Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana) dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng di Tapanuli Selatan

(1)

HUBUNGAN PRODUKTIVITAS SALAK (Salacca sumatrana)

DAN STATUS HARA TANAH MENURUT KEMIRINGAN

LERENG DI TAPANULI SELATAN

TESIS

OLEH

MASTIAGOM SIREGAR

NIM. 107001041

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(2)

HUBUNGAN PRODUKTIVITAS SALAK (Salacca sumatrana) DAN STATUS HARA TANAH MENURUT KEMIRINGAN LERENG DI

TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi Program Pascasarjana

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MASTIAGOM SIREGAR NIM. 107001041

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2013


(3)

Judul Tesis : Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana) dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng di Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Mastiagom Siregar Nomor Pokok : 107001041

Program Studi : Agroekoteknogi

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D Ketua

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Program Studi

Anggota

Prof. DR. Ir. Abdul Rauf MP

Dekan

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS


(4)

Telah di uji pada hari : Kamis

Tanggal : 7 Februari 2013

---

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D Anggota : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Lutfi AM.Siregar, SP. M.Sc. Ph.D Dr. Ir. Hamidah Hannum, Mp Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si


(5)

ABSTRACT

Generally, Salacca sumatrana is growing the moderate to steep slopes. Hence, the slopes condition is prone to erosion. This study aimed to evaluate the correlation attitude of Ground and component of plant production to ward production of sallaca sumatrana in various of sloped the study used regretion analysis, soil chemicaled and plant production components analysis.

The result showed that soil chemical of the ground which influence toward the production of Salacca sumatrana (T1) in pH, C-organic, N-total, Kdd, Mgdd T2 pH, C-organic , Kdd Mgdd T3 C-organic and Kdd T4 pH, C-organic, P and Mgdd, T5 C-organic, P and Mgdd. The highest production of Salacca sumatrana was found in T2, the lowest was found in T1. The component factor of productin which was influence to ward the production of Salacca sumatrana was resulted the bunch of the fruit, the stem of fruit in T3 and T5 and the total of fruit in T2 area. Therefore, the production of Salacca sumatrana was not influenced by slopes. Fertilizer was needed in this area.


(6)

ABSTRAK

Secara umum tanaman Salak Sidimpuan ( Salcca Sumaterana ) berada pada lahan yang bertofografi miring yang berpotensi terjadinya erosi yang mengakibatkan rendahnya kandungan hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman terhadap produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lahan yang berbeda. Analisa yang digunakan Regresi berganda, parameter yang diamati mencakup sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman

Hasil penelitian menunjukkan sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada T1 pH tanah, N-total, K-tukar dan Mg-tukar. Pada T2 pH tanah, C-organik dan K-Mg-tukar. Pada T3 C-oragnik dan K-tukar,. Pada T4 pH tanah, C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Pada T5 C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T5 sebesar 1025.6 kg/ha. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan yang dihasilkan adalah jumlah tandan buah secara umum, jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T5 dan jumlah total buah pada daerah T2. Oleh karena itu produksi salak Sidimpuan tidak berpengaruh oleh tingkat kemiringan lahan, tetapi unsur hara hampir disetiap kemiringan lahan keberadaannya rendah sehingga untuk meningkatkan produksi salak Sidimpuan harus dilakukan pemupukan.

Kata kunci : Salak, Padangsidimpuan, Slope, Produktivitas


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana) Dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng di Tapanuli Selatan”.

Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui lembaran ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis almarhum Payungan Siregar dan Ibunda Tiria serta Bapak dan ibu mertua, yang telah memberikan pembelajaran secara sempurna mulai dari kecil sampai sekarang.

2. Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik yang bersifat membangun.

3. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing II atas kesabaran, bantuan, bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan kepada penulis terutama dalam hal penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Lutfi AM.Siregar, SP. M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku Dosen Penguji II atas segala masukan yang telah di berikan.

5. Suamiku tercinta Ali Imran Harahap yang dari sebelah rusuknya aku tercipta atas rajutan kasih dan untaian doa-nya yang terangkai dalam cinta.


(8)

6. Anak-anakku tercinta (Asrul Aziz Ali Ananta Harahap dan Alma Rifaldy Harahap ) yang telah memberikan semangat dan dorongan yang luar biasa. 7. Rekan – rekan S2 AET 2010 (Pak De, Kak Ida, Kak Yus, Kak Nini, Kak

Lanna, Kak Sri, Bang Tom, Kak Erlina dan yang lainnya) yang meluangkan waktunya sebagai mitra diskusi selama penelitian dan penulisan tesis berlangsung.

8. Bang Rombatua sekeluarga yang telah memberikan bantuan dan arahan serta doa yang tulus serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2013


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1972 di Pintulangit Jae Padangsidimpuan Propinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara dari pasangan alm Kali Payungan dan Tiria.

Penulis menempuh pendiddikan formal yaitu SD Negeri 142472 Pintulangit Kabupaten Tapanuli Selatan dan lulus tahun 1985, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri Pokenjior Kabupaten Tapanuli Selatan dan lulus tahun 1988, dan menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Parapat Kabupaten Simalungun Jurusan Ilmu-ilmu Biologi dan lulus pada tahun 1991. Penulis melanjutkan pendidikan Strata – 1 di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan dan lulus pada tahun 1997. Selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Mahsiswa Islam di cabang Padangsidimpuan periode 1995 – 1997.

Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan sebagai tenaga honor di Dinas Pertanian kota Padangsidimpuan sebagai penyuluh pertanian lapangan. Pada tahun 2004 penulis juga mendapat kesempatan sebagai tenaga pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Pada tahun 2007 penulis diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian kota Padangsidimpuan sebagai tenaga Penyuluh. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Strata-2 di program Magister program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada tanggal 7 Februari 2013, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Profil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 5

B. Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 6

C. Kemiringan Lereng dan Produksi ... 9

D. Potensi Lahan ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Bahan dan Alat ... 21

C. Metode Penelitian ... 22

D. Pelaksanaan Penelitian ... 24

E. Parameter Pengamatan ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

A.Hasil Penelitian ... 27


(11)

1. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lahan 0-8 % (T1). ... 31

2. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 8 – 15 %

(T2 ). ... 31 3.Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 15 - 25 % (T3 ) ... 33 4. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 25 – 45 %

(T4 ) ... 35 5. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan > 45 % (T5). ... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. ... K esimpulan ... 39 B. ... S

aran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN ... 44


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Kriteria Sifat Kimia Tanah Secara Umum. ... 19 2. Data yang Diambil di Lapangan ... 22 3. Kelas Kemiringan Lahan... 22 4. Hasil Analisis Contoh Tanah Kebun Salak Sidimpuan di Tapanuli

Selatan. ... 28 5. Hasil Rata- rata Pertumbuhan Komponen Produksi Salak Sidimpuan. .... 29


