BAB II TINJAUAN MUSIK GITAR TUNGGAL 2.1 Sejarah Instrumen Gitar Dan Perkembangannya - Analisis Musikal Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal: Studi Kasus Pada Karya-Karya Jubing Kristianto

BAB II TINJAUAN MUSIK GITAR TUNGGAL

2.1 Sejarah Instrumen Gitar Dan Perkembangannya

  Dalam melihat sejarah gitar, penulis menelaah beberapa sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan aspek-aspek kesejarahan dalam gitar.

  Diantaranya seperti buku Classic Guitar Course 3 Yamaha (2006:4), Bambang Wiryawan dalam bukunya Metode Praktis Belajar Gitar (1985:17) dan buku Gitarpedia oleh Jubing Kristianto (2005:32). Jika diamati proses perjalanan sejarah gitar amatlah panjang. Gitar adalah salah satu alat musik petik yang paling terkenal saat ini. Karena hampir menguasai seluruh lapisan masyarakat di dunia. Bila kita menyelidiki gitar tidaklah pasti darimana asal mulanya, tetapi dapat ditelusuri kembali kemasa Mesir kuno (3000 tahun sebelum masehi), dimana diyakini bahwa permulaannya adalah Lyra. Lyra adalah instrumen senar kuno mempunyai sebuah badan dengan beban pada leher yaitu dua lengan yang mengarah keatas. Kedua ujung lengan dihubungkan dengan sebuah crossbar/jembatan penyambung. Senar lyra diregangkan diatas dan sejajar dengan kotak resonansi dan diikatkan ke crossbar.

  Gambar 1. Lyra

  Sumber : www.homoecumenicus.com Kemudian dapat ditelusuri diwilayah Persia 1500 tahun sebelum masehi yang dikenal sebagai instrumen musik petik kuno dengan sebutan citar atau

  .

  sehtar

  Lain halnya di Yunani, dalam menyelidiki asal-usul gitar serta proses pembentukannya di Yunani telah dikenal suatu alat musik petik yang dibuat dari rumah kura-kura sebagai alat dari resonansinya, pada ujung-ujungnya dimasukkan kayu melengkung sehingga berbentuk seperti busur panah, kemudian pada ujung satu kayu dengan yang lainnya dibentangkan tiga tali dari bubat yang terbuat dari ekor kuda sebagai senarnya, inilah permulaan dari bentuk harpa dalam bahasa Yunani disebut Sitar yang artinya tiga senar. Di Syria disebut Chetarah, bahasa Ibraninya disebut Kinnura (Kinor) dan di wilayah Chalden disebut Qitra.

  

Gambar 2. Permulaan Bentuk Lute Mulai Dari Cithara, Citharis, Hingga

Menjadi Lute

  Sumber : Bambang Wiryawan (1985:18)

  Gambar 3. Cithara

  Sumber

  Gambar 4. Posisi Bermain Alat Musik Cithara

  Sumber : www.homoecumenicus.com Bentuk citharis atau lyra kayu penahannya berbentuk lingkaran, ada bentuk lain seperti bentuk U dengan kayu penahan pada kiri kanan dan pada ujungnya diikatkan satu kayu melintang sebagai penahan senar disebut cithara menghasilkan bunyi yang lebih besar dan dapat diberdirikan tanpa ditahan.

  Kemudian berkembang suatu bentuk lute yaitu bentuk permulaan pada gitar, pada ujung lubang kura-kura dimasukkan sebuah kayu lurus dan datar pada permukaannya kemudian sampai pada ujung lubang yang lain ditarik tiga senar dengan menekan tiga senar pada kayu tersebut atau salah satu senarnya maka akan dihasilkan beberapa nada yang berbeda. Rumah kura-kura sebagai alat resonansinya kemudian diganti dengan kayu utuh yang dibuat melengkung atau mendatar, kemudian bagian atasnya ditutup dengan kayu atau papan atau dengan kulit binatang. Kira-kira 1000 tahun sebelum Kristus Yesus lahir telah dituliskan dididalam Alkitab lute dengan sepuluh senar. Mazmur 33:2 “Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapai (harpa), berMazmurlah bagiNya dengan Gambus (lute) sepuluh tali”

  Dalam kebudayaan Arab mempengaruhi daratan Eropa melalui Spanyol, dengan s uatu alat musik seperti lute yang disebut “al-ud” dalam bahasa Arab yang berbunyi “kayu”. Di daerah Mesir yaitu di Qarra ditemukan suatu alat musik sejenis gitar dengan bentuk seperti biola disebut “Coptic Gitar” dipakai oleh bangsa Mesir kira-kira abad ke-4 sampai ke-8 sesudah masa Kristus. Mungkin ini adalah asal mula dari perkembangan biola yang tergolong pada musik string pada masa itu.

  

Gambar 5. Coptik Gitar

  Sumber : Bambang Wiryawan (1985:18) Ada dua hipotesa tentang asal mula gitar dan perkembangannya yakni : 1.

  Dimulai dengan lute dari Assyria, melewati Mesir, Persia, Arab dan kemudian sampai di Spanyol

  2. Sesuai dengan poin pertama, Ketharah dari Assyria dan Kittara dari Yunani berkembang menjadi Citara-Roma, kemudian berkembang lagi menjadi Rotta atau Chrotta. Kemudian abad 16 di Spanyol rotta atau chrotta menjadi ke-12 di Spanyol adalah gitar latin yang dianggap keturunan alat musik dari Roma dan Yunani, serta gitar morisca yang dianggap dibawa dari Arab, memiliki empat senar tunggal yang serupa dengan gitar masa kini dan secara umum dimainkan dengan gaya punteado (dimainkan dengan petikan pendek seperti stakatto). Berbentuk oval dengan bagian belakang yang melingkar, ada yang dua dan tiga senar. Gitar morisca dimainkan dalam gaya Rasgueado .

  Vihuella yang muncul di Spanyol pada abad ke-16 yakni vihuella de mano yang dimainkan dengan jari dan vihuella de arco yang dimainkan dengan plektrum. Gitar masa kini merupakan keturunan langsung dari vihuella de mano. Senar vihuella yang kedua hingga senar yang keenam berlipat ganda, sedangkan senar satunya tunggal. Nadanya yang umum dipakai ialah : G-C-F-A-

  D’-G’ (dari senar enam sampai senar ke satu). Hal ini sama seperti menurunkan senar ke tiga setengah nada dalam nada standard gitar dengan sebuah capo pada fret ketiga di papan pencet gitar. Selama abad ke-16 vihuella dan gitar dibedakan berdasarkan jumlah senar yang digunakan pada masa itu. Menurut Juan Bermudo gitar latin memiliki empat senar, senar kedua sampai senar keempat digandakan dan senar kesatu tunggal. Selama abad tersebut banyak pemain vihuella yang cukup tenar seperti Luis Milan, Narvaez, dan Mudarra yang secara aktif membentuk bagian terpenting dalam sejarah gitar.

