BAB II KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia - Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014

BAB II KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia Kebijakan Pangan adalah kebijakan utama yang harus dimiliki oleh semua

  negara, karena kebijakan pangan merupakan suatu bentuku keputusan yang dimiiki oleh suatu negara dalam mengatur kebutuhan dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan.Di Indonesia kebijakan pangan mengalami banyak perubahan seiring dengan berjalannya pembangunan di Indonesia.Sejak Indonesia merdeka, yaitu rezim pemerintahan Soekarno Indonesia sudah mengenal kebijakan Kasimo sebagai cikal bakalnya lahirnya kebijakan pangan.Hingga sekarang pada pemerintahan Joko widodo dengan kebijakan pangan yang pro-kerakyatan dan petani. Adapu pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kebijakan politik pangan di Indonesia dan perkembangannya serta secara khusus menjelaskan apa yang menjadi kebijakan pangan pemerintahan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.

  A.1.Indonesia dan Pembangunan

  Indonesia adalah suatu wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan potensi alam lainnya, hal ini yang menjadi alasan oleh Belanda untuk menamakan kolonialismenya di Indonesia.Kedatangan Belanda ke Nusantara memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peta komoditi tanaman pangan Indonesia.Mereka bangsa Eropa lebih tertarik untuk membeli komoditi berupa rempah-rempah yang harganya cukup tinggi di Eropa.Posisi Nusantara (Indonesia) yang cukup strategis bagi para pedagang Eropa menjadi lahan persaingan dengan kongsi dagang lainnya di India dan kawasan Asia bagian Tengah lainnya. Untuk tanaman rempah-rempah, bangsa Portugis lebih condong mencari di Kawasan Indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat .Pada masa itu Indonesia berada di posisi yang sangat strategis bagi para pedagang- pedagang asing, daerah yang memiliki banyak pantai yang landai sehingga para pedagang dapat berlabuh dan diapit oleh Asia dan Australia. Keuntungan Indonesia bukan hanya posisinya yang sangat startegis Indonesia juga dilintasi oleh garis

19 Khatulistiwa dan sifat tanahnya yang memungkinkan bisa lebih banyak ditanami

  oleh jenis tanaman lain. Kaya akan sumber daya alam memunculkan keinginan Belanda untuk membentuk kolonialisme di Indonesia dengan menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan

  • – bahan produksinya, disebabkan kondisi geografis Belanda tidak dapat menghaislkan kebutuhan-kebutuhan pertanian.

  Kedatangan Belanda dengan konsep dagang VOC (Vereenigde Oostindische

20 Compagnie) menjadi salah satu indikator masyarakat Indonesia mengenal konsep

  19 dagang Modern dan pola pertanian modern. Pemerintahan VOC di Indonesia

  Khatulistiwa merupakan sebuah garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet.Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua bagian belahan bumi utara 20 dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulist iwa

  VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) adalah sebuah Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Vereenigde_Oostindische_Compagni. membentuk pembangunan dalam sarana dan prasaran dan mendidik masyarkat dalm mengenal teknologi pertanian. Pada awalnya VOC hanya mengeksplotasi sumber daya alam, dan pertanian namun niat VOC berubah dengan bmenjadikan Indonesia sebagai negara bagian dari Belanda.

  Proses perjuangan menuju kemerdekaan sangat sulit untuk diperoleh, setelah lepas dari kolonialisme Belanda, Jepang kembali menjajah Indonesia selama tiga tahun enam bulan, yang mengantarkan ide bahwa Jepang adalah saudara jauh, namun pada akhirnya memiliki niatan untuk memonopoli Indonesia sehinggan Jepang memiliki basis kekuatan di Asia tenggara. Namun Kolonialisme yang dilakukan Belanda menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara agraris, maritim dan industri yang berpengaruh di dunia internasional, karena Indonesia mengenal industri pertanian modern yang diajarkan oleh Belanda.

  Dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan pernah menjadi salah satu negera pengekspor beras dan minyak kelapa sawit di dunia industri pangan internasional, tak lepas dari pengetahuan yang diperoleh dari kolonialisme Belanda , dan peran para pemimpin bangsa yang memimpin Indonesia sejak awal kemerdekaannya hingga sekarang. Pemerintahan Soekarno menjadi Presiden yang membangun fondasi awal sektor pertanian Indonesia, dengan mendirikan lembaga yang mengontrol ketersediaan pangan dan bahan pangan di Indonesia yang menjadi

  21 Perum BULOG (Badan Usaha Logistik)

  Keberhasilan produksi pangan Indonesia mendunia seiring dengan berubahnya pemerintahan, swasembada beras pertama yang merupakan bagian dari pelita IV ( pembangunan lima tahun), yang di canangkan oleh presiden Soeharto dalam kabinet pembangunan IV merupakan indikator kemajuan Indonesia sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian memang menjadi fokus utama dalam PELITA IV yang merupakan bagian dari kebijakan Pemerintahan Soeharto.

