Laporan Praktikum Farmakologi Obat Vasod (1)

Laporan Praktikum Farmakologi Obat Vasodilator dan
Digitalis

Nama Anggota :
Febriany Gotamy 102011075
Chintia Septiani 102011083
Septi Tjandra 102011096
Evi Fania 102011107
Bonny Pabetting 102011122
Tammy Vania 102011123
Giovanni Reynaldo 102011139
Cahyo Aji R. 102011144
Angela Merici S.102011145

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2013/2014

1

Obat Vasodilator
Tujuan :

-

Menjelaskan perbedaan mula kerja dan lama kerja berbagai obat vasodilator

-

Menjelaskan dan mengamati efek vasodilator kerja sedang (isoborbid dinitrat
sublingual) dan kerja lambat (isoborbid dinitrat oral) yang diberikan kepada orang
percobaan

-

Mengamati farmakodinamik obat-obat vasodilator

-

Membangun kerjasama yang dinamis dalam kelompok

Alat dan Bahan :
1. Isoborbid dinitrat oral


= 1 buah

2. Isoborbid dinitrat sublingual = 1 buah
3. Air minum

= 1 buah

4. Tensimeter

= 1 buah

5. Stetoskop

= 1 buah

6. Termometer kulit

= 1 buah


7. Arloji

= 1 buah

Dasar Teori :
Nitrat organic merupakan obat penting yang digunakan untuk mengobati penyakit
jantung iskemik, dan efektivitasnya telah ditunjukkan di dalam studi klinis dapat menurunkan
mortalitas, mengurangi cedera iskemik, luas infark, dan sebagainya. Nitrat organic adalah
ester polivalen alcohol dengan asam nitrat. Nitrat organic yang memiliki berat molekul
rendah (misalnya nitrogliserin) berbentuk seperti minyak dan relative mudah menguap.
Sedangkan ester nitrat lainnya yang memiliki berat molekul tinggi (misalnya eritritil
tetranitrat, pentaeritritol tetranitrat, dan isoborbid dinitrat) berbentuk padat. Golongan nitrat
mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya mudah larut di dalam air. NIitrat dan nitrit
organic serta senyawa lain yang dapat berubah dalam tubuh menjadi nitrogen oksida ssecara
kolektif disebut nitro-vasodilator.

2

Nitrat organic merupakan suatu pro drug, artinya menjadi aktif setelah dimetabolisme
dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO, endothelial derived relaxing factor / EDRF).

Biotransformasi nitrat yang berlangsung intraseluler dipengaruhi oleh reduktase ektrasel dan
reduced tiol (glutation) intrasel. NO akan membentk kompleks nitrosoheme dengan guanilat
siklase dan menstimulasi enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP
akan menyebabkan defosforilasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek
vasodilatasi pertama ini merupakan efek yang bersifat non-endothelial dependent. Cara kedua
adalah dengan memanfaatkan sifat nitrat organic yang endothelial dependent, dimana akan
dilepaskan prostasiklin (PGI2) dari endothelium yang bersifat vasodilator. Pada keadaan
endothelium yang mengalami kerusakan, seperti pada aterosklerosis dan iskemia maka efek
ini hilang. Ini artinya selain sebagai obat vasodilator, nitrat organic juga memiliki efek antiagregasi trombosit.
Nitrat organic menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan cara
mempegaruhi tonus vaskuler. Nitrat organic menyebabkan vasodilatasi semua sistem
vaskuler. Pada dosis rendah, dapat menyebabkan venodilatasi sehingga terjadi pengumpulan
darah pada vena perifer dan dalam splanknikus. Venous pooling ini menyebabkan
berkurangnya aliran balik ke jantung, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan
(preload) menurun. Dengan begitu, maka kebutuhan oksigen miokardium akan menurun juga.
Sedangkan pemberian dosis yang lebih tinggi dapat juga menimbulkan dilatasi arteriol perifer
sehingga tekanan darah sistolik dan diastolic menurun (afterload). Selain itu, penggunaan
nitro-vasodilator dapat menimbulkan relaksasi otot polos pada bronkus, saluran empedu,
saluran pencernaan, dan saluran kemih (efeknya hanya sepintas sehingga tidak bermakna
secara klinis).

