Simbolisasi dalam Kumpulan Cerpen “Filosofi Kopi” Karya Dee : Sebuah Tinjauan Semiotik

“FILOSOFI KOPI” KARYA DEE: SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

ARVITA KUSUMARDANI

C 0207018

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

SIMBOLISASI DALAM KUMPULAN CERPEN “FILOSOFI KOPI” KARYA DEE: SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIK

Disusun oleh

ARVITA KUSUMARDANI

C 0207018

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Wiranta, M.S NIP 195806131986011001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag NIP196206101989031001

commit to user

SIMBOLISASI DALAM KUMPULAN CERPEN “FILOSOFI KOPI” KARYA DEE: SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIK

Disusun oleh

ARVITA KUSUMARDANI

C 0207018

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal.............................. 2011

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001

…………………..

Sekretaris

Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005

…………………..

Penguji I

Drs. Wiranta, M.S. NIP 195806131986011001

…………………...

Penguji II

Dra. Murtini, M.S. NIP 195707141983032001

……………………

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D.

NIP 1960032819860110

commit to user

PERNYATAAN

Nama : ARVITA KUSUMARDANI NIM : C0207018

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Simbolisasi dalam Kumpulan Cerpen “Filosofi Kopi” Karya Dee : Sebuah Tinjauan Semiotik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 02 Desember 2011

Yang membuat pernyataan

ARVITA KUSUMARDANI

C 0207018

commit to user

MOTTO

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita .

(Kolose 3: 17)

Dalam gerak langkahku, kupercaya Engkau senantiasa menuntun langkahku ke jalan yang terbaik menurut rancangan-Mu.

(Penulis)

Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.

(Dee dalam buku Filosofi Kopi)

commit to user

Karya ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku, Ary Marmanto, B. A dan Wiwik Harnawati Kakakku, Kurniawan Hermanto, S. Pd Alm. Mbah kakung Paulus. Sarwidhi Kekasihku Sahabat terbaikku, Nthungrs

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rencana-Nya yang indah, sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Simbolisasi dalam Kumpulan Cerpen “Filosofi Kopi” Karya Dee: Sebuah Tinjauan Semiotik.

Penulis berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Wiranta, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan untuk penulis.

5. Drs. Henry Yustanto, M. A., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

commit to user

6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung.

7. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang tiada pernah usai.

8. Stevanus Wisnu Setya Nugraha, S.Pd., Terima kasih atas doa, bimbingan serta nasihat yang diberikan.

9. Para Nthungrs, Eri (si Bos genk), Vitalia (si bendahara), Panca, Aril dan Nopita. Terimakasih atas segala perhatian, dukungan serta motivasi yang telah kalian berikan.

10. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007: Pipit, Pru Ririn, Savitri, Unna Imas, Esti, Ukhti, Putri, Betty, Tri, Alfi, Diana, Unun, Wilda, Nana, Yeni, Harry, Harry (Ustad), Mamed, Fajar, Bebex, Arif (Korti), Arif (Tinggi), Papik Akbar, Anggoro, Ikhsan dan Adit. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kebersamaannya selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya pada

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 02 Desember 2011

Penulis

commit to user

2. Sikat Gigi ............................................................................................... 107

3. Mencari Herman ..................................................................................... 110

4. Rico de Coro .......................................................................................... 112 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 115

B. Saran ...................................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119 LAMPIRAN ................................................................................................ 122

commit to user

ABSTRAK

Arvita Kusumardani. C0207018. 2011. Simbolisasi dalam Kumpulan Cerpen “Filosofi Kopi” Karya Dee: Sebuah Tinjauan Semiotik. Skripsi: Jurusan Sastra

Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana alur, penokohan, latar, tema dan amanat dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi ? (2) Bagaimana simbolisasi dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi? (3) Bagaimana makna yang terkandung dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan alur, penokohan, latar, tema dan amanat dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi (2) Mendeskripsikan simbol-simbol dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi (3) Mendeskripsikan makna yang terkandung dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen Filosofi Kopi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Obyek material dari penelitian ini adalah kumpulan cerpen Filosofi Kopi , karya Dee yang mengindikasikan simbol-simbol di dalamnya. Adapun obyek formalnya meliputi simbol-simbol. Simbol yang dimaksudkan adalah bahasa dari pengarang yang dianggap sebagai simbol dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi . Populasi penelitian ini adalah kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dee yang terdiri 18 kumpulan cerpen. Sampling dari penelitian ini adalah empat cerpen dari kumpulan cerpen Filosofi Kopi yaitu “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro”. Sumber data penelitian ini adalah

kumpulan cerpen Filosofi Kopi. Data dalam penelitian ini adalah pemaknaan berupa kata-kata, kalimat dalam bentuk ungkapan atau gaya bahasa pengarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi .

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Unsur-unsur yang membangun dari empat cerpen tersebut yaitu alur, penokohan, latar, tema dan amanat yang menunjukkan keterjalinan yang erat dalam menyampaikan deskripsi kehidupan manusia juga filosofi kehidupan manusia. (2) Terdapat beberapa simbol-simbol yang berbeda dari empat cerpen tersebut. Secara keseluruhan menyimbolkan mengenai romantisme dari cinta yang bertransformasi. (3) Makna dari empat cerpen tersebut adalah penggambaran kehidupan manusia yang ingin disampaikan pengarang lewat berbagai simbol yang ada disebabkan Dee sebagai penulis kumpulan cerpen tersebut ingin menarik minat masyarakat untuk membaca karyanya.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra adalah hasil karya imajinatif manusia yang bermediakan bahasa, bersifat estetik dan merupakan gambaran dari kehidupan. Karya sastra terdiri dari novel, puisi, prosa, cerita pendek atau cerpen, cerita bersambung atau cerbung, dan lain sebagainya. Maka dari itu, peneliti akan mengkaji salah satu genre karya sastra yaitu cerpen.

