Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

(1)

PROSED UTANG

DUR PERM G PAJAK P

Men FA LA MOHONAN ADA KAN NAMA NIM Untuk nyelesaikan AKULTAS UNIVE APORAN T N PENUND NTOR PELA : : k Memenuh n Studi Pad

Administra ILMU SOS ERSITAS S ME 2 TUGAS AK DAAN/PENC AYANAN P O L E H UMI SRI 10260011

hi Salah Sa da Program asi Perpaja SIAL DAN SUMATER EDAN 2013 KHIR CICILAN PAJAK MA I WAHYUN 15 atu Syarat m Studi Dipl

akan ILMU PO RA UTARA PEMBAYA ADYA ME NINGSIH loma III LITIK A ARAN EDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhoNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat beriring salam penulis hanturkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi utusanNya dan panutan bagi seluruh umat manusia.

Tugas Akhir dengan judul Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala hormat dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. For the special one, my beloved mom, Ibu Leli Rosita yang selalu mendoakan dan

memberikan kasih sayang serta dukungan yang begitu luar biasa yang menguatkan dan membuat kakak jadi semangat untuk menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya demi mama dan almarhum papa. It’s for both of you, I hope later I can give you more and make you proud of me.


(3)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Staf/pegawai Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak/Ibu Dosen pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Asep Hendarsyah, S.E, Ak., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan masukan serta saran guna membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

8. Bapak Jeffry Sianturi, S.E, Ak., MM selaku Kepala Seksi Penagihan Kantor

Pelayanan Pajak Madya Medan yang sangat baik dan ramah.

9. Bapak Taslani dan Bapak Rusman Affandi Nasution selaku Pelaksana Seksi

Penagihan yang telah membantu penulis dalam hal pemberian data dan saat wawancara dengan baik hati selalu menjawab pertanyaan penulis. Makasih ya pak


(4)

dan menjelaskan hal-hal yang tidak umi mengerti. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bisa selesai dengan cepat karena kebaikan hati bapak.

10.Minem, tante dan funni yang telah memberikan ide buat judul Tugas Akhir ini dan nemenin ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, serta buat semua hal bahagia/sedih yang udah kita lakuin bareng-bareng. love you girls.

11.Teman-teman Administrasi Perpajakan 2010 khususnya buat anak-anak kelas C

yang the best. I’ll miss you guys.

12.Kak khariah yang baik, makasih buat referensi, informasi dan sarannya.

13.Miss yun, thanks for help me to translate my thesis title and for your advice, I’ll

always remember it.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf atas kesalahan penulisan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran dari pembaca yang akan memebawa perbaikan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Kiranya Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ……… I

DAFTAR ISI ………...…….…... IV

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C.Uraian Teoritis ... 7

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13

F. Metode Pengumpulan Data ... 15

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 16

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat KPP Madya Medan ... ... 19

B. Gambaran Umum KPP Madya Medan ... ... 20

C. Tugas dan Fungsi KPP Madya Medan ... ... 24


(6)

Halaman

E. Fasilitas dan Pelayanan Pada KPP Madya Medan ... ... 32

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak ... ... 37

B. Utang Pajak yang Diperbolehkan Ditunda/Diangsur ... ... 38

C. Wajib Pajak yang Diperbolehkan Menunda/Mengangsur ... ... 39

D. Persyaratan Pengajuan Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 39

E. Penelitian Terhadap Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 42

F. Prosedur Pelaksanaa/Kerja Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 43

G. Keputusan Atas Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 47

H. Bunga Atas Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak ... ... 49

I. Ketetapan Atas Keputusan Persetujuan Penundaan/Pencicilan ... ... 50

J. Alur Dan Jadwal Proses Permohonan Hingga Keputusan Atas Penundaan/ Pengangsuran ... ... 52

K. Contoh Penghitungan Pengenaaan Sanksi Administrasi Berupa Bunga ... ... 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI A. Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan Penundaan/ Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada KPP Madya Medan ... ... 55


(7)

Halaman

B. Analisis Terhadap Pengajuan Permohonan Penundaan/Pengangsuran

Pembayaran Utang Pajak ... ... 56 C. Analisis Terhadap Penelitian Atas Permohonan Pengangsuran

Pembayaran Utang Pajak ... ... 57 D. Analisis Terhadap Prosedur Pelaksanaan/Kerja Permohonan

Mengangsur Pembayaran Pajak ... ... 60

E. Analisis Terhadap Keputusan Atas Permohonan Pengangsuran

Pembayaran Pajak ... ... 60 F. Analisis Terhadap Bunga Atas Pengangsuran Pembayaran Pajak ... ... 61 G. Pelaksanaan Pembayaran Angsuran ... ... 62

H. Kendala Dalam Proses Permohonan Penundaan/Pengangsuran

Atas Utang Pajak ... ... .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.

Guna memenuhi tuntunan kerja sudah seharusnya mahasiswa tamatan dari Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah merupakan tenaga ahli dalam bidang perpajakan yang terampil dan siap pakai, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah pengetahuan serta memperluas wawasan dari ilmu yang diperolehnya,


(9)

untuk itu mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut dan bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.

Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) terbesar setelah migas sehingga pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan penerimaan tersebut. Tanggung jawab peperpajakan bukan hanya dipundak pemerintah pusat saja, tetapi juga pada pemerintah daerah.

Pemungutan Pajak di Indonesia menggunakan self assessment system.

Dalam self assessment system Wajib Pajak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (KUP). Apabila terdapat kekeliruan/kesalahan dalam melakukan penghitungan pajak dan/atau Wajib Pajak melanggar Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan maka fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak antara lain ialah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang mengakibatkan jumlah pajak


(10)

terutang menjadi bertambah. Surat Ketetapan Pajak tersebut jika tidak dibayar akan ditagih melalui penagihan pajak dengan surat paksa.

Untuk pembayaran pajak tidak boleh melewati tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan dan jika Wajib Pajak membayar pajaknya lewat dari tanggal jatuh tempo maka Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Namun bagi Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas atau

mengalami keadaan force majeure sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban

membayar pajaknya tepat waktu, dapat mengajukan permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak. Atas pengajuan permohonan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan keputusan persetujuan menunda/ mengangsur pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran PPh menurut SPT Tahunan (PPh Pasal 29).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan membahas lebih lanjut mengenai prosedur pengajuan permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak hingga proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak. Oleh karena itu penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Medan sebagai tempat penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam laporan ini dengan judul

“Prosedur Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak


(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1 Untuk mengetahui persyaratan pengajuan permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak.

1.2 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/

pencicilan pembayaran utang pajak.