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian ... 20 2. Tahapan Kegiatan Penelitian... 23 3. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Hasil Pengamatan. ... 43 2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada Kemiringan 0-8% ... 44 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada kemiringan 8-15%. ... 45 4. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan 15-25%. ... 46 5. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan 25-45%. ... 47 6. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi salak Sidimpuan pada Kemiringan >45%. ... 48 7. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 0-8 %... 49 8. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 8-15 %... 50 9. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi salak sidimpuan pada kemiringan lereng 15-25 %. ... 51 10. Korelasi sifat kimia tanah dan komponen produksi dengan produksi

Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 25-45 %. ... 52 11. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng >45 %. ... 53 12. Peta administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 54 13. Lokasi Penelitian dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan ... 55

14. Tabel Rataan Tahunan Curah Hujan Kec A. Barat, B Toru dan Batang Angkola Kecamatan ... 56


(15)

ABSTRACT

Generally, Salacca sumatrana is growing the moderate to steep slopes. Hence, the slopes condition is prone to erosion. This study aimed to evaluate the correlation attitude of Ground and component of plant production to ward production of sallaca sumatrana in various of sloped the study used regretion analysis, soil chemicaled and plant production components analysis.

The result showed that soil chemical of the ground which influence toward the production of Salacca sumatrana (T1) in pH, C-organic, N-total, Kdd, Mgdd T2 pH, C-organic , Kdd Mgdd T3 C-organic and Kdd T4 pH, C-organic, P and Mgdd, T5 C-organic, P and Mgdd. The highest production of Salacca sumatrana was found in T2, the lowest was found in T1. The component factor of productin which was influence to ward the production of Salacca sumatrana was resulted the bunch of the fruit, the stem of fruit in T3 and T5 and the total of fruit in T2 area. Therefore, the production of Salacca sumatrana was not influenced by slopes. Fertilizer was needed in this area.


(16)

ABSTRAK

Secara umum tanaman Salak Sidimpuan ( Salcca Sumaterana ) berada pada lahan yang bertofografi miring yang berpotensi terjadinya erosi yang mengakibatkan rendahnya kandungan hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman terhadap produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lahan yang berbeda. Analisa yang digunakan Regresi berganda, parameter yang diamati mencakup sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman

Hasil penelitian menunjukkan sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada T1 pH tanah, N-total, K-tukar dan Mg-tukar. Pada T2 pH tanah, C-organik dan K-Mg-tukar. Pada T3 C-oragnik dan K-tukar,. Pada T4 pH tanah, C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Pada T5 C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T5 sebesar 1025.6 kg/ha. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan yang dihasilkan adalah jumlah tandan buah secara umum, jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T5 dan jumlah total buah pada daerah T2. Oleh karena itu produksi salak Sidimpuan tidak berpengaruh oleh tingkat kemiringan lahan, tetapi unsur hara hampir disetiap kemiringan lahan keberadaannya rendah sehingga untuk meningkatkan produksi salak Sidimpuan harus dilakukan pemupukan.

Kata kunci : Salak, Padangsidimpuan, Slope, Produktivitas


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salak (Salacca sumatrana) termasuk dalam suku palmae (Araceae) yang tumbuh berumpun, merupakan tanaman asli Indonesia. Di Padangsidimpuan salak merupakan komoditi unggulan yang ditetapkan secara nasional (Anonymous,1996). Kecamatan Angkola Barat adalah sentra tanaman salak di Provinsi Sumatera Utara dan dianggap daerah asal tanaman salak Padangsidimpuan, dan dari daerah ini menyebar ke daerah-daerah lain sehingga saat ini tanaman salak Padangsidimpuan dapat dijumpai hampir diseluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. Varietas salak Padangsidimpuan cukup banyak, yang didasarkan pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna kulit buah) atau lokasi dimana salak ditanam atau dibudidayakan. Pada saat ini terdapat 3 varietas salak sesuai keputusan Menteri Pertanian yaitu salak PadangSidimpuan Merah (SK.No.763/Kpts/TP.240/6/99), Salak PadangSidimpuan Putih (SK.No.764/Kpts/TP.240/6/99) dan salak Sibakua (SK.No.427/Kpts/ TP.240/7 2002) (BPSP, 2009).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton. Sebanyak 259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera Utara. Jika angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara mampu menghasilkan buah salak sebanyak 31.25 persen dari 829.014 ton jumlah buah salak.


(18)

Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km2 terdiri atas 80 desa dengan ketinggian dari 200 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km2 terdiri atas 30 desa dengan ketinggian 250 m dpl sampai 1800 m dpl dan kecamatan Angkola Selatan 123.45 km2 terdiri atas 34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di pantai barat pulau Sumatera.

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha dengan produksi 236. 793 ton / tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak Tapanuli Selatan 91.39 persen dari produksi salak Sumatera Utara. Produksi salak Sidimpuan di Kota Padangsidimpuan tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007 menjadi 7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian penurunan pada tahun ini sebesar 3.45 % (BPS Padangsidimpuan, 2010).

Perubahan ketinggian dari wilayah dataran rendah ke dataran tinggi cukup tajam, menjadikan Kabupaten Tapanuli Selatan banyak memiliki topografi miring. Topografi miring tersebut pada umumnya cocok untuk tanaman salak, karena topografi miring umumnya memiliki drainase yang baik (Anonymous,1996). Hal ini dikarenakan zona perakaran tanaman salak relatif dangkal dan akarnya tidak tahan terhadap genangan air dan kekeringan. Perkebunan salak di Kabupaten Tapanuli Selatan semuanya berada di lahan kering karena pengairan tergantung


(19)

sepenuhnya pada hujan, sehingga faktor curah hujan dan tekstur tanah mempunyai peranan yang besar terhadap pertumbuhan tanaman salak.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat bahwa permasalahan yang dirasakan sekarang terjadi penurunan kualitas buah dan produksi dari buah salak tersebut. Hal ini mungkin disebabkan bahwa teknik dalam pengelolannya masih mengikut tradisi dari terdahulu dimana tanaman dipangkas tidak mengikuti aturan dan tidak pernah dilakukan pemupukan. Kemerosotan sumber daya tanah dan lingkungan memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Pengaruh iklim, kesuburan tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta produksi tanaman. Oleh Karena itu perlu di lakukan penelitian tentang pengaruh kemiringan lereng dan kesuburan tanah terhadap produktifitas salak di Kabupaten Tapanuli Selatan.

B. Perumusan Masalah

Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana), memiliki ciri khusus dimana buahnya berukuran lebih besar dan mempunyai rasa manis-manis asam (sepat) dan berdaging putih serta putih kemerahan dibandingkan jenis salak lainnya. Jenis salak ini mempunyai nilai komersial yang tinggi. Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini terjadinya penurunan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam pengelolaannya salak Sidimpuan masih melakukan tradisi secara turun temurun dimana tanaman dipangkas tidak menurut aturan yang sebenarnya dan juga tidak pernah dilakukan pemupukan.


