BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

  Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Adapun pembarian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan memperedarkan alat- alat pembayaran berupa uang giral.

  Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agen of trust, agent of development, dan agent of services (Sri Susilo, Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso : 2006).

  a.

  Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

  b.

  Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak berkerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tresebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investas-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

  c.

  Agent of Services Disamping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan perbankan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.1.2 Analisis Kinerja Bank

  Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan suatu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baiknya secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba rugi (Abdullah 2005:124).

  Menurut O.P. Simorangkir (2000:92) untuk mengetahui apakah suatu bank cukup solid (kuat), maka ada hal-hal yang perlu diketahui, yaitu:

  1. Likuiditas, artinya kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segara dapat ditarik. Seandainya nasabah memiliki simpanan giro di bank dan ingin menarik karena butuh, tetapi ditampik pihak bank dengan alasan agar lusa ditarik, tentu nasabah akan merasa jengkel. Bank yang perilakunya demikian dikatakan tidak likuid.

  2. Solvabilitas, artinya kemampuan bank untuk membayar semua utangnya kepada pihak ketiga. Utang ini biasanya digolongkan utang yang berjangka menengah atau panjang. Berbeda dengan likuiditas yang menitikberatkan pada kewajiban jangka pendek. Bank tersebut mampu dan bersedia melunasi setiap utangnya. Bank itu disebut likuid dan solvable, jika benar-benar mudah, mampu, dan bersedia melunasi setiap utangnya.

  3. Profitabilitas, artinya kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba merupakan pencerminan dan penilaian terhadap keterampilan dan kecakapan pimpinan bank. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar usahanya.

2.2 Good Corporate Governance (GCG)

2.2.1 Sejarah Good Corporate Governance (GCG)

  Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat pada tahun 1980-an yang terancam kepentingannya. Dimana pada saat itu di Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara untuk merebut kendali atas perusahaan lain. Tindakan ini menimbulkan protes keras dari masyarakat atau publik. Publik menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan mengabaikan kepentingan-kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik modal perusahaan. Merger dan akuisi pada saat itu banyak merugikan para pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan yang disebut good corporate governance.

  Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan– perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN. Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Indonesia yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEI yang mewajibkan untuk mengangkat Komisaris Independen dan membentuk Komite Audit pada tahun 1998, GCG mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.

  Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan

  

(Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong

  terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan GCG. Pemerintah Indonesia mendirikan lembaga khusus, yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang memiliki tugas pokok dalam merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia.

  Sejauh ini penegakan aturan untuk penerapan CGG, belum ada sanksi bagi perusahaan yang belum menerapkan maupun yang sudah menerapkan tetapi tidak sesuai standar pelaksanaan GCG. Namun pelaksanaan penerapan GCG memberi nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas GCG menunjukkan peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan kualitas GCG, cenderung menunjukan penurunan pada penilaian pasar (Effendi:2008).

2.2.2 Definisi Good Corporate Governance (GCG)

  Istilah tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia merupakan terjemahan dari good corporate governance. Kata governance berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu gouvernance yang berarti pengendalian (control) atau

  

regulated dan dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang berada dalam kondisi

yang terkendali (Subroto, 2005).

  GCG merupakan masalah yang tidak akan berakhir dan terus akan menjadi bahan pembahasan bagi pelaku bisnis, akademis, pembuatan kebijakan dan lain sebagainya. Perhatian terhadap GCG kian meningkat seiring banyak bermunculan masalah skandal keuangan di lingkungan bisnis. Konsep GCG telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli dan badan sebagai alat control dan pengawasan terhadap kinerja manajemen.

  Definisi GCG menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 adalah suatu proses atau struktur yang digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Sehubungan dengan tidak berlakunya Keputusan Menteri Negara BUMN tersebut yang selama ini digunakan sebagai dasar penerapan GCG, yaitu Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep– 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara karena digantikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (tanggal 1 Agustus 2011), maka definisi GCG berubah menjadi prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.

  Menurut Effendi (2008), pengertian GCG adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.

  Menurut Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata (2007), good corporate

  

governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan,

direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.