1.3 Untuk mengetahui proses pemberian keputusan atas permohonan

penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

1.4 Untuk mengetahui kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja

permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

b. Untuk memperdalam dan memperluas wawasan di bidang perpajakan,

khususnya tentang prosedur penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

c. Agar dapat menerapkan/mengaplikasikan teori-teori dan ilmu yang


(12)

d. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan PKLM dan menuangkan keterampilan serta mengaplikasikannya dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir dan menghadapi

permasalahan yang terjadi dan mampu menemukan solusi untuk penyelesaiannya.

f. Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi

mahasiswa yang kompeten untuk memasuki dunia kerja yang penuh persaingan, karena telah dibekali keterampilan dan pengalaman-pengalaman dunia kerja saat melaksanakan PKLM ini.

g. Dapat memeberikan gambaran tentang bagaimana dunia kerja yang

sebenarnya.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara KPP Madya Medan

dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan sistem kerja terutama

menyangkut prosedur permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.


(13)

c. Dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan sehingga dapat terciptanya kerja sama yang baik dengan mahasiswa yang melaksanakan PKLM.

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dengan dengan instansi pemerintah yang dalam hal ini dengan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

b. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas

Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

c. Agar universitas lebih berperan aktif dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

d. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum yang berlaku di Universitas Sumatera Utara khususnya pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(14)

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli yaitu : 1.1 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Dalam bukunya Dasar–Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa–jasa timbal yang langsung dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2009 : 1) 1.2 Mr. Dr. N.J Fieldmann

Dalam bukunya yang berjudul De overheidsmiddelen van Indonesia,

Leiden (1949) memberikan batasan bahwa pajak adalah prestasi yang

dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma– norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra–prestasi, dan semata–mata digunakan untuk menutup pengeluaran–pengeluaran umum.

1.3 Prof. Edwin R.A Seligman

Dalam Essay Taxation (New York, 1925) menyatakan “Tax is

compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to

special benefit conferred.” yang artinya Pajak adalah Kontribusi wajib


(15)

dikeluarkan untuk kepentingan bersama dari semua, tanpa mengacu pada manfaat khusus yang diberikan. Banyak yang keberatan atas

kalimat “without reference“ karena bagaimana pun juga uang pajak

tersebut digunakan untuk produksi barang dan jasa, sementara “benefit” yang diperoleh akan diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah ditunjukan apalagi secara perorangan.

2. Fungsi Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton (2007:10), fungsi pajak dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:

2.1 Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan

sumber utama kas negara. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN untuk penerimaan dalam negeri.

2.2 Fungsi reguler, yang disebut pula sebagai fungsi mengatur/alat pengatur kegiatan ekonomi. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.


(16)

yang telah terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan dalam segala bidang.

2.4 Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan

pendapatan. Wajib pajak harus membayar pajak dan pajak tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke

seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat

menikmatinya bersama. 3. Utang Pajak

3.1 Definisi

Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Pajak No. 19 Tahun 2000 tanggal 1 Januari 2001 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.03/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang Tata Cara Penghitungan Dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak dan Pasal 10 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak).


(17)

3.2 Timbulnya Utang Pajak

Ada dua ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak (Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.), yaitu : a. Ajaran Formal.

Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak (fiskus). Jadi selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang pajak dan tidak akan dilakukan penagihan walaupun syarat subjek dan syarat objek telah dipenuhi bersamaan. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system. Contohnya : hutang pajak si A baru akan timbul sesudah fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jadi, si A tidak mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan/pendapatannya jika fiskus belum menerbitkan SKP tersebut.

b. Ajaran Material.

Utang pajak timbul “dengan sendirinya” karena berlakunya undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan syarat objek yang artinya bahwa untuk timbulnya utang pajak tidak diperlukan campur tangan dari Pejabat Pajak (Fiskus), asalkan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang telah terpenuhi. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan


(18)

pajak bagi si A dalam contoh di atas menurut Undang–Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

3.3 Batas Waktu Pembayaran Pajak Terutang

Ada 3 (tiga) batas waktu pembayaran pajak terutang (dokumen yang

dibuat secara spesifik dari www.ortax.org tentang batas waktu

penyetoran/pembayaran pajak), yaitu :

a. Untuk suatu masa pajak yang harus dibayar paling lama sesuai

dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak.

b. Untuk suatu tahun pajak yang harus dibayar sebelum surat

pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

c. Untuk suatu ketetapan pajak yang tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak yang menyatakan bahwa:

1. Pajak masih harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT, Surat

Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam batas waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan

2. Untuk kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal 29 jatuh tempo pembayarannya harus


(19)

dilunasi sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Pada umumnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan adalah 30 April dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah 31 Maret tahun berikutnya.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup penulis dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1. Persyaratan pengajuan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran

utang pajak.

2. Prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan

pembayaran utang pajak.

3. Proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan

pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

4. Kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan


(20)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukakan oleh penulis sehubungan dengan persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari mengajukan judul, penentuan judul dan tempat PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti: buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, dan artikel ilmiah maupun literature serta data-data lain yang berhubungan dan memiliki keterkaitan dengan pembahasan dari PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan pengamatan pada objek praktik kerja lapangan mandiri untuk mencari data–data serta informasi dan meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.


(21)

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang terdiri dari :

4.1Data Primer : Data yang diperoleh dari pihak–pihak yang berkompeten

terkait dengan judul laporan PKLM dalam hal ini pegawai yang bertugas di Seksi Penagihan yang mengetahui tentang objek kajian PKLM ini.

4.2Data Sekunder : Data yang diperoleh dari laporan, buku perpajakan,

Undang-Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan laporan yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM ini.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan mengelompokan data–data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk dianalisa dan dievaluasi yang kemudian akan diinterpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan.


(22)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini, maka penulis menggunakan metode wawancara dan studi dokumentasi dengan menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab langsung yakni tatap muka antara pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai). Dan dalam hal ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada Pelaksana Seksi Penagihan dan pegawai pada seksi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas demi melengkapi data-data untuk laporan PKLM ini.

2. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari Undang–Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, buku–buku perpajakan, literatur, makalah, dan dokumen/data pendukung lain yang berhubungan dan memiliki keterkaitan dengan pembahasan pada Laporan PKLM.


(23)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam pembahasan penulisan laporan ini, penulis menyajikan pembahasan laporan ini ke dalam 5 (lima) bab. Yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari laporan. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang ringkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai sejarah singkat berdirinya KPP Madya Medan, gambaran umum KPP Madya Medan, tugas dan fungsi KPP Madya Medan, sruktur organisasi KPP Madya Medan, serta fasilitas dan pelayanan pada KPP Medan.


(24)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak, utang pajak yang diperbolehkan untuk ditunda/diangsur, wajib pajak yang diperbolehkan menunda/ mengangsur, persyaratan mengajukan permohonan penundaan/ pencicilan, penelitian atas permohonan penundaan/pencicilan, prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan, keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan, ketetapan atas keputusan persetujuan penundaan/pencicilan, bunga atas penundaan/ pencicilan, alur dan jadwal proses permohonan hingga keputusan penundaan/pencicilan, dan contoh penghitungan pengenaaan sanksi administrasi berupa bunga.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh

mengenai jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak di KPP Madya Medan, kesesuaian antara undang-undang dan peraturan yang ada dengan pelaksanaannya mulai dari pengajuan permohonan hingga terbitnya keputusan atas penundaan/pencicilan pembayaran utang


(25)

pajak, dan kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak yang kemudian dievaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan berdasarkan kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi yang berisi saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia diganti menjadi Kantor Inspeksi Keuangan dan kemudian namanya berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jendral Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978, Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, pada tanggal 1 April 1989 terjadi perubahan secara menyeluruh di lingkungan Direktorat Jendral Pajak (DJP), hal itu mencakup perubahan nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus Mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.