(20)

Pesatnya pembangunan diberbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang, berdampak terhadap makin terbatasnya lahan potensial untuk pengembangan penanaman tanaman salak, karena alih fungsi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian. Langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan topografi, iklim, tanah dan lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan.

Usaha untuk pemecahan masalah ini sebagai langkah pertama perlu diketahui tingkat kesuburan tanahnya dengan menganalisis sifat kimia tanahnya. Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan tanahnya, juga diperhatikan tindakan-tindakan agronomi yang diterapkan baru dilakukan karakteristik lahan salak Sidimpuan dalam meningkatkan kembali produksi tanamannya melalui teknologi konservasi lahan yang ada.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi hubungan sifat kimia Tanah dan produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lereng.

2. Mengevaluasi hubungan komponen produksi dan produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lereng.

D. Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi dan kajian bagi fihak-fihak yang memerlukan dalam pengembangan budidaya tanaman salak Padangsidimpuan di Kabupaten Tapanuli Selatan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kabupaten Tapanuli Selatan

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh seorang Residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 dan 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas (BPS Tapanuli Selatan, 2010) maka Kabupaten Tapanuli Selatan telah dimekarkan menjadi empat Kabupaten dan satu Kotamadya, sehingga luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan secara otomatis semakin berkurang.

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0058’35”- 2007’33” Lintang Utara dan 98042’50” – 99034’16” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara, sedangkan sebelas Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan juga Samudera Indonesia. Luas Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4.367.05 km2, sedangkan ketinggiannya berkisan antara 0 – 1.925.3 di atas permukaan laut.

Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung tidak merata disepanjang tahunnya. Pada bulan Maret terjadi curah hujan tertinggi (1.508 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi Bulan November yaitu 22 hari.

Dari luasan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tersebut tersebar pada penggunaan lahan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.


(22)

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan area penggunaan lain (Apl). Luas Wilayah hutan Tapanuli Selatan mencapai 451.225 ha dimana persentase terbesar luas hutan adalah areal penggunaan lain yaitu 32.17 persen dari keseluruhan luas hutan. Setelah areal penggunaan lain, persentase kedua adalah hutan lindung dengan 28.99 persen, hutan produksi 19.71 persen, hutan produksi terbatas 16.11 persen dan hutan konservasi sebesar 3.0 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan angka agregat hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) sebesar 264.10 jiwa yang terdiri dari 131.43 jiwa penduduk laki-laki dan 132.67 jiwa penduduk perempuan, sedangkan jumlah rumah tangganya sebanyak 60.79 rumah tangga.

Berdasarkan lapangan usaha utama dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan teratas yaitu 78.28 persen, kemudian sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yaitu 8.76 persen dan sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5.27 persen (BPS Tapanuli Selatan, 2010).

Areal produksi salak di Tapanuli Sealatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Keecamatan Angkola Timur. Luas pertanaman salak 13.928 ha dengan produksi 236.793 ton/tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011).

B. Tanaman Salak dan Pengembangannya

Tanaman Salak termasuk dalam suku Palmae (araceae) yang tumbuh berumpun. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang


(23)

tersusun rapat dan berduri. Pada tanaman yang sudah tua, batangnya akan melata atau menjulur kesamping dan dapat bertunas. Pada umumnya tunas ini dibiarkan hidup menjadi pokok baru (Santosa et.al., 1996).

Daun majemuk menyirip, helaian daunnya panjang, pelepah dan tangkainya berduri. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun menyempit, cembung, bersegmen banyak dan tidak sama. Panjang daun 4 – 7 m (Tjahjadi, 1988)

Kebanyakan berumah dua (dioseus), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50 – 100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga kemerahan terletak diketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm (Purwantoro, 2005)

Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat diujungnya, panjangnya 2.5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning kecoklatan sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya (Verheij dan Coronel, 1997).

Tanaman salak sesuai bila ditanam didaerah berzona iklim Aa, bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun). B 8-10


(24)

bulan/tahun dan C 5-7 bulan/tahun. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah, serta membutuhkan tingkat kebasahan/kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50%-70% karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-300C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan terhadap genangan air (BPP Iptek, 2010).

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4.5-7.5. Kebun salak tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100 – 500 m dpl (BPP Iptek, 2010).

Buah salak dipanen pada saat umur buah mencapai 6 bulan sejak hari penyerbukan. Saat yang tepat untuk memanen adalah menjelang buah matang pohon, buah memiliki rasa enak dan aroma yang khas.

Ciri-ciri visual buah salak yang layak dipanen pada stadium matang di pohon adalah warna kulit buah bersih dan mengkilat, bila dipegang atau dipijat terasa empuk dan dan kulitnya tidak kasar, serta beraroma khas, bahkan kadang-kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah dikupas warna bijinya coklat kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk dan duri-duri kecil buah sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah (Rahmat, 2003).

Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat empat musim : (1). Panen raya pada bulan November, Desember dan Januari (2) panen


(25)

sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli (3) panen kecil pada bulan Pebruari, Maret, dan April (4) masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober (BPP Iptek, 2010).

Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasar luar negeri. Di Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-1987. Bila ditahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit ditahun 1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami penurunan (BPP Iptek, 2010).

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Angkola Timur. Luas pertanaman salak 13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton/tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011).

C. Kemiringan Lereng dan Produksi

Degradasi lahan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas sifat fisika tanah,kemudian sifat-sifat fisik tanah tercermin antara lain menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi (Arsyad, 2000). Berkaitan dengan hal tersebut, dua hal penting yang dapat mempengaruhi karakteristik sifat tanah yang


(26)

berkaitan dengan proses erosi adalah jenis penggunaan lahan dan kemiringan lereng.

Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30%-45%) memiliki pengaruh gaya berat (grafity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (15%-30%) dan landai (8%-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation) dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).

Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam memindahkan bahan – bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar pula.Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat fisik tanah akan akan lebih besar terjadi pada lereng 30%-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30%-45%) terjadi erosi terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan tanah-tanah didaerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi ditempat tersebut (Hardjowigeno, 1993).


(27)

Vegetasi berperan penting dalam melindungi tanah dari erosi. Menurut Morgan (1979), keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi di pengaruhi oleh tinggi tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi dan kerapatan perakaran. Sedangkan menurut Arsyad (2000), faktor–faktor yang berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan maupun erosi adalah kondisi fisik lingkungan yang meliputi iklim, topografi, dan pola penggunaan lahan.

Sifat –sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief tanah adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horizon A, kandungan air tanah warna tanah, tingkat perkembangan horizon, pH tanah, kandungan garam mudah larut, jenis tingkat dan perkembangan padas, suhu dan sifat dari bahan induk tanah (Hardjowigeno, 1993).

Pada daerah yang berlereng curam akan terjadi erosi yang terus menerus, sehingga tanah - tanah di tempat ini bersolum dangkal. Kandungan bahan organik rendah dan perkembangan horizon lambat di bandingkan dengan tanah - tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Sebagai akibat adanya keragaman sifat fisik dan kimia tanah tersebut maka terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang diperolehnya.