  Menurut G. Suprayitno (2004), good corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

  Definisi GCG yang dikemukakan diatas berbeda-beda namun memiliki maksud yang sama. Dari definisi diatas dapat disimpulkan GCG adalah sistem atau seperangkat peraturan yang mengatur, mengelola dan mengawasi hubungan antara para pengelola perusahaan dengan stakeholders disuatu perusahaan. GCG tidak hanya sebagai alat pengatur dan pengendali saja namun juga sebagai nilai tambah bagi suatu perusahaan.

  Sehingga di sini jelas jika Good Corporate Governance ingin diarahkan untuk menciptakan suatu bentuk organisasi bisnis yang bertumpu pada aturan- aturan manajemen modern yang profesional dengan konsep dedikasi yang jauh lebih bertanggungjawab. Penafsiran bertanggungjawab dapat diartikan sebagai keikutsertaan perusahaan secara jauh lebih dalam untuk ikut berpartisipasi dalam membangun negara dan bangsa, seperti peran perusahaan sebagai penyedia lapangan pekerjaan, dan pendukung penuntasan kemiskinan. Tentunya ini dapat dianggap jika konsep Good Corporate Governance (GCG) benar-benar dijalankan dengan baik bisa memperingan tugas negara dan memposisikan perusahaan sebagai agent of development (agen pembangunan).

  Good corporate governance dapat dijadikan pedoman yang berguna

  sebagai pengawasan secara efektif sehingga dapat tercipta suatu mekanisme yang

  

check and balance . Penerapan good corporate governance yang efektif di dalam

  sebuah perusahaan dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan dalam menghadapi ancaman di masa datang seperti menghindari krisis, sebaliknya jika perusahaan tidak menerapkan good corporate governance secara efektif dapat menyebabkan terjadinya ketidaksiapan dan kegagalan perusahaan dalam mengahadapi ancaman.

2.2.3 Teori Good Corporate Governance (GCG) a.

  Teori Agensi (Agency Theory) Konsep GCG timbul berkaitan dengan principal-agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agent-nya (Fahmi, 2013). Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga ahli (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan pengelolaan perusahaan (Sutedi, 2011). Pemisahan dalam pengelolaan perusahaan dari pemiliknya ditujukan agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang seefisien mungkin.

  Tugas para agent adalah menjaga kepentingan perusahaan dan menjalankan manajemen perusahaan sesuai fungsi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain agent adalah perantara para pemegang saham dalam menjalankan pengelolaan perusahaan, sementara para pemegang saham hanya mengawasi kinerja para agent-nya dan memastikan bahwa para agent bekerja sesuai dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung tinggi kepentingan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Kinerja manajemen dapat dilihat dari keberhasilannya dalam memaksimalkan laba perusahaan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan.

  Keleluasaan manajemen dalam mengelola dana guna mencapai hasil yang maksimal bagi perusahaan bisa mengarah pada memaksimalkan tambahan ekonomis bagi kepentingan pribadi (kepentingan para agent) dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, sehingga dalam menyajikan laporan atas penggunaan dan pengelolaan dana oleh para agent tidak melaporkan informasi keuangan perusahaan sesuai dengan yang sebenarnya (Ernawan, 2011).

  Dengan kata lain, para agent merekayasa laporan keuangan perusahaan guna menghindari resiko ditemukannya fraud yang dilakukan. Disamping itu, kinerja manajemen yang diukur dari keberhasilannya dalam memaksimalkan laba perusahaan, mendorong para agent untuk melakukan earnings management dalam penyusunan laporan keuangan, dimana agent merekayasa laba perusahaan agar kinerja dalam mengelola perusahaan dinilai baik oleh para pemegang saham.

  Teori agensi tersebut mendorong munculnya konsep GCG dalam pengelola bisnis perusahaan, dimana GCG diharapkan dapat meminimumkan hal- hal tersebut melalui pengawasan terhadap kinerja para agent. GCG memberikan jaminan kepada para pemegang saham bahwa dana yang diinvestasikan dikelola dengan baik dan para agent bekerja sesuai dengan fungsi, tanggung jawab dan untuk kepentingan perusahaan.

  b.

  Teori Stakeholders Pengertian stakeholders atau para pemangku kepentingan menurut

  Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

  

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik adalah pihak-pihak yang

  berkepentingan dengan perusahaan (BUMN) karena mempunyai hubungan hukum dengan perusahaan (BUMN). Perusahaan tidak hanya memandang bahwa

  

stakeholder s adalah investor dan kreditor saja, melainkan antara lain pemerintah,

pelanggan, pemasok, karyawan (tenaga kerja), masyarakat dan lingkungan.

