ANALISIS ESTETIKA ATAS KUMPULAN PUISI NY

ANALISIS ESTETIKA ATAS KUMPULAN PUISI
NYANYI SUNYI KARYA AMIR HAMZAH
Oleh Pertampilan S. Brahmana
1. Pendahuluan
Tengku Amir Hamzah, dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatra
Utara, pada 28 Februari 1911. Dia berasal dari lingkungan bangsawan
Langkat. Pamannya, Machmud, Sultan Langkat yang memerintah tahun
1927-1941. Amir Hamzah meninggal dunia 29 Oktober 1945, sebagai korban
dari revolusi sosial di Sumatera Timur.
Masa pendidikannya, dia mulai di Langkatsche School di Tanjung Pura
pada tahun 1916. Lalu, di tahun 1924 ia masuk sekolah MULO (sekolah
menengah pertama) di Medan. Setahun kemudian dia hijrah ke Jakarta
hingga menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927.
Amir, kemudian melanjutkan sekolah di AMS (sekolah menengah atas) Solo,
Jawa Tengah, Jurusan Sastra Timur, hingga tamat. Lalu, ia kembali lagi ke
Jakarta dan masuk Sekolah Hakim Tinggi hingga meraih Sarjana Muda
Hukum.
Amir Hamzah seangkatan dengan Sutan Takdir Alisjahbana. H.B Jasin
memberi gelar kepadanya sebagai Raja Penyair Pujangga Baru.
Selain sebagai seorang penyair, Amir Hamzah juga seorang Pahlawan
Nasional. Pemerintah mengangkatnya tahun 1975. Beberapa penghargaan

yang pernah diterimanya, ketika dia telah tiada antara lain, Piagam
Kehormatan Lencana Kebudayaan, 20 Mei 1969, Piagam Anugrah Seni, 12
Agustus 1969. Sebelumnya dia juga sudah menerima Medali Satya Lencana
dari antar daerah Pertahanan Sumatera, 1 Mei 1967, surat Penghargaan
sebagai pahlawan Nasional pada bidang Bahasa dan Sastra dari Panglima
Komando Antar Daerah Sumatera, 15 Maret 1968.
Beberapa karyanya antara lain Buah Rindu adalah kumpulan puisi
pertamanya kemudian kumpulan puisi Nyanyi Sunyi dan Setanggi Timur.
Amir Hamzah juga menerjemahkan buku Bagawat Gita.
Terhadap puisi-puisi Amir Hamzah banyak orang sudah
membicarakanya antara lain.
T.M. Lah
Husny
H.B Jassin
S.T.A

Kisah Kasih Berdarah Pujangga
Amir Hamzah
Amir Hamzah Raja Penyair
Pujangga Baru

Amir Hamzah Radja Penyair
Pujangga Baru

Medan:
Jakarta: Gunung

Agung, 1986
Jakarta: Dian Rakyat.

2. Pengertian Estetika
Bila diamati tulisan-tulisan diberbagai tempat, penggunaan kata
estetika, mencakup ke segala bidang kehidupan. Penggunaan kata ini tidak
hanya dimonopoli oleh kalangan seni, tetapi kalangan luar seni juga aktif
menggunakannya. Beberapa judul tulisan berikut ini, memperkuat pernyataan
di atas:

1

Tajuk
Kekerasan Akibat Krisis Kepekaan Estetika

Kekerasan Terjadi Akibat Krisis Kepekaan
Estetika
Pilih Sofa, Tak Sekadar Soal Estetika,
Seratus Lukisan "18 Estetika Realis"
Dipamerkan
Keindahan Di Bekas Daerah Rusuh (1)
'Kacamata' Besar Nan Indah Jadi Saksi
Estetika Bonsai Makna & Pembentukannya
(Judul Buku Karangan Ir Budi Sulistyo dan
Drs Limanto Subiyanto yang diterbitkan
oleh penerbit. Kanisius, Yogyakarta: 1997)
Duit Reklame atau Estetika Kota
Memudarnya Estetika Kritik Seni Rupa
Citra Estetik Sastra Kota
Ketika Kampus Kehilangan Estetika Ilmu
Enam Pilar Estetika Tauhid
Wayang, dari Estetika Hindu ke Islam
Estetika Berkomunikasi dalam Berkarir

Sumber

Kompas 15/8/1999
Kompas 16/8/1999
Kompas 22/3/2001
Kompas 22/3/2001
Banjarmasinpost,
8/8/2001