  Gitar, pada mulanya terdiri dari empat senar dengan nada : A-D-G- E’. Pada akhir abad ke-17 Joan Charles membuat senar dobel menjadi : A-A, D-D, G-

  G, B-

  B, dan E’. Kemudian pada tahun 1799 Fernando Ferandiere merubah tulisan kenal saat ini, supaya dapat dimainkan dengan alat-alat musik lainnya dan merubah senar gitar dari lima senar menjadi enam senar. Terdiri dari lima senar dobel dan satu senar tunggal dibagi dalam 17 fret/papan pencet gitar. Pada abad ke-17 gitar mulai menggantikan vihuella. Vihuella adalah sejenis instrumen seperti gitar yang mempunyai enam senar dengan nada : G-E-F-A-D-

  G’. Pada tahun 1349 di Spanyol terdapat dua jenis gitar yaitu guitarra latina dan guitarra morisca, Duke Jehan dari Perancis khusus mempelajari kedua gitar ini. Pada guitarra latina bentuk bagian belakang rata dan mempunyai empat senar yaitu satu senar tunggal dan tiga senar dobel. Biasa dimainkan dengan teknik yakni memakai ibu jari untuk memetik senar secara beruntun, dan

  Rasgueado

  banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Romawi dan Yunani kuno. Sedangkan pada guitarra morisca bentuk bagian belakang melengkung beberbentuk oval (bulat telur seperti buah badam) memiliki lengan yang panjang mempunyai delapan senar dan dimainkan dengan petikan-petikan yang pendek (stakatto/punteado) dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Pada abad ke-16 gitar Spanyol mulai berkembang dalam popularitasnya karena mempunyai suara yang sangat bagus.

  Pengembangan gitar Spanyol ini diprakarsai oleh Juan Carlos Amat dan Vicente Espinel (1551-1642) di dalam buku yang dikarang oleh Juan Carlos yaitu “guitarra espanola de cinco ordenes”. Dan kemudian pada tahun 1596 menuliskan mengenai penalaan gitar yakni : A-D-G-B-E dan menuliskan beberapa lagu yang populer pada masa itu seperti Italianas, Villanos, Pabanillas.

  Sebelum tahun 1780 bentuk senar enam gitar tunggal muncul di Spanyol dan diprakarsai oleh Antonio Ballestera dan dilanjutkan oleh Fernando dengan abad ke-19 hal-hal yang menarik dari gitar sangat berkembang, pada awal abad ke-19 ada tiga hal yang berkembang pada gitar yaitu teknik, reportoar dan konstruksi gitar.

  

Gambar 6. Gitar Klasik

  Sumber : Dokumentasi Pribadi Sementara dalam buku Gitarpedia yang disusun oleh Jubing sendiri tentang sejarah gitar (2005:32), yakni : Sudah sekian banyak ahli menyelidiki, namun sampai kini asal-usul gitar yang sesungguhnya masih terus diperdebatkan. Sekian banyak pendapat bertebaran, namun tetap saja di dalamnya mengandung keraguan. Sebuah alat musik petik Yunani Kuno bernama kitharra sering disebut sebagai nenek moyang gitar. Kendati begitu, hanya namanya saja yang mirip, lantaran bentuknya lebih seperti harpa kecil. Berbagai artefak kuno di Mesopotamia dan Mesir menunjukkan adanya alat musik petik dengan tubuh dan leher seperti gitar.

  Kenyataannya, hampir di semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada.

  Pada abad ke-11, di Eropa mulai bermunculan jenis-jenis instrumen petik mirip gitar. Desainnya diyakini diperoleh dari alat-alat musik yang ada di Asia, salah satunya adalah gittern. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern. Bahkan dilengkapi dengan fret pada lehernya. Senarnya terbuat dari usus domba (bukan usus kucing, kendati julukannya adalah catgut). Jumlah jalur (course) senarnya tiga atau empat, dengan dua senar per jalur.

  Selama dua abad lebih, gittern berkembang menjadi berbagai bentuk dengan nama-nama baru yang mirip, semisal quitarra, guiterre, gitarer, dan gitar.

  Pada tahun 1300-an di daratan Eropa berkembang dua desain gittern dengan nama

  guitare latine (berasal dari Spanyol) dan guitare morisca (berasal dari Timur

  Tengah dan Timur Jauh). Memasuki abad ke-15, mulai berkembang instrumen petik lain yang bernama lute (berasal dari bahasa Arab, alud). Bentuknya seperti gitar namun dengan bentuk tubuh mirip buah pir dengan course yang lebih banyak.

  Eropa ia tetap bertahan, namun dengan nama baru, vihuela. Catatan menunjukkan Raja Henry VIII dari Inggris terampil bermain vihuela. Ada gosip yang menyebutkan bahwa dialah pencipta lagu

  “Greensleeves” yang abadi itu. Jika benar, maka besar kemungkinan ia menciptakannya dengan vihuela. Popularitas

  

lute terus menanjak di Eropa sementara vihuela lebih terkenal hanya di Spanyol.

  Desain lute maupun vihuela yang makin baik memungkinkan penambahan course serta peningkatan kualitas suara. Hal ini mendorong makin suburnya penciptaan komposisi dengan lute dan vihuela. Para komposer kondang untuk lute dan vihuela menikmati kejayaan pada masa tersebut.

  Vihuela menikmati kejayaan hanya hingga akhir abad ke-16 ketika ia mulai digantikan oleh gitar barok. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil dan hanya memiliki empat course. Ini menyulitkan bila musisi hendak memainkan lagu-lagu yang lebih kompleks.

  Karena itu, sempat muncul gitar Barok dengan lima course pada abad ke-16. Pada masa inilah kejayaan gitar dimulai. Para gitaris dan komposer handal bermunculan.

