Bhatari Durga di Jawa Sebuah Tinjauan Sejarah

.I

JAGAD PEDALANGAN

DAFTAR lSI
II

Bhatari Durga di Jawa
Sebuah Tinjauan Sejarah
Hariani Santiko

~

Pepadi Pus at
Berita Utama

Bhatara Kala
ll ll Cerita
Sampul
ll @Ruwatan Sebuah Pengantar


~@

~ l
~4}

~

Ruwat Negara di
Masa Lampau
Ruwat Bumi
Ruwatan di Oesa
Karang Tengah,
Ajibarang
Wayan{kSapuh
Leger uwatan
Wayang di Bali)
W. Diya

~ l


Cerita Bhatara
Kala, Ngaruat di
Jawa Barat
Atik Soepandi, S.Kar

~!J

~

CEMPAlA

Ruwatan,Oi
Oesa Karang Jati Gombong
Upacara Ruwatan Gagrak Pesisiran
(Pekalongan, Tegal, Cirebon, Indramayu)

Pengertian Ruwat Pada
Masyarakat Jawa Kuno 4}~
Hariani Santiko


Mengantar Tradisi Ruwatan
ke Gerbang abad 21

4} 4}

Haryono Haryo Guritno

Pertunjukan W~ang
Ruwatan 4J. 7J
Di asa Sekarang ~
Bambang Murtiyoso

Memahami
makna simbolik
Upacara Ruwatan 4}~
Singgih Wibisono

Ruwatan
Dipandang Dari
Sudut Filsafat

dan Dunia 5)~
Pendidikan
Soenarto Timoer

Murwakala dan
Ruwatan Gagrak
Betawi 5)~
Ki Dalang Awin

Wahyu Makuta Rama
Apresiasi Wayang TVRI

@@

5

-:EMPALA
C
JAGAD PE~ALNG


CATATAN PENYUNTING

DAN PEWAYANGAN

[

-

--

~

'. ~

EDISI;

MURWAKALA RUWATAN
OKTOBER 1996

Sarana komunikasi antar anggota

PEPADI (Persatuan Pedalangan
Indonesia) dan masyarakat pecinta
wayang . Redaksi menerima
sumbangan tulisan kegiatan
PEPADI dari daerah maupun
tulisan/artikel yang bermanfaat
untuk pengembangan PEPADI dan
Dunia Pewayangan.

Pembina:
Sampurno, SH.
Ketua Pengarah :
Drs. Soli chin
Ketua Penyunting :
Mas'ud Thoyib
Penerbit:
Humas PEPADI Pusat
Para Penulis
Edisi Murwakala Ruwatan :


K

a li ini CEMPALA hadir dengan Edisi Murwakala Ruwatan ,
suatu edisi yang m e ng up as masalah Ru watan dan
Murwakala. Ternyata upaca ra yang semula merupakan trad isi adat
Jawa , terdapat juga di daerah lain , seperti daerah Bali misalnya
I Wayan Diya , mengupas Ruwatan dan Murwakala da lam a rtikel
Wayang Sap u h Lege r, Da ri J awa Barat, Atik Sopandi, S.Kar
menceritakan Bethara Kala , Ngaruat di J awa Barat.

1. Dr. Haryani Santiko (ahli Durga)
2. Drs. Singgih Wibisono
(ahli Iinguistik J awa)
3. Ir. Haryono Haryo Guritno
(pakar Wayang & Keris)
4 . L Wayan Diya
(Dalang & Pengamat Wayang Bali)
5. Bambang Murtiyoso S.Kar M. Hum
(Pengamat Wayang)
• Ki Waluyo (Penulis Wayang)

6. Atik Soepandi, S.Kar
(Pengamat Wayang Golek Sunda)
7. Soenarto Timur
(Budayawan, Pengamat Wayang)

R

uwatan di Desa Ka rang Tengah , Ajibarang , Ruwata n di
Desa Ka rang J ati , Gombong ; Ruwat Pes isiran, ada la h
merupakan kekayaan Ruwa tan dari berbagai versi (gagrak). demikian
juga dengan Ruwat Betawi. Sebagai karya klas ik da lam Ruwatan
Murwakala , Tulisan R.Tanaya ten tang Murwakala Ruwatan yang
bermua ra da ri Kitab Cent hini dengan dalang Panjang Mas , tetap
menjadi sandaran utama sastra Ruwatan di Jawa.

