II. TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Status hara Tanah Hubungannya dengan Produksi Tanaman Salak (Salacca Sumatrana )

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuh Salak Padangsidimpuan

  Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan produksi tanaman salak antara lain : faktor iklim, tinggi rendahnya letak geografis, kesuburan tanah dan faktor biotik. Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman salak adalah curah hujan rata-rata perbulan 200 – 400 mm perbulan. Tanaman salak akan sulit tumbuh pada daerah yang mengalami musim kering terlalu lama.

a. Iklim

  Ketinggian tanah (topografi) yang sesuai untuk tanaman salak 0 – 700 meter diatas permukaan laut. Yang termasuk baik berkisar antara 1-1400 m diatas permukaan laut. Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 m diatas permukaan laut. Bila sudah lebih dari 900 m pohon salak sulit berbuah (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).

  Iklim Padangsidimpuan berdasarkan ketinggian tempat (Altitude) adalah dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut dengan rata-rata temperatur 28 C dengan suhu maksimum 33 C dan suhu minimum 12 C di daerah Pegunungan.

  Tanaman salak sesuai ditanaman di daerah berzona iklim Aa, bcd,Babc dan Cbc.

  A: berarti bulan basah tinggi (11 – 12 bulan / tahun ), B: 8 – 10 bulan/tahun dan C : 5

  • – 7 bulan /tahun curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah,serta membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan sinar matahari penuh ( 100%), tetapi cukup 50 sampai 70 %
karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh (Shade Plant) (Tim Karya Tani Mandiri,2010).

  Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan salak Padangsidimpuan di desa Sigumuru dan desa Lobulayan pada kemiringan 0 – 20 % tergolong kelas S3karena memiliki 2 faktor pembatas sedang dan beberapa faktor pembatas ringan. Faktor pembatas dominan dengan intensitas sedang (moderate). Curah hujan rataan pertahun melebihi 3000 mm (3431 mm/tahun) dan kejenuhan basa sangat rendah di bawah 20 % ( Lubis, 2011).

b. Tanah

  Tanaman Salak menyukai tanah yang subur,gembur, dapat menyimpan air,tidak tergenang dan mengandung beberapa unsur hara penting. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi (Siregar,2010).Namun salak tidak tahan dengan genangan air (Tim Karya TaniMandiri,2010).

  Tanah yang secara alamiah yang masih kaya unsur hara sangat baik untuk dijadikan lahan salak. Warna tanah biasanya kehitaman karena humus tanah masih banyak. Lahan yang kurang baikpun sebenarnya dapat ditanami salak. Penambahan pupuk organik seperti kompos, OST, pupuk kandang dan sebagainya akan membantu memperbaiki struktur tanah menjadi gembur. Sedangkan hara yang kurang dapat ditambah pupuk anorganik yang mengandung unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk organik. Tanah yang netral, tidak basa, bagus untuk tanaman salak. Umumnya pH tanah yang diinginkan sekitar 6,0-7,0. Walaupun begitu, salak masih mempunyai toleransi terhadap tanah yang agak asam dan basa. Salak masih toleran tumbuh pada skala pH tanah 4,5-5,5, atau keasaman sedang. Juga masih toleran pada pH tanah 7,5-8,5 atau agak basa(Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).

  Dari hasil pengamatan dan analisa tanah yang dilakukan diperoleh data tanah pada desa Lobulayan tergolong Greatgroup Dystrandept. Dystrandept yaitu Inceptisol yang masih mempunyai sifat andik ( Lubis, 2011).

2.2. Budidaya

a. Pembibitan

  Salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan memberikan hasil yang tidak diinginkan sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat berasal dari biji generatif atau dari anakan (vegetatif). Pembibitan secara generative mempunyai sifat-sifat baik yaitu cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan (Hendro, 1998).

  Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan bibit dari biji adalah sebagai berikut: a.

  Biji berasal dari buah yang tua (masak) di pohon b. Biji dipilih dari buah berukuran besar, berdaging tebal,manis,dan mempunyai sifat- sifat unggul lainnya.

  c.