  Memasuki abad ke-17 hingga 18, popularitas gitar seakan terhenti. Sedikit sekali komposer yang memperhatikan gitar. Berangsur-angsur gitar akhirnya hanya menjadi alat musik seniman keliling jalanan. Para bangsawan dan masyarakat kelas atas lainnya menghindari gitar. Kendati begitu, gitar terus berkembang. Bahkan ada yang makin mirip desainnya dengan gitar modern, termasuk jumlah course yang mencapai enam, hanya saja sistem penalaannya sama sekali berbeda. Tubuhnya kelewat tipis dan ramping. Memasuki abad ke-19, dan komposer luar biasa seperti Sor, Giuliani, Aguado, Carcassi, Carulli, Coste, dan banyak lagi. Karya-karya mereka bahkan hingga kini masih menjadi favorit para gitaris modern.

  Menjelang abad ke-20, desain gitar di Eropa tidaklah seragam. Masing- msing gitaris bisa saja memainkan jenis gitar yang berbeda dari gitaris lainnya. Orang yang paling bertanggung jawab mendesain gitar hingga bentuknya jadi seperti yang sekarang kita kenal adalah Antonio Torres Jurado (1817-1892).

  Pembuat gitar dari Spanyol ini menemukan standar anatomi gitar (dimensi, rangka, panjang dawai, dan sebagainya) yang mampu menghasilkan kualitas suara secara maksimal, sekaligus nyaman dimainkan. Temuan Jurado ini segera diikuti para pembuat gitar lainnya. Kini, kendati tiap pembuat gitar punya kekhasan dan “resep” masing-masing, ada patokan tertentu dalam desain gitar modern yang berpegang pada desain Torres.

  Repertoar gitar bertumbuh pesat dengan makin berlimpahnya gitaris dan komposer yang tak henti memopulerkan gitar. Salah satunya Francisco Tarrega (1852-1909), gitaris dan komposer kelahiran Spanyol. Tarrega adalah perintis permainan gitar klasik menjadi sebuah ilmu dan seni tersendiri. Ia bukan saja dikenal sebagai pendidik yang bertangan dingin namun juga komposer gitar yang inovatif. Posisi duduk bermain gitar klasik yang dikenal sekarang digagas oleh Tarrega. Posisi ini memungkinkan gitar dalam posisi stabil, serta membantu lengan kanan maupun kiri menjelajahi fretboard dan senar di posisi manapun dengan lebih leluasa.

  Banyak teknik baru bermain gitar yang ia populerkan, dari tremolo hingga tersedu-sedu. Salah satu komposisi gitar t unggalnya “Recuerdos de Alhambra”

  (Kenangan akan Alhambra), cukup terkenal sehingga sering diaransemen ulang oleh musisi-musisi masa kini.

  Gebrakan Tarrega lainnya adalah mentranskrip berbagai komposisi untuk alat musik lain ke gitar tunggal, termasuk diantaranya berbagai komposisi ciptaan Granados (piano), Albeniz (piano), Chopin (piano), Bach (biola), hingga Mendelsohn (kuartet gesek). Murid-murid Tarrega pun menjadi sadar betapa gitar memiliki kemampuan setara dengan alat- alat musik yang lebih “bergengsi”.

  Tarrega boleh jadi seorang pendobrak, namun kemampuannya itu hanya dikenal di kalangan terbatas. Ia lebih sering bermain gitar untuk murid-muridnya, ketimbang untuk publik yang lebih luas. Secara tak langsung, Tarrega ikut berperan mendorong Andres Segovia (1893-1987) memperkenalkan seni bermain gitar klasik ke seluruh dunia.

  Pada usia 5 tahun, Segovia ikut pamannya di Granada. Sang paman mendorongnya belajar biola, namun Segovia terlanjur takjub pada keindahan bunyi gitar yang dimainkan seorang gitaris flamenco di rumah pamannya. Sejak itulah di mati-matian mempelajari cara bermain gitar tunggal dengan otodidak. Ia amat prihatin pada status gitar yang ketika itu di Spanyol dianggap alat musik rendahan serta amat minimnya perbendaharaan karya musik untuk gitar tunggal.

  Pergaulan dengan murid-murid Tarrega merangsang Segovia meneruskan tradisi Tarrega; mengembangkan teknik permainan gitar serta repertoar komposisi gitar yang masih amat sedikit. Ia pun mulai mentranskrip karya-karya komposer klasik hingga bisa dimainkan dengan gitar tunggal. Yang paling terkenal adalah

  Minor untuk solo biola yang amat terkenal. Pada usia 20 tahun, Segovia

  melakukan konser profesionalnya yang pertama di Madrid. Ia membawa lagu-lagu klasik terkenal hasil transkripsi Tarrega.

  Sebelum konser, banyak musisi yakin Segovia bakal ditertawakan. “Mana mungkin bersolo gitar memainkan musik klasik?” begitu komentar mereka. Yang terjadi justru sebaliknya. Segovia berhasil membuat penonton tercengang dan terkagum-kagum ! Ia bukan saja memainkan musik, tapi dapat “memindahkan” berbagai jenis suara alat musik hanya dalam satu gitar. Sejak itulah, Segovia jadi buah bibir. Ia makin laris diundang konser di berbagai negara, hingga ke Amerika.

  Ia menyebarkan benih kegandrungan pada gitar pada tiap konser. Banyak komposer ternama mulai bersedia menciptakan komposisi asli untuk gitar yang dipersembahkan bagi Segovia. Hingga usia 90 tahun, Segovia masih tampil konser.

  Luthier-luthier ternama seperti Ramirez, Hauser dan Fleta, banyak mendapat dukungan dan masukan penting dari Segovia untuk meningkatkan volume dan suara gitar klasik. Segovia pula yang mendorong terciptanya senar nilon oleh Du Pont Chemical dan Albert Augustine di tahun 1947. Kehadiran senar nilon merupakan terobosan penting bagi para gitaris klasik saat itu.

  Berkat Segovia, seni bermain gitar tunggal kini mendapat tempat di panggung-panggung musik terhormat serta diajarkan di berbagai perguruan tinggi di dunia termasuk Indonesia.

  Abad ke-20 juga menyaksikan lahirnya jenis gitar baru, yakni gitar akustik folk. Salah satu perintisnya adalah Henry Martin, putra dari Christian Frederick senar nilon, memasuki tahun 1920-an dimulai terobosan membuat gitar dengan senar dari logam. Sejak itu, Martin terus mengembangkan berbagai desain gitar akustik. Namun yang paling legendaris adalah gitar flat-top akustik-folk model Dreadnought. Desain gitar ini banyak dikopi oleh pabrik pembuat gitar lainnya. Warna suaranya yang berat membuat Dreadnought amat populer digunakan para musisi dan penyanyi folk, country, serta blue-grass.