D. Potensi Lahan

Secara umum suatu keberhasilan pengembangan pertanaman ditentukan oleh status hara dan lingkungan dimana komoditas itu dikembangkan. Agro ekosiostem atau faktor biofisik seperti tanah dan iklim menjadi peluang atau kendala dalam pembangunan komoditas tersebut (Efendi, 2011).

Kesuburan tanah sebagai status tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan


(28)

tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur manapun. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa tanah yang subur mempunyai kemampuan memasok unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang kepada tanaman, sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan sehat dan berproduksi dengan potensinya (Munawar, 2011).

1. Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi.

Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Di dalam tanaman N berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon. Klorofil, vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Ia menyusun 40% - 50% bobot kering protoplasma, bahan sel hidup tanaman. Oleh karena itu, N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman. Metabolisme N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang mendapat pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri warna hijau tua, tetapi pasokan yang terlalu banyak dapat menunda pembungaan dan pembentukan buah. Sebaliknya, kekurangan pasokan N menyebabkan daun menguning, pertumbuhan kerdil dan gagal panen (Munawar, 2011).


(29)

Keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensistesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama ketersediaan air, unsur hara dalam tanah terutama nitrogen. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktivitas fotosintesis. Untuk membentuk klorofil, dibutuhkan ATP (energi) yang cukup tinggi dan untuk asimilasi CO2 juga

diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein (Suharno dkk, 2007).

2. Fosfor

Fosfor (P) adalah unsur hara esensial penyusun beberapa senyawa kunci dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Ia berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman. Itulah peran vital P di dalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan normal.

Meskipun perannya begitu penting untuk tanaman, jumlah yang dapat dipasok oleh tanah pada umumnya terbatas. Kandungan P dalam tanah sendiri sangat beragam, yaitu antara 0.02% sampai 0.5%, dengan rata-rata 0.05%. Jumlah P pada tanah atasan rata-rata 1000 kg P/ha, tidak begitu besar dibandingkan dengan jumlah yang diangkut tanaman sejumlah 4 sampai 40 kg P/ha setiap tahun. Hal ini karena sebagian besar fraksi P di dalam berada dalam bentuk mineral atau senyawa yang tidak mudah dimanfaatkan oleh tanaman (Munawar, 2011).

Di dalam tanah, fosfat dapat berbentuk organik dan anorganik yang merupakan sumber fosfat penting bagi tanaman. Fosfat organik berasal dari bahan


(30)

organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung fosfat. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat berlangsung secara kimia dan biologis, baik untuk bentuk fosfat organik maupun anorganik. Mikroorganisme pelarut fosfat membutuhkan adanya fosfat dalam bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya.

Mekanisme pelarutan fosfat secara kimia merupakan mekanisme pelarutan fosfat utama yang dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut mengekskresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti oksalat, propionat, glikolat, glutamat, glioksilat, malat dan fumarat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH.

Pelarutan fosfat secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim antara lain enzim fosfatase dan enzim fitase. Fosfatase merupakan enzim yang akan dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah. Fosfatase diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroorganisme dan di dalam tanah yang lebih dominan adalah fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia.

3. Kalium

Di dalam tanaman unsur hara K dan P ada saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman. Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses


(31)

transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar proses transportasi unsur hara maupun asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal (Taufiq, 2002).

Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserasp oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi daripada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, seringkali hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai dari 0,1% - 3%, dengan rata-rata 1% K. Tetapi, sebagian besar (sampai 98%) K tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan, banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar masih tanggap terhadap pemberian pupuk. Di dalam tanah, interaksi antara K dan mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman (Munawar, 2011).

Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat ditukar (Kdd) dan K larutan (K+), serta sebagian kecil K tidak dapat ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+ (Silahooy, 2008).

4. Magnesium

Hara makro Magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (chlorofil) dan sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer energi serta mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keseluruh jaringan tanaman.


(32)

Menurut Munawar (2011), Magnesium tanah berasal dari komposisi batuan yang mengandung mineral biotir, dolimit, hornblende, serpentin, epsomit, dan olivin. Kandungan Mg di dalam tanah beragam, tergantung kepada jenis tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar 0.05 % di tanah-tanah berpasir atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0.5% pada tanah-tanah bertekstur liat pada daerah cekungan/depresi. Seperti halnya Ca, bentuk Mg di dalam tanah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu Mg larut air, Mg dapat ditukar (K-tukar), dan Mg tidak dapat ditukar. Ketiga bentuk Mg tersebut saling berkeseimbangan.

5. C_ Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, dalam Simanungkalit 2 (pupuk organik dan pembenah tanah), dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan c-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai c-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila c-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral (Simanungkalit dkk, 2006).


(33)

Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam- macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur hara yang terkandung dalam sisa bahan tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami dekomposisi dan mineralisasi.

6. pH

pH di definisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) ke beberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cenderung menerimanya.

Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng). Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan dominasi mikroorganisme, dalam hubungannya dengan peoses proses yang sangat erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transport gas ke atmosfer.

Di bidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N dan hubungannya dengan dampak lingkungan.


(34)

pH Tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah, dimana dapat dijabarkan sebagai berikut :

- Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam

- Apabila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman, pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman adalah antara 5.6-6.0. Jika pH tanah lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti posfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadia terhambat.

Menurut Munawar (2011), banyak unsur didalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkat kelarutan senyawa dari unsur-unsur tersebut di dalam tanah dengan pH lingkungan di dalam tanah. Oleh karena itu, pH tanah bertanggungjawab terhadap ketersediaan hari bagi tanaman.

Menurut Hardjowigeno (19950 kriteria sifat kimia tanah secara umum dapat di lihat pada (Tabel 1 ).


(35)

Tabel 1. Kriteria Sifat Kimia Tanah Secara Umum Sifat Tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi C-organik (%) < 0,1 1,0 – 2,0 2,1 –

3,0

3,1 –

5,0 >5,0 Nitrogen (%) <0,1 0,21

-0,50 0,21-0,5

0,5

0,75 >0,75 C/N < 5 5 – 10 11-15 16 -25 >25 P2O5 HCl (me/100g) <10 10 -20 21 – 40 41 - 60 >60

P2O5 Bray II ( ppm) <10 10 – 15 16 – 25 26 - 35 >35

P2O5 Olsen (ppm) <10 10 – 25 26 – 45 46 - 60 >60

K2O HCl 25%

(me/100g) <10 10 – 20 21 – 40 41 - 60 >60 KTK (me/100 g) <5 5 - 16 17 – 24 25 - 40 >40 K-tukar (me/100 g) <0,1 0,1 – 0,2 0,3 –

0,5

0,6 –

1,0 >10 Na (me/100 g) <0,1 0,1 – 0,3 0,4 –

0,7

0,8 –

1,0 >1,0 Mg (me/100 g) <0,4 0,4 – 1,0 1,1 –

2,0

2,1 –

8,0 >8,0 Ca (me/100 g) <0,2 2 - 5 6 – 10 11 - 20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20 - 35 36 – 50 51 -70 >70 Aluminium (%) <10 10 -20 21 – 30 31 -60 >60

Sangat

masam Masam

Agak

masam Netral

Agak Alkalis

Alkalis

pH H2O <4,5 4,5 – 5,5

5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 >8,5


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kebun salak yang berada di enam kecamatan, yaitu : Kecamatan Angkola Timur, Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan, Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian


(37)

Pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. Analisis sifat kimia tanah ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU. Data sekunder juga diperlukan seperti data iklim, Varietas, data produksi salak 2 tahun terakhir dan lainnya yang berkaitan dengan lokasi kebun salak.