  Biji dipilih dari buah yang berbiji tiga butir, karena peluang untuk mendapatkan tanaman salak betina lebih besar daripada buah salak berbiji satu atau dua (Nazaruddin dan Kritiawati, 1992).

  b. Penanaman

  Agar tanaman salak tumbuh dengan baik dibutuhkan naungan yang cukup rimbun pada masa awal pertumbuhannya. Jika ingin menanam salak harus menyiapkan naungan tersebut terlebih dahulu. Bibit ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2 m, atau 2,5 m x 2,5 m.Apabila kita ingin menanam salak di lereng pegunungan atau bukit, dapat menggunakan jarak tanam yang lebih rapat yaitu 2 x 2 m atau kalau masih mungkin 1,5 x 1,5 m. Tanah yang miring biasanya memiliki permukaan yang lebih luas sehingga jarak tanam rapat terhitung efektif ( Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).

  c. Pemupukan dan Pemeliharaan

  Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tanaman salak perlu dipupuk secara rutin. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan . Pupuk ini biasanya diberikan dua kali setahun atau setiap selesai panen. Pemberian pupuk organic secara tunggal bertujuan untuk menekan harga produksi dan menghilangkan ketergantungan pada pupuk kimia. Hal itu karena tanaman yang biasa dipupuk dengan pupuk buatan akan mengalami perubahan ukuran buah jika sewaktu-waktu dihentikan.

  Keuntungan lainnya salak yang dihasilkan merupakan salak organik yang bebas bahan kimia. Namun untuk memberikan hasil buah yang maksimal, tanaman juga perlu diberi pupuk kimia. Pupuk kimia ini paling tidak harus mengandung unsur N,P dan K secara seimbang. Pupuk kimia yang diberikan bisa berupa pupuk NPK 15:15:15 atau campuran antara pupuk urea, TSP dan KCl (Astuti, 2007)

  d. Pemangkasan

  Daun-daun yang sudah tua serta tidak bermamfaat sebaiknya dipangkas. Begitu juga daun yang yang terlalu rimbun atau rusak karena diserang hama . Bila tunas-tunas tumbuh terlalu banyak,sebaiknya dijarangkan terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya ke daun atau bagian vegetatif saja melainkan juga ke bunga, buah atau bagian generatif secara seimbang. Pemangkasan dilakukan setiap dua bulan sekali. Akan tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering yaitu sebulan sekali.( Nazaruddin dan Kristiawati, 1992)

  e. Penyerbukan

  Secara alami penyerbukan pada tanaman salak dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga . Asalkan syaratnya terpenuhi, yaitu dalam satu kebun terdapat pohon salak jantan dan betina dengan perbandingan yang pas. Campur tangan manusia diperlukan untuk melancarkan penyerbukan sehingga salak menghasilkan buah seoptimal mungkin. Penyerbukan yang dilakukan oleh manusia lebih bagus baik secara kwalitas maupun kwantitas (Nazaruddin dan Kritiawati,1992)

  f. Panen

  Pada umumnya buah salak dapat dipanen pada saat umur buah mencapai 6 – 7 bulan sejak hari penyerbukan. Buah yang dipetik pada umur tersebut sudah masak, rasanya manis,beraroma salak, dan masir. Dalam satu tandan, masaknya buah salak tidak seragam. Umumnya yang masak terlebih dahulu adalah buah di bagian ujung. Oleh karena itu, pemetikan buah salak dilakukan secara berkala, dipilih salak yang sudah masak. Sisa buah dalam tandan tersebut dipanen hari berikutnya setelah buah tersebut masak (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992)

  Dalam budidaya tanaman salak hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar,sedang masa panennya terdapat empat musim :

  1.Panen raya pada bulan November,Desember dan Januari

  2.Panen sedang pada bulan Mei,Juni dan juli

  3.Panen kecil pada bulan pebruari,Maret,dan April 4.Masa kosong/istirahat pada bulan Agustus,September dan Oktober (Siregar, 2010).

2.3. Hubungan Status hara dalam tanah terhadap Produksi Tanaman Salak

  Secara umum pertumbuhan dan hasil tanaman ditentukan oleh status hara dan lingkungan komoditas itu dikembangkan (Efendi, 2011). Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi optimum ( Jumin, 2002).