Karya sastra sebagai simbol merupakan bentuk untuk menandai sesuatu yang lain di luar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya (Aminuddin, 1995:189). Simbol merupakan seluruh kegiatan mental manusia, yang dianggap sebagai satu-satunya media yang didasari oleh sebuah penalaran. Bahasa kemudian hanya dijadikan sebagai salah satu bentuk kegiatan atau sebuah ungkapan simbolis dengan kegiatan simbolis lainnya.

Simbol-simbol dalam sebuah karya sastra itu mempunyai maknanya masing-masing tanpa perlu menjadi unsur-unsur tunggal dari keutuhan makna karya sastra itu, karena makna tersebut tidak bersifat sturktural. Maka dari itu sebuah simbol dalam karya sastra adalah satu dan utuh, karena karya sastra tidak menyampaikan makna untuk dimengerti, melainkan pesan untuk diresapkan. Terhadap makna itu orang hanya dapat mengerti atau tidak

commit to user

mengerti, tetapi terhadap pesan orang dapat tersentuh secara lemah dan secara intensif (M. Sastrapratedja, 1982: 77)

Bagi Todorov simbol merupakan gejala khusus dari sign = „lambang‟. Sebagai bagian dari lambang, meskipun tidak semua lambang adalah simbol, simbol itu sendiri dapat disebut sebagai lambang. Dalam artian umum istilah simbol juga sering diartikan sebagai bentuk yang mengemban makna tersirat. Todorov menganggap simbol sebagai gejala khusus dari lambang karena keberadaan simbol terkait dengan lambang interpretasi, penggunaan dan penikmatan, keikutsertaan dan pemasukan ciri, seni dan mitologi, serta gejala lain menyangkut pengkreasian lambang. L ambang merupakan „fakta‟ yang dapat didudukan secara isolatif terlepas dari hubungannya dengan penafsiran pemakainya. Selain itu, lambang mengacu pada gejala yang lebih luas daripada simbol. Simbol hanya mengacu pada simbol verbal (Aminuddin, 1995: 190).

Dalam penelitian ini akan menganalisis kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dee yang terdiri dari delapan belas cerpen dan mencetak cetakan ke sepuluh pada tahun 2009. Melalui kumpulan cerpen Filosofi Kopi, penulis akan memfokuskan penelitian yang mengandung simbol-simbol, makna dan pesan tertentu. Kumpulan cerpen yang akan diteliti , (1) “Filosofi Kopi”, (2) “Sikat Gigi”, (3) “Mencari Herman”, (4) “Rico de Coro”.

Selain Dee, pada tahun 2000-an muncul penulis perempuan lain, seperti Ayu Utami dengan karyanya yang berjudul Saman, Larung, dan Djenar Maesa Ayu juga dengan karyanya Mereka Bilang Saya Monyet, Jangan Main- Main dengan Kelaminmu. Beberapa dari karya mereka ini memunculkan

commit to user

simbolisasi yang mengandung makna dan pesan tersendiri bagi pembaca. Hal tersebut juga ditunjukkan Dee dalam karyanya Filosofi Kopi. Semangat karya- karya penulis muda tersebut mampu mencuri perhatian khalayak pembaca Indonesia terutama kalangan kaum muda. Terlepas dari berbagai kontroversi, kehadiran karya-karya penulis perempuan Indonesia tersebut di satu sisi telah turut berperan dalam perkembangan khasanah sastra Indonesia dengan warna yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Kumpulan cerpen Filosofi Kopi ini memunculkan beberapa simbol yang mempunyai tujuan sama dengan semua pengarang yaitu mendapatkan kebebasan menyampaikan pesan pada pembaca melalui interpretasi makna dari simbol-simbol yang ada dan menjadi semacam gaya bahasa pengarang. Terdapat beberapa simbol seperti simbolisasi dalam sebuah kopi, sikat gigi, kecoa dan lain sebagainya. Dari berbagai kisah-kisah ini menggambarkan proses transformasi cinta dari sekedar kumpulan emosi menuju sebuah eksistensi. Kumpulan cerpen ini menghadirkan bagaimana perjuangan seorang yang memiliki hobi terhadap kopi dan memaknai kopi dari sudut pandang kehidupan sekaligus pencarian jati diri. Hal ini menarik untuk diamati dan diangkat dalam karya sastra.

Kumpulan cerpen Filosofi Kopi ini (selanjutnya akan disingkat menjadi FK), dalam pengolahan kata di setiap cerpennya, Dee selalu berimajinasi akan hal-hal yang ditemukan di sekitar seperti simbolisasi dari kopi, kecoa, penamaan Herman ataupun sikat gigi. Untuk mengaitkan di setiap tulisan Dee tidaklah mudah, perlu sebuah kesabaran, pengetahuan mendalam

commit to user

dan imajinasi yang tinggi untuk sampai kepadanya. Tidak semua pengarang mampu melakukan hal ini.