Fotografj :
Mas'ud Thoyib
Alamat Redaksi :
PEPADI Pusat
Ged,ung Sasana Krida A-15 LUI

Taman Mini "Indonesia Indah"
Jakarta 13560.
Telp. 8409413 - 8401720.
Percetakan :
c.v. Studio Delapanpuluh Ent.
Jakarta
Tata Usaha:
P.T. Daniasta Perdana
JI. Pintu II TMII No.8
Telp. 8408360
Izin Terbit :
SK. Menpen RI
No.214 7/SK/DITJEN PPG/STT/1995

P

andangan para Pakar Wayang tentang Ruwatan dapat disimak
tu lisan-tulisan Hariani Santiko (Ahli Durga, Sastra UI) .
Pe ngertian Ruwat Pada Masyaraka t Jawa Kuno , Singgih Wibisono
(Sastra UI) , Memahami Makna Simbo/ik Upacara Ruwatan.

Ir.Haryono Haryo Guritno (Pakar Wayang dan Keris), Mengantar
Tradisi Ruwatan ke Ge rba ng abad 2 1 ; Bambang Murtiyoso (STSI
Surakarta), Pertunjukan Wayan g Ruwatan di Masa Sekarang,
Soenarto Timur (Budayawan, Pengamat Waya ng) , Ruwatan
dipandang Dari S ud u t Filsafat dan Dunia Pendidi/can.

R

uwatan Sebuah Pengantar , aka n membawa pembaca ke
Cakrawala dunia Ruwatan. Semoga pembaca "teruwat" dari
segala malapetaka , Kal is saking sambe kala. Rahayu dan sejahtera
selalu.

ISSN: 1410 - 0959·

Pengganti Ongkos Cetak: .

Rp. 4.000,- Saja
CEMPAlA


.

Ke tua Penyunting.

7

PERTUNJUKAN WAYANG RUWATAN
DI MASA SEKARANG
Oleh

A

BAM BANG MURTIYOSO (STSI Surakarta)

ndai Ciwa (Batara Guru) dapat
mena han
birahi,
apabi la
spermanya tidak memancar dan
jatu h ke laut , serta bukan pembesar para
dewa dan dewi, maka tidak lahir Batara
Kala yang dituding biang keladi segala
kerusakan insani , ru watan tidak akan
menjadi bahan pembicaraan berkepanjangan. Meskipin cerita Murwakala hanya
berdasarkan tradisi serta mitos lama ,
kenyataannya upacara ruwatan melalui
pertunjukan wayang tetap berlangsung
hingga sekarang.
Oi masa sekarang, akibat dari
pengaruh penalaran dan semakin mantap
keyakinannya terhadap agama-agama
modern , ada sebagian masyarakat
merasa tidak perlu lagi menyelenggarakan upacara ruwa tan. Sementara ada
keluarga Jawa yang menganggap bahwa
upacara ruwatan masih relevan, meskipun sehari-harinya telah bergaya. hidup
modern dan tinggal di kota-kota besar.
Oi masa lampau , upacara ruwatan
dianggap sebagai wahana pembebasan
para sukerta, yaitu anak-anak yang lahir
membawa kesial a n-tid ak suci, penuh
dosa-dan orang yang berbuat ceroboh.
Anak sukerta -clan orang yang berbuat
ceroboh itu dipercaya sebagai golongan
yang pasti akan menjadi mangsa Batara
Ka la. Pantas dipertanyakan, kenapa
anak-anak sukerta yang lah ir di luar
kemauannya itu oleh orang tuanya
dianggap sebagai pembawa kesialan?
Oengan tidak mengusik keberadaan
m itos lama te ntang arti pentingnya
upacara ruwatan bagi insan yang
digo longkan orang sukerta , penulis
mencoba membahas berdasarkan
pena laran yang bersumber dari
pengamatan te rhad ap pelaksanaan
upacara ruwatan di beberapa tempat.
Oalam pewayangan diceritakan,
bahwa Batara Kala lahir dari pembuahan
sperma Batara Guru yang tercebur ke
laut, sebab tidak mampu me nahan birahi
CEMPAlA

