Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keberhasilan perawatan saluran akar sangat bergantung pada pembersihan

  kontaminasi mikroba dari saluran akar, walaupun instrumentasi secara chemo-

  

mechanical serta irigasi dapat mengurangi populasi bakteri, pembersihan bakteri

  2

  tidak dapat dicapai tanpa penggunaan bahan medikamen saluran akar. Salah satu bakteri yang banyak ditemukan pada saluran akar adalah Streptococcus mutans , bakteri gram positif yang masih dapat menetap walaupun setelah prosedur perawatan

  4

  endodonti yang teliti sekalipun. Karena itu diperlukan peletakan bahan medikamen

  1,2,4,6

  yang dapat mengeliminasi bakteri yang tertinggal. Dewasa ini penggunaan bahan obat – obatan tradisional untuk menanggulangi penyakit telah banyak dilakukan, dan dirasakan khasiatnya oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan kulit buah manggis, yang diteliti mengandung senyawa yang memiliki daya antibakteri sehingga dapat dikembangkan menjadi bahan yang dapat digunakan dalam kedokteran gigi. Pada bab ini akan diuraikan tentang bakteri Streptococcus

  , bahan medikamen, dan kulit buah manggis.

  mutans

2.1 Streptococcus mutans sebagai Salah Satu Bakteri yang Terdapat pada

  Infeksi Saluran Akar

  Infeksi saluran akar dapat terjadi jika invasi bakteri merusak jaringan saluran akar. Kerusakan saluran akar ( pulpal atau periradikular ) disebabkan efek patogen dari mikroba serta respon host. Salah satu bakteri yang banyak terdapat pada saluran akar walaupun setelah instumentasi serta irigasi yang teliti adalah Streptococcus

  

mutans . Bakteri ini merupakan bakteri berbentuk kokus yang mempunyai

  karakteristik membentuk rantai dalam pertumbuhannya (gambar 1 ), termasuk bakteri

  10 yang dikelompokkan kedalam gram positif, tidak bergerak dan fakultatif anaerob. Bakteri ini pertama ditemukan oleh J Kilian Clarke pada abad ke-20 dan

  8 ditemukan pada rongga mulut manusia serta merupakan penyebab signifikan karies.

  Secara umum, bakteri ini dikenal karena kemampuan mensintesis polisakarida dari sukrosa sehingga mengalami agregasi sel ke sel ketika bercampur dengan sukrosa atau dekstran dan dapat berkembang dalam lingkungan yang mengandung antibiotic sulfadimetin dan bacitracin, memfermentasi manitol dan atau sorbitol. Secara khusus

  

Streptococcus mutans mempunyai sifat dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang

  bersifat asam (asidurik) serta dapat menghasilkan asam (asidogenik). Bakteri ini juga memanfaatkan enzim dekstransukrase, untuk mengubah sukrosa menjadi dekstran

  

3

(polisakarida perekat ekstraseluler/pelikel).

  Menurut taksonominya, Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan; Kingdom Bacteria, Divisi Firmicutes,Kelas Bacilli, Ordo Lactobacillales,Famili

  10 Streptococcaceae, Genus Streptococcus, Spesies Streptococcus mutans.

  Penyakit pulpa dan periapeks paling banyak disebabkan oleh proses lanjut dari

  11,12

  karies. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang umum dijumpai di rongga mulut yang mempunyai sifat kariogenik yang sangat kuat. Karies gigi yang bersifat local, progresif, menyebabkan kehancuran struktur gigi dan bersifat kronis. Infeksi yang berlangsung terlalu lama karena perjalanan karies yang kronis memungkinkan

  10

  bakteri untuk masuk kedalam pulpa dan saluran akar. Selain itu, pada keadaan perawatan saluran akar yang tidak berhasil, terlihat adanya biofilm yang terbentuk oleh jaringan kompleks mikroorganisme berbeda, yang dapat menyebabkan inflamasi yang presisten, serta melindungi mikroorganisme sehingga bakteri dapat bertahan