  Kebijakan PELITA IV yang berfokus pada pembangunan pertanian ikut membangun ketahanan pangan Indonesia di era pemerintahan Soeharto, pada orde baru kasus krisis pangan jarang terjadi namun pada masa transisi antara orde baru dan reformasi gejolak dan kisruh yang terjadi membuat kondisi keamanan pangan menurun, sehingga harga kebutuhan pokok yang disebabkan kurangnya ketersediaan kebutuhan pangan dan kemampuan pemerintah dalam mengontrol kondisi negara pada masa itu.

  Reformasi lahir menjadi jawaban yang diharapkan rakyat setelah 30 tahun di pimpin oleh orde baru.Adanya masa transisi antara orde baru menjadi era penyesuaian Indonesia yang sebelumnya di pimpin dengan mekanisme otoriter menjadi Indonesia 21 yang memiliki demokrasi seutuhnya.

  Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967.Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi BUMN.http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Urusan_Logistik

  Bila melihat era transisi orde baru dan reformasi pemerintah yang masih disibukan dengan fokus perbaikan dan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan pasca kisruh dan chaos transisi orde baru ke reformasi, pemerintah lebih mengeluarkan kebijakan yang lebih mengutamakan perbaikan birokrasi dan kebijakan yang berhubungan dengan industri dan produksi dan melupakan jati diri Indonesia sebagai negara agraris. Kebangkitan Indonesia menjadi negara yang demokrasi seutuhnya setelah lepas dari bayangan otorirter era orde baru melahirkan isu kebangiktan pertanian dan ketahanan pangan.Hal ini mulai menjadi isu yang penting bagi calon pemimpin lainya dalam pemilihan umum.Pasca Indonesia dilanda bencana kelaparan pasca kekeringan khususnya daerah Indonesia timur dan Nusa tenggara.presiden SBY yang memerintah sebanyak dua periode mulai memperhatikan masalah krisis pangan yang dinilai tidak sesuai dengan wacana kebijakan ketahanan pangan SBY pada kedua periode kepemimpinan yaitu mencapai swasembada beras.

A. 2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

  Sejarah lahirnya kebijakan ketahanan pangan sudah ada sejak awal

  22

  kemerdekaan, presiden Soekarno mengeluarkan program kasimo Program ini bertujuan untuk pemenuhan swasembada pangan dengan meningkatkan produksi pertanian bila melihat kemasa kolonialisme Belanda, pemerintah Belanda pernah

  23 22 menjalankan kebijakan yang serupa yaitu kebijakan Olie vlek . Olie vlek adalah 23 Ibid hal 39 Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990Ekonomi orde baru.Jakarta.LP3ES.Hal 39 penyuluhan yang berupa upaya meningkatkan pertanian masyarakat Indonesia menuju yang lebih modern. Program kasimo yang dijalankan oleh presiden soekarno terbilang gagal, karena banyaknya kendala yang dihadapi pada masa itu selain rendahnya tingkat pendidikan pada masyrakat, secara umum kurangnya fasilitas yang mendukung menyebabkan gagalnya program ini. Soekarno kembali lagi mengeluarkan kebijakan BIMAS yaitu program (bimbingan masyarakat) yang kembali lagi gagal karena menilai bahwa program bimas sama seperti program kasimo sebelumnya, selain itu masyarakat beranggapan bahwa kebijakan ini lebih mementingkan kepentingan pribadi bila dibandingkan rakyat dan menyebabkan krisis pangan pada tahun 1963, sehingga presiden soekarno mengeluarkan kebijakan jagung

  24

  sebagai pengganti pangan Pasca berakhirnya pemerintahan Soekarno pada 12 Maret 1967, dan di gantikan oleh Soeharto maka berakhir juga program dan kebijakan ketahanan pangan Presiden Soeharto dan keluarnya kebijakan Soeharto

  25 yaitu PELITA .

  Pada era Pemerintahan Soeharto upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah menjadi fokus utama seiring dengan keluarnya program pembangunan lima tahun (PELITA) yang di bagi atas empat tahap yaitu I, II, III, IV yang berhasil membawa Indonesia kepada Swasembada beras pada tahun 1984. Dimana ada tiga tahap 24 pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dalam era pemerintahan orde baru 25 Ibid hal 40

  Pembangunan Lima Tahun/PELITA, suatu strategi pembangunan pada zaman pemerintahan Soeharto di Indonesia yang diwujudkan dalam Kabinet Pembangunan Ibid Hal 39 yaitu, 1967-1978 (fase konsolidasi), 1984 (fase swasembada beras), dan yang terakhir adalah fase yang tidak tercapai diakibatkan gagalnya PELITA yang seharusnya

  26

  tinggal landas menjadi tinggal kandas . Upaya presiden Soeharto dalam program swasembada beras membuahkan penghargaan dari FAO (Food Agriculture

  

Organization ) yang menjadi kunci sukses presiden Soeharto dalam menghasilkan

  swasembada beras pada tahun 1986 adalah kebijakan dan program pertanian nyang secara spesifik didalam pelita IV dalam hal teknologi dan revolusi biologi sehingga menghasilkan bibit unggul dan program dalam mendistribusikan hasil pertaninan sehingga kebutuhan masyarakat akan beras terpenuhi dan berswasembada. Upaya presiden Soeharto dengan IPB (Institut pertanian Bogor ) dalam meningkat kualitas

  27 .

  bibit padi dan menghasilkan variets unggul disebut sebagai “Revolusi Hijau” Berakhrinya pemerintahan Soeharto 21 Mei 1998 Indonesia memasuki masa transisi yang ememrlukan adanya penyesuaian antara era orde baru dan reformasi.