Hal lain yang menarik dari kumpulan cerpen FK yaitu cinta yang tidak hanya sebagai proses emosi, tetapi juga proses pencarian jati diri. Simbolisasi kopi mengalami perubahan nilai dari waktu ke waktu. Kopi yang dikondisikan dan dikomoditaskan sesuai dengan selera masyarakat lewat munculnya kafe- kafe sebagai bukti gejala atau fenomena yang sangat menarik untuk diamati.

Pengunjung selalu memenuhi kafe ketika jam istirahat. Setiap kafe memasang harga Rp. 1.500,00 sampai Rp. 25.000,00 per gelas. Bagi kalangan profesional dan eksekutif biasanya lebih memilih kafe kelas menengah ke atas

seperti Dome, Starburk, JC‟s Cafe. Kafe-kafe tersebut di antaranya terdapat di Tower II Bursa Efek Jakarta. Mereka yang datang umumnya memang

penikmat kopi, dari kalangan bisnis, eksekutif muda dan pialang saham. Berbeda dengan kafe di Cilandak Town Square Jakarta, yang lebih sering disebut Citos, pengunjungnya kebanyakan anak muda, termasuk perempuan. Di Surakarta pun juga terdapat kafe seperti kafe kopi Luwak di Solo Square yang pada umumnya juga penikmat kopi dari kalangan bisnis sampai kalangan anak muda. Hal ini disebabkan semakin beragamnya sajian kopi dengan campuran rasa yang menarik bagi pengunjungnya. Maka dari itu lewat fenomena yang terjadi di sekitar kemudian Dee menuangkannya menjadi sebuah cerpen yang berjudul Filosofi Kopi (fadly.dagdigdug.com/2011/04/20).

Pada awalnya minum kopi merupakan kebutuhan konsumsi masyarakat setiap hari kemudian keberadaan kafe dianggap menjadi suatu hal yang prestise karena dihubungkan dengan gaya hidup yang modern. Seperti

commit to user

sosok tokoh Ben dalam cerpen “filosofi kopi”, Ben adalah sosok yang perfeksionis dan ambisius. Kopi membuatnya menjadi sosok yang

menginginkan kesempu rnaan hidup melalui „Ben’s Perfecto’ kopi ciptaannya, tetapi di sini juga ditampilkan sosok tokoh Pak Seno yang mengartikan kopi pada dasarnya minuman pahit. Dari sinilah kemudian menjadi sisi menarik dari cerpen “filosofi kopi”.

FK merupakan buku fiksi karya Dee yang sukses setelah serialnya yang berjudul Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. FK ditulis dalam kurun waktu sepuluh tahun antara 1995-2005. Dari delapan belas cerpen dalam FK ini, terdapat dua di antaranya yaitu “Rico de Coro” dan “Sikat Gigi”

yang sudah pernah dipublikasikan. FK juga pernah mendapat penghargaan Top Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2005, serta karya terbaik pada tahun 2006 dalam Majalah Tempo.

Dalam meneliti karya sastra ini peneliti akan menggunakan pendekatan semiotik yang memfokuskan pada karya sastra itu sebagai tanda yang memerlukan analisis secara menyeluruh guna menginterpretasikan makna, amanat dan pesan yang terkandung. Penerapan pendekatan struktur cerita sebagai langkah awal dalam penelitian ini guna menganalisis alur, penokohan, latar, tema dan amanat cerita sebagai unsur intrinsik karya sastra. Menurut Teeuw, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetel dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (1988: 135). Menurut Rachmat Djoko Pradopo, studi sastra juga bersifat semiotik yaitu usaha untuk menganalisis

commit to user

sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti (1995: 142).

Karya sastra mempunyai kekhasan yang memerlukan analisis unsur intrinsik secara mendalam melalui pendekatan struktural, yang dilanjutkan pemaknaan dari simbol-simbol yang muncul dalam karya sastra. Pendekatan struktural membantu menghubungkan dengan simbol-simbol yang muncul dalam karya sastra guna menemukan pemahaman dan makna totalitas dari karya sastra. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil j udul “Simbolisasi dalam Kumpulan Cerpen Filosofi

Kopi Karya Dee : Sebuah Tinjauan Semiotik”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membatasi masalah sehingga tujuan penelitian ini menjadi lebih jelas dan terarah. Penelitian ini dibatasi

1. Unsur-unsur struktur cerpen “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman ”, dan, “Rico de Coro”, meliputi alur, penokohan, latar, tema dan amanat yang membentuk kepaduan cerpen.

2. Masalah semiotik yang mengkaji simbolisasi dalam cerpen “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro”.

3. Masalah semiotik yang mengkaji makna simbolisasi dalam cerpen “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro”.

commit to user

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana alur, penokohan, latar, tema dan amanat dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK?

2. Bagaimana simbolisasi dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK?

3. Bagaimana makna yang terkandung dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan alur, penokohan, latar, tema dan amanat dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK.

2. Mendeskripsikan simbol-simbol dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK.

3. Mendeskripsikan makna yang terkandung dalam empat cerpen dari delapan belas kumpulan cerpen FK.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksudkan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan semiotik dalam karya sastra khususnya kumpulan cerpen, dan teori ini dapat dimanfaatkan untuk menangkap makna simbol dalam

commit to user

cerpen “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro”.