  13,14

  lebih baik daripada seharusnya. Streptococcus mutans merupakan agen etiologi

  10

  terjadinya plak atau biofilm Saat ini mayoritas bakteri yang diisolasi dari infeksi endodonti adalah anaerob, tetapi Streptococcus sp. Merupakan bakteri yang presentasi insidensnya mencapai 40% dari bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal (table 1). Keberadaan Streptococcus sp. (khususnya S.gordonii dan S.mutans) akan membantu invasi bakteri seperti Porphyromonas gingivalis ke tubulus dentin dengan cara mengikat substrat dari Porphyromonas gingivalis agar dapat masuk kedalam

  1

  tubulus dentin dan mengkolonisasinya. Pada penelitian Luciana Cunha Pazelli dkk

  

Streptococcus mutans mencapai angka prevalensi 48.4% yang merupakan angka

  1 besar dibandingkan bakteri lain sepert bacilli, sebesar 35.5%.

  Tabel 1. Kultur dan identifikasi bakteri dari saluran akar gigi dengan radiolusensi apikalis

  Bakteri Insidens (%) Fusobacterium nucleatum

  48 Streptococcus sp

  40 Bacteroides sp

  35 Prevotella intermedia

  34 Peptostreptococcus intermedia

  34 Eubacterium alactolyticum

  34 Peptostreptococcus anaerobius

  31 Lactobacillus sp

  32 Eubacterium lentum

  31 Fusobacterium sp

  29 Campylobacter sp

  25 Peptostreptococcus sp

  15 Actinomyces sp

  15 Eubacterium timidum

  11 Capnocytophaga ochracea

  11 Eubacterium brachy

  9 Selenomonas sputigena

  9 Veillonella parvula

  9 Porphyromonas endodontalis

  9 Prevotella buccae

  9 Prevotella oralis

  8 Proprionibacterium propionicum

  8 Prevotella denticola

  6 Prevotella loescheii

  6 Eubacterium nodatum

  6 Gambar 1. Sreptococcus mutans

2.2 Bahan Medikamen Saluran Akar

  Jika perawatan saluran akar tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan, bakteri yang bertahan didalam saluran akar dapat berproliferasi jika dibiarkan kosong antar kunjungan. Penggunaan bahan medikamen telah disarankan untuk membantu mengeliminasi bakteri yang tersisa di saluran akar untuk mengurangi inflamasi periakpikal dan nyeri, serta dapat menyembuhkan. Pada penelitian Waltimo et al tahun 2005 dibuktikan bahwa penggunaan medikamen penting adanya untuk mengurangi jumlah bakteri jika dibandingkan dengan saluran

  15,16

  akar yang dibiarkan kosong antar waktu kunjungan. Beberapa bahan medikamen juga dapat menghilangkan atau mengurangi eksudat apikal dan mengontrol resorpsi akar yang inflamasi serta mencegah kontaminasi diantara kunjungan pasien. Telah ditunjukkan bahwa angka bakteri residual rendah setelah dilakukan instrumentasi, tetapi jika saluran akar dibiarkan kosong di antara waktu kunjungan, bakteri yang

  2 tersisa akan berkembang menjadi angka awalnya.

  Medikamen saluran akar dapat diklasifikasi berdasarkan bahan dasar kimianya yaitu bahan fenol (seperti eugenol dan CMCP), aldehida (formokresol), halida (iodine-potasium-iodida), kalsium hidroksida, antibiotik, dan kombinasi

  1,2,8

  variasi. Beberapa dari bahan ini tidak lagi digunakan pada perawatan saluran akar dikarenakan toksisitas yang telah dilaporkan, namun, kalsium hidroksida dan bahan yang berbahan dasar antibiotik masih menjadi bahan yang sering digunakan sebagai

  1,2

  medikamen saluran akar. Kalsium hidroksida sering digunakan karena memiliki properti biologis yang bervariasi, sifat antibakteri serta kemampuan dalam merangsang proses perbaikan dan menstimulasi formasi jaringan keras. Tetapi Cvek et al., Orstavik et al., dan Peters et al. mendemonstrasikan pada studi klinis bahwa Ca(OH) dapat membatasi pertumbuhan bakteri tetapi tidak secara total

  2

  2

  mengeliminasi bakteri dari saluran akar. Lain halnya dengan bahan yang mengandung antibiotik. Menggunakan medikamen berbahan dasar antibiotik dapat meningkatkan resiko hipersensitivitas obat dan membatasi batas kemampuan obat yang digunakan. Contoh medikamen dengan bahan dasar antibiotik adalah Ledermix yang dapat mengurangi nyeri setelah perawatan, namun tidak terlalu efektif

  1,2 membunuh bakteri.