  Kesuburan tanah sebagai status hara tanah menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi racun dari unsur manapun. Tanah yang subur mempunyaikemampuan memasok unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang kepada tanaman. Sehingga tanaman tumbuh sehat dan berproduksi dengan potensinya ( Munawar,2011 ).

  Unsur hara diperoleh dan disediakan oleh media tumbuhnya berupa tanah namun sayangnya unsur hara di dalam tanah tidak selamanya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

  Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kecepatan pelapukan mineral, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup diatasnya.

  Dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kehilangan unsur hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan tanah(Rosmarkam, 2002).

  Status hara tanah dibuat didasarkan kriteria : sangat rendah, sedang,tinggi dan sangat tinggi. Status hara tanah dapat dikelompokkan seperti tabel berikut: Tabel 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno,1995)

  Sifat tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

  Sangat Tinggi c-organik(%) < 1,0 1,0 - 2,0 2,1 - 3,0 3,1 - 5,0 >5,0 Nitrogen(%) < 0,1 0,1 - 2,0 0,21 - 0,50

  0,51 - 0,75 >0,75 C/N <5 5 – 10 11 – 15 16 - 25 >25

  P 2 O 5 HCL (me/100 g) <10 10 – 20 21 – 40 41 - 60 >60 P 2 O 5 Bray II (ppm) <10 10 – 15 16 – 25 26 - 35 >35 P 2 O 5 Olsen (ppm) <10 10 – 25 26 – 45 46 - 60 >60 K 2 O HCI 25% (me/100 g)

  <10 10 – 20 21 – 40 41 - 60 >60 KTK (me/100 g) <5 5 – 16 17 – 24 25 - 40 >40 K-dd (me/100 g) <0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 >10 Na (me/100 g) <0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 >10 Mg (me/100 g) <0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 >8,0 Ca (me/100 g) <0,2 2 – 5 6 – 10 11 - 20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20 – 35 36 – 50 51 - 70 >70 Aluminium (%) <10 10 – 20 21 – 30 31 - 60 >60

  Sangat Masam Masam Agak

  Masam Netral Agak Alkalis

  Alkalis pH- H 2 O

<4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 >8,5

  

2.4. Fungsi dan Peranan Hara dalam Pertumbuhan dan Produksi

TanamanSalak

a. Nitrogen

  Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi (Suharno dkk, 2007).

  Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Didalam tanaman N berfungsi sebagai komponen utama protein hormon. Klorofil,vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Ia menyusun 40% -50% bobot kering protoplasma, bahan sel hidup. Oleh karena itu N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman. AmetabolismeN merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif batang dan daun. Tanaman yang mendapat pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri warna hijau tua, tetapi pasokan yang terlalu banyak dapat menunda pembungaan dan pembentukan buah. Sebaliknya kekurangan pasokan N menyebabkan daun menguning, pertumbuhan kerdil dan gagal panen (Munawar, 2011).

  Keberadaan unsur nitrogen sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensintesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama ketersediaan air. Untuk membentuk klorofil dibutuhkan ATP (energi ) yang cukup tinggi untuk asssimilasi CO2 juga diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein (Suharno dkk,2007)

  Zat lemas diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3-, dan NH4+, protoplasma yang terdiri dari kira-kira 25% bahan kering dengan komposisi 50% zat putih telur dan 5-10% lipida dan persenyawaan lainnya yang mengandung N. Kadar zat lemas dari protoplasma kira-kira antara 2 -2,5 %. Dengan adanya pemungutan hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat yang hilang (Utami, 2005).

  Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun yang tua menjalani proses autolysis. Dalam hal ini protein dirobah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasi ke bagian-bagian yang muda dimana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali , daun akan menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang daun melebar kesamping sehingga memberikan bentuk V (Effendi, 1976).

  Apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen , karbohidrat hasil assimilasi akan disimpan dalam jaringan tanaman. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsure lain. Pembentukan senyawa N organic tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K ( Rosmarkam, 2002).

b. Fosfor

  Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa Adenosin Triposfat (ATP) yang berperan sebagai sumber energi pada reaksi gelap fotosintesis dan nukleoprotein, sistem informasi genetic(Deoxiribonucleic acid dan Ribonucleic acid),membran sel (fospolipid) dan fosfoprotein (Suntoro,2002) .Fosfor mempunyai peranan penting dalam metabolisme energi. Ia di inkoporasikan dalam adenosin trifospat, ATP yang merupakan bagian dan paket dari “energi umum” semua sel hidup dari species apapun. Fospor dijumpai juga sebagai fosfolipida termasuk yang terdapat dalam selaput sel,dalam fosfat-gula berbagai nukleotida dan ko-enzim (Supardi Guswono, 1983).

  Fosfor adalah unsur hara penyusun beberapa senyawa kunci dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Fospor berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman. Peran penting P di dalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh,berkembang dan berproduksi dengan normal.

  Fosfor termasuk anasir hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energy sampai segi-segi gen, yang tidak dapat digantikan hara lain.Ketidakcukupan pasok P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal.

  Peranan P dalam penyimpanan dan pemindahan energy tampaknya merupakan fungsi terpenting karena hal ini meempengaruhi berbagai proses lain dalam tanaman.

  Kehadiran P dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi penting seperti ; pemindahan ion, kerja osmotic, reaksi fotosintesis dan glikolisis ( Mas’ud, 1992).

  Indranada (1986) menyatakan penyediaan fosfor yang tidak memadai akan menyebabkan laju respirasi menurun. Bila respirasi terhambat, pigmen ungu (antosianin) berkembang dan memberi ciri defisiensi fosfor.

  Meskipun perannnya begitu penting untuk tanaman,jumlah yang dipasok oleh tanah pada umumnya terbatas. Kandungan P dalam tanah sendiri sangat beragam,yaitu antara 0,02% sampai 5%,dengan rata-rata 0,05%. Jumlah P pada tanah lapisan atas rata- rata 1000 kg P/ha,tidak begitu besar dibandingkan dengan jumlah yang diangkut tanaman sejumlah 4-40 Kg/hektar setiap tahun hal ini sebagian besar fraksi P dalam bentuk mineral atau senyawa yang tidak mudah di manfaatkan oleh tanaman (Munawar, 2011).

c. Kalium Kalim adalah unsure hara penting yang dibutuhkan setelah nitrogen dan Fosfor.

  Fungsi Kalium sangat penting dalam proses fisiologi tanaman, berperan sebagai aktivator enzim esensial dalam reaksi-reaksi metabolism dan enzim yang terlibat dl sintesis pati dan protein, berperan mengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 1995).

  Bentuk Kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat di tukar ( Kdd) dan K larutan (K+) serta sebagian kecil K tidak dapat ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk K+ (Silahooy, 2008).

  Peran utama K dalam tanaman adalah sebagai aktivator enzim . Kaliummenjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar. Kaliumdiperlukan dalam

  pembentukan karbohidrat dan translokasi gula (Soepardi, 1983).

  Kalium di dalam tanaman dan P saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transfortasi yang membawa dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi assimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat transportasi dalam tanaman oleh karena itu agar proses transpostasi unsur hara maupun assimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam anaman harus optimal ( Taufik, 2002)

  Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium atau K adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun kandungan K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi dari pada yang di serap oleh tanaman selama musim tanam, sering kali hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai dari 0,1% - 3%, dengan rata-rata 1 % K tetapi sebagian besar (98%) K tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar masih tanggap terhadap pemberian pupuk. Didalam tanah, interaksi K dan mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman (Munawar, 2011).

  Perimbangan Kalium, Calcium dan Magnesium dalam tanah yang tidak baik menjadi faktor pembatas yang serius bagi tercapainya produktivitas kelapa sawit yang

  2++ 2+ +

  tinggi. K , Ca , dan Mg , cendrung antagonis satu sama lain sehingga dibutuhkan perimbangan hara tertentu untuk meminimalkan sifat antagonisme tersebut (Sugiyono , 1998).