  Pada masa transisi dari era orde baru ke reformasi, Indonesia berada di posisi yang fluktatif dengan hadirnya sejumlah tekanan-tekanan dari dalam masyrakat dan demonstrasi yang menuntut adanya pembaharuan, sehingga harga kebutuhan pokok melambung tinggi dan isu keamanan pangan semakin menambah kekacuan di 26 lingkungan masyrakat.Stabilisasi harga ternyata harus ditebus cukup mahal dengan 27 Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia.Jakarta.Kompas. Hal 5-12 Istilah Revolusi Hijau di kemukakan oleh salah satu staf USAID, William S.Gaud pada tahun 1968 semula

  istilah itu digunakan untuk menyambut pemulian bibit varietas unggul gandum dan padi yang dampaknya akan mampu menggoyang “Revolusi Merah” Komunisme Internasional. Francis Wahono. 1994. “Dinamika Ekonomi Desa sesudah 25 tahun Revolusi Hijau

  .” Dalam Prisma, edisi 3 maret 1994.Jakarta.1994.Prisma hal 3-21 meminimalkan peran pemerintah (intervensi), termasuk menanggalkan peran

  28

  bulog.Penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada tanggal 21 Oktober 1997 yang di dalamnya berisikan poin penting di bidang kebijakan pertanian.Bulog harus meninggalkan praktik monopoli beras dan peran pengawasan terhadap harga -harga produk pertanian ataupun kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkeh, kedelai, dan lain-lain.Dalam hal ini, pemerintah tidak lagi diberikan wewenang untuk melakukan kontrol (intervensi) langsung atas harga komoditi-komoditi utama pangan.Pasca kejatuhan presiden Soeharto lahirlah kebijakan baru dari sektor industri pangan yaitu menyerahkan kendali terhadap produksi dan pasar pangan kepada mekanis pasar yang liberal.

  Sedangkan pada era Reformasi adalah era dimana pemerintahan reformasi melanjutkan kembali sejumlah poin kesepakatan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia yang tertuang di dalam LoI dengan IMF. Melalui Undang- Undang No 23 Tahun 1999, dilakukan penghapusan fasilitas pemberikan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang selama ini melekat pada Bulog. KLBI merupakan fasilitas finansial yang diberikan kepada Bulog untuk membeli kelebihan produksi beras yang dihasilkan oleh petani.Praktis dengan begitu, Indonesia tidak lagi memiliki payung hukum yang jelas mengenai keberadaan kelembagaan lumbung

28 Letter of intent adalah sebuah pernyataan tertulis yang menyatakan keinginan dari pembuatnya untuk masuk ke .

  dalam perjanjian bisnis formal dengan entitas atau orang lain http://kamusbisnis.com/arti/letter-of-intent/

  29

  pangan nasional. Presiden Megawati melalui Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2003.Pemerintah nampaknya sedikit berhati-hati menetapkan status bulog agar tidak melanggar ketentuan yang digariskan melalui LoI 1998. Melalui peraturan pemerintah tersebut, untuk pertama Bulog ditempatkan sebagai lembaga logistik

  30

  dengan misi ganda, yaitu misi publik (Public Service Obligation) dan misi komersial atau misi mencari keuntungan. Untuk misi PSO, Bulog diarahkan menjadi pemasok tunggal bagi program beras miskin (raskin) yang diharapkan mampu mempengaruhi harga beras (stabilisasi).Melalui peraturan pemerintah itu pula Bulog ditetapkan status kelembagaannya dari Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) menjadi Perusahaan Umum yang berada di bawah naungan Kementrian BUMN. Pemerintahan SBY-JK adalah era pemerntahan

  Era kepemimpinan SBY-JK, liberalisasi semakin diperluas di sejumlah

  31

  komoditas .Pada prinsipnya, kebijakan tersebut hanya melanjutkan kembali poin- poin kesepakatan yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan reformasi sebelumnya.