(27)

Seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi, Dengan adanya reorganisasi tersebut didirikanlah KPP Madya yang pertama yaitu KPP Madya Jakarta Pusat yang mulai beroperasi melayani Wajib Pajak pada tanggal 1 September 2004.

Untuk memudahkan masyarakat melakukan pembayaran pajak dan dengan pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal 1 April 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 tanggal 6 November 2012 tentang Perubahan Kedua Atas PMK No. 62/PMK.01/2009, dibentuk beberapa Kantor Pelayanan Pajak Madya lainnya yang salah satu diantaranya KPP Madya Medan sebagai salah satu organisasi di lingkungan Kantor Wilayah DJP Sumatera I.

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya lainnya.


(28)

tanggal 5 Maret 2007 tentang Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak Madya, saat mulai operasi (SMO) kantor adalah tanggal 9 April 2007 dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Utara dan sekitarnya. KPP Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala regional (lingkup Kantor Wilayah). Jenis pajak yang dikelola oleh KPP Madya sama dengan pajak yang dikelola oleh KPP Wajib Pajak Besar, yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. Di KPP Madya tidak ada kegiatan ekstensifikasi dan jumlah Wajib Pajak-nya juga sudah tetap sekitar 200-500 Wajib Pajak yang berasal dari seluruh KPP Pratama di lingkup Kantor Wilayah sesuai dengan ketetapan Direktorat Jenderal Pajak.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 161/KMK.1/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Dan Kantor Pelayanan Pajak, kode KPP Madya Medan adalah 123. KPP Madya Medan pertama kali beralamat di Gedung Graha Niaga II lantai 1-6 Jalan Putri Hijau Nomor 20 Medan Kode Pos 20115 dan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2012, KPP Madya Medan beralamat di Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I lantai 2 Jalan Suka Mulia Nomor 17 A, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun Kode Pos 20151.

Untuk melaksanakan dan menjalankan oprasional kantor, telah diangkat dan ditetapkan Kepala KPP Madya Medan yang pertama yaitu Bapak Lamban Subeqi


(29)

Purnomo (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 60/KM.01/UP.11/2007 tanggal 30 Januari 2007 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon III Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan) serta diangkat dan ditetapkan para Pejabat Eselon IV (Kepala Subbag dan Kepala Seksi) dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-51/PJ/UP.53/2003 tanggal 28 Pebruari 2003 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon IV di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan. Dan saat ini jabatan Kepala Kantor KPP Madya Medan dijabat oleh Bapak Muslim Gunanta sejak awal tahun 2012.

Untuk Membantu oprasional Eselon III dan IV diangkat Account

Representatif (AR) dan para pelaksana Kantor KPP Madya Medan. KPP Madya

Medan sebagai kantor pelayanan pajak modern sudah melakukan perubahan fungsi pemeriksaan yang mana pemeriksaan pajak harus dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 331/KMK.1/UP.11/2007 dan Nomor KMK.24/SJ.4/UP.9.1/2007 telah ditetapkan dan diangkat para pejabat fungsional pemeriksa pajak untuk KPP Madya Medan.

1. Logo dan Makna Logo

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, terlebih lagi instansi pemerintahan seperti KPP Madya Medan yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan (KemenKeu). Setiap logo tentunya memiliki makna tersendiri begitu juga dengan logo KemenKeu yang diusung KPP Madya Medan.


(30)

Ketera a. Mo b. 17 unt lah c. Say d. Gad me e. Ru Sehingg sesuatu melaksa 2. Visi dan

a. Vi

b. Mi

angan : otto “Nagara

butir padi d tuk mengisi hirnya Negar yap melamb da melam ngamankan ang segi lim ga dapat dis

daya yang anakan tuga

n Misi isi : Menjad

wilayah isi : Menyel

Undang penyele

a Dana Rakc dan 8 kelom

kesejahtera ra Republik bangkan ket mbangkan

n keuangan n ma menggam simpulkan b g mempersa as Kementer

di institusi pe h Asia Teng enggarakan g-Undang enggaraan n

ca” yang art mpok bunga aan Bangsa, k Indonesia. angkasan da daya upay negara. mbarkan das bahwa makn atukan dan rian Keuang emerintah p ggara. n fungsi adm

Perpajakan negara demi

tinya pengh kapas mela , dan sekalig

alam menja ya mengh

sar negara P na dari lamb menyerasik gan. penghimpun ministrasi pe secara ad i kemakmur himpunan ne ambangkan c gus diberi a

lankan tuga himpun, m

Pancasila. bang tersebu

kan dalam

n pajak nega

erpajakan de dil dalam r ran rakyat. egara. cita-cita dan arti sebagai as. mengerahkan

ut adalah un gerak kerja

ara yang terb

engan mener rangka mem n upaya tanggal n, dan ngkapan a untuk baik di rapkan mbiayai


(31)

C. Tugas Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 merupakan dasar

pelaksanaan tugas dan fungsi KPP Madya Medan untuk menjalankan kebijakan dan pelayanan di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak yang telah ditetapkan.

KPP Madya Medan mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 54 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009). Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Madya Medan menyelenggarakan fungsi: (Pasal 55 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009)

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, dan penyajian informasi perpajakan; 2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya; 4. Penyuluhan perpajakan;

5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;


(32)

10.Pelaksanaan intensifikasi; 11.Pembetulan ketetapan pajak; 12.Pelaksanaan administrasi kantor.

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan wewenang, tugas, dan fungsi masing-masing subbagian dan seksi. Tujuan dibentuknya struktur organisasi tersebut adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga rencana kerja dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

KPP Madya Medan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 52 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009). KPP Madya Medan terdiri atas 1 (satu) Subbag Umum, 8 (delapan) Seksi yang masing–masing seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, dan 4 (empat) Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak. Struktur organisasi pada KPP Madya Medan dapat digambarkan sebagai berikut: (Pasal 56 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012)

1.Sub Bagian Umum


(33)

Kepala Kantor

Seksi Pengolahan

Data Dan Informasi

Seksi Pelayanan

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Penagihan

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan

Internal

Seksi Pengawasan

dan Konsultasi Subbag

Umum 3.Seksi Pelayanan

4.Seksi Penagihan

5.Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 10. Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada KPP Madya Medan dapat dilihat pada bagan dibawah ini.