Kompas 20/12/2000
Kompas 2/7/2000
Surabayapost, 22/4/2001
Surabayapost, 16/9/1997
Surabayapost, 11/9/1997
Pikiran Rakyat
10/7/2001.
Komatkamit, 19/5/2001,

Dari contoh-contoh tersebut, terlihat bahwa penggunaan kata estetika
mencakup semua bidang kehidupan. Penggunaan kata estetika tidak hanya
dimonopoli dalam bidang seni saja.
Siapa orang yang pertama yang memperkenalkan istilah ini? Ada yang

Baumgarten. Kata estetika berasal dari kata aesthesis, artinya perasaan atau
sensitivitas. Pengertian ini pada mulanya memang berkaitan erat dengan
lidah atau perasaan (Gie, 1996: 15).
Dalam pengertian teknis, estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu
mengenai kecantikan secara umum (Anwar, 1980:5). Pengertian ini
didasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu obyek dan obyek itu dapat
memberikan rasa senang dan puas maka dikatakan obyek itu mengandung
keindahan.
Namun studi estetika sebagai ilmu yang dipelajari bukanlah cara untuk
menikmati keindahan, tetapi adalah "usaha untuk" memahami keindahan. Hal
ini maka estetika atau keindahan itu bersifat subyektif, bergantung kepada
rasa perseorangan. Timbulnya perbedaan ini disebabkan rasa keindahan itu
bergantung kepada banyak faktor seperti kebiasaan, pendidikan, asosiasi
psikologis dan pada akhirnya pilihan individu (Pei, 1971:176).
Bagaimana persisnya definisi keindahan itu, memang belum ada kata
sepakat. Namun beberapa ahli mencoba memberikan definisinya seperti
Plato, Augustinus, George Santayana.
Nama/Kelompok
Plato
George

Santayana
Kaum Stoa,

Pendapatnya
yang indah adalah yang baik
sesuatu yang indah adalah sesuatu yang
menyenangkan
keindahan ialah gemerlapnya kebenaran dan

2

Thomas Aquino
Endymion
N.G. Tjernisevski

Slamet Muljana

kebaikan
keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila
dilihat

keindahan adalah sesuatu keriangan, kemolekan
dan tidak pernah berlalu keketiadaan.
keindahan adalah kehidupan yang cerah seperti
bila orang yang sangat kita cintai berada di dekat
kita.
keindahan adalah rasa kesadaran jiwa yang
mengalami sesuatu di luar jiwa itu sendiri. Rasa
kesadaran jiwa itu sifatnya subyektif (Muljana:
1956:14).

Di sisi lain Gie membagi keindahan berdasarkan luasnya atas tiga
bagian yaitu
(1) Keindahan dalam arti luas. Keindahan dalam arti luas mengandung
pengertian ide kebaikan. Ini mencakup ke dalam pengertian keindahan
seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual,
(2) keindahan dalam pengertian estetis murni yaitu menyangkut pengalaman
estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserap/dipahaminya, dan
(3) keindahan dalam arti terbatas, yang menyangkut pengertian benda-benda
yang dapat diserap/dipahami melalui penglihatan, seperti keindahan

bentuk dan warna.
Namun ada pula yang memberi pengertian keindahan itu mencakup
kesatuan (unity), keseimbangan (balance) dan kebalikan (contrast). Dari
batasan-batasan seperti ini ada yang menyimpulan keindahan itu tersusun
dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis dan warna, bentuk nada
dan kata-kata. Namun ada pula yang berpendapat pengertian keindahan
berkaitan dengan ide kesenangan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan ukuran baku
keindahan adalah kesenangan, keriangan, kepuasaan, kemolekan,
kebagusan, kecantikan, kepermaian, kegairahan, kebaikan. Pokoknya apa
saja yang dapat membuat senang, riang gembira, puas, kagum dan
sebagainya yang sejenis, itu keindahan.
3. Analisis Estetika Atas Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi
Nyanyi Sunyi adalah salah satu kumpulan puisi dari Penyair Amir
Hamzah. Oleh HB Yasin, Amir Hamzah disebut Raja Penyair Pujangga Baru.
Menurut Damono (59-60) konsep keindahan Pujangga Baru masih
meneruskan konsep keindahan sastra Melayu lama, meskipun sudah
dimasuki/pandangan baru berupa lirik pribadi. Dalam konsep keindahan lama,
tampak dalam pemilihan obyek dan keseimbangan simetris, keteraturan,
serta keajegan. Semua itu tampak dalam sajak berupa kata nan indah, gaya