  Tetapi tanpa proteksi penuh dari pemerintah, petani lokal akan sulit bertahan ketika 29 menghadapi pasar bebas. Angka impor komoditi pangan utama terus melonjak, 30 Dikutip darSelasa 24 Februari 2015 19.23

PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitas/perbedaan harga pokok penjualan

  BUMN/swasta dengan harga atas produk/jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat 31 (publik).http://www.anggaran.depkeu.go.id/PS

Komoditas :sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.Sedangkan dikutip dalam pada hari Rabu 24 Februari 2015 Pukul 18.25 bahkan untuk komoditi pangan lainnya selain tanaman pangan utama.Paradigma kebijakan di sektor pertanian dari Presiden Yudhoyono masih meneruskan paradigma usang yang masih bergantung pada komoditi beras, yaitu orientasi untuk mencapai swasembada beras.Presiden Yudhoyono sempat pula memberikan kewenangan monopoli impor beras kepada Bulog di akhir tahun 2007. Tetapi sayangnya, kewenangan tersebut tidak banyak membantu mengatasi dinamika harga beras di dalam negeri yang rawan dengan gejolak harga

  Adapun sejarah perkembangan kebijakan ketahanan pangan dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini :

Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952 (Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber) Orde Rezim Kebijakan pangan Catatan Pemerintahan

  

Orde lama Soekarno Swasembada 1950-1952: BAMA (Yayasan Bahan

(Paska 1952-1956 Beras Melalui Makanan)

kemerdeka Program 1953-1956: YUBM (Yayasan Urusan

an) kesejahteraan Bahan Makanan.) Kasimo

  Soekarno Swasembada 1956: YBPP (Yayasan Badan Pembelian 1956-1964 Beras Melalui Padi) Program Sentra 1963: Substitution Jagung Padi 1964: PP No. 3

  • – Food Material Board* 1964: Bimas’ dan “Panca Usaha” Tani Pemerintahan Transisi 1965-1967 1966: Komando Logistik Nasional (KOLOGNAS) 1967: Dibubarkannya KOLOGNAS 1967: 14/05, Badan Urusan Logistik (BULOG) didirikan dan berfungsi sebagai pembeli beras tunggal

    Orde Baru Soeharto’ Repelita 1 & 2 Swasembada beras 1969: Tambahan tugas Bulog:

    (Orde 1969-1979 Manajemen Stok

  Pembangun Penyangga Pangan Nasional

  • – dan an)

  penggunaan neraca pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan. 1971: Tambahan tugas Bulog sebagai pengimpor gula dan gandum 1973: Lahirnya Serikat Petani Indonesia 1974: Tambahan tugas Bulog: Pengadaan daging untuk DKI Jakarta 1974: Penggunaan Revolusi Hijau untuk mencapai swasembada beras 1977: Tambahan Tugas Bulog: Kontrol impor kacang kedelai. 1978: Penetapan harga dasar jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau Swasembada Beras 1978: Keppres39/1978, Pengembalian

  Soeharto’ Repelita 3 & 4 1979-1989 tugas Bulog sebagai kontrol harga untuk gabah, beras, tepung gandum, gula pasir dll. 1984: Medali dari FAO atas tercapainya Swasembada Pangan. Swasembada Beras 1995: Penganugerahan pegawai Bulog Soeharto’ Repelita 5,6 & 7

  1989-1999 sebagai Pegawai Negeri Sipil 1997: Perubahan fungsi Bulog untuk mengontrol hanya untuk harga beras dan gula pasir. 1998: Penyempitan peran Bulog yang berfungsi sebagai pengontrol harga beras saja .

Reformasi: Habibi Swasembada Beras 1998/1999: Penjualan Pesawat IPTN yang

(Transisi) 1998/1999 ditukar dengan Beras Thailand.

  A. Wahid Swasembada Beras 2000: Penugasan tugas Bulog untuk 1999/2000 management logistic beras (penyediaan, distribus dan control harga)

  Reformasi : Megawati Swasembada Beras 2003: Privatisasi Bulog

(setelah 2000) 2000/2004 2004: No-Option Strategy Kecuali

Swasembada Beras. S. Bambang Revitalisasi Pertanian 2005: “revitalisasi pertanian” – komitment Yudoyono (SBY) (janji) untuk (2004-2009) peningkatan pendapatan pertanian untuk

  GDP, pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan swasembada beras, jagung serta palawija.

  Sumber :Jonatan Lassa, Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005 hal 6

  B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada pemerintahan SBY-Boediono

  Kemenangan SBY-Boediono,dalam Pemilu 2009 merupakan celah yang menjadi upaya terbesar Partai demokrat, dan SBY dalam menjalankan Pemerintahan dalam bentuk marathon pembangunan sejak tahun 2004

  • – 2009 sampai akhir masa jabatan dalam periode kedua. Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan presiden memiliki hak untuk membentuk kabinet yang berisikan menteri-menteri yang bertugas dalam membantu presiden dalam menjalankan fungsinya.

  Dalam hal memilih siapa-siapa yang memangku jabatan sebagai perpanjangan tangan presiden terdiri dari tokoh-tokoh yang berasal dari golongan profesional dan usulan-usulan dari partai anggota koalisi yang berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang

  32

  bergabung setelahnya . Kabinet yang dibentuk Oleh Presiden SBY pada periode kedua disebut sebagai Kabinet Indonesia Bersatu II.Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari

  33 setelahnya .

  Dalam kurun waktu 2 Tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami banyak proses reshuffle dengan berbagai alasan. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian

  34 Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia.

