MAKALAH TENTANG U K M

MAKALAH UKM TENTANG
STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN UKM
SEPATU-SANDAL

DI SUSUN OLEH : NURAENI
NPM : C1B111089

UNIVERSITAS BENGKULU

Kata Pengantar
Puji syukur pada kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas tentang STRATEGI
PENGEMBANGAN PEMASARAN UKM SEPATU-SANDAL ini dengan tepat
waktu .
Saya sebagai penulis dan manusia yang tidak sempura menyadari makalah ini
masih banyak kekurangn yang harus dipenuhi, oleh karena itu saya memohon
kesadaran para pembaca dan selalu memberikan kritikan dan saran demi
kesempurnaan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.

DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Identifikasi Permasalahan
3. Maksud dan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengguanaan dana kredit UKM terhadap peningkatan usaha sepatu-sandal
2. Perancangan identitas visual sepatu-sandal sebagai wisata industri
3. Perancangan identitas visual sepatu-sandal sebagai wisata industry
4. Pengaruh kebijakan pajak dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan
formal
5. Etnosentrisme, sikap dan intensi konsumen dalam membeli produk sepatusandal
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran penting yang cukup
besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya
terhadap Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan dari hasil survey dan perhitungan Badan Pusat Statistik (PBS) kontribusi
UKM terhadap PDB (tanpa migas) pada tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen dan
pada Tahun 2002 kontribusinya meningkat menjadi 63,89 persen.
Pengrajin sepatu dan sandal di Bogor muncul pertama kali pada tahun 1920an di daerah Ciomas. Awal tahun 1950-an, industri sepatu di Ciomas berkembang
pesat dengan semakin bertambahnya jumlah usaha rumah tangga yang bergerak
dibidang sepatu.
Hasil survey awal merumuskan ada beberapa permasalahan yang terjadi dan
perlu dilakukan penelitian pada UKM-UKM yang berkaitan dalam strategi
pemasaran. Adapun beberapa permasalahan tersebut adalah :
1. Pola pemasaran yang dilakukan para pengrajin cenderung konvensional, bahkan
cenderung dilakukan secara pasif. Mayoritas para pengrajin menunggu order dari
pengusaha atau para pengrajin sepatu-sandal. Jika tidak ada order dari para
pengusaha tersebut, mereka tidak melakukan produksi. Disisi lain, potensi pasar
masih banyak yang belum digarap dan terbuka luas.

2. Keuntungan dari penjualan sepatu-sandal lebih banyak dinikmati oleh para
pedagang.
Sedangkan para pengrajin relatif memperoleh keuntungan yang lebih kecil.
Memperhatikan kelemahan yang ada, para pengrajin sepatu-sandal secara umum
belum menerapkan strategi pemasaran untuk memasarkan produk yang dihasilkan.
Bahkan mayoritas para pengrajin tidak melakukan upaya pemasaran yang terpadu
yang mampu meningkatkan omzet penjualan produknya. Sehingga cenderung,
kondisi para pengrajin tidak sesuai yang diharapkan.
Sehubungan dengan permasalahan secara umumyang dialami UKM ,
permodalan merupakan masalah pokok dalam pengembangan UKM sehingga perlu
ditempuh berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya

mengusulkan penggunaan dan Surat Utang Pemerintah (SUP) dan lembaga
pemberdayaan keuangan non bank. Pengembangan UKM dimasa mendatang
diperlukan adanya bantuan layanan bisnis, baik dari lembaga swasta, pemerintah
maupun individu sesuai dengan kekurangan masing-masing UKM.
Strategi yang diterapkan dalam upaya mengembangkan UKM dimasa yang
akan datang hendaknya memperhatikan kekuatan dan tantangan yang ada, serta
mengacu beberapa hal, antara lain : (a) menciptakan sistem usaha yang kondusif dan
menyediakan lingkungan yang mampu mendorong pengembangan UKM secara