  Dalam teori ini menunjukkan adanya peran penting stakeholders dalam perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu memberikan kepuasan terhadap

  

stakeholders , dimana perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi semua tuntutan

stakeholders agar dapat mendukung pencapai tujuan perusahaan. Dalam tesisnya,

  Sarwako (2003) menyimpulkan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengelola tuntutan stakeholders adalah dengan menerapkan GCG secara efektif.

  c.

  Stewardship theory

  Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat

  manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab memiliki, integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam tuntutan yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

  Prinsip-prinsip good corporate governance menurut Komite Nasional Kebijaka Governance (Pedoman Umum GCG, 2006) adalah:

  

Transparency Accountability

GCG

  

Responsibility Fairness

R Independency

Gambar 2.1 : Lima Prinsip Dasar Good Corporate Governance 1.

  Transparansi (Transparency) Dalam prinsip ini, perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten,

  

comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders karena

  keyakinan dan kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tergantung pada pengungkapan informasi tersebut. Untuk itu, perusahaan hendaknya menggunakan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang lazim digunakan dan dapat diterima secara luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Disamping itu, perusahaan diharapkan mempublikasikan laporan keuangan dan informasi agar investor mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, sehingga dapat menghindari benturan kepentingan (conflict of interest). Selain laporan keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi-informasi penting lainnya dan kebijakan-kebijakan perusahaan kepada stakeholders, khususnya para pemegang saham. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya (transparency) , tanpa rekayasa oleh pihak manapun.

2. Akuntabilitas (Accountability)

  Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari

  

agency problem yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara

  Pemegang Saham dan Direksi. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara lain dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan.

  Untuk meyakinkan bahwa tidak adanya penyimpangan fungsi, hak dan wewenang, maka dibentuk suatu sistem pengendalian internal (SPI) yang efektif dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan. Disamping itu perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward

  

and punishment system) untuk mendorong semua organ perusahaan melaksanakan

tugas dan kewajiban dengan penuh tanggungjawab.

  3. Responsibilitas (responsibility) Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. Mengingat dalam menjalankan operasinya perusahaan seringkali menghasilkan dampak yang negatif yang harus ditanggung masyarakat, untuk ini tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sangat diperlukan. Perusahaan juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi terjadinya kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja yang terjadi pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar. Dengan perusahaan mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan dan masyarakat maka kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen.

  4. Independensi (Independency) Dalam hal ini perusahaan dikelola secara independent, dimana perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Dalam hal ini pula, setiap organ perusahaan dituntut untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang telah ditentukan, tidak mendominasi atau melempar tanggung jawab satu sama lain sehingga kejelasan tugas dan tanggung jawab dapat terlihat. Untuk mewujudkan prinsip ini dapat ditempuh dengan penetapan job description secara jelas dan memastikan setiap organ telah melakukan tanggung jawabnya dengan baik sesuai apa yang telah ditentukan.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

  Dapat dipastikan semua investor pasti membutuhkan jaminan bahwa setiap

  

asset atau capital yang mereka tanamkan dikelola secara aman. Untuk itu

  perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Perlindungan tersebut termasuk perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya praktek korporasi yang merugikan seperti fraud, insider trading dan lain sebagainya. .

2.2.5 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

  Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, maka dapat diketahui tujuan dari penerapan prinsip-prinsip GCG antara lain:

1. Penerapan prinsip-prinsip GCG untuk memaksimalkan nilai BUMN agar

  BUMN memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional, sehingga tujuan BUMN dapat dicapai.

2. Agar BUMN dalam menjalankan usahanya dapat dijalankan secara

  professional, transparant, efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ-organ perusahaan.

  3. Agar setiap keputusan yang diambil dilandasi oleh nilai moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memperhatikan kepentingan- kepentingan para stakeholder (melindungi hak stakeholders).

  4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

  5. Meningkatkan iklim investasi nasional.

2.2.6 Corporate Governance Perception Index (CGPI)

  Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan

  pemeringkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan publik dan BUMN di Indonesia. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi pemikiran pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan tersebut menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. Dengan kata lain CGPI merupakan hasil penilaian dari pelaksanan good corporate governance. Program CGPI dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) bekerjasama dengan majalah SWA.