yang penuh keseimbangan simetris, bentuk yang tetap, pola persajakan yang
teratur, dan irama yang ajeg (monotone). Pada umumnya, keindahannya
dapat digolongkan keindahan yang mudah (easy beauty), yaitu keindahan
yang diciptakan tanpa usaha yang susah payah dan mudah dipahami, seperti
bentuk yang simetris, pola persajakan yang teratur, kemerduan bunyi, irama
3

yang tetap, objek-objek yang “indah”, gaya yang mudah (tanpa pemikiran
yang rumit).
Selanjutnya diungkapkan Sapardi Djoko Damono, pemakaian bahasa
masih terbatas pada perbandingan (perumpamaan), personifikasi.. dengan
demikian, gaya sajaknya bersifat diafan. Pemakaian bahasanya tidak banyak
menyimpang dari tata bahasa untuk menciptakan kepuitisan. Dari segi
bahasa, tata bahasanya masih teratur rapi, normatif. Di antara bahasa kiasan
yang paling banyak dipergunakan adalah perbandingan, disusul personifikasi.
personifikasi Pujangga Baru adalah personifikasi biasa, dalam arti. yang
dipersonifikasikan benda-benda bertokoh (konkret). Metafora Pujangga Baru
tidak banyak. Pada umumnya pembentukannya seperti metafora (dead
metaphor), yaitu metafora yang sudah biasa hingga tidak dirasa sebagai
metafora lagi, sudah hilang efek kepuitisannya, seperti tangan kursi. lengan

baju, kaki gunung, dan sebagainya.
Apa yang dikemukakan oleh Sapardi Djoko Damono memang benar.
Tetapi secara tematik lebih khusus Amir Hamzah mungkin berbeda sedikit
seperti yang dikemukan Sapardi Djoko Damono. Perbedaan itu karena
perbedaan latarbelakang dari para sastrawan Pujangga Baru tersebut. Amir
Hamzah berasal dari latarbelakang budaya Melayu.
Tentang keindahan dalam budaya Melayu ini,
Braginsky,
mengemukakan ada 3 konsep estetika Melayu. Pertama disebut aspek
ontologi, keindahan terletak pada konsep sebagai pembayangan kekayaan
Tuhan Yang Maha Esa. Kedua aspek imanen, yang indah terungkap dalam
kata-kata seperti ajaib, gharib. Ketiga aspek psikologis yaitu efek karya
sastra pada pembaca efek ini seperti menjadi heran, birahi, dan sebagainya.
Dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi ini juga terlihat konsep keindahan seperti
yang kemukakan Braginsky.
Tetapi dalam pembahasan berikut ini, akan dipahami konsep
keindahan pertama dari persajakan, kedua keindahan dari anutan rohani dan
ketiga keindahan berlatar budaya etnik (Melayu).
3.1 Persajakan
Bila pada pantun, konsep keindahan bentuk ditandai dengan ciri-ciri,

empat baris sebait, baris pertama dan kedua sebagai sampiran dan baris
ketiga dan baris keempat sebagai tempat isi, persajakannya terdiri dari ab/ab,
selesai dalam satu bait, jumlah suku kata sebaris terdiri dari 8-12 suku kata,
maka pada puisi-puisi Amir Hamzah (Nyanyi Sunyi) hal itu tidak sepenuhnya
dipatuhi, walaupun ada bait-bait puisinya berpola pantun dan syair.
Anutan bentuk yang dominan di dalam Nyanyi Sunyi adalah bentuk
persajakan aliterasi dan asonansi. Bentuk puisi Amir Hamzah pada umumnya
terdiri dari 4 baris sebait dengan pola persajakan bebas, artinya tidak patuh
kepada persajakan pantun dan tidak patuh kepada persajakan syair.

4

Contoh aliterasi dalam kalimat:
Sabar setia selalu
(Padamu Jua)
Sunyi sepi pitunang poyang
(Karena Kasihmu)
Dalam gegap gempita guruh
Lengah langsung melewat abad
(Hanya Satu)
Kelereng kaca kilauan kasih
(Kurnia)
Contoh lain persajakan aliterasi dalam bait:
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan diselendang dendang
(Barangkali)
Tertahan aku di muka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertahan putus setera sempana
(Insyaf)
Asonansi adalah persamaan bunyi yang berdekatan. Sebagai contoh:
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
sabar setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
(Padamu Jua)
Betapa ekspresifnya asonasi di atas, k, l, s, a, e dan u.