  Penemuan listrik membawa revolusi pada dunia, termasuk instrumen gitar. Adalah Lyody Loar dari perusahaan pembuat gitar Gibson yang diketahui pertama kali bereksperimen dengan pick-up magnetik pada gitar. Kendati demikian, Adolph Rickenbaker serta dua rekannya Paul Bart dan George Beauchamp-lah yang sukses mewujudkan gitar elektrik pertama dan memproduksinya secara komersial di Awal tahun 1930-an. Langkah ini diikuti perusahaan-perusahaan pembuat gitar lainnya, termasuk Gibson yang akhirnya malah memimpin pasar gitar elektrik. Persaingan yang makin ketat melahirkan berbagai desain gitar yang makin beragam.

  Lantaran munculnya gitar jenis- jenis baru tadi, muncullah istilah “gitar klasik”. Nama ini digunakan untuk membedakan gitar ala Torres dengan gitar akustik bersenar logam ataupun dengan gitar elektrik. Terkadang juga disebut sebagai spanish guitar karena desain gitar klasik seperti yang kita kenal sekarang ini proses evolusinya lebih intens di Spanyol.

2.2 Sejarah Persebaran Dan Perkembangan Gitar Di Indonesia

  penulis membaca artikel Andre Indrawa, Gitar pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad 17 dibawa oleh orang-orang-orang Portugis dimana pada saat itu orang-orang Portugis yang ditawan oleh Belanda dimukimkan dikawasan Jakarta Utara bernama kampung Tugu. Tidak jarang para tawanan ini menghibur dirinya dengan memainkan musik yang dibawa dari asalnya. Gitar dan alat-alat musik yang mirip dengan gitar sudah dipergunakan pada masa ini. Hal ini terlihat pada pagelaran ensembel keroncong dan bahkan dalam kesenian tradisonal Cirebon.

  Disisi lain kepopuleran gitar di Indonesia juga didukung oleh keberadaan berbagai alat musik lain yang memiliki kemiripan dengan gitar, yang telah lama ada sebelum gitar masuk ke Indonesia. Alat musik tersebut diantaranya adalah gitar tradisional berdawai tiga yang disebut sampek dari Kalimantan Timur. Dan berbagai model gitar tradisional berukuran kecil yang berdawai dua yaitu hasapi, kulcapi dan husapi dari Sumatera Utara.

  Disamping itu gitar juga telah turut berjasa membangkitkan semangat rakyat dalam memperjuangkan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Hal tersebut terjadi pada penyelenggaraan Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dimana gitar digunakan sebagai instrumen pengiring dalam pengumandangan perdana lagu himne nasional Indonesia Raya.

  Dalam aspek yang lainnya seperti berdirinya sekolah-sekolah musik swasta pada sekitar tahun 70-an sangat membantu penyebaran minat bermain gitar di Indonesia. Hasil dari banyaknya kursus-kursus yang dibuka adalah suatu peningkatan subur bagi para peminat dan pembelajar gitar. Disamping itu bermacam-macam metode pengajaran dari produk luar negeri pun telah modalnya dalam sektor musik khususnya gitar, hal ini juga menantang para peneliti dan ahli pendidikan musik yang berspesialisasi gitar untuk memikirkan dan menyusun suatu metode pengajaran gitar yang paling cocok untuk masyarakat Indonesia.

  Menjelang permulaan tahun 1980, Indonesia telah memiliki gitaris-gitaris profesional yang cukup diperhitungkan. Diantara mereka adalah Carl TangYong yang pernah belajar di Roma dan Rully Budiono seorang lulusan program diploma sebuah konservatori musik Wina, Austria. Produksi musikal mereka terdiri dari konser-konser di kota-kota besar dan rekaman-rekaman kaset. Produktivitas mereka, disamping telah membangkitkan semangat para amatir dan diletan juga telah menumbuhkan apresiasi yang baik dan kepercayaan dari para pecinta gitar atas kemampuan bermusik.

  Sebagai salah satu reaksi dari perkembangan gitar di Indonesia di datangkanlah gitaris-gitaris profesional dunia seperti Julian Bizantine, David Russel dan John Mills dari kerajaan Inggris, Jean Piere Jumaez dari Perancis, Sigfried Behrend dari Jerman, untuk memberikan workshop-workshop bagi masyarakat pergitaran di Nusantara. Tanggapan mereka yang positif terhadap perkembangan gitar di Tanah Air telah menimbulkan pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan dunia pergitaran di Indonesia. Tidak heran jika dalam waktu yang singkat gitaris-gitaris muda Indonesia mulai dikenal melalui prestasinya dalam kompetisi-kompetisi internasional di Kawasan Asia Tenggara

  Di Asia Tenggara seni pertunjukan gitar klasik sudah lama berkembang. gitar klasik di Indonesia masih sangat muda, namun dalam tempo yang relatif singkat gitaris-gitaris muda Indonesia telah mampu menunjukkan kebolehan kualitasnya. Perkembangan gitar di Indonesia dan gebrakan aksi gitaris-gitaris muda kita dalam forum internasional seperti kompetisi gitar se-Asia Tenggara pada tahun 1977-1979 telah memacu perkembangan gitar di kawasan ini.

  Guna meningkatkan kehidupan pergitaran di kawasan Asia Tenggara, beberapa sekolah musik di Indonesia dan beberapa negara tetangga yang tergabung dalam suatu sistem pendidikan musik Yamaha. Yamaha sepakat untuk menyelenggarakan suatu forum pertemuan antar gitaris se-Asia Tenggara. Sebagai tidak lanjutnya atas sponsor dari Yamaha Music Foundation, Tokyo pada tahun 1977 telah diselenggarakan The First South East Asian Guitar Festival (SEAGF 1977) yang merupakan kompetisi gitar pertama di kawasan Asia Tenggara. Kompetisi tersebut mengambil tempat di Hotel Hilton, Jakarta. Pesertanya terdiri dari masing-masing dua gitaris untuk wakil setiap negara yang terdiri dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Filipina dan Hongkong. Kompetisi tersebut dibagi kedalam dua kategori yaitu bagian klasik dan non klasik. Untuk bagian non klasik peserta membawakan karya-karya non klasik baik dengan media gitar klasik maupun jenis-jenis gitar akustik non elektrik lainnya.

  Juara pertama untuk kompetisi itu jatuh pada peserta Indonesia. Juara untuk kategori gitar klasik adalah Linda Sukamta, gitaris putri dari Bandung, sedangkan untuk kategori non klasik dimenangkan oleh Michael Gan dari Jakarta.