2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberi wawasan dan pemahaman terhadap karya sastra, selain itu dapat mengetahui amanat yang terkandung dalam kumpulan cerpen tersebut yaitu sebuah proses tranformasi dari diri seorang juga kisah cinta yang bukan sekedar sebuah proses emosi, tetapi juga proses pencarian jati diri.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Latar belakang masalah menguraikann alasan diadakannya penelitian dan pemilihan kumpulan cerpen Filosofi Kopi sebagai obyek penelitian. Pembatasan masalah menguraikan pembatasan masalah-masalah yang diteliti, yang meliputi simbol-simbol yang terdapat dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi. Rumusan masalah menguraikan rumusan masalah yang akan diteliti. Tujuan penelitian menguraikan hal yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian menguraikan manfaat teoretis dan praktis yang dapat diambil dari penelitian ini. Sistematika

commit to user

penulisan diperlukan untuk mempermudahkan dalam proses analisis permasalahan sehingga bersifat lebih sistematis.

Bab kedua adalah kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian terdahulu berisi daftar beberapa penelitian yang menggunakan teori semiotika. Kajian pustaka berisi teori-teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini, yang terdiri dari beberapa pendekatan yaitu pendekatan semiotik Charles Sander Pierce, pengertian simbol. Kerangka pikir berisi penggambaran mengenai cara pikir yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang diteliti

Bab ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang data, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab keempat adalah analisis data berisi simbol-simbol yang ada dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi berdasarkan teori Charles Sander Pierce.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran. Bab ini berisi simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis terhadap kumpulan cerpen karya Dee.

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan objek kumpulan cerpen “Filosofi Kopi” karya Dee, pernah diteliti di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan pendekatan yang berbeda. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Analisis Fakta Cerita dan Tema Cerpen “Filosofi Kopi” Karya Dewi Lestari: Menurut Stanton, oleh Anwari Eka Putra, mahasiswa program Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2008. Penelitian tersebut membahas mengenai aspek struktural yang menggunakan teori Robert Stanton. Analisis ini membahas unsur alur dalam cerpen tersebut dan hubungannya dengan unsur-unsur pembangun cerita lainnya, yaitu latar dan tokoh serta tema, sebagai cerpen kontemporer yang memiliki struktur alur yang kompleks sarat akan pergeseran nilai.

2. Simbolisasi Moral dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu: Sebuah Pendekatan Semiotik, mahasiswa program Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret pada tahun 2005. Penelitian tersebut membahas mengenai (1) alur, penokohan, latar, tema dan amanat dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! (2) makna simbolisasi moral dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Dengan menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders

commit to user

Pierce (3) hubungan intertekstualitas dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Dengan karya sastra lain.

3. Makna Simbolisasi Batu dalam Kumpulan Cerpen “Hikayat Batu-batu” Karya Taufik Ikram Jamil: Suatu Tinjauan Semiotik, mahasiswa program Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret pada tahun 2005. Penelitian tersebut membahas mengenai aspek struktur cerita meliputi alur, tokoh, dan latar. Batu dalam cerpen-cerpen yang bersangkutan merupakan simbol. Makna batu dalam cerpen-cerpen tersebut tidak sebatas makna batu secara harafiah tetapi merupakan simbolisasi dari suatu hal yang lebih kompleks. Untuk membedakan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini

meneliti karya sastra cerpen yang berjumlah empat buah yaitu “Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, “Rico de Coro”. Dalam penelitian ini digunakan

pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce, dengan analisis melalui beberapa tahapan yaitu membedah cerpen tersebut dengan aspek struktural yaitu alur, penokohan, latar, tema dan amanat; mendeskripsikan beberapa simbol yang terdapat dalam empat cerpen dengan teori semiotik Charles Sanders Pierce yaitu ikon, indeks dan simbol atau lambang serta mendeskripsikan makna yang terkandung dari empat cerpen tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur struktur cerpen sehingga dapat membentuk kepaduan cerpen, mengungkapkan simbol serta makna yang terkandung dalam empat cerpen. Penelitian terdahulu oleh peneliti digunakan dan dimanfaatkan sebagai tambahan wacana dalam proses penulisan skripsi ini.

commit to user

B. Landasan Teori

1. Pendekatan Semiotika

Semiotika Modern mempunyai dua orang bapak, yaitu Charles Sanders Peirce (1839-1914), yang lain Ferdinand de Saussure (1857-1913). Mereka mempunyai perbedaan-perbedaan yang penting, terutama dalam penerapan konsep-konsep, antara hasil karya para ahli semiotika yang berkiblat pada Peirce di satu pihak dan hasil karya para pengikut Saussure di pihak yang lain (Burhan Nurgiyantoro, 2005). Kata Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda. “Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, sepert i sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda” (Zoest, 1993:1)