  Bila melihat kembali kenyataan yang terjadi antara masa pemerintahan Soeharto pada dan SBY-Boediono keduanya pernah mengalami fase pasang surut dalam masa memimpin di Indonesia.jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan dan rencana dalam sektor pertanian keduanya memiliki rencana dan rancangan untuk melakukan Swasembada dalam sektor pangan, Presiden Soeharto yang telah berhasil

32 Dikutip http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/10/14/brk,20091014-202673,id.html Rabu 3 Maret

  33 2015 pukul 22.40 34 Dikutip padRabu 4 Maret 2015 pukul

01.00.WIB

  melaksanakan swasembada beras pada puncaknya yaitu Tahun 1984 Presiden Soeharto ketika itu menerima penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO).

  35 B.1. Visi dan Misi Pemerintahan SBY-Boediono

  Guna melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dilaksanakan pada pemerintahan sebelumnya, meneruskan apa-apa yang sudah baik dan melakukan Perubahan yang diperlukan (Change) untuk hal-hal yang belum berhasil dilaksanakan agar mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk memajukan Bangsa dan Negara Indonesia dan memberikan Kesejahteraan bagi segenap Rakyat Indonesia.

  Adapun yang menjadi visi dan misi SBY-Boediono adalah Visi :

  Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

  1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

  2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

  3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Misi :

  Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera aman dan damai dan meletakan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis.

  1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.

  2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.

  3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.

  4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. 35 Dalam skripsi: Sri Gusti Ayu.2010.Kebijakan Pemerintahan SBY-JK dalam konteks politik pangan 2004-

  2009. Medan:FISIPUSU Hal

  5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan

  36

  yang inklusif bagi segenap komponen bangsa Guna mewujudkan visi dan misi pemerintah di Indonesia maka telah dirancang 13 Pokok-pokok Program Kerja sebagai berikut:

  1. Melanjutkan Program Pendidikan Nasional.

  2. Melanjutkan Program Kesehatan Masyarakat.

  3. Melanjutkan Program Pengentasan Kemiskinan.

  4. Menciptakan lebih banyak lagi Lapangan Kerja bagi Rakyat Indonesia.

  5.Melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Indonesia.

  6.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras, Gula, Jagung, dsb.

  7.Menciptakan Ketahanan Energy dalam menghadapi Krisis Energi Dunia.

  8. Menciptakan Good Goverment dan Good Corporate Governance.

  9. Melanjutkan proses Demokratisasi.

  10.Melanjutkan pelaksanaan Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi.

  11. Pengembangan Teknologi.

  12. Perbaikan Lingkungan Hidup.

  

37

13. Pengembangan Budaya Bangsa.

C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

  Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing

  • – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu. Dari

36 Dikutip dari :https://www.academia.edu/9239416/Masa_Pemerintahan_SBY_selama_10_tahun Senin 2 Maret

  37 2015 15.35 umat 3 April 2015

  Dikutip pa uraian diatas pebulis membedakan konsep ketahanan dan kedaulatan pangan yakni, secara global (umum) dan Indonesia secara khusus

  C.1 Konsep Global Ketahanan Pangan

  Ketahanan pangan berasal dari kata food security (:eng), yang memiliki arti yang luas sehingga dapat dinterpretasikan oleh sudut pandang masing-masing, dan diterjemahkan berdasarkan kondisi lingkungan dan zaman. Pada era Perang dunia ke

  II (World war II) krisis pangan terjadi di semua negara, sehingga interpretasi ketahanan pangan pada masa ini adalah bagaimanaa negara dapat mengatasi kelaparan yang mendunia pasca perang dunia ke II pada tingkat nasional negara masing-masing. Sedangkan pada tahun 1970 kekeringan yang melanda Afrika menyebabkan krisis pangan yang dialami negara-negara Afrika utara dan tengah sehingga mengharuskan dunia internasional meningkatkan interpretasi terhadap ketahanan pangan dengan menyediakan sebagian dari stok pangan untuk mengurangi krisis pangan yang melanda Afrika. Kondisi ini mendapat perhatian dunia sehingga dilegitimasi melalui sebuah Konferens Pangan Dunia tahun 1974 yang d selenggarakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)

  • Food and Agriculture

  

Organization (FAO). Sehingga memunculkan makna ketahanan pangan dalam

  lingkup internasional yaitu berupa hak untuk memiliki pangan secara teratur, permanen dan bisa mendapatkannya secara bebas, baik secara cuma-cuma maupun membeil dengan jumlah dan mutu yang mencukup , serta cocok dengan tradisi kebudayaan rakyat201416mengkonsums nya. Menjam n pemenuhan hak rakyat untuk menjalan hidup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, baik secara fisik maupun

  38 mental, serta secara individu maupun kolektif.

  Pemahaman ini memberikan deskripsi kepada dunia bahwa ketahanan pamngan hanya pada tingkat indvidu, keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan pada tingkat nasional dan global seperti diatas mendapatkan pencerahannya ketika terjadi krisis pangan, yang sekali lagi terjadi di Afrika pada pertengahan tahun 1980-an, dimana secara global ketersediaan pangan cukup untuk memenuh seluruh penduduk dunia.

  Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan pangan yang cukup pada tingkat nasional dan global tidak secara otomatis menunjukkan kondisi ketahanan pangan pada tingkat indivdu maupun rumah tangga.Para pakar dan praktis pembangunan kemudian menyadar bahwa kerawanan pangan bisa terjad dalam kondisi dimana ketersediaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya

  39 tidak cukup.

  Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996, yang diselenggarakan oleh FAO, dengan memberikan pengertian baru berkenaan dengan ketahanan pangan, yaitu food security exists when all people, at all times, have physical and economic 38 access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food 39 Di kutip dari dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Hal 24

  Ibid Hal 17

  

40

preferences for an active and healthy life. Yang berarti ketahanan pangan adalah

  situasi dimana semua orang di seluruh dunia memiliki kemampuan secara fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan kehidupan yang sehat.

  C.2 Konsep Pangan, Ketahanan pangan dan Kedaulatan pangan SBY- Boediono

  Pangan adalah pilar utama di dalam kehidupan manusia dalam menjalankan fungsi sebagai bagian terkecil dalam konteks komunitas masyrakat.Guna menjaga stabilitas dalam sektor pangan maka Pemerintah yang di dipimpin oleh Presiden mengunakan fungsinya yaitu dengan mengeluarkan program-program yang mendukung dan menjaga stabilitas pangan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pangan.

  Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang PerlIndungan Lahan PertanIan Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefinis kan-ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya baik pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,baik jumlah maupun mutunya, aman,merata dan terjangkau. - kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberi kan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai 40 dengan potensi sumberdaya lokal.- kemandirian pangan adalah kemampuan produksi

  Ibid Hal 18 pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang di dukung oleh

  41 sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

  Pangan juga menjadi pilar utama bagi pembanguan nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu pangan menjadi salah satu indikator utama dalam pembangunan,oleh karena itu posisi pangan dalam pembangunan antara lain sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya hak asasi, tidak dapat ditunda dan tidak dapat disubstitusikan, merupakan budaya yang berasal dari adaptasi manusia dengan lingkungan, komponen dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia, dan pilar utama bagi pembanguan

  42 nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.

  Adapun yang menjadi kebijakan-kebijakan umum pangan pada masa pemertintahan SBY-Boediono tercantum dalam perecanaan pembangunan dalm sektor pertanian.Yaitu kebijakan umum yang bersifat umum terhadap pertanian dan khusus terhadap pangan. Adapun perencanaan tersebut memainkan peran strategis sebagai lokomotif perekonomian nasional karena kontribusinya yang sangat nyata:

  41 42 Ibid Hal 25 Hal 9

   Penyediaan pangan 245 juta penduduk  Penyediaan bahan baku industri  Penyumbang PDB  Penghasil devisa negara  Penyediaan lapangan pekerjaan

   Peningkatan pendapatan petani, dan

   43

  Pelestarian lingkungan hidup Yang Secara empiris sebagai katup pengaman saat krisis ekonomi, dan secara socio-historis sebagai landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan, berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan, jaring pengaman sosial, dan pemerataan hasil pembangunan serta andalan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk salah satu andalan penghasil energi terbarukan terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan

  44

  kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani Kedaulatan adalah istilah baru dalam sektor Pangan yang menjadi Fondasi utama dalam kehidupan manusia. “kedaulatan pangan” selalu muncul bersama-sama dengan “ketahanan pangan” dan “kemandirian pangan”. Ketiga nya selalu muncul bersamaan, tidak pernah sendirian. Kedaulatan pangan di depan, diikuti dua yang lain .Ketiga ini menjadi semangat, metode, juga tujuan dalam sektor pangan di Indonesia. Kedaulatan Pangan adalah hak bangsa dan negara secara mandiri dalam menentukan kebijakan pangan, menjamin hak atas pangan rakyat, dan memberikan hak bagi

  43 44 Ibid. Hal 4 Ibid .hal 2 masyarakat untuk menentukan sistem usaha pangannya sesuai dengan potensi sumber

  45 daya lokal .

  Sedangkan kemandirian pangan kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beranekaragam dari dalam negeri,yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan

  46

  lokal secara bermartabat. Yang menjadi visi dan misi dalam sektor pertanian dan pangan Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani

  Sedangkan ketahanan pangan adalah Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,

  47 merata, dan terjangkau, dan untuk hidup sehat, aktif, produktif, dan berkelanjutan .

  Dibawah ini adalah gambar dari skema sistem ketahanan pangan nasional.

  45 46 Ibid. hal 8 47 Ibid. hal 11 Ibid hal 11

Gambar 2.1 Sistem Ketahanan Pangan Nasional

  Landasan kerja Ukuran kerja Outcome Sumber :Jurnal.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional.