(34)

Adapun perincian jumlah pegawai pada KPP Madya Medan adalah sebagai berikut:

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Kepala Kantor 1 Orang

2. Sub Bagian Umum 8 Orang

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 5 Orang

4. Seksi Pelayanan 12 Orang

5. Seksi Penagihan 5 Orang

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 5 Orang

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 10 Orang

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8 Orang

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 Orang

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 9 Orang

11. Kelompok Jabatan Fungsional 33 Orang

Jumlah 104 Orang

Sumber : KPP Madya Medan Tahun 2013

Uraian Tugas Pokok dan Fungsi

(Pasal 57 Peraturan Menteri Keuangan Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak)


(35)

1. Subbagian Umum

Bagian ini mengelola semua kebutuhan kantor dan karyawan yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga seperti kenaikan pangkat, disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, dan segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan sarana/prasarana kantor.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Bertugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data; pengamatan potensi perpajakan; penyajian informasi perpajakan; perekaman dokumen perpajakan; pelayanan dukungan teknis komputer (pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer); pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing; penyiapan, pencetakan, dan pengiriman laporan kinerja; serta melakukan urusan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan Relational Data Base Management System (RDBMS).

3. Seksi Pelayanan

Bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan; pengadministrasian dokumen dan kearsipan berkas perpajakan; penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) beserta surat-surat lainnya dari Wajib Pajak seperti Surat Setoran Pajak, Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak/Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan Keberatan dan Banding; penyuluhan ketentuan formal perpajakan; pelaksanaan


(36)

registrasi Wajib Pajak; melakukan kerjasama perpajakan; serta melakukan pelayanan terhadap Wajib Pajak.

4. Seksi Penagihan

Bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak; penundaan dan angsuran tunggakan pajak; penagihan aktif seperti penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah; usulan penghapusan piutang pajak; Melakukan penyitaan dan pelelangan; serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan; pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan; pengelolaan administrasi kegiatan sebelum maupun setelah pemeriksaan perpajakan (penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) hingga pengimputan hasil pemeriksaan ke dalam Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak [SIMP]); pemantauan pengendalian interen; pengelolaan resiko; kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin; tindak lanjut hasil pengawasan serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Terdapat 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, yaitu:

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Jasa, terdiri dari :


(37)

- 8 (delapan) orang Account Representative (AR) - 1 (satu) orang Pelaksana

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II menangani Wajib Pajak yang

bergerak di bidang Industri Non Kelapa sawit dan Karet, terdiri dari : - 1 (satu) orang Kepala Seksi

- 6 (enam) orang Account Representative - 1 (satu) orang Pelaksana

c. Seksi Pengawasan Konsultasi III menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Perkebunan, terdiri dari :

- 1 (satu) orang Kepala Seksi

- 6 (enam) orang Account Representative - 1 (satu) orang Pelaksana

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV menangani Wajib Pajak yang

bergerak di bidang Perdagangan Non Kelapa sawit dan Karet, terdiri dari : - 1 (satu) orang Kepala Seksi

- 7 (tujuh) orang Account Representative - 1 (satu) orang Pelaksana

Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; pelayanan penyelesaian hak Wajib Pajak; bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan; penyusunan profil Wajib Pajak; analisis kinerja Wajib Pajak; rekonsiliasi data


(38)

ketetapan pajak; evaluasi hasil banding; pemantauan proses administrasi

perpajakan (workflow); penerbitan, pembetulan dan penyimpanan

produk-produk hukum; pengawasan terhadap penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan; penyelesaian permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; serta melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dalam membuat

company profile.

7. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak

Bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 67 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009). Sesuai dengan Pasal 68 ayat (1-4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009, Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam 4 (empat) kelompok sesuai dengan bidang keahliannya dan setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh setiap Kepala KPP Madya. Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal melaksanakan tugasnya Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak di KPP Madya Medan melakukan pemeriksaan pajak menggunakan Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang optimal dan mempercepat proses pemeriksaan.


(39)

E. Fasilit A Pelayan Wajib 1. Tem Tem seh per me Pel Den pel 2. 16 Per

as dan Pela Adapun fas

nan Pajak M Pajak adala mpat Pelaya Untuk mpat Pelaya hingga Waji rpajakannya rupakan te layanan Paj ngan adan layanan yan (Enam Bela Sehubu rpajakan, M

ayanan Pad ilitas dan p Madya Med ah sebagai b

anan Terpad

meningkat anan Terpad

ib Pajak da a langsung

empat pela jak Madya nya TPT l ng diberikan

as) Layanan ungan deng Menteri keua

da Kantor P pelayanan dan yang da

erikut : du

tkan pelaya du (TPT) di apat melaku

ke TPT ayanan per a Medan d lebih memu kepada Wa n Unggulan gan giatny angan meng Pelayanan P perpajakan apat diman anan terhad i Kantor Pe ukan penye bukan ke rpajakan y dengan men

udahkan p ajib Pajak.

ya pemben geluarkan K

Pajak Mad yang terd faatkan oleh dap Wajib layanan Paj erahan doku masing-ma yang terinte nggunakan pengawasan nahan biro KMK No. 1

dya Medan dapat pada h masyarak

b Pajak, di jak Madya M umen atau l

asing seksi egrasi di sistem kom terhadap okrasi di 187/KMK.0 Kantor kat atau ibentuk Medan, laporan i. TPT Kantor mputer. proses bidang 01/2010


(40)

tanggal 3 Mei 2010 tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan yang kemudian dijabarkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No SE-79/PJ/2010 tanggal 15 Juli 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan.

16 (enam belas) jenis Layanan Unggulan Bidang Perpajakan tersebut ialah :

2.1 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pendaftaran Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP). Jangka waktu penyelesaian 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1 (satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang permohonan pendaftaran NPWP diisi secara lengkap.

2.2 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak (PKP). Jangka waktu penyelesaian 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.

2.3 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan PPN.

Jangka waktu penyelesaian:

a. Untuk Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu (WP Patuh)

sesuai Pasal 17C UU KUP: 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Proses melalui penelitian.


(41)

b. Untuk Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sesuai Pasal 17D UU KUP: 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap.

c. Untuk Wajib Pajak selain yang memenuhi syarat Pasal 17C dan

Pasal 17D UU KUP: jangka waktu penyelesaian adalah paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal WP datang memenuhi surat panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor atau paling lama 8 (delapan) bulan sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan Lapangan.

2.4 Pelayanan Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP). Jangka waktu penyelesaian 3 (tiga) minggu sejak:

a. Permohonan WP diterima;

b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)/Surat Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) diterbitkan;

c. Surat Keputusan (SK) Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan

Sanksi Administrasi atau SKP Penghapusan Sanksi Administrasi, SKP Pengurangan Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterbitkan;

d. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang

menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterima kantor DJP yang berwenang melaksanakan Putusan Banding atau


(42)

2.5 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan PPh, PPN dan PPnBM. Jangka waktu penyelesaian 9 (sembilan) bulan sejak tanggal surat permohonan diterima.

2.6 Pelayanan Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan

PPh Pasal 22 Impor. Jangka waktu penyelesaian: 5 (lima) hari kerja seja surat permohonan diterima lengkap.

2.7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan

bangunan (PBB). Jangka waktu penyelesaian 2 (dua) bulan sejak permohonan pengurangan diterima.