Setelah De Saussure meninggal, diuraikan dengan panjang-lebar bahwa bahasa adalah sistem tanda; dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain: signifiant (penanda) dan signifié (petanda); signifiant adalah aspek formal atau bunyi pada tanda itu, padahal signifié adalah aspek kemaknaan atau konseptual; tetapi signifiant tidak identik dengan bunyi dan signifié bukanlah denotatum, jadi hal atau benda dalam kenyataan yang diacu oleh tanda itu; secara kongkrit tanda burung tidak sama dengan bunyi fisik dan tidak pula dengan binatang dalam kenyataan. Dapat dikatakan bahwa aspek tandanya dilaksanakan lewat bentuk bunyi fisik, sedangkan sebagai tanda kata burung dapat dipakai untuk mengacu pada sesuatu dalam kenyataan; tanda memang terdiri dari aspek formal dan konseptual yang merupakan dwitunggal, tetapi kedua aspek itu mempunyai status mandiri terhadap bunyi nyata dan benda atau gejala dalam kenyataan; fungsinya sebagai tanda berdasarkan konvensi sosial (Teeuw, 1984: 43-44)

Menurut Benny Hoed H (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 40) Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa

commit to user

pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau haru diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni: sastra, lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan demikian, teori semiotik bersifat multidisiplin sebagaimana diharapkan oleh Peirce agar teorinya bersifat umum dan dapat diterapkan pada segala macam.

Peirce mengungkapkan pendapatnya mengenai tanda, di mana dia mengusulkan kata semiotika sebagai sinonim kata logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu dilakukan melalui tanda- tanda sebagai unsur dalam komunikasi yang perlu penalaran dalam mendapatkan makna dan memahaminya berdasarkan atas konvensi, atau kesepakatan mengenai tanda tersebut. Penerapan teori Peirce serasa memberi penawaran yang lebih dibanding dengan Saussure yang terbatas pada linguistik. Alasan inilah yang menjadikan penulis cenderung memilih teori Peirce dalam penelitiannya.

Peirce mengemukakan bah wa “tanda hanya berarti tanda apabila ia berfungsi sebagai tanda” (Zoest, 1993:10). Dapat disimpulkan bahwa

kehadiran tanda itu harus ada yang mendasari kemunculannya, tidak dengan sendiriannya. Bagi Peirce fungsi esensial tanda adalah membuat efisiensi, baik dalam komunikasi kita dengan orang lain maupun dalam pemikiran dan pemahaman kita tentang dunia (Zoest, 1993:11).

commit to user

Pandangan terhadap realitas yang dihadapinya terbagi dalam tiga kategori, yaitu pemahaman yang mengandalkan intuisi atau perasaan, kemudian pemahaman yang mempertimbangkan pengalaman berdasar atas kenyataan yang dihadapi, dan pemahaman yang mempergunakan penyelesaian atau aturan dari konvensi yang telah disepakati. Pierce membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum:

a. Ikon Tanda ikonis ialah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. Dalam arti sempit ikon hanya ada menurut cara eksistensi dari apa yang mungkin. Ikon seperti qualisign merupakan sebuah first.

Dengan demikian definisi ini mengimplikasikan bahwa segala sesuatu merupakan ikon, karena semua yang ada kenyataan dapat dikaitkan dengan suatu yang lain. Bila di kebun tumbuh sebuah labu aneh, kita tiba-tiba dapat menemukan bahwa labu itu mirip kepala seorang negarawan terkenal. Apabila terhadap politik negarawan itu kemudian diadakan suatu demonstrasi protes, labu itu dapat ditancapkan di atas tongkat dan membawanya dalam barisan: kini labu itu menjadi sebuah tanda. Saat itu pula labu itu merupakan ikon murni (Zoest, 1993: 24).

b. Indeks Adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari adanya sebuah denotatum, merupakan second. Dalam hal ini,

commit to user

hubungan antara tanda dan denotatum adalah bersebelahan. Indeks adalah tanda yang merujuk atau menunjuk, bersandar pada keadaan terbatas (Zoest, 1993: 24)

Seperti pada ungkapan tidak ada asap tanpa api. Memang asap dapat dianggap sebagai tanda untuk api dan dalam hal ini merupakan indeks. Sebuah penunjukan arah angin merupakan indeks. Jadi segala sesuatu yang memusatkan perhatiannya pada sesuatu merupakan sebuah indeks, apakah berupa jari yang diacungkan atau sebuah petunjuk arah angin

c. Lambang atau simbol Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh peraturan yang berlaku umu, merupakan third. Simbol merupakan tanda yang telah melalui fase perjanjian atau terikat pada yang sosial maupun terpaksa lebih halus (Zoest, 1993: 23-27).

Penggabungan tanda dengan aturan yang mendasarinya memungkinkan untuk dihasilkannya sebuah makna teks. Oleh karena itu, hubungan antara penanda dan petanda bukanlah terbentuk secara alamiah, melainkan hubungan yang berdasarkan konvensi.

Implikasinya seperti pada saat menggerakkan kepala dari atas ke bawah, berarti menghubungkan mengangguk dengan sebuah denotatum yang dapat disebut „ya‟ atau „membenarkan‟. Sampai di sini tanda dapat dianggap sebagai indeks. Te tapi tidak demikian, mengangguk „ya‟ karena dihubungkan dengan suatu konvensi: menggangguk begini begitu berarti „menjawab membenarkan‟. Tanda yang pada kesan pertama nampak

commit to user

sebagai second, jika dihubungkan dengan suatu peraturan umum, suatu third, akan menjadi suatu third. Mengangguk „ya‟, meskipun hanya akan dilakukan satu kali, adalah sebuah tanda simbolis (Zoest, 1993: 25).