2.3 Tanaman Manggis dan Nilai Farmakologisnya

  Mengingat dalam penggunaan obat-obatan modern dengan purifikasi bahan aktif banyak menimbulkan efek samping terhadap kesehatan yang cukup signifikan, maka timbul kecenderungan pada masa kini sehingga kebanyakan orang ingin

  17 kembali ke alami (back to nature).

  Tanaman manggis (Garnicia mangostana L) merupakan tanaman yang telah di cocok tanamkan di daerah tropical (gambar 2). Tanaman ini dianggap berasal dari Asia bagian tenggara atau Indonesia. Tanaman ini juga terdapat di Malaysia, Myanmar, Thailand, Cambodia, dan Vietnam. Bagian yang dapat di makan dari buah ini hanya 25% dari volume totalnya, sisanya adalah bagian kulit yang pahit dan keras yang mengeluarkan resin kuning ( disebut xanthone atau warna kuning dari bahasa

18 Yunani).

  Gambar 2. Buah Manggis

  Berdasarkan taksonominya, tanaman manggis dapat diklasifikasikan berdasarkan Divisi Magnoliopsida, Subdivisi Dilleniidae, Kelas Theales, Bangsa

  Clusiaceae, Suku Garcinia,Marga Garcinia mangostana L.

  Manggis dapat tumbuh pada ketinggian 1-1000 m di atas permukaan laut pada berbagai jenis tanah (pada tanah liat dan lempung yang kaya bahan organik). Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman manggis membutuhkan iklim yang memiliki kelembaban dan panas dengan curah hujan yang cukup merata. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 m mempunyai batang tegak, batang pokok jelas, kulit batang cokelat, dan memiliki getah kuning, daun tunggal, ruas daun berhadapan atau bersilang berhadapan, dan berbentuk helaian. Daunnya mengkilat di bagian permukaannya, dengan permukaan atas berwarna hijau gelap dan permukaan bawah berwarna hijau terang dengan bentuk elips memanjang serta berukuran 12-23 x 4,5-

  

19

  10 cm dengan panjang tangkai 1,5-2 cm. Kulit, daun dan tangkai buah ini telah digunakan sebagai obat alami selama bertahun-tahun. Kulit manggis yang tebal ini digunakan untuk menyembuhkan cystisis, diare, disentri, eczema, demam, penyakit

  19-21 usus, pruritis, dan penyakit kulit.

  Efek terapeutik kulit buah manggis erat hubungannya dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Komponen aktif kulit buah manggis yang mengandung

  18

  xanthone antara lain saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut akan pecah atau

  18

  lisis. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau mengumpulkan protoplasma kuman sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman dan pada saluran pencernaan tanin diketahui dapat

  18

  mengeliminasi toksin. Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel sehingga sel

  18

  mati. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai

  18 kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme.

Dokumen yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) - Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Warga Miskin Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW) dan Profile Matching

0 0 10

1. Halaman Login - Sistem Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan Rumah Sakit Berdasarkan Kebutuhan Pasien Menggunakan Metode AHP dan Promethee

0 0 51

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tipe Rumah Sakit - Sistem Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan Rumah Sakit Berdasarkan Kebutuhan Pasien Menggunakan Metode AHP dan Promethee

0 0 26

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 15

Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU

0 0 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri - Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU

0 1 12

Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU

0 2 13

Rancang Bangun Alat Pemotong Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff.)

0 0 25

Rancang Bangun Alat Pemotong Asam Gelugur (Garcinia Atroviridis Griff.)

0 3 18