  Kebanyakan tanaman yang kekurangan Kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh. Turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah , daun tanaman menjadi kering, ujung daun berwarna cokelat atau adanya noda-noda berwarna cokelat (nekrosis). Kalau kekurangan Kalium berlangsung terus, maka nekrosis ini menjadi jaringan yang kering dan mati, kemudian lepas dan daun menjadi berlubang. Kekurangan hara Kalium menyebabkan produksi merosot, walaupun sering tidak menampakkan gejala defisiensi. Kejadian disebut lapar tersembunyi (hiden hunger) (Tisdale, 1985). Kekurangan Kalium menyebabkan kadar karbohidrat berkurang dan rasa manis buah-buahan sering berkurang(Rosmarkam, 2002).

d. Magnesium

  Hara makro magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (klorofil) dan sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti pada proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer energi .

  Magnesium memegang peranan di dalam pertukaran zat pospat,ikut serta mempengaruhi proses pernafasan dan mengaktifkan enzim-enzim transposporilase, dehidrogenisasi dan karboksilasi (Dwidjoseputro, 1984).

  • ++ Magnesium diserap dalam bentuk Mg ,termasuk unsur yang tidak mobil dalam tanah. Mg merupakan salah satu bagian enzim yang disebutOrganic pyrophosphatdan Carboxy peptisida. Kadar Mg di dalam bagian – bagian vegetatif dapat dikatakan rendah

daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian generatif malah sebaliknya Mg banyak terdapat dalam buah.

  Tanaman kahat Mg berwarna pucat, dengan klorosisantar-tulang daun yang

awalnya pada daun tuaberwarna kuning kemerahan, kemudian pada daunmuda ketika

kahat Mg makin parah . Warna hijau terlihat seperti untaian manik-manikbila

dibandingkan dengan kahat K, garis-garis hijaudan kuning sejajar pada daun. Dalam

kasus yang parah,klorosis berkembang menjadi kekuningan dan akhirnyanekrosis pada

daun tua (T.H. Fairhaust, 2007).

  Menurut munawar (2011), magnesium tanah berasal dari komposisi batuan yang mengandung mineral biotit, dolomit, hornblende, serpentin, epsomit, dan olivin.

  Kandungan magnesium di dalam tanah beragam tergantung pada jenis tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar 0.05% di tanah-tanah berpasir atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0.5% pada tanah-tanah berstrektur liat pada daerah cekungan/depresi. Seperti halnya Ca, bentuk Mg di dalam tanah menjadi beberapa bentuk yaitu mg larut air, mg dapat ditukar (mg-dd) dan mg tidak dapat ditukar. ketiga mg tersebut saling berkeseimbangan.

  e. pH

  pH didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cendrung memberi proton (H+) kebeberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cendrung menerimanya.

  Reaksi asam, netral atau basa dinyatakan dengan pH, yang menunjukkan

  konsentrasi ion hydrogen (H ), pH adalah log negatif H (-log H ),Air (H O)

  2 dinyatakan netral, karena mempunyai H dan OH yang sama, yaitu 0,0000001 mole/ liter. pH tanah merupakan salah satu faktor penting, karena pH mempengaruhi sifat tanah, proses kemis, fisis, dan biologis dalam tanah. Pengaruh pH terhadap sifat tanah dan proses yang terjadi di dalamnya berhubungan dengan ketersediaan nutrient mineral dalam tanah (Purnomo, 2001)

  Pengaruh utama pH didalam tanah adalah ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), al (almunioum), mn ( mangan), b ( boron), Cu (seng). Didalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikro organisme dalam hubungannya dengan proses-proses yang sangat erat hubungannya dengan mikro organisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi) penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transfer gas ke atmosfir.

  Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanah bagi tanaman sangat ditentukan oleh pH. Seperti unsur N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah( Lugman, 2012).

  Dibidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efesiensi penggunaan N dan hubungannya dengan dampak lingkungan.pH tanah menunjukkan derajat kemasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah, dimana dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam.

  2. Apabila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentasi H+ maka suasana tanah menjadi basa.

  3. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman, pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman adalah antara 5,6-6,0.

  Jika pH tanah lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen, bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al 3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

  Menurut Munawar (2011) banyak unsur di dalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkatkelarutan senyawa dengan unsur-unsur tersebut di dalam tanah dengan pHlingkungan. Oleh karena itu pH tanah bertanggung jawab terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.