2. Teori Struktural

Pendekatan struktural menekankan pada suatu karya itu merupakan jalinan yang erat antar unsur-unsur yang membangun karya sastra. Pemahaman karya sastra dapat diperoleh dari teks karya itu sendiri dengan melihat bentuk, isi atau makna dari karya tersebut. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang mengutamakan aspek tekstual dari karya sastra yang berupa unsur intrinsik. Pendekatan struktural berguna dalam memahami makna suatu karya sastra sebagai satu struktur yang bulat dan utuh, saling terkait antar bagian.

Penerapan pendekatan struktural akan memperjelas keterjalinan antar unsur sehingga makna totalitas tercipta. “Prinsipnya jelas: analisis struktural

bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasil kan makna menyeluruh” (Teeuw, 1984:135).

Penerapan teori struktural yang meliputi alur, tokoh, latar, tema dan amanat ini diperlukan guna menemukan tanda-tanda yang ada hubungan dengan unsur-unsur pembangun tersebut. Analisis intrinsik tersebut merupakan langkah awal dalam menganalisis melalui pendekatan semiotik yang berkaitan erat dengan unsur pembangun dari cerpen. Tiap-tiap karya

commit to user

sastra memiliki makna tertentu yang perlu diungkap, sehingga diperlukan analisis keterjalinan semua unsur intrinsik guna mengungkapkan makna dan simbol yang ada.

a. Alur Alur memiliki kaidah tersendiri. Alur harus memiliki awal, pertengahan dan akhir. Alur juga harus masuk akal dan logis, tetapi mengejutkan pembaca dengan ketegangan yang dibangunnya. Alur cerita rekaan pada umumnya terdiri dari:

1) Tahap awal, terbagi menjadi:

a) Paparan (exposition)

b) Ransangan (inciting moment)

c) Gawatan (rising action)

2) Tahap tengah, terbagi menjadi:

a) Tikaian (conflict)

b) Rumitan (complication)

c) Klimaks

3) Tahap akhir terbagi menjadi:

a) Leraian (falling action)

b) Selesaian (denouenment) (Panuti Sudjiman, 1988:30) Alur juga terbagi menjadi beberapa macam yaitu:

1) Alur maju (progresif), adalah jenis alur yang peristiwa-peristiwanya bersifat kronologis atau secara runtut. Cerita dimulai dari tahap awal, tengah, dan akhir (Burhan Nurgiyantoro, 2005:154)

2) Alur mundur atau alur sorot baik (flash back atau regresif), adalah

commit to user

cerita yang dimulai dari penyelesaian, kemudian klimaks hingga akhirnya pelukisan keadaan atau bisa dari klimaks, kemudian penyelesaian baru pelukisan keadaan.

3) Alur tarik balik (back tracking), adalah alur konvensionil, di mana jalinan ceritanya tetap maju, tetapi ada bagian-bagian tertentu ada yang ditarik lagi ke belakang (Mursal Esten, 1990:26).

Cerita rekaan mempunyai sebuah alur yang ditemukannya tema dan amanat cerita. Alur mempunyai kekuatan guna memelihara susunan dalam cerita, menimbulkan bagian dari peristiwa dalam cerita yang penuh intrik di dalamnya menjadi masalah-masalah baru yang padu. Alur dengan penuh kejutan-kejutan dan masalah-masalah hidup yang jarang disentuh sastrawan lain menjadi salah satu daya tarik dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi menjadikan pembaca tergugah hatinya dan terbuka mata hatinya guna melihat keadaan disekitar.

1) Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam karya fiksi adalah rekaan, merupakan hasil imajinasi dari pengarang yang dihadirkan dengan tujuan membangun cerita yang berhubungan dengan kejadian, latar, dan tema yang diusung. Tokoh biasanya digambarkan dengan ciri-ciri yang berhubungan dengan kepribadian mereka (dengan keterangan- keterangan psikologis dan sosial) serta sikap (tingkah laku dan tindakan). “Untuk memberi petunjuk tentang diri tokoh, pengarang memberikan ciri-ciri, tanda-tanda yang khas. Hal ini ditampilkan dalam ciri- ciri fisik, moral dan sosial” (Okke K.S Zaimar, 1991:148).

commit to user

Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro mengatakan bahwa “Tokoh cerita adalah orang (orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan apa yang dilakukan dalam tindakan” (2005: 165). Antara tokoh dan perwatakan memiliki kepaduan yang utuh, karena pada saat penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan pada perwatakan yang dimilikinya.

Penokohan yang baik adalah penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh yang kelihatan nyata dalam membawa peran, yang oleh pengarang dilukiskan secara dramatik maupun analitik dan perkembangan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat yang ingin disampaikan (Mursal Esten, 1990:27). Peran penokohan yang baik akan menghasilkan efek-efek cerita yang nyata dan dapat secara jelas menampilkan seorang tokoh dalam sebuah cerita sesuai dengan

tema serta amanat. “Penokohan lebih luas pengertiannya dari „tokoh dan perwatakan‟ sebab dapat mencakup masalah tokoh cerita, perwatakan, penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita

sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca” (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 166).

Tokoh-tokoh dalam cerpen perlu dilukiskan secara eksplisit, guna mempermudah pembaca menangkap aspek-aspek tokoh. Pengarang dalam cerpen sering melukiskan tokohnya secara implisit. Menurut Burhan Nurgiyantoro tokoh menurut teknik perlukisannya

commit to user

dibagi dua yaitu”

a) Teknik ekspositori atau teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung (2005:195)

Deskripsi tokoh dilakukan secara gamblang dan sederhana. Meliputi aspek watak, perilaku, sifat bahkan fisik yang dimilikinya. Pendeskripsian yang jelas mempermudah analisis tokoh sehingga kemungkinan kesalahan dalam penafsiran dan interpretasi dapat dikurangi dan membantu pemahaman jati diri tokoh sesuai dengan harapan pengarang.

b) Teknik dramatik, artinya deskripsi tokoh yang dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 198).