B. Bahan dan Alat

Bahan tanaman terdiri dari pohon salak dengan kriteria berada pada kebun salak, usia tanaman salak > 10 tahun, varietas sama yaitu salak Sidimpuan putih, sudah pernah berbuah, pohon salak dalamkeadaan tidak diserang hama penyakit.

Alat yang digunakan terdiri dari peta rupa bumi Kabupaten Tapanuli Selatan berupa peta administrasi kabupaten, Global positioning system (GPS), cangkul, bor belgie, abney level, soil tester, timbangan, alat-alat laboratorium, perangkat komputer dan data curah hujan.

C. Metode Penelitian

Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pada tegakan Salak yang usia produktif, pada setiap ring terdiri dari 6 titik sampel, pada setiap sampel terdiri dari 5 tanaman salak, kemudian di kompositkan dan diambil rataannya seterusnya di tabulasi berdasarkan indikator dan parameter yang sudah ditentukan guna mendapatkan nilai ratan dari masing – masing indikator dan parameter tersebut. Demikian juga dengan sampel tanah, pada setiap titik diambil 5 sampel tanah kemudian di kompositkan dan dianalisa di laboratorium.


(38)

Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder (Tabel 2). Tabel 2. Data yang Diambil di Lapangan

No Nama Data Jenis Sumber Thn Ket

1. Sifat kimia tanah (pH,C Organik, N, P, K, Mg)

Primer Lab.Pertanian USU

2012

2. Komponen produksi

tanaman (Bobot buah total, Jumlah total buah, Jumlah tangkai buah, Jumlah tandan buah)

Primer Kebun salak 2012

3. Data curah hujan Sekunder BPP.Huta holbung dan BPP.

Angkola Barat

2012

Tabel 3. Kelas Kemiringan Lahan

No Simbol Tingkat Kemiringan Lahan (%)

1. 2. 3. 4 5

T1 T2 T3 T4 T5

0 - 8 8 - 15 15 - 25

45 >45

Sumber : Kementerian Kehutanan (2006) dalam Rahmawaty,et al.2011.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil sebanyak 30 titik sampel tanah dan 30 titik sampel tanaman salak.


(39)

Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian

Data yang diperoleh di lapangan selanjutnya ditabulasi berdasarkan indikator dan parameter yang sudah ditentukan guna mendapatkan nilai rataan dari masing-masing indikator atau parameter tersebut. Untuk melihat hubungan antara sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produksi dikaji dengan analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaan matematis yaitu :

Ŷ = a + b1 X1 + b2X2+....+b10 X10

Keterangan :

Ŷ = variabel terikat (produksi salak)

X = variabel bebas (status hara tanah, komponen produksi)

Pengambilan data komponen produksi

Penimbangan Produksi Kebun salak di Tapanuli

Selatan

Kemiringan Lereng

Pengambilan sampel tanah

Analisis laboratorium

Analisis data

Laporan penelitian tesis


(40)

a = intersep dari garis pada sumbu Y b = koefisien regresi linier

X1 = pH tanah

X2 = C-Organik (%)

X3 = % N Total Tanah

X4 = P tersedia tanah (ppm)

X5 = Kation tukar tanah K

X6 = Kation tukar tanah Mg

X7 = Bobot buah total /pohon (kg)

X8 = Jumlah total buah /pohon

X9 = Jumlah tangkai buah /pohon X10 = Jumlah tandan buah /pohon

Menurut Gomes dan Gomes (1995) koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien korelasi (R2) yang disebutnya sebagai koefisien penentu yang menunjukkan besarnya variasi yang terjadi pada peubah respon (dependen) dapat dijelaskan melalui variasi yang ada dalam variabel predikator (independen), sedang sisanya (bila ada) dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel predikator.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap tanaman sampel dengan kedalaman tanah 0 – 20 cm yang ditetapkan untuk keperluan analisis sifat-sifat kimia tanah di laboratorium. Untuk setiap jenis kemiringan lereng diambil sebanyak 6 sampel tanah dan sampel salak. Untuk penghitungan rata-rata produksi salak maka dilakukan perhitungan terhadap hasil salak yang dihasilkan / pohon selama satu musim.


(41)

Setiap pohon dicatat jumlah tandan dan tangkai buahnya. Panen dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tingkat kematangan buah yang siap panen dan penimbangan buah salak dilakukan setiap panen dan dihitung tangkai, tandan dan buah yang dipanen.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diambil antara lain : 1. pH tanah

Dilakukan dengan metode Elekrimeter dengan menggunakan Soil tester. 2. Penetapan kandungan bahan Organik tanah

Bahan organik tanah adalah hasil peruraian tubuh bekas jasad hidup (tumbuhan dan hewan), sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposissi dan watak fisika – kimia dari aslinya dan telah menyatu dengan jarah - jarah penyusun tanah lainnya. Penetapan kandungan bahan organik tanah dilakukan dengan metode Walkley dan Black.

3. Penetapan N

Dilakukan dengan metode Kjehdal 4. Penetapan P

Dilakukan dengan metode Bray II 5. Kapasitas Tukar Kation ( K, Mg ).


(42)

6. Bobot buah total / pohon

Bobot buah total / pohon diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel dengan cara menimbang seluruh buah yang ada pada tanaman sampel disetiap wilayah penelitian dengan menggunakan alat ukur timbangan. 7. Jumlah total buah / pohon

Jumlah total buah / pohon diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel dengan cara menghitung seluruh buah salak yang ada di tanaman sampel disetiap wilayah penelitian

8. Jumlah tangkai buah / pohon

Jumlah tangkai buah/ pohon diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel dengan cara menghitung seluruh tangkai buah disetiap tandan yang ada di tanaman sampel disetiap wilayah penelitian.

9. Jumlah tandan buah / pohon

Jumlah tandan buah/ pohon diamati dari ke – 6 pohon tanaman sampel dengan cara menghitung seluruh tandan buah yang ada ditanaman sampel disetiap wilayah penelitian.


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian membahas tentang hubungan produktivitas tanaman salak padangSidimpuan berdasarkan status hara tanah dan kemiringan lereng di Kabupaten Tapanuli Selatan yang dilihat dari beberapa peubah amatan yaitu hara tanah (pH, C- Organik, N, P, K dan Mg), dan peubah komponen produksi (bobot buah total, jumlah buah total, jumlah tangkai buah , jumlah tandan buah).