2.8 Pelayanan Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Kantor.

Jangka waktu penyelesaian 3 (tiga) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

2.9 Pelayanan Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB

Jangka waktu penyelesaian 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

2.10 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh Pasal 23. Jangka waktu penyelesaian 1 (satu) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

2.11 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau Diperoleh Dana Pensiun Yang Pendiriannya


(43)

telah Disahkan oleh Menteri Keuangan. Jangka waktu penyelesaian 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

2.12 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Jangka waktu penyelesaian 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal surat permohonan diterima secara lengkap.

2.13 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

PPN atas Barang Kena Pajak (BKP) Tertentu. Jangka waktu penyelesaian 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap.

2.14 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan PBB. Jangka waktu

penyelesaian 9 (sembilan) bulan sejak surat permohonan diterima.

2.15 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengurangan dan Penghapusan

Sanksi Administrasi. Jangka waktu penyelesaian 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas permohonan lengkap.

2.16 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengurangan dan Pembatalan

Ketetapan Pajak yang Tidak Benar. Jangka waktu penyelesaian 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas permohonan Wajib Pajak.

Seluruh pelayanan yang disediakan oleh KPP Madya Medan ini tidak dipungut biaya atas jasa layanannya. Untuk persyaratan kelengkapan dokumen serta arus


(44)

BAB III GAMBARAN DATA

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Pembayaran pajak sebenarnya dimungkinkan untuk ditunda/diangsur seperti yang tertera pada Pasal 9 (4) dan 10 (2) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tanggal 17 Juli 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang pada Pasal 9 (4) menyatakan Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran paling lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan pada Pasal 10 (2) yang menerangkan tentang tata cara pembayaran, penyetoran, dan pelaporan pajak serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dengan penjelasan tambahan adanya hal tersebut diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan pembayaran pajak dan administrasinya. Ketentuan pelaksanaan pengangsuran pajak ini juga telah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak. Ketentuan lebih lanjut


(45)

mengenai tata cara pembayaran pajak, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007) yaitu dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Tatacara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak.

B. Utang Pajak yang Diperbolehkan Untuk Ditunda/Diangsur

Ada dua jenis pajak yang bisa dimohon untuk diangsur (artikel tangal 11 Oktober 2011yang ditulis oleh Dudi Wahyudi dokumen Direktoral Jendral Pajak pada www.pajak.go.id), yaitu:

1. Pajak yang masih harus dibayar atas Surat Tagihan Pajak (STP), Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjaun Kembali, dan PPh pasal 29 yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal 29.


(46)

C. Wajib Pajak yang Diperbolehkan Menunda/Mengangsur Pembayaran Utang Pajak

Mengangsur pembayaran utang pajak diberikan kepada Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas dan/atau mengalami mengalami keadaan di luar kekuasaan (force majeure) sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya tepat waktu (Pasal 1 ayat 3 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

D. Persyaratan Pengajuan Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah, serta Pajak Penghasilan Pasal 29, kepada Direktur Jenderal Pajak (Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007) atau mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk menunda/mengangsur pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang selanjutnya dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini disebut utang pajak (Pasal 1 ayat (3) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).


(47)

Persyaratan mengajukan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak adalah sebagai berikut :

1. Permohonan Wajib Pajak untuk menunda/mengangsur pembayaran pajak

harus diajukan secara tertulis paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan serta jumlah pernbayaran pajak yang dimohon untuk diangsur/ ditunda, masa angsuran/jangka waktu penundaan dan besarnya angsuran (Pasal 10 ayat satu (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

Keterangan :

a. Apabila ternyata batas waktu 9 (sembilan) hari kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan Wajib Pajak masih dapat dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak sepanjang Wajib Pajak dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut (Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

b. Permohonan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) harus diajukan dengan


(48)

2. Terhadap setiap STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding diajukan satu Surat Permohonan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak (artikel tangal 11 Oktober 2011yang ditulis oleh Dudi Wahyudi dokumen Direktoral Jendral Pajak pada www.pajak.go.id).

3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan/pengangsuran

pembayaran utang pajak harus memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala KPP menganggap tidak perlu (Pasal 3 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

Bentuk jaminan tersebut (Pasal 3 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008) dapat berupa :

a. Bank garansi;

b. Surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak, seperti: buku

Pemilikan Kendaraan Bermotor, surat efek, perhiasan dll; c. Penanggungan utang oleh pihak ketiga(borgstelling); d. Sertifikat tanah, Hipotek:

e. Sertifikat deposito, atau:

f. Penyerahan hak secara kepercayaan (fiduciaire eigendoms overdracht) yaitu semacam gadai barang bergerak, tetapi barang itu tidak diserahkan kepada KPP, melainkan dapat terus dipakai atau disimpan oleh yang memberi gadai.


(49)

Keterangan :

Wajib Pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu penundaan/ pengangsuran (Pasal 3 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

4. Melampirkan bukti-bukti yang menguatkan agar disetujuinya Permohonan

Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak.

E. Penelitian Terhadap Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Atas Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak yang diajukan, dilakukan penelitian oleh Pelaksana Seksi Penagihan untuk melihat terpenuhi atau tidaknya persyaratan formal atas pengajuan permohonan tersebut dan untuk menentukan dikabulkan/tidaknya permohonan tersebut. Penelitian dilakukan terhadap: (Wawancara dengan Bapak Rusman Affandi Nasution Seksi Penagihan)

1. Kelengkapan berkas permohonan,

2. Jangka waktu pengajuan permohonan (telah melewati batas atau belum), 3. Konfirmasi apakah Wajib Pajak mengajukan keberatan atau tidak,


(50)

4. Sesuai/tidaknya surat permohonan yang diajukan dengan formulir yang telah ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008,

5. Surat permohonan yang diajukan diisi dengan lengakap atau tidak,

6. Alasan Wajib Pajak mengajukan Permohonan Penundaan/Pencicilan

Pembayaran Utang Pajak,

7. Kondisi keuangan Wajib Pajak (sesuai/tidak dengan alasan pengajuan

permohonanya),

8. Masa dan Jumlah angsuran atau batasan waktu penundaaan yang dimohon

oleh Wajib Pajak sesuai atau tidak dengan kemampuan Wajib Pajak tersebut, 9. Bukti-bukti pendukung yang dilampirkan Wajib Pajak,

10.Jaminan yang diberikan.

F. Prosedur Pelaksanaan/Kerja Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Prosedur pelaksanaan/kerja atas Permohonan Penundaan/Angsuran Pembayaran Utang Pajak sesuai dengan yang tertera dalam SOP (Standard Operating Procedures) Nomor: KPP40-0019 tanggal 13 Maret 2008 tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak adalah sebagai berikut:


(51)

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran pajak secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar melalui Tempat Pelayanan Terpadu,

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian

meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya kepada Kepala Seksi Penagihan,

3. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan untuk

membuat Laporan Penelitian Permohonan Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak,

4. Pelaksana Seksi Penagihan membuat dan menandatangani Laporan

Penelitian Permohonan Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak, kemudian meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan,

5. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian


(52)

Laporan Penelitian Permohonan Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak yang dibuat, Pelaksana Seksi Penagihan harus memperbaiki dokumen tersebut,

6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan Penelitian Permohonan Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak dan meneruskannya ke Seksi Pelayanan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui Laporan Penelitian Permohonan Menunda/Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak yang dibuat, Pelaksana Seksi Penagihan harus memperbaiki dokumen tersebut,

7. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan Menunda/ Mengangsur Pembayaran atas Utang Pajak dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan. Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak diterbitkan dalam rangkap 2 (dua), yaitu : a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak,

b. Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak

8. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Penundaan/ Angsuran Pembayaran Pajak dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan,

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan

Penundaan/Angsuran Pembayaran Pajak kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak,


(53)

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Keputusan Penundaan/Angsuran Pembayaran Pajak,

11.Surat Keputusan Penundaan/Angsuran Pembayaran Pajak ditatausahakan di

Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikannya kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

12.Proses selesai.