Menurut Burhan Nurgiyantoro, tokoh berdasarkan sudut pandang dan tinjauan, tokoh dapat dikategorikan dari segi peranan atau tingkatan pentingnya tokoh dalam sebuah cerita ada dua yaitu:

a) Tokoh utama (central character atau main character), adalah tokoh penting dan ditampilkan terus menerus mendominasi cerita, merupakan tokoh paling terkenal, baik sebagai pelaku maupun obyek yang dikenai dan paling besar pengaruhnya terhadap plot atau alur cerita.

b) Tokoh tambahan (peripheral character), adalah tokoh yang kemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak begitu

commit to user

diperhatikan, dan kehadirannya hanya jika keterkaitan dengan tokoh utama (2005:176-180).

Sedangkan dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a) Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi pembaca. Tokoh protagonis biasanya menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan, harapan bagi pembaca.

b) Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin.

Pelukisan tokoh mengenai fisik, psikologis, lingkungan sosial, pikiran-pikirannya, tingkah laku, nama, dan semua hal yang berhubungan dengan tokoh dalam cerpen merupakan simbolisasi yang memiliki makna lebih dari yang tampak, bisa diketahui dengan menganalisisnya dengan pendekatan semiotik.

2) Latar Latar dalam cerita rekaan menunjukkan pada pembaca tempat dan bilamana terjadinya suatu peristiwa atau tindakan yang akan diceritakan. Latar adalah semua keterangan mengenai peristiwa-peristiwa yang dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau dalam suatu rentang waktu tertentu dari pada suatu waktu tertentu.

Kenney dalam Panuti Sudjiman (1988:4) mengatakan bahwa latar dapat menjelaskan secara terperinci meliputi penggambaran lokasi

commit to user

geografis, termasuk tipografis, pemandangan serta perlengkapan sebuah kamar atau ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokohnya, musim terjadinya, lingkungannya, agama, moral, intelektual, sosial maupun emosional para tokoh.

Menurut Panuti Sudjiman dalam Kamus Istilah Sastra mengatakan latar adalah “segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana

terjadinya lakuan dalam sastra” (1984:46). Latar sebagai wadah semua unsur peristiwa yang terjadi meliputi suasana, tempat kejadian, dan waktu kejadian dalam cerita.

Perbedaan mengenai latar yag ada dalam cerpen itu berbeda dengan latar yang ada dalam novel. Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam cerpen tidak memerlukan detil-detil yang khusus tentang keadaan latar, misalnya menyangkut keadaan tempat sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan suasana tertetu yang dimaksudkan. Sedang dalam novel sebaliknya, dapat saja melukiskan keadaan latar secara terperinci, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, dan pasti tidak bertele-tele karena dapat menyebabkan kejenuhan dalam membaca (2005: 15).

Pada cerpen, terutama kumpulan cerpen Filosofi Kopi penggunaan latar ditekankan pada tempat kejadian bersosialisasi dari tokoh-tokoh dalam cerpen. Penekanan selain latar tempat yang mendapat perhatian dalam kumpulan cerpen ini latar waktu.

3) Tema dan Amanat Analisis sebuah cerpen dihadapkan pada satu tema cerita yang

commit to user

membangun, karena keterbatasan jumlah dan ketebalan halaman. Hal ini senada dengan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas dalam sebuah cerpen (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 13). Kekhasan tersebut menjadikan cerpen itu dibaca karena mudah dipahami serta menarik dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.

Setiap tema terdapat makna yang tersembunyi, memerlukan analisis seksama karena cerita adalah sekumpulan bahasa yang memuat tanda-tanda. Tema merupakan unsur dalam struktur teks yang memerlukan interpretasi yang lebih mendalam guna mendapatkan makna yang

terkandung. Menurut Okke K. S Zaimar “tema adalah ambang interpretasi dari pembaca” (1991: 138). Stanton dalam Burhan Nurgiyatoro

menjelaskan juga bahwa tema dalam sebuah karya sastra sebagai berikut “tema merupakan makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara sederhana” (2005: 70).

Tema dan amanat sendiri mempunyai hubungan yang erat, saling terkait satu sama lain, bisa juga memiliki hubungan kausatif dan yang jelas, amanat merupakan solusi dari masalah yang ditampilkan. Tema yang diangkat oleh seorang pengarang adalah pergeseran nilai juga obsesi seseorang untuk mencapai kesempurnaan hidup sebagai perwujudan amanat dalam karya sastra. Amanat menurut Panuti Sudjiman adalah “gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepa da pembaca atau pendengar” (1988: 5). Antara tema dengan amanat terdapat jalinan yang erat seperti halnya dengan unsur- unsur pembangun karya sastra lainnya.

commit to user

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian terhadap kumpulan cerpen “Filosofi Kopi” karya Dee ini menggunakan pendekatan semiotika. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural yang meliputi alur, penokohan, latar, tema dan amanat. Penelitian ini juga menggunakan semiotika Charles Sanders Pierce yang meliputi ikon, indeks, lambang atau simbol. Dengan penerapan teori tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji, yaitu simbol serta makna yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Filosofi Kopi”. Dari bentuk penulisan sebuah cerpen yang tidak gramatikal (sesuai dengan tata bahasa) tersebut, penulisan cerpen diubah ke dalam bentuk yang gramatikal sebagai usaha untuk memahami dan menafsirkan simbol yang bermakna dalam cerpen. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teori untuk menganalisis cerpen dalam usaha mencari makna yang dikandung dari cerpen.