Data dari pada produksi salak akibat dari pengaruh peubah statatus hara tanah dan peubah komponen produksi pada masing-masing kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 3.

1025.6

2013

1656.6 1713.3

1833.3

0 500 1000 1500 2000 2500

T1 T2 T3 T4 T5

Gambar 3. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan Produksi Salak Sidimpuan pada Berbagai Kemiringan Lereng.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa produksi salak tertinggi dijumpai pada kemiringan lahan 8%-15% (T2) dengan produksi 2013 kg /ha, kemudian

Lereng (%) Produksi Kg/Ha


(44)

pada kemiringan lahan > 45% (T5) dengan produksi 1833.3 kg/ha, kemudian pada kemiringan lahan 25%-45% (T4) degan produksi 1713.3 kg/ha selanjutnya pada kemiringan lahan 15%-25 % (T3) dengan produksi 1656.6 kg/ ha sedangkan yang terendah dijumpai pada kemiringan 0%-8 % (T1)dengan produksi 1025.6 kg /ha.

1. Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium USU Medan, kebun salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lahan di kemukakan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Contoh Tanah Kebun Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan.

No Kelerenga

n % pH %C %N

P-Bray 2 (ppm)

susunan Kation

(Excg) me/100 g Produksi Kg / Ha

K Mg

1 0-8 7,0 N

6,9N 6,7N 6,2N 7,0N 6,9N 0,96 SR 2,7 S 0,92 SR 2,52 S 7,65 T 2,41 S

0,17 R 0,3 S 0,13 R 0,3 S 0,76 T 0,21 S 4,28 R 6,04 R 5,34 R 4,63 R 9,18 S 4,1 R

0,55 T 1,5 ST 0,44 S 0,39 S 0,36 S 0,21 R

1,62 ST 1,6 ST 1,54 ST 1,36 ST 1,3 T 0,54 S 1200 1400 1000 1000 854 700

2 8-15 7,0N

6,5N 7,0N 6,0N 6,6N 7,0N 2,86 S 3,32 T 2,34 S 1,41 R 1,82 R 2,41 S 0,26 S 0,22 S 0,25 S 0,15 R 0,2 S 0,25 S

4,26 R 4,1 R 5,16 R 4,45 R 5,34 R 4,98 R

1,5 ST 0,34 S 0,75 T 1,7 ST 0,19 R 1,49 ST

1,14 T 1,46 T 1,58 ST 1,48 T 1,53 ST 1,47 T 2400 1680 2600 2000 1000 2400

3 15-25 6,5N

6,2N 6,9N 7,0N 6,9N 6,9N 2,56 S 2,36 S 2,36 S 1,89 R 2,15 S 2,36 S

0,3 S 0,33 S 0,27 S 0,24 S 0,22 S 0,26 S 4,63 R 5,98 R 4,1 R 4,1 R 5,34 R 6,93 R 1,15 ST 0,82 ST 1,84 ST 1,62 ST 0,73 T 1,55 ST 1,55 ST 1,26 T 1,26 T 1,41 T 1,56 ST 1,54 ST 2400 1000 1000 2600 1000 1940

4 25-45 6,6N

6,4N 7,0N 7,0N 6,9N 6,9N 2,34 S 4,08 T 2,74 S 1,7 R 1,04 R 3,42 T 0,23S 0,37 S 0,31 S 0,19 R 0,21 S 0,42 T 4,46 R 6,04 R 4,45 R 4,28 R 5,16 R 7,94 S 0,19 R 1,43 ST 2,18 ST 1,21 ST 0,45 S 0,93 T 1,25 T 1,5 T 2,36 ST 1,41 T 1,59 ST 1,42 T 1600 1280 2000 2200 1600 1600

5 >45 6,6N

7,0N 6,5N 7,0N 6,8N 6,5N 1,85 R 2,15 S 2,08 S 2,81 S 2,42 S 2,45 S 0,17 R 0,24 S 0,17 S 0,35 S 0,25 S 0,23S 4,45 R 4,63 R 7,2 S 3,75 SR 5,34 R 5,16 R 0,47 T 0,31 S 0,15 R 2,65 ST 0,55 T 0,73 T 1,19 T 1,27 T 0,36 S 1,52 ST 1,57 ST 0,95 T 800 1600 1200 4000 1600 1800


(45)

2. Komponen produksi tanaman salak Sidimpuan

Berdasarkan hasil analisis komponen produksi tanaman yang diamati pada berbagai kemiringan lahan yang berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Rata- rata Pertumbuhan Komponen Produksi Salak Sidimpuan

No Kelerengan

% Bobot buah total / pohon Jumlah total buah / pohon Jumlah tangkai / buah / pohon Jumah tandan buah / pohon Produksi Kg / Ha

1 0-8 2,4

2,8 2,0 2,0 1,2 1,4 24,0 28,0 20,0 20,0 24,0 14,0 4,8 5,0 4,2 4,2 3,8 4,2 2,4 2,0 3,0 2,4 3,6 2,8 1200 1400 1000 1000 854 700

2 8-15 4,8

3,5 5,2 4,0 2,0 4,8 48,0 35,0 52,0 44,0 20,0 48,0 4,4 3,2 5,0 5,0 4,8 5,0 2,2 2,0 3,6 2,4 1,8 4,2 2400 1680 2600 2000 1000 2400

3 15-25 4,8

2,0 2,0 5,2 2,0 3,8 48,0 20,0 20,0 52,0 20,0 38,0 5,0 4,6 4,8 4,8 5,0 5,0 4,2 2,6 2,0 2,8 2,4 3,6 2400 1000 1000 2600 1000 1940

4 25-45 3,2

2,5 4,0 4,4 3,2 3,2 32,0 27,0 40,0 44,0 32,0 32,0 5,0 4,0 4,2 5,0 5,2 5,4 2,0 2,8 2,6 2,2 2,4 2,2 1600 1280 2000 2200 1600 1600

5 >45 1,6

3,2 2,4 8,0 3,2 3,6 16,0 32,0 24,0 80,0 32,0 36,0 4,2 5,4 5,0 4,8 4,6 4,8 2,2 2,8 2,8 3,0 2,8 1,8 800 1600 1200 4000 1600 1800

Untuk mengkaji pengaruh masing – masing karakteristik kimia tanah dan komponen produksi pada berbagai kemiringan lahan terhadap produksi salak Sidimpuan yang dihasilkan, maka dibuat suatu model persamaan regresi berganda.