terhadap kecantikan Uma, istrinya yang,
yang sedang berkelana dengan menaiki
lembu Andini. Penulis menangkap ada
pendidikan seks terselubung dalam cerita
itu , orang beradab tidak se layaknya
melakukan senggama di atas kendaraan.
S e karang , dalam pertunjukan
wayang di Jawa, para Oewa , kecuali Sang
Hyang Wenang dan Oewa Ruci , sering
dilecehan oleh para dalang. Batara Guru
dan Oewa-dewa yang lain , di kalangan
para dalang, dipandang sebagai tokohtokoh cerita semata, Oalam pertunjukan
wayang , Oewa tidak lebih tinggi dari
to koh-tokoh ksatria. Sering terjadi para
dewa tidak dapat mengatasi masalah yang
ditimbulkan tokoh jahat, akhirnya
terpaksa harus minta ba ntu-an para
ksatria. Maka sebaliknya memandang
upacara ruwatan mesti harus meninggalkan anggapan sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan agama modern ,
sebab ada tokoh-tokoh dewa dan
dianggap bertentangan dengan agama
modern yang dianut.
Ada beberapa pendapat ten tang
latar belakang perlunya upacara ruwat
dengan memanfaatkan pertunjukan
wayang. Salah satu yang menarik adalah
pendapat Ki Naryacarita ( Kartasura,
Sukoharjo ) yang mengatakan bahwa
upacara ruwatan melalui pertunjukan
wayang hanya sebagai sarana pendidikan
moral bagi anak-anak . Menurut Ki
Naryacarita, bila orang tua mampu
mendidik se ndiri kepada anak-anak
sukerta , upacara ruwatan dengan sarana
pertunjukan wayang tidak diperlukan lagi.
Pernyataan ini sering diungkap-kan
langsung o le h Ki Naryacarita te rsebut
dapat dibicarakan kenapa ana k-anak lahir
dari ayah dan ibu yang sama, dari jumlah
tertentu , digolongkan sebaga i bocah
sukerta yang harus diruwat.
Anak-anak tunggal (ontang- anting)
digolongkan sukerta kemungkinan
menjadi anak yang nakal sangat besar.

Sebab pada umumnya anak tunggal selalu
dimanja o leh keluarga-nya , meskipun
akibat adanya KB (keluarga Be rencana),
anak-anak yang hanya dua ( Kembar,
dhampit, kembang sepasang , kedhanakedhin i) dapat menjadi naka i, sebab
sering terjadi kedua orang tua (ayah dan
ibu) be rpihak kepada salah satu anak.
Anak tiga (sendang kapit pancuran ,
pancuran kapit sendang, bantheng
ngundha jawi, ngunggah-ungga hi. tri
purusa, serta tri wati) anak yang memiliki
jenis berbeda de ngan kedua saudaranya
potensi untuk menjadi anak nakal sangat
besa r. Ke mungkina n anak yang jenis
ke lam innya be rbeda de nga n saudarasaudaranya (ngijeni) ini paling dimanjakan
oleh keluarganya. Penulis tidak mampu
membahas kira-kira apa yang menjadi
penyebab keluarga yang memiliki 4 dan
5 anak yang berjenis ke lam in sama
tergolong juga anak sukerta ? Oisebabkan
oleh kharis-manyalah, maka dalang diberi
kepercayaan untuk me ndidik anak-a nak ,
yang memiliki potensi nakai , melalui
pertunjukan wayang. Oengan media
wayang diharapkan anak-ana k sukerta
dapat mendapat berbagai ajaran moral,
mesk ipun secara simbolik dan/atAu
tersamar.
Penalaran Ki Naryacarita itu, bahwa
pertunjukan wayang ruwatan sebaga i
sarana pendidikan moral anak , kiranya
dapat dikembangka n te rhadap perlunya
orang-orang ceroboh-merobohka n alat
penanak nasi (dandang), mematahkan
alat pelumat ramuan jampi (pipisan),
membuang sampah di waktu malam, dan
sebaga inya-harus diruwat. Mereka
mendapat ancaman sebagai orang yang
menjadi mangsa Batara Kala , aga r selalu
bertindak serta berperilaku hati-hali dalam
segala hal.
Ada sinyalemen, bahwa latar belakang munculnya upacara ruwatan
dengan pe rg ela ran wayang kemungkinan atas inisiatif atau gagasan para