Kumpulan cerpen “Filosofi Kopi” ini ditulis oleh Dee dengan bahasa

yang terdapat simbol-simbol yang bermakna. Di dalam cerpen tersebut terdapat kata-kata sebagai simbol untuk menghadirkan makna yang dikandungnya. Oleh karena itu digunakan teori semiotik Charles Sanders Pierce untuk menganalisis teks cerpen tersebut.

Penelitian ini menggunakan tahap-tahap analisis semiotik Charles Sanders Pierce, yaitu ikon, indeks dan simbol atau lambang untuk mengungkapkan makna simbol yang terdapat dalam cerpen tersebut. Dari analisis yang dilakukan, akan diperoleh simpulan mengenai makna yang terkandung dari kumpulan cerpen “Filosofi Kopi”.

commit to user

Kumpulan Cerpen Filosofi Kopi

(Filosofi Kopi, Sikat Gigi, Mencari Herman dan Rico de

Coro)

Teori Charles Sanders Pierce meiputi ikon, indeks dan simbol

Teori Struktural

Unsur Intrinsik:

4. Tema dan amanat

Simbol

Makna

simpulan

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek material penelitian ini adalah kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dee yang mengindikasikan simbol-simbol yang terdapat di dalamnya. Adapun cerpen-cerpen yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain, ( 1) “Filosofi Kopi”, (2) “Sikat Gigi”, (3) “Mencari Herman”, (4) “Rico de Coro”.

Adapun objek formalnya meliputi simbol-simbol dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi . Simbol yang dimaksudkan adalah bahasa dari pengarang yang dianggap sebagai suatu simbol.

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Dee yang berjudul Filosofi Kopi. Buku ini terdiri dari 18 kumpulan cerpen, dengan tebal 134 halaman dan diterbitkan oleh Gagas media pada tahun 2009.

2. Data

Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian yang terdapat dalam karya-karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004: 61). Data penelitian sastra adalah segala yang berhubungan dengan topik penelitian. Adapun data dalam penelitian ini adalah pemaknaan berupa kata-kata, percakapan

commit to user

dan kalimat dalam bentuk ungkapan atau gaya bahasa pengarang yang terdapat dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dee.

C. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce. Teori ini meliputi ikon, indeks dan lambang atau simbol. Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini karena pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce sesuai dengan permasalahan yang dianalisis oleh peneliti. Dengan pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce pemaknaan terhadap cerpen

“Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro” tersebut dapat dilakukan dengan maksimal. Hal tersebut dikarenakan pendekatan semiotik

Charles Sanders Pierce menggunakan tahapan analisis yaitu (1) ikon, (2) indeks dan (3) simbol atau lambang.

D. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individhu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2001: 3).

commit to user

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi pustaka), yaitu “serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah pene litian” (Mestika Zed, 2004: 3). Apabila data sudah terkumpul, data-data tersebut diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa tulisan, kata-kata dan kalimat yang menunjukkan adanya simbol-simbol yaitu cerpen “ Filosofi Kopi”, “Sikat Gigi”, “Mencari Herman”, dan “Rico de Coro”

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAN PERANCANGAN SPACE PLANNING PADA DATA CENTER DI PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BERDASARKAN STANDAR ANSIBICSI 002 DENGAN METODE PPDIOO STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF SPACE PLANNING IN DATA CENTER IN T

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN SECURITY SYSTEM DALAM RANCANGAN BERDASARKAN STANDAR EN506002-5 DENGAN METODE PPDIOO LIFE- CYCLE APPROACH STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF SECURITY SYSTEM IN DESIGN BASED ON EN506002-5 ST

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN FASILITAS DATA CENTER BERDASARKAN SITE SELECTION STANDAR ANSIBICSI 002 DENGAN METODE PPDIOO STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF DATA CENTER FACILITY BASED ON SITE SELECTION ANSIBICSI 002 ST

0 0 8

Kata kunci : malware, malware analysis, cyber crime, clustering, deteksi malware, malware signature,

0 0 10

Tinjauan Tentang Perjanjian Pemberian Kredit Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Pada Pd. Bpr Bank Pasar Kabupaten Kudus

0 0 115

Analisis Novel Incest Karya I Wayan Artika : (Kajian Struktural Dan Perubahan Sosial)

1 13 77

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121

KAJIAN TERHADAP HAK IMUNITAS DAN MALPRAKTEK ADVOKAT ( Studi Kasus dalam Putusan DKC IKADIN No.01PutDKC.Ikadin2006Ska )

0 0 109

Sikap Masyarakat terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Sekolah Inklusi di Kabupaten Wonogiri

1 2 95

Sri Soemantri. 2008. "Lembaga Negara dan State Auxiliary Bodies dalam Sistem Ketatanegaraan Menurut

0 0 20