  Palembang .UNSRI.Pers

  Dari skema di atas dapat kita menyimpul bahwa kedaulatan pangan, dan kemandirian pangan menjadi fondasi terbentuknya ketahanan pangan dan membentuk proses yang menghasilkan kestabilan (keamanan pangan) yang bertujuan untuk menjamin kehidupan masyarakat baik perseorangan dan komunitas masyarkat stabil dan tidak mengalami perubahan dan kekurangan. Pemerintahan SBY-Boediono memiliki konsep terbentuknya ketahanan pangan dengan mengeluarkan program dan kebijakan ketahanan pangan nasional melalui departemen pertanian.

  Sistem ketahanan pangan nasional dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,sosial dan keadaan hasil pertanian sehingga diperlukan kebijakan yang menghubungkan ekonomi,pertanian dan pangan,dan tidak lupa memperhatikan bahwa Indonesia sebagai negara dengan sistem desentralisasi dengan mengkaitkan kebijakan-kebijakan pangan dan ekonomi dengan kebijakan desentralisasi (otonomi daerah) sehinggan terbentuk sistem ketahanan pangan yang telah memperhatikan setiap aspek yang menjadi unsur terbentuknya ketahanan pangan. Adapun sistem ketahanan pangan Indonesia dapat dijelaskan melalui skema di bawah ini.

Gambar 2.2 Sistem Ketahanan Pangan Nasional Sumber :Jurnal Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional.

  Palembang .UNSRI.Pers

  Ketahanan dan keamanan pangan adalah Tujuan utama dari Kebijakan Politik pangan yang dimiliki era pemerintahan SBY

  • – Boediono, guna memperkuat kebijakan pertanian dan sistem ketahan pangan yang lebih bersifat general maka diperlukan kebijakan khusus dalam hal ketahanan dan keamanan pangan.

D. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014

  Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 adalah kebijakann yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan visi dan misi pemerintahan SBY - Boediono yaitu menjaga ketersedian pangan dan guna melanjutkan serta 2014 sebagai

  48

  penyempurnaan dari KUKP 2004-2009. Dengan harapan KUKP ini dapat menjadi pedoman bagi pemerintah dalam mengimlementasikan kebijakan ketahanan pangan agar terciptanya ketersediaan pangan baik dari tingkat rumah tangga hingga nasional. Yang menjadi tujuan KUKP 2010-2014 adalah Menjadi acuan dan commonplatform bagi para stakeholders ketahanan

   pangan, mulai dari instansi pemer ntah, sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perguruan tinggi, petani, nelayan,industri, pengolah, pedagang, penyedia jasa lain dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberikan kontribusi yang optimal dalam mewujudkan ketahanan pangan.

   Menjadi acuan dasar bagi lembaga pemerintah dan pemerintah daerah untuk membangun sinergi , integrasi dan koordinas , sehingga pai ng tidak kedua lembaga dapat saling menginformasikan kegiatan yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektif (good governance),serta secara maksimal

  49 dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan.

  Sebagai negara Hukum, setiap kebijakan yang dihasilkan harus memiliki dasar hukum sebagai fondasi dan akar dari sebuah kebijakan. Dalam menghasilkan KUKP 2010-2014 presiden SBY memiliki dasar hukum agar kebijakan yang dikeluarkan mengikat yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan 48 pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama 49 Op.cit Hal 1

  .hal 4 Ibid masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan pihak yang

  50

  berperandalam mewujudkan ketahanan pangan Undang-undang tersebut telah dijabarkandalam beberapa peraturan pemerintah

  (PP) antara lain: PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional.

  PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan di bidang label dan klan pangan dalam rangka menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan PP Nomor

  28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan serta

  51

  peran serta masyarakat mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan. Serta Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang perikanan yang terkait dengan

  52

  53 Ketahanan Pangan , Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 , dan Undang-undang

  51 52 Ibid. Hal 5

Undang-Undang NO 45 THN 2004 adalah mengenai wilayah penangkapan dan pembudidayaan ikan yang

berfungsi sebagai potensi sumberdaya pangan.

54 Nomor 41 Tahun 2009 Di samping mengacu pada berbagai dokumen hukum

  nasional tersebut,pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada komitmen bangsa Indonesia dalam berbagai kesepakatan dunia. Indonesia sebagai salah satu anggota PBB berkomitmen untuk melaksanakan aksi-aksi mengatasi kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan dunia.

  Komitmen tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi World Food Summit 1996 dan ditegaskan kembail dalam Worldfood Summit: five years later 2002, serta tahun 2000,untuk mengurang angka kemiskinan

  Millenium Development Goals

  55

  ekstrim dan kerawanan pangan dunia sampai setengahnya ditahun 2015 Sedangkanruang lingkup KUKP 2010-2014 mencakup tiga pilar utama yaitu

  56

  ketersediaan, distribusi , dan konsumsi pangan. Pada pilar distribus dan konsumsi merupakan penjabaran dari aksesbiltas masyarakat terhadap pangan.Jika salah satu pilar tersebut tidak dipenuh maka suatu negara belum dapat di katakan mempunya ketahanan pangan yang baik.Walaupun pangan tersedia cukup ditingkat nasional dan regional, tetap jika akses individu untuk memenuh kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.Akses terhadap pangan,

  53 54 Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 adalah tentang pengelolaan hewan ternak

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 bahwa alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman terhadap

55 pencapaian ketahanan pangan dan kedaulatan pangan 56 KUKP. Op.cit Hal 6 Ibid. Hal 7

  ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut

  57 merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan.