  Pada penyelenggaraan kedua SEAGF 1978 di Bangkok, Thailand, untuk kategori klasik dalam kompetisi itu dimenangkan oleh Andre Indrawan. Dan pada harum di Asia Tenggara dengan berhasilnya gitaris muda Royke B Koapaha dari Bandung sebagai juara pertama.

2.3 Perkembangan Awal Pendidikan Gitar Klasik Di Indonesia

  Untuk melihat perkembangan awal pendidikan gitar klasik di Indonesia, penulis membaca artikel dari Andre Indrawan, artikel ini menguraikan tentang bagaimana sejarah perjalanan awal pendidikan gitar di era tahun 1970-an, Di sekitar tahun 70-an minat terhadap gitar klasik di Indonesia sangat besar. Hal ini ditandai dengan melonjaknya jumlah peserta kursus gitar dan sekolah-sekolah musik swasta dalam waktu yang relatif singkat. Sekolah-sekolah ini mengakomodasi para peminat gitar yang pada saat itu mengundang perhatian dunia gitar internasional. Dalam hal ini dibuktikan dengan digelarnya konser- konser gitaris dunia di Indonesia dan datangnya bantuan pendidikan dan material dari negara-negara berkembang seperti Jepang dan Belanda. Perhatian inipun disambut oleh pemerintah Indonesia dengan dibukanya program-program pendidikan gitar secara resmi, mulai dari sekolah-sekolah dan institusi-institusi kejuruan musik hingga perguruan tinggi.

  Pada masa tahun 1970-an ini merupakan titik tolak pengembangan pendidikan gitar klasik di Indonesia. Gejala ini ditandai dengan :

  1. Meningkatnya pelayanan minat masyarakat dalam mempelajari gitar melalui lembaga-lembaga kursus musik swasta yang disponsori perusahaan-

  2. Datangnya bantuan resmi pemerintah Belanda dalam membina calon-calon guru gitar melalui program intensif yang dikelola pemerintah di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Yoyakarta dan Surabaya.

3. Dibukanya bidang studi praktek gitar pada jenjang perguruan tinggi.

  Hingga pertengahan tahun 1970-an sudah terdapat benyak sekolah-sekolah musik swasta yang menyediakan kursus gitar. Baik di kota-kota besar maupun kecil di Indonesia. Berbagai macam teknik dan metode praktis ditawarkan dengan tujuan dasar yang sama yaitu memperkenalkan suatu cara bermain gitar yang lebih dari sekedar memainkan chord-chord pengiring nyanyian. Teknik bermain gitar klasik diperkenalkan melalui pendekatan-pendekatan yang mudah dan menyenangkan dengan melibatkan dasar-dasar umum permainan gitar. Gaya pengajaran kelas yang santai dan sistem ujian yang menarik dari metode-metode tersebut telah menghasilkan siswa-siswa baru yang dapat menguasai keterampilan dasar bermain gitar secara komprehensif dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi kurikulum yang ditawarkan pada sisiwa pada waktu itu masih sangat terbatas hingga tingkat keterampilan menengah. Berbeda dengan kursus-kursus musik swasta lainnya. Seperti Yayasan Pendidikan Musik (YPM) di Manggarai Jakarta, pada saat itu diyakini sebagai sekolah musik termaju di Indonesia. Menerapkan suatu metode yang berbeda. Sekolah ini mengajarkan agar siswa dapat mengenal musik secara utuh melalui pengajaran teori-teori musik secara terpisah dari tutorial individual praktikum instrumen musik. Kelas gitar pada lembaga ini sudah lama ada sebelum tahun 70-an di bawah koordinasi gitaris Adis Sugata. Walaupun praktek gitar mereka masih menggunakan metode lama seperti misalnya, metode Carcassi, dan metode Carulli.

  Pendidikan gitar di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan sejak kehadiran sebuah kelompok musik kamar dari Belanda, Dick Visser Guitar Trio pada tahun 1977. Suatu hal yang menguntungkan bahwa Dick Visser pimpinan trio tersebut adalah seorang pejabat dinas kebudayaan di Belanda pada masa itu. Disamping spesialisasinya sebagai komponis gitar, ia juga seorang pendidik gitar senior, profesor dan dekan di konservatorium Amsterdam, Belanda. Melalui beliaulah telah terjadi suatu jalinan kerjasama diantara pemerintah Belanda dan Indonesia untuk mengembangkan pendidikan gitar klasik di Tanah Air.

  Dick Visser telah menyumbangkan suatu kontribusi yang besar terhadap perkembangan gitar klasik. Kontribusi terpentingnya adalah penemuan teknik baru yang merupakan sintesis dari berbagai teknik bermain gitar terdahulu terutama Tarrega dan Pujol yang dikembangkan pada paruh kedua abad ke-19 dan teknik Segovia pada paruh pertama abad ke-20. Penemuannya tersebut telah dituangkan ke dalam suatu paket terbitan yang lengkap dari seluruh teknik permainan gitar klasik dan sejumlah etude serta kumpulan 24 etude yang ditulis pada seluruh tanda kunci mayor dan minor. Ia bahkan telah menerapkan ide tekniknya ke dalam seluruh komposisi kontemporernya dan juga edisi dan transkripsi beberapa karya-karya standar secara konsisten.

  Perhatian Dick Visser sangat besar terhadap perkembangan gitar di Indonesia yang dinamis. Beliau sangat berniat untuk membantu perkembangan pendidikan musik dan mensosialisasikan metodenya di Indonesia. Dalam waktu berkualifikasi ganda dibidang penyajian (performance) dan pendidikan, Yos Bredie. Guru gitar tersebut adalah lulusan konservatorium Amsterdam, Belanda, salah seorang murid terbaik Dick Viser. Beliau dikirim untuk memberikan pelatihan intensif selama satu setengah tahun pada para guru dan calon guru gitar di kota-kota besar pulau Jawa dan Bali. Penataran tersebut diikuti oleh guru-guru gitar dan peminat-peminat lain dalam jumlah terbatas yang diterima melalui audisi dan rekomendasi sekolah musik. Pada waktu itu diantaranya ikut pada waktu pelatihan tersebut adalah Andre Indrawan, Iwan Irawan, Royke B. Koapaha dan Ferry Tambunan dari Bandung.

  Disamping mempelajari dan mempraktekkan teknik Dick Visser yang lebih mengutamakan perkembangan tangan kiri, peserta pelatihan menerima pelajaran-pelajaran teori penunjang lainnya. Pelajaran-pelajaran tersebut diantaranya ilmu sejarah musik, kontrapung, dan harmoni yang diarahkan kepada komposisi dan aransemen untuk gitar. Pelajaran pelengkap lain adalah kelas musik kamar yang menitik beratkan pada ensembel-ensembel kecil seperti duet, trio dan kwartet gitar.