Keterangan :

Untuk Biaya yang dikeluarkan dalam pengajuan Permohonan Penundaan/ Pencicilan Pembayaran Utang Pajak di KPP Madya Medan adalah Rp. O (tidak dipungut biaya)

Jangka Waktu Penyelesaian:

Paling lama 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak).


(54)

Keterangan :

Jangka waktu penyelesaian yang tertera diatas berbeda dengan jangka waktu yang tertera dalam SOP asli dikarenakan adanya ketetapan baru berupa Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 sehingga Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/PMK.04/2000 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 326/KMK.03/2003, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

G. Keputusan Atas Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Setelah mempertimbangkan alasan berikut bukti pendukung yang diajukan oleh Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan yang lengkap sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008, dengan keputusan berupa:


(55)

1. Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 a. menerima seluruhnya; atau

b. menerima sebagian; atau

c. menolak.

2. Pasal 6 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 a. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya

penundaan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak; atau

b. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak; atau

c. Menolak permohonan Wajib Pajak.

Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja telah terlampaui dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak menerbitkan suatu keputusan, maka permohonan disetujui ‘Pasal 11 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007’ sesuai dengan permohonan Wajib Pajak, dan Surat Keputusan Persetujuan Penundaan/ Pengangsuran Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir (Pasal 6 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008) dengan menggunakan formulir Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 dengan mencantumkan jumlah angsuran,


(56)

jumlah bunga dan tanggal pembayaran/Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak yang ditetapkan dalam Lampiran III pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 dengan mencantumkan jumlah utang pajak, jumlah bunga dan tanggal pelunasan (Pasal 6 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008). Dan dalam hal permohonan Wajib Pajak ditolak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 (Pasal 6 ayat (5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

H. Bunga Atas Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur/menunda pembayaran pajak, wajib pajak tersebut dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan (yang dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/pelunasan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan dan juga tertera dalam buku Persandingan Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Beserta Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas


(57)

Direktorat Jendral Pajak (Pasal 1 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008). Bunga tersebut tidak dikenakan terhadap angsuran atau penundaan atas pembayaran Surat Tagihan Pajak (disinggung pada Pasal 1 ayat (4) dan diterangkan lebih jelas pada Pasal 5 ayat (5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

Bunga yang dihitung berdasarkan saldo utang pajak terssebut (Pasal 5 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008) ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak pada setiap tanggal jatuh tempo angsuran atau pembayaran penundaan (Pasal 5 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008) dan untuk sementara STP atas bunga penagihan hanya diterbitkan apabila bunga penagihan berjumlah Rp 1.000 (seribu rupiah) atau lebih. Dasar penghitungan bunga penagihan tidak termasuk bunga dan atau denda sebagaimana yang tercantum dalam STP/SKPKB/SKPKBT/Surat Keputusan Pembetulan/Surat Keputusan Keberatan dan Banding.

I. Ketetapan Atas Keputusan Persetujuan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak

Besarnya pembayaran angsuran atas utang pajak ditetapkan dalam jumlah utang pajak yang sama besar untuk setiap angsuran (Pasal 5 ayat (1) Peraturan

Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008) begitu juga dengan besarnya pelunasan


(58)

Untuk setiap keputusan persetujuan penundaan/angsuran pembayaran utang pajak ditetapkan dalam jangka waktu sebagai berikut :

1. Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan

Persetujuan Penundaan/Pengangsuran Pembayaran Pajak dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah dengan mempertimbangkan kesulitan likuiditas atau keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (Pasal 11 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

2. Paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk

permohonan penundaan/angsuran atas kekurangan pembayaran utang pajak berupa pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh (PPh Pasal 29) dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan (Pasal 4 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).

Keterangan :

Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusan tidak dapat lagi diajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran (Pasal 11 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007).


(59)

J. Alur d Pengan

Pro utang p

dan Jadwal ngsuran Pe oses permoh pajak dapat

l Proses Pe embayaran

honan hingg digambarka

ermohonan Utang Paj ga keputusa an pada ked

n Hingga K ak

an atas penu dua bagan di

Keputusan

undaan/ang ibawah ini :

Atas Penu

gsuran pemb ndaan/


(60)

K. Contoh Penghitungan Pengenaaan Sanksi Administrasi Berupa Bunga Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan untuk melakukan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak maka wajib pajak tersebut akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Berikut ini adalah contoh perhitungan bunga atas angsuran pajak sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang KUP.

S KP S KPK B S KPK BT

dll

SURAT TEGURAN

7 hari Jatuh tempo

WAJIB PAJAK BOLEH MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGANGSURAN

9 hari

(1) BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 9 (KEPUTUSAN HARUS DITERBITKAN PALING LAMBAT 7 HARI SETELAH PERMOHONAN DITERIMA DENGAN LENGKAP).

(2) APABILA BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK DALAM MEMBERI KEPUTUSAN TELAH TERLAMPAUI, MAKA PERMOHONAN DIANGGAP DITERIMA.

(3) TERHADAP UTANG PAJAK YANG SUDAH DITERBITKAN SURAT KEPUTUSAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD AYAT 1 DAN 2, TIDAK DAPAT LAGI DIAJUKAN UNTUK MENGANGSUR.

(4) MASA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN DIBERIKAN TIDAK MELEBIHI JANGKA WAKTU 12 BULAN.

• SURAT KEPUTUSAN

ANGSURAN ATAU PENUNDAAN HARUS DITERBITKAN PALING LAMA 7 (TUJUH) HARI SETELAH TANGGAL DITERIMANYA PERMOHONAN

ISI KEPDIRJEN PAJAK NO. PER-38/PJ/2008 ISI PERMENKEU NO.184/PMK.03/2007


(61)

1. Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009.

a. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran

pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp224.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai berikut:

Angsuran I : 2% x Rp. 1.120.000,00 = Rp. 22.400,00

Angsuran II : 2% x Rp. 896.000,00 = Rp. 17.920,00

Angsuran III : 2% x Rp. 672.000,00 = Rp. 13.440,00

Angsuran IV : 2% x Rp. 448.000,00 = Rp. 8.960,00

Angsuran V : 2% x Rp. 224.000,00 = Rp. 4.480,00

Total Bunga Angsuran Rp. 67.200,00

b. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk menunda pembayaran

pajaknya sampai dengan tanggal 30 Juni 2009. Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran SKPKB tersebut sebesar : 5 x 2% x Rp 1.120.000,00 = Rp 112.000,00


(62)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisis dan mengevaluasi data atas Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak terhadap pajak yang masih harus dibayar atas Surat Tagihan Pajak (STP) yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

A. Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada KPP Madya Medan

Pada bulan Desember tahun 2012 ada 1 (satu) Wajib Pajak Badan yang mengajukan Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Medan. Proses permohonan, pelayanan, prosedur pelaksanaan/kerja, hingga pemberian keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak dilakukan tahun lalu di KPP Madya Medan dan Wajib Pajak tersebut merupakan Wajib Pajak pindahan dari KPP Pratama Medan Petisah di tahun 2012 (wawancara dengan Bapak Rusman Affandi Nasution Seksi Penagihan).