sistematik, mandiri dan berkelanjutan; (b) mempermudah perijinan, pajak dan
retribusi lainnya; (c) mempermudah akses bahan baku, teknologi dan informasi.
Jika para pengrajin sepatu-sandal memiliki dan menerapkan strategi
pemasaran yang baik, tentunya optimalisasi produksi dan penjualan akan dapat
tercapai. Berawal dari strategi pemasaran itulah, hasil produksi para pengrajin dapat
diketahui atau dikenal oleh calon konsumen yang pada akhitnya akan meningkatkan
omzet penjualan produk sepatu-sandal. Guna menjawab wacana tersebut, penulis
membuat makalah yang isinya didapat dari beberapa jurnal dan makalah ini berjudul
strategi pengembangan pemasaran UKM pengrajin sepatu-sandal.
1.2 Rumusan masalah

1.

Bagaimana pengguanaan dana kredit UKM terhadap peningkatan usaha sepatusandal

2.

Bagaimana peranan Business Development Service dalam pengembangan UKM
sepatu sandal ?


3.

Bagaimana perancangan identitas visual kampoeng sepatu-sandal sebagai
kampoeng wisata industri?

4.

Bagaimana pengaruh kebijakan pajak dan pemahaman wajib pajak terhadap
kepatuhan formal?

5.

Bagaimanakah Etnosentrisme, sikap dan intensi konsumen dalam membeli
produk sepatu-sandal ?

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui pengguanaan dana kredit UKM terhadap peningkatan usaha sepatusandal


2.

Mengetahui peranan Business Development Service dalam pengembangan UKM
sepatu-sandal

3.

Mengetahui

perancangan identitas visual kampoeng sepatu-sandal sebagai

kampoeng wisata industri
4.

Mengetahui pengaruh kebijakan pajak dan pemahaman wajib pajak terhadap
kepatuhan formal

5.

Mengetahui Etnosentrisme, sikap dan intensi konsumen dalam membeli produk

sepatu-sandal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengguanaan dana kredit UKM terhadap peningkatan usaha sepatu-sandal

Hubungan antara penggunaan dana kredit dan sikap wirausaha dengan
meningkatnya modal sendiri pada UKM sepatu-sandal dapat dijelaskan bahwa
penggunaan dana kredit pada responden yang terpilih dalam penelitian ini
mempunyai

pengaruh

yang

berarti

terhadap


pertumbuhan

modal

sendiri.

Pertumbuhan modal sendiri responden pengguna kredit lebih besar dibandingkan
pertumbuhan yang serupa pada responden bukan pengguna dana kredit. Hal ini bisa
menjadi dasar dalam kebijakan perkreditan yang dilakukan oleh lembaga perbankan
atau lembaga perkreditan yang lain untuk tidak menutp mata terhadap debitur UKM
portofolio kredit atau pembiayaan yang dilakukan.
Sementara itu hubungan antara sikap wirausaha dengan pertumbuhan modal
sendiri juga menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini memperkuat dugaan bahwa
pengelolaan bisnis yang sehat harus didukung oleh sikap wirausaha yang proposional.
Seseorang yang berjiwa wirausaha yang baik tentu akan selalu berusaha
meningkatkan kapasitas usahanya dan hal itu harus dilakukan dengan melakukan
akumulasi modal sebagai sumber usaha untuk ekspansi usaha kedepan.
Efektifitas penggunaan dana kredit pada rseponden dengan sikap wirausaha
yang tinggi akan lbih efektif dalam meningkatkan modal sendiri. Oleh karena itu,
bagi kreditur, dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan ke UKM haruslah diikuti

pula dengan pembinaan kewirausahaan sehingga usaha UKM penerima kredit akan
bisa memanfaatkan dana kredit yang diterima dengan lebih efektif.
Hubungan antara penggunaan dana kredit dan sikap wirausaha dengan
meningkatnya volume produksi pada UKM sepatu-sandal dapat dijelaskn bahwa
penggunaan dana kredit mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan
volume usaha. Dana kredit akan diserap untuk menambah persediaan bahan baku atau
atau kapasitas mesin dan tenaga kerja, yang pada gilirannya akan menambah volume
produksi. Pertumbuhan volume produksi responden pengguna kredit lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan yang serupa pada responden bukan pengguna
kredit. Hal ini diduga karena UKM sendal-sepatu bukanlah UKM yang menghasilkan