  Sebagai tindak lanjut dari pelatihan bantuan Belanda yang diselenggarakan oleh pemerintah pada awal tahun 1980, departemen gitar YPM membuka program persiapan konservatori yang diikuti sepuluh siswa dari Bandung dan Jakarta. Satu semester sebelumnya, pada tahun 1979 Akademi Musik Indonesia (AMI) di Yogyakarta yang berada dibawah pengelolaan pemerintah, telah lebih dahulu membuka departemen gitar untuk program yang lebih tinggi dari diploma yaitu gelar seniman setingkat sarjana. Secara operasional pengajaran praktek gitar dan (YPM) dan pemerintah (AMI) tersebut dilaksanakan oleh Yos Bredie karena saat itu belum ada dosen gitar yang dianggap memenuhi persyaratan akademis.

  Beberapa tahun sebelum program gitar di AMI dibuka, aktivitas pendidikan tinggi untuk gitar telah dilaksanakan di LPKJ. Sistem pendidikannya kurang lebih serupa dengan YPM namun lebih lengkap sebagai suatu pendidikan di sekolah tinggi. Jenjang pendidikan gitar di lembaga ini dikelompokkan kedalam dua tingkat yaitu Tahap Studi Dasar dan Tahap Studi Akhir. Di bawah asuhan Reiner Wildt, seorang dosen warga negara Indonesia berdarah Jerman. Teknik yang diterapkan pada para mahasiswa gitar pada dasarnya mengacu secara fanatik kepada teknik Segovia dengan perhatian utama pada pengembangan teknik tangan kanan. Suatu kelebihan yang ada pada sistem pendidikan gitar di lembaga ini ialah perluasan repertoar yang tidak hanya meliputi karya-karya solo dan ensembel gitar tapi juga musik kamar yang melibatkan alat-alat musik lain sebagai kombinasi gitar dengan kwartet gesek atau alat-alat musik orkestra lainnya.

  Sejajar dengan program sarjana (S1), program pendidikan di AMI memakan waktu minimal 9 semester. Program studi yang diterapkan pada masa itu ialah : Musik Sekolah (MS), Sastra Musik (SM) dan Teori Komposisi (TK). Kecuali program MS dan TK yang mempersyaratkan skripsi untuk melengkapi studinya, para mahasiswa SM yang tergolong paling kecil populasinya, dituntut untuk melakukan resital sebagai pengganti skripsi. Mata kuliah yang terkait seperti sejarah gitar, konstruksi gitar dan kelas repertoar gitar diintegrasikan kedalam mata kuliah Praktek Individual Instrumen Mayor. Sementara itu dan koor.

2.4 Metode Pembelajaran Gitar Tunggal

  Pada bagian ini penulis mendeskripsikan metode belajar gitar tunggal yang ideal, guna mendapat gambaran untuk memperoleh penguasaan keterampilan bermain gitar baik secara teori maupun teknik praktis dalam penerapannya, serta memiliki kemampuan dalam mengembangkan kreatifitas pada gitar tunggal.

  Adapun rujukan yang merupakan representasi sebagai studi banding dalam penelitian ini diambil dari metode pembelajaran gitar tunggal : Lembaga Pendidikan Musik Al Farabi, Classic Guitar Performance Examination Yamaha, metode gitar Mauro Giuliani, metode gitar Matteo Carcassi, metode gitar Pujol, pelajaran dasar gitar tunggal Kaye Solapung, pelajaran dasar lembaga musik Cantata, metode dasar gitar klasik Iqbal Thahir, metode praktis belajar gitar Bambang Wiryawan, yayasan pusat pendidikan musik Iwan Irawan, Universitas HKBP Nommensen Medan, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, metode kelas gitar ISI Yogyakarta.

2.4.1 Posisi Dan Sikap Bermain Gitar Tunggal

  

2.4.1.1 Posisi Dan Sikap Anatomi Tubuh Yang Ideal Dan Efektif Dalam

Bermain Gitar Tunggal

  Posisi dan sikap anatomi tubuh yang ideal dan efektif dalam bermain gitar tunggal adalah seperti berikut :

1. Duduk dalam keadaan rileks. Apabila duduk dalam keadaan tegang dan kaku dalam arti yang wajar.

  2. Posisi gitar harus stabil. Biasanya posisi gitar yang tidak stabil disebabkan oleh ibu jari kiri yang terlalu kuat menekan pada leher gitar sehingga posisi gitar cenderung bergerak kedepan.

  3. Gerakan tangan kanan dan kiri harus bebas, kebebasan tangan ditentukan oleh kestabilan posisi gitar. Perlu diperhatikan gerakan tangan harus wajar.

  4. Gunakan kursi tanpa sandaran lengan. Tinggi kursi disesuaikan dengan tinggi lutut sehingga diantara paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut suku siku-siku, sementara itu telapak kaki menyentuh lantai secara menyeluruh.

  5. Pijakan kaki (foot stool) diletakkan di depan kursi tepat pada kaki kiri.

  Perhatikan bahwa pijakan kaki harus stabil, bila tidak dapat mengakibatkan ketegangan pada kaki.

  6. Posisi duduk harus tegak ke depan. Kaki diatur sedemikian rupa hingga stabil.

  Telapak kaki kiri memijak seluruh permukaan foot stool, posisi kaki kiri lurus kedepan dan pahanya sedikit naik ke atas.

  7. Badan tegak lurus agar dapat mengatur pernafasan. Hindari kebiasaan membungkuk, hal tersebut dapat mengakibatkan cepat lelah.

  Gambar 7. Posisi Bermain Gitar

  Sumber : www.guitarlessonsinwimbledon.co.uk

2.4.1.2 Posisi Dan Sikap Pada Tangan Kanan

  Posisi dan sikap yang baik pada tangan kanan adalah : 1.

  Ibu jari memetik kearah depan 2. Jari telunjuk dan tengah disandarkan kesenar diatasnya (appoyando) 3. Jari telunjuk, tengah dan manis memetik kearah dalam telapak tangan (tirando) 4. Pada waktu memetik senar semua jari-jari dalam keadaan rapat 5. Tangan seolah-olah menggenggam bola pimpong pada waktu memetik 6. Ibu jari melampaui ataupun melewati sudut permukaan jari telunjnuk bila dilihat dari atas

7. Lengan tangan tidak boleh menyentuh badan (body) gitar.

  Gambar 8. Posisi Tangan Kanan Sesudah Memetik

  Sumber : www. acguitar.com

  Gambar 9. Posisi Tangan Kanan Sebelum Memetik

  Sumber

  Gambar 10. Posisi Tangan Kanan Dari Atas

  Sumber : www.acguitar.com

2.4.1.3 Posisi Dan Sikap Pada Tangan Kiri

  Posisi dan sikap yang baik pada tangan kiri adalah : 1.