Golongan nitrat organic ini baik diabsorpsi melalui kulit, mukosa sublingual, dan oral.
Obat-obat golongan ini dimetabolisme di hati oleh nitrat reduktase, dengan efek metabolisme
lintas pertama inilah bioavailabilitas oralnya rendah (nitrogliserin dan isoborbid dinitrat <
20%). Isoborbid dinitrat kurang mengalami metabolisme lintas pertama di hati sehingga
memiliki efek terapeutik yang lebih lama dibandingkan dengan bentuk dinitratnya. Berikut
adalah sediaan isoborbid dinitrat yang tersedia, yaitu :

3

1. Isoborbid Dinitrat  Sublingual
a. Golongan : nitrat kerja cepat
b. Dosis : 2.5 - 5 mg
c. Interval : sesuai keperluan
d. Lama kerja : 10 – 60 menit
2. Isoborbid Dinitrat  Oral Biasa
a. Golongan : nitrat kerja lambat
b. Dosis : 10 – 60 mg
c. Interval : 4 – 6 jam
d. Lama kerja : 4 – 6 jam
3. Isoborbid Dinitrat  Oral Lepas Lambat

a. Golongan : nitrat kerja lambat
b. Dosis : 20 – 80 mg
c. Interval : 12 – 24 jam
Efek samping obat golongan nitrat organic ini umumnya berhubungan dengan efek
vasodilatasinya. Pada awal terapi sering ditemukan sakit kepala dan flushing, karena
dilatasi vena serebral. Dapat juga terjadi hipotensi postural oleh karena itu pasien
diharuskan duduk terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi obat nitrat organic dengan
mula kerja cepat. Jika terjadi hipotensi berat umumnya bersamaan dengan reflex
takikardi. Penghentian terapi obat yang secara mendadak dapat menimbulkan gejala
rebound, sehingga penghentian terapi haruslah dilakukan secara bertahap.

Langkah Kerja
1. Kedua orang percobaan yang telah puasa selama kurang lebih 4 jam sebelum
percobaan dipersilakan berbaring pada meja di laboratorium dengan tenang.
2. Melakukan pengukuran parameter basal, yaitu tekanan darah, suhu kulit, frekuensi
nadi, dan frekuensi napas sebanyak dua kali dengan interval 5 menit dan kemudian
dihitung rata-ratanya.
3. Meminta obat vasodilator kepada pengawas dan berikan kepada kedua orang
percobaan tersebut. Salah satu mengkonsumsi secara sublingual dan lainnya
mengkonsumsi secara oral.


4

4. Melakukan pengukuran parameter dasar pada setiap orang percobaan. Pada yang
mendapat obat sublingual, pengukuran parameter dasar dilakukan setiap 3 menit
selama 30 menit. Sedangkan pada yang mendapat obat oral, pengukuran parameter
dilakukan setiap 15 menit selama 2 jam atau bila parameter telah kembali ke nilai
basal.
5. Menanyakan gejala-gejala apa yang dirasakan oleh masing-masing orang percobaan
selama percobaan dan 24 jam setelahnya.
6. Membandingkan data-data yang diperoleh kelompok lain, apakah terdapat perbedaan
pada mula kerja obat dari masing-masing obat vasodilator yang diberikan.