Keterangan :

Secara keseluruhan untuk jumlah Wajib Pajak yang mengajukan Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak pada KPP Madya Medan pada tahun 2012 ada 3 (tiga) Wajib Pajak, namun Permohonan Penundaan/Pencicilan


(63)

Pembayaran Utang Pajak yang diajukan oleh 2 (dua) Wajib Pajak lainnya ditolak oleh Kepala Kantor KPP Madya Medan dikarenakan tidak terpenuhinya persyaratan formal atas pengajuan permohonan tersebut yaitu tidak melampirkan bukti pendukung atas alasan kesulitan likuiditas.

B. Analisis Terhadap Pengajuan Permohonan Penundaan/Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak

1. PT. XXX (nama Wajib Pajak disamarkan) yang merupakan Wajib Pajak

Badan yang terdaftar di KPP Madya Medan melalui pengurusnya mengajukan Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak kepada Kepala KPP Madya Medan atas pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP) dengan data utang pajak sebagai berikut :

Jenis Pajak

Tahun Pajak

Nomor

Ketetapan/Keputusan/ putusan/SPT Tahunan

Jumlah Pajak Yang Masih Harus Dibayar

(Rp)

Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran

PPh Pasal 25/29 Badan


(64)

2. PT. XXX mengajukan secara tertulis satu surat Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak yang dalam surat permohonan tersebut tertera tanggal 17 Desember 2012 sebagai tanggal pengajuannya.

3. Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak tersebut dilakukan karena PT.

XXX mengalami kesulitan likuiditas/cash flow sebab pada tahun 2012 PT. XXX telah melakukan pembayaran pajak untuk SPT tahun pajak 2009 dan SPT tahun pajak 2010. Sebagai dokumen pendukung PT.XXX telah melampirkan bukti laporan keuangannya pada tahun 2011.

4. Terhadap utang pajaknya, PT.XX mengajukan permohonan mengangsur

pembayaran pajak sebesar Rp 1.777.612.090 dengan ketentuan:

a. Masa angsuran : 12 (dua belas) kali; dan

b. Besarnya angsuran : Rp 148. 134. 341

5. Untuk memenuhi persyaratan pengajuan permohonan mengangsur

pembayaran pajaknya PT. XXX memberikan jaminan berupa sertifikat tanah atas nama penanggung pajaknya.

C. Analisis Terhadap Penelitian Atas Permohonan Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak

1. PT. XXX mengajukan satu surat permohonan dengan Nomor:

00219/PT.XXX/XII/2012 yang berisi Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak atas STP.


(65)

2. Tanggal pengajuan Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak oleh PT. XXX yang tertera dalam surat permohonannya ialah tanggal 17 Desember 2012 namun berdasarkan LPAD (Lembar Pengawasan Arus dokumen) yang dicetak oleh Petugas Tempat Pelayanan Terpadu KPP Madya Medan Nomor PEM:01005034\123\dec\2012 tanggal 18 Desember 2012 surat permohonan mengangsur pembayaran pajak tersebut diterima tanggal 18 Desember 2012, dengan berpatokan pada tanggal diterimanya surat Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak yang tertera dalam LPAD tersebut berarti PT. XXX belum melewati jangka waktu pengajuan permohonan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran STP nya paling lambat surat permohonan pengangsuran tersebut harus sudah diajukan pada tanggal 27 Desember 2013 (masa 9 hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran SPT pada 05 Januari 2013).

3. Berdasarkan konfirmasi dengan pelaksana Seksi Penagihan bahwa PT. XXX

tidak mengajukan keberatan dikarenakan PT. XXX menyetujui besarnya utang pajak yang tertera dalam STP tersebut.

4. Surat Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak yang diajukan oleh PT.

XXX sesuai dengan formulir yang telah ditetapkan.

5. PT. XXX telah mengisi secara lengkap Surat Permohonan Mengangsur

Pembayaran Pajak yang diajukannya.


(66)

pelaksana Seksi Penagihan menyimpulkan bahwa PT. XXX memang benar

mengalami kesulitan likuiditas/cash flow dikarenakan pengeluaran/

pembayaran pada tahun 2012 yang sangat besar jumlahnya sehingga PT. XXX tidak dapat langsung melunasi utang pajaknya.

Pengeluaran/pembayaran sebagaimana tersebut diatas adalah untuk : a. Pembayaran Pajak untuk SPT tahun pajak 2010,

b. Pembayaran Pajak untuk SPT tahun pajak 2009,

c. Angsuran yang sedang berjalan atas sanksi bunga STP PPh Badan tahun

pajak 2009,

d. Pengangsuran terhadap sanksi bunga STP PPh Badan tahun pajak 2008

yang telah selesai diangsur pada bulan Juni 2012. (Surat Permohonan terlampir)

7. Berdasarkan konfirmasi dengan Bapak Taslani yang merupakan pelaksana

Seksi Penagihan, PT. XXX tidak pernah lalai dalam melakukan pembayaran angsuran utang pajak yang sebelumnya pernah dimohankannya (tidak pernah melewati tanggal batas pembayaran angsuran pada setiap pengangsurannya dan tidak pernah ada kekurangan atas jumlah angsuran yang dibayarkan setiap bulannya).

8. Berdasarkan konfirmasi dengan Bapak Taslani yang merupakan pelaksana

Seksi Penagihan Masa angsuran selama 12 (dua belas kali) dan besarnya angsuran Rp 148.134.341 yang dicantumkan PT. XXX dalam surat


(67)

permohonan mengangsur pembayaran pajaknya dianggap layak dan sesuai dengan kesanggupan/kemampuan PT. XXX dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai tersebut diatas.

9. Setelah diperiksa keabsahannya, sertifikat tanah yang diberikan oleh PT. XXX diterima oleh Kepala KPP Madya Medan sebagai jaminan atas permohonan mengangsur pembayaran pajaknya dengan pertimbangan besarnya jaminan tersebut dapat melunasi utang pajaknya jika dalam masa pengangsuran pembayaran pajaknya Wajib Pajak melakukan wan prestasi.