  IICG merupakan lembaga indenpenden yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 dengan tujuan untuk memasyarakatkan konsep, praktik dan manfaat good

  

corporate governance kepada dunia usaha dan masyarakat luas. Program

  penelitian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang sesuai dengan good corporate governance melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya yang hasil dari penghargaan ini akan diumumkan di majalah SWA sebagai sajian utama.

  Penilaian yang dilakukan terhadap praktek penerapan good corporate

  governance meliputi (The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2009): 1.

  Komitmen yang menunjukkan wujud kesungguhan organ perusahaan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  2. Transparansi yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menyampaikan berbagai informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan akurat, termasuk informasi tentang proses merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi strategi yang dilakukannya, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  3. Akuntabilitas yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam mempertanggungjawabkan seluruh proses pencapaian kinerja secara transparan dan wajar, termasuk mempertanggungjawabkan seluruh proses dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  4. Responsibilitas yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan dan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, termasuk dalam menjamin terlaksananya proses perumusan, implementasi serta evaluasi strategi secara bertanggung jawab, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  5. Independensi yang menunujukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menjamin tidak adanya dominasi atau intervensi dari satu partisipan terhadap partisipan lainnya, termasuk dalam menjamin tidak adanya dominasi dan intervensi dari satu partisipan manapun dalam proses merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  6. Keadilan yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam memperhatikan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder), termasuk dalam memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan seluruh stakeholder dalam proses merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta mendorong anggota perusahaan untuk ikut melaksanakannya.

  7. Kompetensi yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan otoritasnya sesuai dengan peran dan fungsinya, inovatif dan kreatif, termasuk menunjukkan kemampuannya untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi secara tepat, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk melakukannya juga.

  8. Kepemimpinan yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menunjukkan corak kepemimpinan yang dapat mentransformasikan organisasi kearah yang lebih baik, termasuk dalam menununjukkan corak kepemimpinan yang dapat membimbing organisasi untuk merumuskan, mengimplementaskan dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  9. Kemampuan bekerja sama yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menunjukkan kemampuan bekerjasamanya untuk mencapai tujuan bersama secara bermartabat, termasuk dalam menunjukkan kemampuan bekerjasamanya untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  10. Visi, misi, dan tata nilai yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan untuk memahami pokok-pokok yang terkandung di dalam pernyataan visi, misi dan tata nilai perusahaan yang akan menjadi panduan bagi perusahaan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi yang dilakukannya, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong menumbuhkan keinginan dihati para anggota perusahaan untuk mencapai pokok-pokok tersebut.

  11. Moral dan etika yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam menerapkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap proses bisnis sesuai dengan prinsip GCG, termasuk dalam proses merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  12. Strategi yang menunjukkan kesungguhan organ perusahaan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi sebagai respon terhadap perubahan agar perusahaan dapat mempertahankan kinerjanya secara berkelanjutan, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.

  Hasil penelitian yang dilakukan untuk menilai CGPI yaitu setelah melakukan penilaian maka IICG akan memberikan penilaian yang dilakukan dengan cara memberikan nilai skor kepada perusahaan peserta, besaran nilai skor ini dibuat berdasarkan acuan yang telah dibuat IICG. Skor ini diambil hasilnya berdasarkan hasil kuisioner penelitian yang diberikan kepada perusahaan peserta. Berikut bobot nilai yang digunakan untuk mengukur CGPI :

  17

  b.

  Pada tahap awal ini perusahaan harus mengisi self assessment terkait penerapan good corporate governance yang sudah di implementasikan di dalam perusahaannya.

   Self Assessment

  governance dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

  35 Sumber : Majalah SWA Penilaian proses riset dalam penentuan nilai penerapan good corporate

  4 Observasi ke perusahaan

  3 Penyusunan makalah dan presentasi

Tabel 2.1 Bobot Penilaian CGPI

  23

  2 Kelengkapan dokumen

  25

  1 Self Assessment

  INDIKATOR BOBOT (%)

  NO

  Kelengkapan dokumen Pada tahap ini perusahaan harus melengkapi dokumen-dokumen terkait pelaksanaan good corporate governance di perusahaan. c.

  Makalah Pada tahap ini perusahaan harus membuat urain penjelsasan terkait penerapan

  good corporate governance di perusahaan yang dibentuk di dalam makalah dengan memperhatikan sistematika yang telah ditentukan.

  d.