super normal profit. Sehingga laba yang dihasilkan untuk sumber akumulasi modal.
Akumulasi modal banyak diharapkan dari sumber dana eksternal.
Sementara itu hubungan antara sikap wirausaha dengan volume produksi
responden pengguna dan responden bukan pengguna kredit menunjukan hasil
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa bertambahnya dana kredit yang diterima UKM
mampu mempercepat pertumbuhan volume usaha.

2.2 Peranan Business Development Service dalam pengembangan UKM sepatusandal


Peranan Business Development Service dalam pengembangan UKM lebih
disebabkan oleh realitas yang digambarkan oleh Tambunan (2002:10), bahwa UKM
di Indonesia mempunyai kelemahan yang dapat diklasifikasi menjadi dua aspek, yaitu
faktor manusia dan faktor ekonomi. Kelemahan UKM dari faktor manusia
dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia baik dilihat dari tingkat formal
maupun ditinjau dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis, sedangkan dari faktor
ekonomi adalah rendahnya nilai tambah, akumulasi sulit dan menejemen yang buruk.
Kelemahan-kelemahan yang buruk dapat diminimalisir dengan diefektifkannya
peranan Business Development Service.
Peranan Business Development Service dalam memfasilitasi memperoleh
modal untuk pengembangan UKM adalah signifikan. Dari beberapa temuan
dilapangan bahwa faktor permodalan telah menjadi permasalahan bagi UKM, karena
sebagian besar UKM kurang mampu membiayai usahanya dari modal sendiri.
Sedangkan fasilitas Business Development Service memperoleh modal dalam
pengembangan UKM berupa fasilitas memperoleh kredit dari sektor formal yaitu
perbankan.
Peranan Business Development Service dalam memfasilitasi memperoleh
pangsa pasar dalam pengembangan UKM adalah signifikan, hal ini karena
pengembangan UKM lebih banyak diperlukan adanya perluasan pangsa pasar.


Peranan jasa fasilitasi dalam memperluas pangsa pasar merupakan salah satu
indikator dalam pengembangan UKM ini.
Business Development Service dalam memfasilitasi UKM untuk memperoleh
modal dan memperluas pangsa pasar merupakan variabel yang secara nyata
mempunyai peranan dalam UKM artinya Business Development Service dalam
memfasilitasi UKM untuk memperoleh modal dan memperluas pangsa pasar
mempunyai peranan yang signifikan dalam UKM sepatu-sandal.

2.3 Perancangan identitas visual sepatu-sandal sebagai wisata industry

Kebutuahan stakeholder dalam UKM sepatu-sandal, dalam hal ini pemerintah
mampu membuat sebuah identitas visual yang mampu mengkomunikasikan sepatu
sandal sebagai sebuah wisata telah terpenuhi. Hal tersebut diwujudkan dengan bentuk
identitas berupa sepatu dan sandal yang dikomposisikan sehingga membentuk hati,
lalu diaplikasikan kedalam semua media aplikasi. Untuk mendapatkan identitas
tersebut dibutuhkan riset yang mendalam dengan melakukan studi eksisting,
komparator dan kompetitor, studi pustaka serta wawancara mendalam dengan pihak
stakeholder.
Bentuk logogram, lototype, warna, hingga grafis pendukung diciptakan
dengan konsep creative and dynamic yang didapat dihasil riset baik dari visi dan misi,
karakter pengrajin, serta mendatori dari stakeholder. Dengan semua riset tersebut,
muncullah identitas yang mempresentasikan sepatu sandal dengan baik.