5

3.2 Anutan Rohani
Anutan rohani Amir Hamzah yang paling dominan dalam kumpulan
puisi Nyanyi Sunyi ini berasal dari agama (Islam), yaitu dalam bentuk
pemujaan kepada Tuhan.
Tuhanlah sebagai keindahan yang abadi,
keindahan yang paling indah. Pulang kembali aku padamu katanya. Hal ini
dikarenakan semua hanyalah Taman swarga, taman swarga mutiara rupa,
Kaulah kandil kemerlap/Pelita jendela di malam gelap.
3.3 Latar Budaya Melayu.
Latar budaya Melayu ini dapat dilihat dari dua posisi. Pertama dari
sudut bahasa dan kedua dari sudut ide kebaikan.
Dari sudut bahasa terlihat kegemaran Amir Hamzah mempergunakan
bahasa-bahasa Melayu (kuno) untuk mencapai efek kepuitisan puisi-puisinya.
Motif penggunaan bahasa ini barangkali selain untuk mencapai efek
kepuitisan juga menyiratkan hubungan yang mendalam antara Amir Hamzah
dengan budaya Melayu (bahasa Melayu). Dari sisi lain barangkali juga ingin
mengangkat bahasa Melayu Kuno itu menjadi sarana komunikasi yang efektif,
seperti antara lain kata lampus, akasa, lampai, terban, ungkai, runtuh ripuk
tamanmu rampak, bersemayam sempana dijembala gembala dan
sebagainya.
Sedangkan dari sudut ide kebaikan (moral), Amir hamzah tidak ingin
dikatakan "anak durhaka/tak tahu adat", motif ini dapat disimak dari puisinya
yang berjudul Batu Belah. Batu Belah adalah cerita rakyat Melayu yang
mengisahkan seorang Ibu bunuh diri karena anaknya nakal. Makna cerita ini
dalam kisah perjalanan hidup Amir Hamzah adalah kegagalannya menyunting
putri Jawa Ilik Sundari, justru disebabkan "hutang budinya" kepada pamannya
yang membiayai pendidikannya selama ini di pulau Jawa. Hutang budi ini
harus ditebusnya dengan mengawini putri pamannya tersebut.
Sedangkan kekuasaan pamannya
dapat dilihat secara simbolik
melalui puisinya yang berjudul Permainanmu, yang menyiratkan ketidak
berdayaannya
menghadapi
kekuasaan
tersebut,
Tangan,
tapi
tersembunyi/mengunci bagi pateri.
4. Penutup
Walaupun bunyi persajakan pada puisi-puisi Amir Hamzah yang
terkumpul dalam kumpulan Nyanyi Sunyi ini terdapat kontradiksi, seperti
disatu pihak persajakannya riang gembira, tetapi dalam konteks isi bernada
kesedihan atau kekecewaan; bunyi persajakannya yang berat-berat seolaholah melambangkan kesedihan yang tidak tertanggungkan, tetapi di sisi lain
persajakannya tersebut bukanlah melambangkan kesedihan yang tak
tertanggungkan. Ini bukan permainan bunyi semata. Orkestrasi bunyi seperti
ini dapat ditafsirkan sebagai upaya Amir Hamzah menghibur dirinya sendiri.
Dia ingin bernyanyi atau bergembira di atas kekecewaan dan kegagalan
misalnya cintanya, perjuangannya.

6

Daftar Pustaka
Anwar, Wadjiz. 1980. Filsafat Estetika. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Braginsky, V.I. 1994. Erti Keindahan Dan Keindahan Erti Dalam Kesusastraan
Melayu Klasik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementrian Pendidikan Malaysia
Damono, Sapardi Djoko. Puisi Pujangga Baru: Konsep Estetik, Orientasi, dan
Sekitarnya. Humaniora Volume XIII, No. 1-2 hal 59-60.
Gie, The Liang. 1996. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit Pusat Belajar
Ilmu Berguna.
Muljana, Slamet. 1956. Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Sastra. BandungDjakarta-Amsterdam: Ganaco N.V.
Pei, Mario. 1971. Kisah daripada Bahasa. Djakarta: Bharata.

7