D. Analisis Terhadap Prosedur Pelaksanaan/Kerja Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak

Berdasarkan konfirmasi dengan Bapak Taslani pelaksana Seksi Penagihan, prosedur pelaksanaan/kerja atas Permohonan mengangsur Pembayaran Pajak yang diajukan oleh PT. XXX telah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.

E. Analisis Terhadap Keputusan Atas Permohonan Pengangsuran Pembayaran Pajak

Setelah mempertimbangkan alasan dan bukti pendukung yang diajukan oleh PT. XXX, Kepala KPP Madya Medan (dalam hal ini atas nama Direktur Jenderal


(68)

Pajak) menyetujui dengan menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak Nomor: KEP-00001/ANGSUR/WPJ.01/KP.0703/2012 tanggal 19 Desember 2012 tentang Angsuran Pembayaran Pajak. Berdasarkan hal diatas, keputusan tersebut terbit setelah 1 (satu) hari sejak diterimanya permohonan secara lengkap dari PT. XXX pada tanggal 18 Desember 2012 (belum melewati jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan yang lengkap). Keputusan tersebut menyetujui jumlah angsuran pajak dan masa angsuran sesuai dengan yang sebagaimana dimohonkan oleh PT. XXX yaitu sebesar Rp 148.134.341,00/bulan dan masa angsuran sebanyak 12 kali dalam 12 bulan yang batas pembayaran angsuran pertamanya jatuh pada tanggal 18 Januari

2012 hingga batas pembayaran angsuran terakhir pada tanggal 18 Desember

2013. (Surat Keputusan terlampir)

F. Analisis Terhadap Bunga Atas Pengangsuran Pembayaran Pajak

PT. XXX melakukan Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak atas utang pajak berupa STP sehingga dalam Surat Keputusan Persetujuan Pengangsuran Pembayaran Pajak, PT. XXX tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atas pengangsuran sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayarnya sebesar Rp 1.777.612.090 (sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 yang mengecualikan penundaan/pengangsuran pembayaran atas STP dari pengenaan sanksi administrasi berupa bunga).


(69)

G. Pelaksanaan Pembayaran Angsuran

Selama masa 5 (lima) kali angsuran yang telah dilakukan PT. XXX terhitung mulai 18 Januari 2013 - 18 Mei 2013, PT. XXX tidak pernah lalai dalam melakukan pembayaran atas angsuran utang pajaknya (tidak pernah melewati tanggal batas pembayaran angsuran pada setiap pengangsurannya dan tidak pernah ada kekurangan atas jumlah angsuran yang dibayarkan setiap bulannya).

H. Kendala Dalam Proses Permohonan Penundaan/Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak

Dari hasil wawancara dengan Bapak Rusman Affandi Nasution Seksi

Penagihan diketahui adanya kendala-kendala yang pernah dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dalam memproses permohonan penundaan/ pengangsuran pembayaran utang pajak, antara lain:

1. Permohonan wajib pajak yang melewati tanggal jatuh tempo

Wajib Pajak mengajukan surat permohonannya melewati 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, sehingga permohonannya sulit mendapat keputusan persetujuan untuk menunda/mengangsur pembayaran utang pajak oleh KPP Madya Medan sebab Kepala KPP Madya Medan masih harus mempertimbangkan kebenaran keadaan di luar kekuasaan yang menjadi alasan terlewatinya batas waktu pengajuan permohonan tersebut.


(1)

  BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

2. Wajib Pajak telah mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur pembayaran pajak yang masih harus dibayar atas STP dan telah memenuhi seluruh persyaratan untuk pengajuan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008.

3. Wajib Pajak mencantumkan alasan permohonan pengangsuran pembayaran pajak dan bukti pendukung permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran.

4. Penelitian terhadap permohonan pengangsuran pembayaran pajak yang diajukan Wajib Pajak telah dilakukan oleh pelaksana Seksi Penagihan yang dimulai dari pengecekan kelengkapan berkas permohonan hingga penelitian terhadap jaminan yang diberikan.

5. Proses pengajuan permohonan pengangsuran pembayaran pajak yang diajukan Wajib Pajak hingga pemberian keputusan persetujuan pengangsuran


(2)

oleh Kepala KPP Madya Medan telah sesuai dengan SOP tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.

6. Penerbitan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak oleh Kepala KPP Madya Medan tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan (7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan yang lengkap) dengan keputusan menyetujui jumlah angsuran pajak dan masa angsuran sesuai dengan permohonan Wajib Pajak

7. Masa angsuran sebanyak 12 (dua belas) kali dengan angsuran 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan merupakan jangka waktu maksimal yang dapat ditetapkan dalam setiap Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak. 8. Pengangsuran pembayaran pajak atas STP dikecualikan dari pengenaan


(3)

  B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Saran Untuk Wajib Pajak

1.1Sebelum Wajib Pajak mengajukan permohonan penundaan/penciciclan pembayaran utang pajaknya, Wajib Pajak sebaiknya berkonsultasi dengan

Account Representative di KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar

untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap mengenai persyaratan, tata cara, dan prosedur dalam proses permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak sehingga tidak terjadi penolakan permohonan dikarenakan tidak terpenuhinya persyaratan formal atas pengajuan permohonan tersebut.

1.2Wajib Pajak seharusnya mengisi surat permohonan secara lengkap dengan menyertakan bukti pendukung dan jaminan yang benar adanya.

1.3Wajib Pajak harus menerima keputusan yang telah diterbitkan atas permohonan yang diajukannya serta melaksanakan/memenuhi kewajibannya sesuai keputusan yang telah ditetapkan tersebut.

1.4Jika atas permohonan yang diajukan Wajib Pajak diterbitkan Surat Keputusan Penolakan, Wajib Pajak tersebut masih dapat mengajukan surat permohonan lagi selama belum melewati masa 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran.


(4)

2. Saran Untuk Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

2.1Sebaiknya KPP Madya Medan melakukan sosialisasi yang lebih intens kepada Wajib Pajak mengenai persyaratan, tata cara, dan prosedur dalam proses permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

2.2Jika saat penelitian diketahui surat permohonan yang diajukan Wajib Pajak ada yang tidak lengkap hendaknya memberi kesempatan untuk melengkapinya dengan memberikan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi surat permohonan yang telah diajukannya sebelum diterbitkannya keputusan atas permohonan tersebut.


(5)

 

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. PerpajakanEdisi Revisi 2009. Yogyakarta;Andi

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia Edisi 9. Jakarta:Salemba Empat

Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. 2007. Hukum Pajak Edisi 3. Jakarta:Salemba Empat

Persandingan Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Ketentuan Umum Dan

Tata Cara Perpajakan Beserta Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya.

2007.Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jendral Pajak

Http://www.Pajak.go.id

Http://www.Ortax.org

Http://www.Google.com

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan

Penundaan Pembayaran Pajak.


(6)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Penghitungan Dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 167/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal

Direktorat Jenderal Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 161/KMK.1/2007 Tentang Kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Dan Kantor Pelayanan Pajak.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/KMK.01/2010 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan.

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 Tentang Tata Cara

Pemberian Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-48/PJ/2007 Tentang Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak Madya.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 Tentang Standard Operating Procedure (SOP).