2.4

Pengaruh kebijakan pajak dan pemahaman wajib pajak terhadap
kepatuhan formal

Penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan pajak tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan formal WP (Wajib Pajak). Karena menurut Komalasari dan Nashih (2005)
yang menungkapkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak akan meningkat seiring
dengan tarif pajak pada jenis pendapatan earned income. Jenis pendapatan yang
diterima pemilik UKM merupakan earned income karena jumlah pendapatan yang
mereka terima sesuai dengan seberapa jauh kerja keras untuk meningkatkan
penjualan sepatu dan sendal.
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara pemahaman wajib pajak (WP) terhadap kepatuhan formal WP. Hal ini
konsisten dengan penelitiann-penelitian

terdahulu (Ekawati dan Radianto, 2008:

Supriyati dan Hidayati, 2008: Ernawati Wijaya, 2011). Penelitian ini juga konsisten
dengan penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak,
semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya. Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi
agency theory. Tingkat pemahaman WP terhadap perpajakan akan mempengaruhi
penilaian WP tersebut terhadap keuntungan atau kerugian yang akan ditimbulkan
oleh sebuah kebijakan wajib pajak. Apabila WP memahami bahwa tax rate reduction
bertujuan untuk menguntungkan pemerintah atau dirinya sendiri., maka WP tersebut
akan cenderung patuh. Kepatuhan tersebut akan disebabkan oleh keinginan WP untuk
memaksimalkan keuntungannya sendiri, sesuai dengan agency theory. Namun
demikian, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat pemahaman perpajakan
dan kepatuhan formal pemilik UKM sepatu-sandal ini masih tergolong rendah.
Responden kurang memahami peraturan dan konsep perpajakan sehingga mereka
kurang memahami keuntungan atau kerugian dari tax rate reduction serta resiko
perilaku ketidakpatuhan pajak.
Dengan kata lain, kenaikan atau penurunan tarif pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan formal wajib pajak UKM sepatu-sandal. Mayoritas responden
tidak terlalu memperdulikan adanya perubahan kebijakan pajak, tetapi disisi lain,
terdapat pengaruh signifikan pemhaman wajib pajak terhadap kepatuhan formal wajib
pajak UKM sepatu-sandal. Semakin tinggi pemahaman wajib pajak, semakin tinggi
pula tingkat kepatuhan formalnya.

2.5 Etnosentrisme, sikap dan intensi konsumen dalam membeli produk sepatusandal

Perubahan lingkungan bisnis saat ini dan masa mendatang merupakan suatu
keniscayaan. Persaingan di pasar dalam negeri akan semakin ketat, terutama dengan
dibebaskannya produk-produk impor. Pengusaha-pengusaha dalam negeri harus
menemukan jalan keluar agar dapat memenangkan persaingan dalam perubahan
lingkungan bisnis tersebut. Pemahaman terhadap karakteristik konsumen yang akan
menjadi target pasar menjadi salah satu kunci penting. Produk dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Karakter segmen konsumen yang
berbeda-beda akan membentuk preferensi membeli produk yang juga berbeda.
Salah satu karakter konsumen yang perlu dipahami oleh produsen dalam
menghadapi persaingan produk-produk impor adalah kecenderungan etnosentrisme
konsumen. Konsumen etnosentrisme memiliki pandangan yang berbeda terhadap
suatu produk. Konsumen etnosentrismemenyukai produk dalam negeri dan merasa
berkewajiban untuk mendukung produk dalam negeri serta percaya bahwa membeli
produk luar negeri akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan
menciptakan pengangguran. Etnosentrisme merupakan konsep sosiologi yang
pertama kali diperkenalkan oleh Sumner (1906) yang merujuk pada sikap,
kepercayaan, standar, dan perilaku seseorang yang berlebihan terhadap sesuatu dalam
lingkungan. Shimp dan Sharma (1987) mengatakan bahwa konsumen yang
etnosentris adalah konsumen yang memiliki pandangan tentang kesesuaian dan moral
dalam perilaku pembelian produk asing. Shimp dan Sharma juga menemukan
CETSCALE (Consumer’s Ethnosentric Tendectes) untuk mengukur perilaku
pembelian konsumen terhadap produk pembuatan Amerika terhadap produk buatan
Negara lain.
Sebagai contohnya di beberapa perguruan tinggi di Indonesia memiliki peluang
bisnis yang cukup besar bagi para pengusaha UKM. Hal ini dikarenakan oleh
banyaknya jumlah konsumen dalam hal ini adalah mahasiswa baik yang berasal dari

