Metode Pendekatan Hermeneutika Teologi F

Teologi Fundamental
Teologi Fundamental
Dr. Hadrianus Tedjoworo, OSC

Kamis, 23 April 2015

Metode Pendekatan Hermeneutika
Rekonstruksi Historis
Oleh: Stanislaus Ryo Zenna
Rekonstruksi Historis merupakan bentuk lain dari studi historis kristis yang cenderung
menggali hakekat teks-teks dengan tujuan untuk mencari sebuah pemaknaan awal teks-teks
tersebut.
Adolf Harnack (Teolog Protestan Liberal) meyakini bahwa dengan mengidentifikasi
sumber-sumber purbakala yang terdekat dengan peristiwa actual akan memungkinkan
pencapaian suatu rekonstruksi historis yang dapat dipercaya. Harnack mencoba menangkap
sabda karya Yesus dengan menggunakan kombinasi antara Injil Markus dan sumber hipotesis
yang disebut Q. Q (Quelle) bukanlah sumber tertulis, melainkan kumpulan pengajaran
pendek Yesus yang digunakan untuk menyusun Injil Markus.1
Abad kesembilan belas berusaha menetapkan iman atas dasar yang aman dengan
maksud historiografi ilmiah yang didasarkan pada postulat-postulat positifistik dan berakhir
pada kebuntuan, yang dengan apik dideskripsikan dalam buku Albert Schweitzer yang

berjudul Quest of the Historical Yesus.
Usaha unutk menemukan kebenaran tentang Yesus di suatu bagian dibalik kesaksian
Perjanjian Baru masih diteruskan, walaupun lebih sederhana daripada abad sebelumnya.
Akhit tahun 1950-an, beberapa penganut Post-Bultmanian, termasuk Fuchs dan Ebelling,
merekonstruksi berbagai maksud dan tujuan Yesus, serta pengaruh-Nya yang kuat pada
zaman itu, dengan bantuan semacam sejarah eksistensial.
Wolfhart Pannenberg, yang meragukan pendekatan eksistensial ini berusaha
mendasarkan iman pada pengetahuan rasional. Sejak zaman pencerahan, ia menegaskan,
tidak memungkinkan lagi untuk berargumentasi hanya berdasarkan teks-teks Kitab Suci
sebagai sumber yang diinspirasikan dan tanpa kesalahan. Pemaknaan teks-teks kitab suci
harus dimulai dalam sosok Yesus pada Perjanjian Baru yang seringkali dituliskan dengan cara
yang berbeda-beda dari setiap penulis. Sehingga pemaknaan Yesus secara Historis haruslah
secara implisit. Maka, menurut Pannenberg, ekseget harus menggunakan semacam metode
detektif, yakni menganalisa dalam suatu pemeriksaan kritis atas beraneka ragam kesaksian
yang telah terjadi. Dari metode ini, jika dilakukan dengan benar, akan memperkuat kebenaran
ajaran iman kristiani, setidaknya secara garis besar. Ini menjadi suatu keunggulan dari metode
pendekatan ini.
Hans Kung berpendapat bahwa eksegese historis kritis merupakan suatu
tantangan bagi teologi dogmatic. Sejak Konsili Vatican II, ia menegaskan, ”Teologi Katolik
1 Berdasarkan buku Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, karangan Linwood Urban (Oxford University Press), hal.

281-282.

Teologi Fundamental
berkomitmen pada dirinya sendiri melalui sikap positif pada fakta-fakta biblis, seperti yang
diuraikan oleh kritikisme.” Oleh sebab itu, ia berpegang teguh bahwa sumber norma san
kriteria iman kristiani adalah diri Yesus secara hostoris, yang melaluinya kita memperoleh
jalan dalam metode historis kristis. Ini bertujuan untuk menemukan apa yang menjadi faktafakta yang tidak dapat dipungkiri, sebagaimana diketahui melalui kepastian ilmiah atau
kemungkinan (probabilitas) tertinggi mengenai diri Yesus secara historis.
Pendekatan ini bernilai sejauh ia dapat menunjang penguatan iman, dengan
menunjukkan bahwa kisah kekristenan sesungguhnya memiliki suatu dasar yang kuat, yaitu
melalui sabda dan karya Yesus yang berusaha untuk diteladani oleh jemaat Kristen dalam
Kitab Suci. Dikontraskan dengan aliran eksperiensial, pendekatan ini menghargai karunia
objektif dari hakikat iman, dan mempertahankan dari tindakan menyamakan penebusan atau
pewahyuan dengan suatu pengalaman langsung untuk mengenali hal yang transendental.
Kelemahan dari metode ini ialah ia tidak berhasil menyetujui bersama mengenai rekonstruksi
peristiwa masa lampau, dan seringkali para sejarawan dalam pendekatan ini menggunakan
metodologi yang asing bagi iman Kristen; sehingga hanya menghasilkan hipotesa-hipotesa
yang terpecah-pecah, tidak mendukung pengembangan bobot iman, dan tidak menghasilkan
pendasaran teologis yang kokoh. Karya-karya Tuhan dalam sejarah keselamatan bukanlah
pewahyuan kristiani, kecuali diangkat kedalam ranah kesaksian dan kenangan Gereja yang

memperkaya Kitab Suci sebagai suatu teks yang teristimewa
Sumber Bacaan:
Dulles, Avery. 1995. The Craft of Theology: From Symbol to System, Expanded Edition. New
York: The Crossroad.
Urban, Linwood. 2008. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.