  Menekan senar dengan ujung jari 2. Telapak tangan tidak boleh menyentuh leher (neck) gitar 3. Ibu jari tidak boleh kelihatan dari depan 4. Diupayakan ibu jari yang terletak dibelakang leher gitar selalu sejajar dengan jari tengah yang menekan senar di depan

5. Lengan tangan harus rileks selama permainan

  

Gambar 11. Posisi Tangan Kiri Dari Belakang

  Sumber

  Gambar 12. Posisi Tangan Kiri Dari Atas

  Sumber

  Gambar 13. Posisi Tangan Kiri Dari Depan

  Sumber

2.4.2 Metode Pembelajaran Notasi Pada Gitar Menurut M Soeharto (1986:11), Notasi adalah sistem penulisan lagu.

  Sedangkan not adalah satuan dari sistem penulisan tersebut. Misalnya notasi angka yang satuannya adalah angka. Disamping itu notasi balok yang satuannya adalah gambar tangkai dengan bulat elips yang melekat diatas atau dibawahnya.

  Dengan notasi kita dapat mengenal, membaca serta menyanyikan lagu. Notasi merupakan perwujudan dari lagu, sedangkan not merupakan perwujudan dari nada. Jika nada dapat didengar, maka not dapat dilihat atau diperlihatkan.

  Jadi not harus dapat menjadi lambang bagi nada dengan berbagai sifatnya. Salah satu tujuan membaca notasi ini adalah untuk memudahkan dan mempercepat penyajian karya musik terhadap para pelaku seni khususnya dalam mengimplementasikan karya tersebut kedalam suatu pertunjukan. Ada berbagai cara untuk menyampaikan ataupun mempelajari notasi, dalam penelitian ini cara membaca notasi pada gitar terlebih dahulu diperkenalkan garis paranada, garis bantu, bentuk not, nilai not dan syarat penulisan not balok, kemudian semua not yang ada pada senar pertama, lalu dijelaskan not tersebut dimana letaknya dimainkan pada gitar.

  1. Garis Paranada dan berjarak sama. Kegunaan garis paranada adalah untuk menempatkan not- not sesuai dengan sifat nada yang dilambangkannya. Misalnya not yang ditulis dalam garis paranada rendah melambangkan nada yang rendah pula untuk dibunyikan begitu juga untuk sebaliknya. Ruang diantara garis paranada ada empat dinamakan spasi. Jadi jumlah spasi paranada ada empat dan jumlah garis paranada ada lima.

  

Gambar 14. Garis Para Nada

  Sumber : Sibelius 7 Untuk membuat not yang lebih tinggi dan lebih rendah dapat menggunakan garis bantu.

2. Garis Bantu

  Garis bantu adalah garis tambahan yang terletak pada bagian atas atau bawah dari lima garis para nada. Pada gitar klasik baris bantu bawah umumnya hanya ada empat dan garis bantu atas ada sembilan.

  Gambar 15. Garis Bantu Para Nada Atas Dan Bawah

  Sumber : Sibelius 7

3. Nama not, bentuk, tanda istirahat dan nilai not

  Gambar 16. Diagram Pembelajaran Notasi Balok

  Sumber : www. learnclassicalguitar.com

  

Gambar 17. Nilai Not Dalam Jumlah Ketukan

  Sumber : www. learnclassicalguitar.com Pada gitar ada enam senar jumlahnya. Dan pada bagian ini bagi para pembelajar yang baru memulai membaca not dianjurkan untuk menguasai dan menghafal letaknya pada posisi fret/kolom pada gitar. Sistem Penulisan Notasi Balok Pada Gitar Tunggal Berdasarkan Tangga Nada Kromatis 1. Not-not pada senar pertama :

  Senar terbuka E Fret pertama F Fret kedua F#/Gb Fret ketiga G Fret keempat G#/Ab Fret kelima A Fret keenam A#/Bb Fret ketujuh B Fret kedelapan C Fret kesembilan C#/Db Fret kesepuluh D Fret kesebelas D#/Eb Fret keduabelas E Fret ketigabelas F Fret keempat belas F#/Gb Fret keenam belas G#/Ab Fret ketujuh belas A Fret kedelapan belas A#/Bb Fret kesembilan belas B

2. Not-not pada senar kedua

  Senar terbuka B Fret pertama C Fret kedua C#/Db Fret ketiga D Fret keempat D#/Eb Fret kelima E Fret keenam F Fret ketujuh F#/Gb Fret kedelapan G Fret kesembilan G#/Ab Fret kesepuluh A Fret kesebelas A#/Bb Fret keduabelas B Fret ketigabelas C Fret keempat belas C#/Bb Fret kelima belas D Fret keenam belas D#/Eb Fret kedelapan belas F Fret kesembilan belas F#/Gb

3. Not-not pada senar ketiga

  Senar terbuka G Fret pertama G#/Ab Fret kedua A Fret ketiga A#/Bb Fret keempat B Fret kelima C Fret keenam C#/Bb Fret ketujuh D Fret kedelapan D#/Eb Fret kesembilan E Fret kesepuluh F Fret kesebelas F#/Gb Fret keduabelas G Fret ketigabelas G#/Ab Fret keempat belas A Fret kelima belas A#/Bb Fret keenam belas B Fret kedelapan belas C#/Db Fret kesembilan belas D

4. Not-not pada senar keempat

  Senar terbuka D Fret pertama D#/Eb Fret kedua E Fret ketiga F Fret keempat F#/Gb Fret kelima G Fret keenam G#/Ab Fret ketujuh A Fret kedelapan A#/Bb Fret kesembilan B Fret kesepuluh C Fret kesebelas C#/Db Fret keduabelas D Fret ketigabelas D#/Eb Fret keempat belas E Fret kelima belas F Fret keenam belas F#/Gb Fret kedelapan belas G#/Ab Fret kesembilan belas A

5. Not-not pada senar kelima

  Senar terbuka A Fret pertama A#/Bb Fret kedua B Fret ketiga C Fret keempat C#/Bb Fret kelima D Fret keenam D#/Eb Fret ketujuh E Fret kedelapan F Fret kesembilan F#/Gb Fret kesepuluh G Fret kesebelas G#/Ab Fret keduabelas A Fret ketigabelas A#/Bb Fret keempat belas B Fret kelima belas C Fret keenam belas C#/Db Fret kedelapan belas D#/Eb Fret kesembilan belas E