dalam kota maupun luar kota. Pasar mahasiswa menjadi pasar yang menjanjikan bagi
pengusaha UKM dikarenakan factor tingkat daya beli dan beragamnya kebutuhan
mereka mulai dari makanan, keperluan kuliah, pakaian, teknologi dan sebagainya.
Salah satu kebutuhan utama bagi seorang mahasiswa adalah sepatu-sandal. Hal
ini dikarenakan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari, mahasiswa akan
mengenakan sepatu baik dalam aktivitas atau acara formal seperti perkuliahan
maupun non formal. Jenis sepatu yang digunakan, harga yang terjangkau dengan
model yang menarik atau up to date mungkin menjadi pertimbangan mahasiswa
dalam melakukan pembelian sepatu. Disatu sisi, mahasiswa semakin kritis dan cerdas
dalam meilih sepatu yang sesuai dengan kebutuhannya. Bukan muncul pergeseran
pemikiran yang semula foreign minded menjadi local minded dimana hal tersebut
juga menjadikan peluang bisnis UKM menjadi baik. Terlebih lagi beberapa waktu
yang lalu, masyarakat Indonesia diterpa isu pengambilalihan hak berbagai bukti seni
dan karya Indonesia oleh Negara lain. Hal ini juga semakin mendorong adanya
penguatan local minded bagi konsumen dalam hal ini mahasiswa.
Para pengusaha UKM perlu memiliki strategi pemasaran yang baik agar mampu
meningkatkan kepuasan konsumen. Untuk itu pengusaha UKM perlu mengetahui
sikap konsumen terhadap produknya disamping adanya kecenderungan etnosentrisme
konsumen terhadap produk-produk dalam negeri khususnya produk UKM.

BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas tentang strategi
pengembangan pemasaran UKM pengrajin sepatu-sandal adalah sebagai berikut :
a. Pengguanaan dana kredit UKM terhadap peningkatan usaha sepatu-sandal
Efektifitas penggunaan dana kredit pada rseponden dengan sikap wirausaha yang
tinggi akan lbih efektif dalam meningkatkan modal sendiri. Oleh karena itu, bagi
kreditur, dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan ke UKM haruslah diikuti
pula dengan pembinaan kewirausahaan sehingga usaha UKM penerima kredit
akan bisa memanfaatkan dana kredit yang diterima dengan lebih efektif.
Sementara itu hubungan antara sikap wirausaha dengan volume produksi
responden pengguna dan responden bukan pengguna kredit menunjukan hasil
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa bertambahnya dana kredit yang diterima
UKM mampu mempercepat pertumbuhan volume usaha.
b. Peranan Business Development Service dalam pengembangan UKM sepatusandal
Business Development Service dalam memfasilitasi UKM untuk memperoleh
modal dan memperluas pangsa pasar merupakan variabel yang secara nyata
mempunyai peranan dalam UKM artinya Business Development Service dalam
memfasilitasi UKM untuk memperoleh modal dan memperluas pangsa pasar
mempunyai peranan yang signifikan dalam UKM sepatu-sandal.
c. Perancangan identitas visual sepatu-sandal sebagai wisata industri
Untuk mendapatkan identitas tersebut dibutuhkan riset yang mendalam dengan
melakukan studi eksisting, komparator dan kompetitor, studi pustaka serta
wawancara mendalam dengan pihak stakeholder. Bentuk logogram, lototype,
warna, hingga grafis pendukung diciptakan dengan konsep creative and dynamic
yang didapat dihasil riset baik dari visi dan misi, karakter pengrajin, serta
mendatori dari stakeholder. Dengan semua riset tersebut, muncullah identitas
yang mempresentasikan sepatu sandal dengan baik.
d. Pengaruh kebijakan pajak dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan formal
Pengaruh yang signifikan antara pemahaman wajib pajak (WP) terhadap
kepatuhan formal WP. Hal ini konsisten dengan penelitiann-penelitian terdahulu