47

Ir

J
da lan g d i ma sa la mpa ll . Kit a se mua
ma hfum ba hwa profesi dala ng me miliki
kh a ri s ma ya ng tin gg i di m asya ra ka t
pe ndukungnya. O le h sebab itu , di masa
la m pa u , up aca ra ru wa ta n m e la lu i
pe rtunjukan wa ya ng d imo no p o li o le h
para dala ng ya ng benar-bena r me m iliki
ge ne a logi ve rt ika l (ke turllna n) da la ng .
Be sa r ke mun g kin a n ba hwa upaca ra
ru wa ta n m e n gg un a ka n p e rtunjuka n
wa ya ng m e rupa ka n taktik agar pa ra
da la ng lanjut usia te ta p mam pu menya n gga hidllp nya se ndi ri. Be be rapa
kelengkapan sesaji upacara ruwata n-ya ng
a khirn ya d im ili ki d a la n g -m e rup a ka n
m o d a l bag i s es eo ra n g lln t u k m e n ge mb a n g ka n p e rt a ni a n da n p e terna kan . Sinyale me n ini diba nta h o le h
Ki Kesdik Kesda la ma na (Kla te nl, seba b
di dae ra h sekita rnya , ba nya k dala ng senio r me nga njllrka n pa ra ke lua rga miski n
ya ng me nyele ngga ra ka n rllwatan untuk
meminja m ke le ng ka pan sesaji ya ng tida k
dimi li ki.
Ada sinyale me n la in te nta ng asa lusul pe nye lengga raan upaca ra ruwa ta n
dengan pertu njuka n waya ng dila tarbela kangi o le h pa nda ngan bahwa a nak bagi
o ra ng tua me rupa-ka n
a lat p rodu ksi ke lua rga .
Se hi n gga , a na k ya ng
jumla hn ya kura ng da ri
enam o ra ng , harlls diruwat. Andai pa nda nga n
ini be na r tentu saja upacara rllwa ta n se ka ra ng
me njad i tida k re leva n ,
te rl e bih-Iebih a da n ya
KB . Mes t in ya , a n a k
ya ng jum la hn ya le bi h
d a ri 3 o ra n g ha ru s
di r ll wa t. Ad a da la n g
Maja kerta , da lam pakeli ra n nya Ba ta ra Ka la
berllcap :
.... .. kabe h
bocah sukelia mau dadi
pa nga nku, kejaba sing
pad ha melu KB (semua
a na k suke rta tad i me njadi ma ngsa ku , ke cua li
o rang ya ng me ngikllti
program KB).
Pe n ye le n gga raa n
ru wa ta n da p a t di pa nda ng s e bag a i be n tuk
llpaya pele staria n , pen gag un ga n d a n peng e mba n g a n blld a ya
trad isio nal. Ya ng me njad i m asa la h a da la h ,

48

bagaimana wujud se rta apa ya ng me njadi
mo ti vas i p e ny e le ngga raa n ? S a nga t
disayangka n te rhadap wujud pertunjukan
waya ng ruwata n se ka rang ini. sebagia n
besar, ha nya mene kankan segi hibu ra n
bila dibanding denga n sisi litusnya . Akhira khir ini, ba nya k llpaca ra rllwa ta n ya ng
dila ku kan para da la ng, termasuk da la ng
sen io r, sang a t me no nj o lka n humo r,
bahka n humor ya ng po rnogra fi se perti
ya n g s e r in g pe nu li s li ha t da lam
p e r tu n ju kan w a yang b iasa, buk a n
ruwa ta n . J e las keagu nga n da n ke kh us llkan llpaca ra ruwa tan me njadi puda r, bila
dalang tida k mam pu me nge ka ng diri dari
ambisi menghi bur. Pe n u/i6 be rpe nd opot
bo h wo soj ion p e rt un jukon woyong
ru w ot o n ho ru s d ibe d ok o n d e ngo n
pe rtu nju kon woyong bio so.
Pe nu lis juga mena ngkap satu gejala
ya ng tida k se hat da lam pe nyelengga raa n
ruwatan , a li inya suda h menyimpang da ri
azas semula . Geja la itu adala h motivasi
pe n yele ngga raa n waya ng rll wata n d i
be rbaga i kota besar ya ng pe nulis ama ti.
Pe nu lis t idak pe rn a h m e ndapa t
jawaba n ya ng meya kinkan da ri p iha k

boca h suke rta, baga ima na pe rbedaa n
ko nd isi me nta l m e re ka sebe lum da n
sesudah me ngikuti ruwa ta n ?
Pada llmumnya . mere ka me njawa b
me rasa sanga t te rp uka u (me ri nd ing dan
a ngke r) pada saat-saa t, secara sim bolik.
dibebaskan dari suke li a o le h da la ng. Ya ng
merasa da ri sua tll ba tin me nce ka m. lebih
ba nya k d irasa ka n o le h o ra ng tua pa ra
bo ca h su ke rta . Ke lih a ta nn ya, ya ng
merasa te rbebas da ri himpita n dosa jllstru
para o ra ng tua, bllkan boca h su ke lia nya .
A khirn ya , n as ib ke langs lln ga n
waya ng rllwa ta n a ka n d ibawa ke ma na ?
Meskip un waya ng itu pada p rinsipnya
mem iliki posisi ya ng ne tra l-da la m a rti
d a p a t d ia ra hk a n ke m a na sa ja se rt a
dima nfaatifa n un tuk ke pentinga n apapllnseca ra mo ra l masyara kat pedala nga nl
pewayanga n (dala ng, pe neliti , penga mat,
kr itikus da n sebaga in ya) secara mo ra l
te ta p me mi li ki ta ngg un g jawa b besa r
t e r h adap e ks is t e n s in ya , d a la m ha l
kr ea tif it as se rt a kwa litas . D e n ga n
de mikia n tida k ha nya asa l-asa la n ; asal
beda , asal lakll , da n te ntll saja tida k hanya
asal e ksis.

CEMPAlA