Hasil Pengamatan I :
Orang percobaan : Chintia Septiani
Obat & sediaan

: Isoborbid dinitrat sublingual

Tabel I. Parameter Basal


Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Frekuensi Napas
Suhu Kulit

Pengukuran I
110/70 mmHg
71 kali / menit
15kali / menit
35,7.°C

Pengukuran II
110/70 mmHg
74 kali / menit
18 kali / menit
35,3.°C

Rata-Rata
110/70 mmHg

73 kali / menit
17 kali / menit
35,5 °C

Tabel II. Parameter dasar pengukuran selama 15 menit
Menit ke-03

Menit ke-06

Menit ke-09

Menit ke- 12

Menit ke- 15

Tekanan

110/70

100/70


95/70

100/65

100/65

Darah

mmHg
77

mmHg
60

mmHg
52

mmHg
71


mmHg
68

kali/menit
19

kali/menit
14

kali/menit
14

kali/menit
14

kali/menit
12

Napas

kali/menit

kali/menit

kali/menit

kali/menit

kali/menit

Suhu Kulit

35.2°C

35.6°C

35.3°C

35.4°C

35.5°C

Frekuensi
Nadi
Frekuensi

Hasil Pengamatan II :
5

Orang percobaan : Cahyo
Obat & sediaan

: Isoborbid dinitrat oral

Tabel I. Parameter Basal

Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Frekuensi Napas
Suhu Kulit

Pengukuran I
110/60 mmHg
81 kali / menit
25 kali / menit
35.2°C

Pengukuran II
100/70 mmHg
74 kali / menit
24 kali / menit
34.7°C

Rata-Rata
105/65 mmHg
77.5 kali / menit
24.5 kali / menit
34.95°C

Tabel II. Parameter Dasar
Menit ke-

Menit ke-

Menit ke-

Menit ke-

Menit ke-

Menit ke-

Tekanan

15
105/75

30
110/80

45
100/70

60
100/70

75
100/80

90
110/80

Darah
Frekuensi

mmHg
68

mmHg
70

mmHg
56

mmHg
54

mmHg
60

mmHg
60

Nadi
Frekuensi

kali/menit
23

kali/menit
21

kali/menit
22

kali/menit
21

kali/menit
21

kali/menit
22

Napas
Suhu

kali/menit
35.0°C

kali/menit
35.0°C

kali/menit
35.2°C

kali/menit
35.0°C

kali/menit
35.2°C

kali/menit
35.0°C

Kulit

Percobaan digitalis pada kodok
Bahan dan alat

:

-

Hewan coba: kodok

-

Alat-alat: tempat fiksasi kodok,jarum pentul,gunting anatomis dan chirurgis,pinset,semprit
tuberkulin
6

-

Bahan: uretran 10% dan ringer laktat

-

Obat:tinktura digitalis 10%
Cara kerja :

-

Pilih satu kodok untuk satu kelompok,suntikan ke dalam saccus lymphaticus dorsalis laruta
uretran 10-20% sebanyak 2 ml

-

Bila sudah terjadi anestesi pada kodok, fiksasilah kodok pada papan fiksasi dengan posisi
terlentang,dengan kaki dan tangan terfiksasi dengan jarum pentul

-

Bukalah toraks kodok dimulai dengan kulit,dilanjutkan dengan lapisan dibawahnya dengan
irisan berbentuk V,dimulai dari bawah prosesus ensiformis ke lateral,sampai jantng terlihat
jelas dan hindari tindakan yang menyebabkan banyak pendarahan

-

Kemudian singkirkan perikardium dari jantung katak yang berwarna perak

-

Sekarang jantung tampak utuh kemudian teteskan ringer laktat untuk membasahi jantung

-

Tetapkan frekuensi denyut jantung per-menit sebanyak 3 kali,dan ambil rata-ratanya

-

Teteskan larutan tinktura digitalis 10% dengan tetesan kecil melalui semprit tuberkulin dan
hitung frekuensi denyut jantung setiap 2 menit dan hitung frekuensi denyut jantunya tiap
selesai meneteskan dgitalis.

-

Pelajarilah perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus jantung (sistol-diastol) dan
perubahan warna jantung. Pemberian digitalis akan menyebabkan penurunan frekuensi
jantung, ventrikel akan berwarna lebih merah pada saat diastol dan menjadi lebih putih pada
saat sistol, serta amati juga interval A-V yang makin besar. Hal-hal tadi sesuai dengan efek
terapi digitalis pada manusia. Penetesan digitalis diteruskan tiap 2 menit, sampai terjadi
keadaan keracunan yang teramati sebagai terjadinya hambatan jantung parsial, disusul
terjadinya hambatan mutlak dan berakhir dengan berhentinya denyut ventrikel, biasanya
dalam keadaan sistol (asistole).

-

Tentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa di rangsang dengan
rangsangan mekanis, yaitu dengan menyentuh permukaannya dengan pinset.

-

Buatlah catatan dari seluruh pengamatan tadi, dan buatlah kurva yang menggambarkan
hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan jumlah tetesan digitalis yang dipakai.