(Ekawati dan Radianto, 2008: Supriyati dan Hidayati, 2008: Ernawati Wijaya,
2011). Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa semakin
tinggi tingkat pemahaman wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya.
Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi agency theory. Tingkat pemahaman WP
terhadap perpajakan akan mempengaruhi penilaian WP tersebut terhadap
keuntungan atau kerugian yang akan ditimbulkan oleh sebuah kebijakan wajib
pajak. Apabila WP memahami bahwa tax rate reduction bertujuan untuk
menguntungkan pemerintah atau dirinya sendiri., maka WP tersebut akan
cenderung patuh. Kepatuhan tersebut akan disebabkan oleh keinginan WP untuk
memaksimalkan keuntungannya sendiri, sesuai dengan agency theory. Namun
demikian, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat pemahaman
perpajakan dan kepatuhan formal pemilik UKM sepatu-sandal ini masih tergolong
rendah. Responden kurang memahami peraturan dan konsep perpajakan sehingga
mereka kurang memahami keuntungan atau kerugian dari tax rate reduction serta
resiko perilaku ketidakpatuhan pajak.
e. Etnosentrisme, sikap dan intensi konsumen dalam membeli produk sepatu-sandal
Konsumen etnosentrisme memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu
produk. Konsumen etnosentrismemenyukai produk dalam negeri dan merasa
berkewajiban untuk mendukung produk dalam negeri serta percaya bahwa
membeli produk luar negeri akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam
negeri dan menciptakan pengangguran. Etnosentrisme merupakan konsep
sosiologi yang pertama kali diperkenalkan oleh Sumner (1906) yang merujuk
pada sikap, kepercayaan, standar, dan perilaku seseorang yang berlebihan
terhadap sesuatu dalam lingkungan. Shimp dan Sharma (1987) mengatakan
bahwa konsumen yang etnosentris adalah konsumen yang memiliki pandangan
tentang kesesuaian dan moral dalam perilaku pembelian produk asing.

2.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan bahwa pengusaha UKM dalam

menerapkan strategi pengembangan pemasaran harus diberi kemudahan dalam

mendapatkan kredit baik dilihat dari kemudahan persyaratan untuk mendapatkannya
maupun keinginan bunga yang harus dibayar. Hal ini perlu dukungan dari pihak
pemerintah dengan membentuk lembaga penjamin kredit untuk pengusaha UKM dan
dukungan anggaran dalam subsidi bunga.
Agar kredit yang diterima pengusaha UKM dapat efektif meningkatkan usaha
maka perlu ditingkatkan sikap wirausaha para pengusaha UKM dengan secara
intensif memberikan pelatihan. Hal ini menjadi tanggug jawab pemerintah bersama
dengan lembaga pendidikan untuk turut serta memberikan bantuan teknis guna
meningkatkan sikap wirausaha ini dengan program pelatihan dan pendidikan yang
tepat. Dan permasalahan produk juga menjadi prioritas utama dari layanan-layanan
yang diberikan terhadap UKM.

DAFTAR PUSTAKA

David, Fred

R., 2009. Manajemen Strategis

Konsep, Jakarta : Penerbit Salemba
Empat
Gerson, Richard 2002. Mengukur Kepuasan
Pelanggan, Jakarta : PPM
Basri. Faisal, 2002, Perekonomian
Indonesia, Erlangga , Jakarta
Dayan. Anto, 1998. Pengantar Metode
statistic II, LP3ES, Jakarta.
Ali, Mukhtar M., Cecil, H. Wayne, Knoblett, James
A. (2001). The Effects of Tax Rates and
Enforcement Policies on Taxpayer
Compaince: A Study of Self-Employed
Taxpayers. Atlantic Economic Journal, 29, 186-202.