6. Not-not pada senar keenam

  Senar terbuka E Fret pertama F Fret kedua F#/Gb Fret ketiga G Fret keempat G#/Ab Fret kelima A Fret keenam A#/Bb Fret ketujuh B Fret kedelapan C Fret kesembilan C#/Db Fret kesepuluh D Fret kesebelas D#/Eb Fret keduabelas E Fret ketigabelas F Fret keempat belas F#/Gb Fret kelima belas G Fret keenam belas G#/Ab Fret kedelapan belas A#/Bb Fret kesembilan belas B

  Gambar 18. Letak Not-Not Pada Fret Gitar

  Sumber : www.learnclassicalguitar.com Dalam sistem pembelajaran membaca notasi dengan metode seperti ini sangat mudah untuk dipahami dalam tingkat dasar baik usia kanak-kanak hingga dewasa.Dan tidak jarang berbagai sekolah-sekolah musik menerapkan cara membaca seperti ini dalam sistem kurikulum belajarnya.

2.4.3 Metode Pembelajaran Dengan Sistem Tingkatan (Grade atau Level)

  Di sekolah-sekolah musik pada umumnya di seluruh dunia menerapkan konsep metode grading (grading system) sebagai acuan dalam matrikulasi belajarnya. Pada saat ini sistem grading diterapkan secara murni oleh badan-badan penguji musik internasional misalnya Yamaha Music Foundation Japan, Australian Music Examination Board (AMEB), Associated Boards Of School Of Music (Inggris), London College Of Music (LCM), Trinity College (Inggris). Di Indonesia sendiri sistem ini sudah dikenal seperti di sekolah musik Yamaha, Al Farabi, Cantata dan lain-lain.

  Secara umum tingkatan dalam keterampilan gitar dibagi kepada 3 kelompok, tingkat basic (dasar), Medium (menengah), High (atas). Tingkat keterampilan dasar dan menengah pada umumnya dimulai dari grade 1 sampai 4 lalu grade 5 sampai 8 merupakan keterampilan atas, berbeda halnya dengan sistem grading di Sekolah Musik Yamaha. Sebagai contoh dalam penelitian ini di sekolah musik Yamaha dan Universitas Pendidikan Indonesia

1. Sekolah Musik Yamaha A.

  Grade 10 Grade 10 adalah grade dasar dalam sekolah musik Yamaha. Sebagai acuan dalam belajarnya diambil dari buku Fundamental. Pada grade 10 diajarkan bagaimana posisi sikap bermain gitar, mengenal notasi balok, penggunaan tanda jari, teknik memetik appoyando/al aire, ritem notasi, scale/tangga nada,alternating bass, beberapa chord dasar seperti C, G7, Am, Dm, E7, F, dan lagu-lagu pilihan yang disesuaikan dengan teknik dasar.

  B.

  Grade 9 belajarnya. Pada grade ini diajarkan bagaimana penggunaan bass berjalan, lanjutan achord-achord, penggunaan arpegio, penggunaan teknik harmoni, penggunaan teknik-teknik ornamentasi : Grace notes, Mordent, Glisando, dan Portamento, etude serta lagu-lagu yang disesuaikan dengan teknik lanjutan. C.

  Grade 8 Grade 8 diambil dari buku Yamaha Classic Guitar Course 1b sebagai acuan dalam belajarnya. Pada grade ini diajarkan bagaimana mengolah atau menyesuaikan ritem dengan melodi, teknik memainkan nada-nada interval 3 dan 6, memperkenalkan chord-chord lanjutan, scale/tangga nada, flamenco dalam lagu farruca, serta etude dan lagu-lagu lanjutan.

  D.

  Grade 7 Grade 7 diambil dari buku Yamaha Classic Guitar Course 2a sebagai acuan dalam belajarnya. Pada grade ini diajarkan bagaimana menggunakan chord-chord lanjutan seperti septim, augmented, diminish, mayor dan minor. Memainkan teknik apagados atau not yang bertitik, cara ini dilakukan dengan memainkan bunyi gitar pendek-pendek berkesinambungan, scala/tangga nada, penggunaan teknik staccato, glisando, appogiatura, trill , tremolo study, pembentuk chord- triad, dan lagu-lagu yang disesuaikan dengan teknik permainan grade 7.

  E.

  Grade 6 Grade 6 diambil dari buku Yamaha Classic Guitar Course 2b sebagai acuan dalam atau tingkatan guru. Pada grade ini diajarkan bagaimana mengorganisir chord, penggunaan chord-chord lanjutan seperti 7 minus lima, suspensi, etude, harmonic oktaf, Pizzikato, Tambora, Tabalet, scale/tangga nada, daftar komponis dan pemain gitar tunggal, serta referensi pieces atau lagu-lagu yang disesuaikan dengan teknik grade 6. F.

  Grade 5 Grade 5 merupakan open grade yakni grade atas dalam sistem grade Yamaha.

  Biasanya ujian grade 5, 4 dan 3 untuk seluruh Yamaha di Indonesia dilakukan di Jakarta Pusat yang bertempat di Jalan Gatot Subroto Kav. 4 dekat Semanggi Plaza. Dalam grade 5 dibahas tentang aransemen, solfegio (mendengar), sight reading langsung memainkan partitur yang disediakan penguji, memilih 3 lagu sulit dari 9 lagu yang disediakan. Aransemen 8 hingga 16 bar, mengisi ujian teori musik tentang harmoni dan interval.

  G.

  Grade 4 Sama halnya dengan grade 5, tetapi untuk ujian teori sudah tidak ada. Pada grade 4 memilih 4 lagu sulit dari 9 lagu yang disediakan.

  H.

  Grade 3 2.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (1-<5) Tahun di Kota Padang sidempuan Tahun 2015

0 1 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (1-<5) Tahun di Kota Padang sidempuan Tahun 2015

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)

1 2 35

Pengaruh Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera I

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera I

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera I

0 0 8

BAB II PENGATURAN HUKUM POSITIF TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI INDONESIA A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Perjudian di Wilayah Kota Sibolga (Studi pada Polres Sibolg

1 1 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Perjudian di Wilayah Kota Sibolga (Studi pada Polres Sibolga)

0 0 23

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI WILAYAH KOTA SIBOLGA (Studi Pada Polres Sibolga) SKRIPSI

0 0 12