filsafat, Leibniz mengatakan, bahwa pengetahuan inderawi pada
hakekatnya tak lain adalah pengetahuan budi, tetapi masih setengah tidur. Rupanya manusia
masih menerima kesan dari panca indera, namun dalam proses penyadaran yang dilakukan
secara filsafat. Nampaklah segala pengetahuan sudah tercakup dalam kehidupan batin kita,
yang semu

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2