  Dimulai dengan strategi awal membangun fondasi dasar ketahanan pangan dengan pendekatan jalur ganda (twin-track approach) yaitu memprioritas pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan, serta memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk serta pemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya

  58

  secara mandiri . Selain hanya membangun fondasi ketahan pangan, ketersediaan pangan dan cara mengelola (distribusi) adalah hal yang diperhatikan oleh SBY- Boediono.

  Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan baik ditingkat makro (nasional) maupun ditingkat mikro (rumahtangga/individu).Pembangunan ketahanan pangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang harus dirumuskan secara terpadu dan serasi.Dalam RPJMN(Rencana pembangunan jangka menegah nasional) 2010-2014, pembangunan ketahanan pangan menjad program prioritas ke-5 untuk menjawab sejumlah tantangan yang dihadap oleh bangsa dan negara di masa 57 mendatang. 58 Ibid.Hal 25 Suryana Op.cit .hal 25

  Arah pembangunan ketahanan pangan dalam RPJMN 2010-2014 adalah untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan, melalu pen ngkatan produksi dan produkt vitas, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan. Arah pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada hasil KTT Pangan 2009, yang antara lain menyepakat untuk menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang mendesak pada tingkat nasional, regional dan global untuk merealisas kan secara penuh target MDGs Nomor 1 dan WFS 1996, yaitu mengurang penduduk kelaparan.

  Dengan demikian, mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT Pangan tersebut, arah kei jakan umum pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014 adalah untuk meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, meningkatkan sistem distribusi danstabilisas harga pangan dan meningkatkan

  59

  pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan. . Demi mendukung KUKP pemerintahan SBY-Boediono juga mengeluarkan kebijakan Operasional.

  Kebijakan operasional adalah bagian utama dalam kebijakan ketahan pangan, kebijakan-kebijakan yang termasuk di dalam adalah kebijakan ketersediaan pangan.

  Adapun kebijakan ketersedian pangan yaitu :  Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan swasembada jagung, kedele, gula, daging sapi pada tahun 2014 antara lain: 1. rehabilitasi irigasi dan pencetakan sawah 2. subsidi input (pupuk, benih) 59 3. jaminan harga output (HPP)

  KUKP.Op.cit hal 80

  4. perlindungan dari gagal panen 5. diseminasi teknologi dan revitalisasi penyuluhan  Impor pangan pokok dilakukan bila produksi domestik dan cadangan pangan tidak memenuhi (the last resort)  Penyediaan beragam pangan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya lokal dengan pendekatan efisiensi dan proteksi :

  1. kebijakan promosi dan proteksi 2. pemberdayaan petani dan pelaku usaha sepanjang rantai nilai (value chain)

   Menyediakan cadangan beras nasional yang cukup untuk mengatasi gejolak pasokan dan harga.

   cadangan beras pemerintah yang memadai sekitar 2 juta ton  cadangan beras dan pangan lain Pemda Prop, Kab/Kota

  lumbung pangan masyarakat

   60

  Berikut ini adalah tabel target swasembada pangan sesuai dengan

kebijakan ketahanan pangan Pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014

Tabel 2.4

  Sasaran Rata-rata

  Komoditas

  Pertumbuhan/Tahun () 2010 2011 2012 2013 2014 6) 6) 6) 6) 66,47 3,64

  Padi

  65,72 67,82 72,06 76,57 18,33 17,61 18,86 19,83 20,82 3,33

  Jagung

  0,91 0,84 1,10 2,00 2,70 35,02

  Kedelai

  2,69 2,23 2,66 2,82 3,10 4,53

  Gula

  0,42 0,45 0,52 0,55 0,58 8,48

  Daging Sapi

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Etil Ester Sebagai Biodiesel Dari Crude Palm Oil Menggunakan Katalis Choline Hydroxide

0 0 9

1. Usia BapakIbu saat ini Tahun 2. Jenis Kelamin BapakIbu Laki-laki Perempuan 3. Sudah berapa lama BapakIbu bekerja sebagai Guru di Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir sejak pengangkatan pertama: Tahun 4. Pendidikan Terakhir BapakIbu DIIISarjana Mu

0 0 29

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Iskandar (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi - Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Dan Tunjangan Profesi Guru Terhadap Kinerja Guru Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Dan Tunjangan Profesi Guru Terhadap Kinerja Guru Di Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Proses Transesterifikasi Minyak Sawit Menggunakan Novozyme® 435 Untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit

0 7 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja - Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2015

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2015

0 4 8

I. KETERANGAN WAWANCARA - Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

0 0 28