1. Efek digitalis pada jantung kodok
 Frekuensi denyut jantung /menit :
Waktu

Frekuensi denyut jantung

Menit I

43/43 x/menit
7

Menit II

40/40 x/menit

Menit III

37/37 x/menit

Rata-rata

40/40 x/ menit

 Frekuensi denyut jantung setelah penetesan larutan tinktura digitalis 10% tiap 2
menit

Menit

02

04

06

08

27

22

22

9

26

23

21

12

Keterangan

Denyut
Atrium
Denyut
ventrikel

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, untuk melihat efek dari vasodilator obat,
kami memantaunya dengan melakukan parameter tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan
suhu.Efek dari obat vasodilator adalah membuat dilatasi pembuluh vaskuler sehingga tahanan perifer
juga menurun dan akan membuat tekanan darah menurun. Selain itu akibat venous return menurun,
maka kadar preload dan afterload jantung juga menurun sehingga meringankan kerja jantung kita,
efeknya akan terlihat dengan denyut nadi kita akan melemah. Sedangkan suhu tubuh akan meningkat
akibat adanya venodilatasi pembuluh-pembuluh kapiler. Berdasaran percobaan yang kami lakukan,
untuk efek obat vasodilator terhadap frekuensi napas masih belum berpengaruh, walaupun ada
beberapa sumber yang mengatakan kalau nitrovasodilator menimbulkan relaksaki otot polos bronkus
walaupun efeknya sangat kecil dan kurang bermakna secara klinis.Nitrat organik diabsorbsi dengan
baik lewat kulit, mukosa sublingual, dan oral. Metabolisme obat-obat ini dilakukan oleh nitrat
reduktase dalam hati yang mengubah nitrat organik larut lemak menjadi metabolitnya yang larut air
yang tidak aktif atau mempunyai efek vasodilatasi lemah. Efek lintas pertama dalam hati ini
menyebabkan bioavaibilitas nitrat organik oral sangat kecil. Oleh karena itu untuk meningkatkan
kadar obat dalam darah secara cepat, serangan akut angina diatasi dengan preparat sublingual. Pada
pemberian sublingual kadar puncak plasma tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3menit, tetapi
efeknya akan menghilang dalam 1 jam. Bila diinginkan masa kerja yang lebih panjang maka
8

digunakan preparat oral. Efek obat akan tercapai dalam 60-90 menit dan berakhir setelah 4-6jam.Efek
samping dari nitrat organik umumnya berhubungan dengan efek vasodilatasinya. Pada awal terapi
akan ditemukan sakit kepala, flushing, hipotensi karena dilatasi arteri serebral. Sakit kepala ini akan
berkurang setelah beberapa kali pemakaian atau pengurangan dosis obat. Kadang-kadang refleks
takikardi juga akan muncul akibat kadar output cardiac yang rendah.
Pada Percobaan katak ini kita dapat melihat warna ventrikel pada saat sistol dan diastole.Pada
waktu sistol ,ventrikel akan berwarna putih dan pada saat diastole akan berwarna merah..Efek digitalis
dapat terlihat pada menit ke -2, dimana kontraksi mulai berkurang dan efek toksik dari digitalis yang
membuat blok A-V partial.Blok jantung yang terjadi timbul akibat defek pada sistem penghantar
jantung.Atrium tetap berkontraksi secara teratur tetapi ventrikel kadang-kadang tidak dapat
dirangsang sehingga tidak berkontraksi setelah kontraksi atrium.Pada menit ….??,menunjukan blok
A-V total,hingga menyebabkan kodok mati dan tidak mampu untuk berkontraksi lagi.

Grafik Frekuensi Denyut Jantung

Kesimpulan
Obat vasodilator merupakan obat yang dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat
digunakan pada keadaan seperti angina pektoris. Isosorbid dinitrat merupakan obat vasodilator kerja
sedang dan nitrogliserin oral merupakan obat vasodilator kerja lambat. Efek samping dari obat
vasodilator tersebut yang paling jelas adalah rasa sakit kepala karena penurunan tekanaan
9

darah.Digitalis merupakan glikosida jantung yang dapat diindikasikan pada gagal jantung karena
efeknya yang meningkatkan kontraktilitas jantung. Namun oleh karena efeknya yang toksik pada
kadar tertentu, harus diperhatikan pemberian dosisnya karena dapat menyebabkan blok AV yang
dapat menyebabkan kematian.

Daftar Pustaka

1. Suyatna FD. Antiangina. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. h.361-66.

10