  Observasi Dalam tahap ini peneliti CGPI akan datang langsung ke perusahaan untuk melihat secara pasti penerapan prinsip good corporate governance di perusahaan.

  Perusahaan yang telah melewati tahap akhir observasi hanya tinggal menunggu proses penilaian yang akan dilakukan oleh tim CGPI berdasarkan hasil penilaian yang telah di dapat dari perusahaan. Nilai CGPI dihitung berdasarkan jumlah nilai akhir yang didapatkan dari setiap proses di atas. Setelah nilai CGPI dari setiap perusahaan keluar maka selanjutnya nilai CGPI perusahaan secara keseluruhan akan dibahas di Forum Panel untuk menentukan pemeringkatan CGPI.

  Hasil penelitian CGPI akan dijadikan acuan untuk menentukan peringkat perusahaan yang memiliki skor tertinggi sampai terendah. Setelah hasil pemeringkatan perusahaan jadi kemudian hasilnya akan diumumkan pada tahun berikutnya. Hasil pemeringkatan CGPI digolongkan menjadi 3 kategori berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah seperti dalam tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Pemeringkatan CGPI Skor Level Terpercaya

  85-100 Sangat Terpercaya 70-84 Terpercaya 55-69 Cukup Terpercaya

  Sumber : Corporate Governance Perception Index

  Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari adanya CGPI adalah karena CGPI merupakan salah satu informasi yang masuk di pasar modal. Informasi mengenai CGPI diharapkan dapat memberikan dampak positif terutama yang menyangkut kepercayaan investor atas dana yang diinvestasikan. Pengaruh pengumuman CGPI dimungkinkan akan memberikan reaksi positif investor serta mampu mengubah harapan investor tentang perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya kondisi yang demikian, harga saham dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk sepuluh besar CGPI akan lebih tinggi dibandingkan perusahaan non sepuluh besar CGPI. Selain itu, adanya pemeringkatan good corporate governance yang berupa CGPI ini dimungkinkan adanya perbedaan reaksi antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI.

2.3 Profitabilitas Perusahaan

2.3.1 Pengertian Profitabilitas

  Seorang investor yang hendak menanamkan investasinya disebuah perusahaan perlu untuk mengenali dan melihat kondisi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan yang akan dijadikan target inverstasi. Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan tersebut maka seorang investor akan mengetahui kelayakan bisnis dari perusahaan dari tahun ke tahun. Salah satu analisis laporan keuangan adalah dengan rasio profitabilitas.

  Profitabilitas adalah hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Menurut Simamora (2000:528), profitabilitas merupakan suatu ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap 2001: 226). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya pada suatu periode akuntansi tertentu.

  Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukurnya adalah dengan menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu alat di dalam menganalisa kondisi keuangan perusahaan dari hasil operasi dan profit yang diterima perusahaan.

2.3.2 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

  Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 (Rahajarputra:2011), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

  Laporan keuangan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan, investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Menurut Kieso dan Wey Gandt (2007) laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari:

  1) Neraca

  Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Neraca disajikan berdasarkan likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan, yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat perkiraan terhadap keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

  Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban tepat waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana. 2)

  Laporan Laba/Rugi Laporan Laba/Rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menyediakan informasi mengenai penentuan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman yang diperlukan investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu dan kepastian dari arus kas masa depan.

  3) Laporan Arus Kas

  Laporan arus kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas selama satu periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 4)

  Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu.

2.3.3 Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan

  Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan laba rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan dapat diambil informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan.

  Profitabilitas keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang dapat ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya, oleh sebab itu untuk mengukur profitabilitas keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangannya. Hal ini diperkuat melalui pernyataan Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.

  Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi, tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan yang terjadi. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak.

  Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang akan dilakukannya. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dapat menarik para investor untuk menanamkan dana yang dimilikinya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya karena mereka menganggap perusahaan yang bersangkutan tidak mampu memberikan return sesuai yang diharapkan para investor.

  Profitabilitas bagi perusahaan dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha, misalnya dalam perusahaan profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerjanya dimana kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan. Tingkat profitabilitas suatu suatu perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tinggi, maka para investor tentunya akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dana yang ia miliki. Profitabilitas yang tinggi juga dapat mempengaruhi keinginan masyarakat dalam menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang bersangkutan.

  Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam suatu perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

2.3.4 Indikator dalam Perhitungan Profitabilitas

  Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan. Hanafi dan Halim (2009) mendefinisikan rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Rasio ini lebih diminati oleh para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebagai salah satu alat keputusan investasi, apakah investasi bisnis ini akan dikembangkan, dipertahankan, dan sebagainya. Menurut Kasmir (2008:199), rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:

1. Net Profit Margin (NPM)

  Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

  Net profit margin dihitung dengan rumus: ℎ ℎ

  Net Profit Margin = 2.

  Operating Profit Margin (OPM)

  Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan

  penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.

  Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah

  tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi

  operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

  Operating profit margin dihitung dengan rumus: ℎ

  Operating Profit Margin = 3.

  Return on Investment (ROI)

  Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah

  pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.

  Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return

  on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva.

  Return on Investment dihitung dengan rumus: ℎ ℎ

  Return in Investment (ROI) =

  Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over\ 4.

  Return on Equity (ROE)

  Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah

  pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.

  Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah

  perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

  Return on equity dapat dihitung dengan rumus: ℎ ℎ

  Return on Equity (ROE) =

5. Return on Assets (ROA)

  Return on assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

  kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dan menunjukkan tingkat efisiensi kinerja perusahaan dalam penggunaan aset.

  Return on assets dihitung dengan rumus:

  (ROA) =

  Return on Assets

  

2.4 Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas

Perusahaan

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau kemampuan perusahaan dari berbagai sumber daya yang digunakan dalam kegiatan operasional. Sedangkan rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Pada umumnya rasio profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio antara lain Return on Asset, Return on

  Equity, dan Net Profit Margin.

  Kinerja keuangan perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor pemeringkatan GCG yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan GCG dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya sehingga menaikkan profitabilitasnya. Semakin tinggi penerapan GCG yang diukur dengan corporate

  

governance perception indeks (CGPI), semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja keuangan perusahaan yang baik. Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan direksi dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate

  

governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya yang berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.

  Sehingga semakin baik pengelolaan perusahaan, maka perusahaan akan makin mampu menghasilkan tingkat imbal hasil yang lebih baik.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Berdasarkan penelitian terdahulu pengaruh good corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan, beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan khususnya profitabilitas dan ada beberapa yang tidak berpengaruh positif dan signifikan antara penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan khususnya profitabilitas.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama/Tahun Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

  2. ROA tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG.

  Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekplanatori yang bertujuan untuk menemukan bentuk hubungan antara suatu variabel dependen terhadap perubahan dari variabel independen.

  Untuk mengetahui pengaruh penerapan GCG terhadap keandalan laporan keuangan 3 perusahaan jasa yang ada di Bandung.

  terhadap Keandalan Laporan Keuangan (Survei pada 3 Perusahaan BUMN di Bidang Jasa di Bandung)

  Good Corporate Governance

  Pengaruh Penerapan

  R. Ait Novetiani dan Jeanny Fatimah/2010

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, dengan Leverage sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Jati - Pembuatan Poliuretan Sebagai Media Penyaring Air Payau Dari Lignin Isolat Kayu Jati Dengan Bahan Aditif Pasir

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembuatan Poliuretan Sebagai Media Penyaring Air Payau Dari Lignin Isolat Kayu Jati Dengan Bahan Aditif Pasir

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keong Mas (Pomaceae canaliculata L.) - Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata.L) yang telah diaktifkan Sebagai Adsorben Pada Kadar Ion Besi (Fe3+) Dan Tembaga (Cu2+) dalam Air Sungai Deli

1 0 16

Perbandingan Prediksi Leeway space dengan Menggunakan Analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada Murid Sekolah Dasar Suku Batak di Kota Medan

0 0 13

1. Saudara sering berkunjung ke Rumah Baca Lontung. - Pengaruh Pemanfaatan Taman Bacaan Terhadap Peningkatan Minat Baca di Rumah Baca Lontung Samosir

0 0 21

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat - Pengaruh Pemanfaatan Taman Bacaan Terhadap Peningkatan Minat Baca di Rumah Baca Lontung Samosir

1 1 28

Pengaruh Pemanfaatan Taman Bacaan Terhadap Peningkatan Minat Baca di Rumah Baca Lontung Samosir

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM SEI NAGALAWAN 2.1 Sekilas Tentang Desa Sei Nagalawan - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 1 28