(46)

B. Pembahasan

1. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi Tanaman terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lahan 0-8 % (T1)

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng 0-8% adalah pH tanah, kadar nitrogen tanah, kadar kalium, kadar magnesium, jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y=206,842 + 120,526 pH +46,537 N +139,876 Kdd +335,573 Mgdd – 199,581 Jtd R2 = 1,00

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produki salak Sidimpuan cenderung sama dengan analisis regresi (Lampiran 8). Kadar kalium tanah, bobot buah total, jumlah total buah, jumlah tangkai buah secara nyata berkorelasi positif dengan produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai c-organik akan meningkatkan kadar nitrogen tanah dan kadar fosfor tanah.

Hasil ini mengindikasikan bahwa tanah pada kemiringan lereng 0-8% seperti pada lokasi penelitian kadar kalium tanah dan komponen produksi tanaman, bobot buah total, jumlah buah total dan jumlah tangkai buah sangat berperan dalam peningkatan produksi salak Sidimpuan. Analisis korelasi menunjukkan c- organik tanah berkorelasi positif nyata terhadap Nitrogen tanah dan phosfor tanah dan menurunkan Kalium tanah, Magnesium tanah, bobot buah total dan jumlah tangkai buah. Perbaikan kadar c- organik tanah dan fosfor tanah pada kemiringan lereng 0-8 % di duga akan meningkatkan


(47)

produksi salak Sidimpuan, dimana c-organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara kimia, fisika maupun biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menanadakan bahwa daya pegang tanah terhadap unsur–unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap oleh tanaman (Bintaran, 2007). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa fosfor tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 4.1 – 9.18 dalam kategori rendah. Rendahnya P tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan, dimana petani belum melakukan pemupukan pada tanaman salak. Sesuai dengan pendapat Rankine dan Thomas (1998) P tersedia tanah penting untuk mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar, berpengaruh terhadap pemasakan buah, berperan dalam sejumlah sistem fisiologis yang berasosiasi dengan nutrisi dan respirasi.

2. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak pada kemiringan lahan 8% – 15 % ( T2 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng 8%-15% adalah pH tanah, kadar c- organik tanah, kadar kalium tanah, jumlah total buah, jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y = - 1373,430 + 217,930 pH – 7,427 C-organik – 9,923 K + 47,646 Jtb – 1,349 Jtd


(48)

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 9). Kadar bobot buah total, jumlah total buah, secara nyata berkorelasi positif terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai pH tanah akan meningkatkan kadar nitrogen tanah.

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan 8%-15% (T2) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar pH tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak Sidimpuan yang optimum. Perbaikan pH tanah dan nitgen tanah diduga akan meningkatka produksi salak Sidimpuan, dimana pH tanah berperan terhadap tersedianya unsur – unsur hara dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.15 – 0.26 dalam kategori rendah – sedang. Rendahnya nitrogen tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan pemupukan dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah– pelepah daun dari hasil pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai


(49)

unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Soepardi (1983), diantara berbagai hara tanaman, nitrogen mendapatkan porsi paling banyak diteliti karena unsur hara ini di perlukan dalam jumlah besar dan pengaruhnya pada tanaman jelas dan cepat. Tanaman yang kekurangan nitrogen secara berlebihan akan melemahkan pertumbuhan, trubus akan berhenti lebih cepat dan pengguguran daun lebih awal. Tanaman yang kekurangan nitrogen juga tumbuh jelek, lemah dan tidak akan menginisiasi bunga sebanyak pohon yang sehat sehingga buahnya sedikit (Poerwanto, 2003).

3. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak pada kemiringan lahan 15% - 25 % ( T3 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng 15%-25% (T3) adalah c-organik, kalium tanah, jumlah total buah, jumlah tangkai buah,dan jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai berikut :

Y = - 278,009 + 31,300 C-org + 7,958 K + 49,926 Jtb + 29,984 Jtk + 23,523 Jtd

R2 = 1,00

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 10). Kadar bobot buah total dan jumlah total buah secara nyata berkorelasi positif terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai pH tanah akan meningkatkan kadar nitrogen tanah.


(50)

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan 15%-25% (T3) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar pH tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak Sidimpuan yang optimum. Perbaikan pH tanah dan nitrogen tanah diduga akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan, dimana pH tanah berperan terhadap tersedianya unsur – unsur hara dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.22 – 0.33 dalam kategori sedang. Kadar nitrogen tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan pemupukan, kehilangan unsur hara dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut di dalam proses produksi tidak pernah diperhitungkan akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia di dalam tanah, hasil perombakan pelepah – pelepah daun dari hasil pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas (1998) menyebutkan unsur Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan pertumbuhan daun dan batang, menjadikan tanaman lebih baik. Metabolisma N merupakan


(51)

faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan generatifnya akan baik.

4. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak pada kemiringan lahan 25% – 45% ( T4 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng 25%-45% (T4) adalah pH tanah, c-organik, fosfor tanah, magnesium tanah dan jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -10193,761 + 1900,259pH + 236,76 C-ogk – 221,931P -494,392 Mg +

152,910 Jtd R2 = 1,00.

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 10). Kadar bobot buah total dan jumlah total buah secara nyata berkorelasi positif terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai c-organik tanah akan meningkatkan kadar nitrogen tanah.

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan 25%-45 % (T4) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar c-organik tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak Sidimpuan yang optimum. Perbaikan c-organik tanah dan nitrogen tanah diduga akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.19% – 0.42% dalam kategori sedang. Kadar nitrogen


(52)

tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan pemupukan dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah – pelepah daun dari hasil pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas (1998) menyebutkan unsur Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan pertumbuhan daun dan batang, menjadikan tanaman lebih baik. Metabolisma N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan generatifnya akan baik.

5. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak pada kemiringan lahan > 45% ( T5 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng >45% (T5) adalah c-organik, phosfor tanah, magnesium tanah dan jumlah tangkai buah dan jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan


(53)

komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 135,538 + 2769,284c-org – 738,510p -1789,375mg – 287,962jtk +984,752jtd R2 = 1,00

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 11). Kadar c-organik, nitrogen tanah, kalium tanah, bobot buah total dan jumlah total buah secara nyata berkorelasi positif terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai c-organik tanah akan meningkatkan kadar nitrogen tanah, bobot buah total, jumlah total buah.

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan >45% (T5) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar c-organik tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak Sidimpuan yang optimum. Perbaikan c-organik tanah dan nitrogen tanah diduga akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.17% – 0.35% dalam kategori sedang. Kadar nitrogen tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan pemupukan dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut di dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah – pelepah daun dan hasil pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan


(54)

berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas (1998) menyebutkan unsur nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan pertumbuhan daun dan batang, menjadikan tanaman lebih baik. Metabolisma N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan generatifnya akan baik.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Faktor status hara tanah (kimia tanah) yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan pada daerah (T1) pH tanah, Nitrogen tanah, Kalium tanah dan Magnesium, pada daerah (T2) pH tanah, C-organik, Kalium tanah, pada daerah (T3) C-organik dan kalium tanah, pada daerah (T4) pH tanah, C-organik, Fosfor tanah dan Magnesium tanah, pada daerah (T5) C-organik, Fosfor tanah dan Magnesium tanah. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T1 sebesar 1025.6 kg/ha.

2. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan secara umum adalah jumlah tandan buah dan jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T4 dan total buah pada daerah T2.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan hubungan sifat fisika tanah dan Agroklimat terhadap Produktivitas salak Sidimpuan di enam wilayah penelitian tersebut.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda R. 1998. Pedoman Klasifikasi Kesuburan Tanah di Arel Perkebunan Kelapa Sawit. Warta PPKS Vol. 6. No. 2. Medan. Hal 63-69. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga, Institut Pertanian

Bogor Press. Bogor.

Bintaran, Y. 2007. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao.L) terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah Kakao dan Pupuk NPK. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

BPS, 2010. PadangSidimpuan Kota. Badan Pusat Statistik Kota PadangSidimpuan.

BPPIptek (Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), 2010. Sala Desember 2010.

BPT., Deptan. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditi Pertanian. Pus Litbang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang pertanian. Departemen Pertanian.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem. 1996. Laporan Perubahan Survei Potensi Wilayah Pengembangan Komiditi Salak di Bali.

Efendi, D.S., 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Jurnal Perspektif Vol.9 No. 1.

Fitter, A.H. dan Hay,R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press.

Gadner, F.P.,Pearce, R.B. dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia ( UI-PRESS).

Gomez and Gomez, 2007. Prosedur Statistik Untuk penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.

Hakim, N., M.Y.Nyakpa, A.M. Lubis, S.Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampumg, Lampung, Hal 67-69.


(57)

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar – dasar Ilmu Tanah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 360 hal.

Hardjowigeno, S., 1993. Klassifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressinda Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Hasyim, Sulastri, Sri., Budiono., Soemarno. 2009. Kawasan Agroforestry Dengan Komoditas Unggulan Salak. Studi di wilayah Malang Raya. Agritek Vol. 17 No. 5 September 2009. ISSN. 0852- 5426.

Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale,W.L. Nelson.1999.Soil Fertility and Fertilizer: An Introduction to Nutrien Management. Prentice Hall,New Jersey.

Husein Umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Ed. Baru ,_8,_Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2007.

Morgan, R.P.C.1979. Soil Erosion and Consevation. Longmans,London. Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanaman. IPB Press.

Pemkab Tapsel, 2011. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. w.w.w.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=potensi tapsel. Diakses 6 Desember 2011.

Purwanto, R.2003. Bahan Kuliah Budidaya Buah. Tidak diterbitkan. Jurusan Budidaya pertanian. IPB. Bogor.

Purwantoro, 2005.Pengaruh Asal Serbuk Sari dan Cara Penyimpanan terhadap Viabilitas Sebuk Sari Salak. Jurnal Agrivita Vol. 27 (1). Fakultas Pertanian Unibraw Malang.

Rahmat, Rukmana., MBA., M.Sc.,Ir., 2003. Salak. Prospek Agribisnis Dan Teknik Usaha Tani. Kanisius

Rahmawaty, T. R., Villanueva., M. G, Carandang. 2011. Participatory Land Use

Allocation. Case Study In Besitang Watershed, Langkat, North

Sumatera , Indonesia. Lambert Academic Publishing

Rankine dan Thomas Fairhurst. 2000. Seri Tanaman Kelapa Sawit Vol.3. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Rauf, A. 1999. Pengaruh Mulsa Vertikal Terhadap Sifat Tanah, Produksi Jagung, Erosi dan Pemanenan Air di Lahan Kering Berlereng Curam. Makalah pada KongresVII dan Seminar Nasional HITI Bandung, 27-28 November 1999


(58)

Sanchez, P.A.1993.Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 2. terjemahan oleh Hamzah, A.ITB. Bandung. 302 hal.

Santosa, T., Sujono, dan Rohadi, PN.,1996.Diskripsi Salak Pondoh dan Tehnologi Penyerbukan Bantuan.IPPTP Departemen Pertanian, Yogyakarta

Silahooy, ch. 2008. Efek Pupuk KCl dan SP-36 Terhadap Kalium Tersedia, Serapan Kalium dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Tanah Brunizem. Bul. Agron. (36) (2).

Simanungkalit R.D.M., Didi A.S.,, Rasti S., Diah S., dan Wiwik H. 2006. Pupuk organik Dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. IPB. Bogor. 591 hal. Suharno, Mawardi, I., Setiabudi, Lunga, N., dan Tjitrosemito, S. 2007. Efisiensi

Penggunaan Nitrogen pada Tipe Vegetasi yang Berbeda di Stasiun Penelitian Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Biodiversitas, Volume 8 Nomor 4

Sunarso, Budi, 2000. Kesesuaian Wilayah Terhadap Produktivitas Salak di Karangasem Bali (skripsi) S1 jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta ; Universitas Indonesia.

Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro dan Wirno. 2003. Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS – Medan. Hal 81-92.

Tan K.H., 1992. Dasar Dasar Kimia Tanah. Gajah Mada university Pres.Yogjakarta.

Taufik, 2002. Peran Unsur Hara bagi Tanaman. Gajah Mada University Press. Tjahjadi, N. 1995. Bertanam Salak. Kansius. Yogyakarta p.39.

Verheij, E.W.M. dan RE Coronel (eds) 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Porsea-Gramedia, Jakarta. Hal 362-366. ISBN 979-511-672-2.

Wikipedia, 2011. Salak. Id.Wikipedia.org/wiki/salak. Diakses tanggal 21 Oktober 2011.

Wiradisastra, 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor.


(59)

Lampiran 1.Hasil Pengamatan sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan.

PARAMETER

PEUBAH HARA TANAH PEUBAH PRODUKSI

T.Samp

el LERENG PROD pH C Org N P K Mg BBT JL TOT JL.TNG J.TND

( % ) Kg / ha ( H2O) (%) (%) (ppm) (me/100) (me/100) (KG/PHN) (/PHN) (/PHN) (/PHN)

0 – 8 1200 7 0,96 0,17 4,28 0,55 1,62 2,4 24 4,8 2,4

1400 6,9 2,71 0,3 6,04 1,5 1,6 2,8 28 5 2

1000 6,7 0,92 0,13 5,34 0,44 1,54 2 20 4,2 3

1000 6,2 2,52 0,3 4,63 0,39 1,36 2 20 4,2 2,4

854 7 7,65 0,76 9,18 0,36 1,3 1,2 24 3,8 3,6

700 6,9 2,41 0,21 4,1 0,21 0,54 1,4 14 4,2 2,8

8--15 2400 7 2,86 0,26 4,26 1,5 1,14 4,8 48 4,4 2,2

1680 6,5 3,32 0,22 4,1 0,34 1,46 3,5 35 3,2 2

2600 7 2,34 0,25 5,16 0,75 1,58 5,2 52 5 3,6

2000 6 1,41 0,15 4,45 1,7 1,48 4 44 5 2,4

1000 6,6 1,82 0,2 5,34 0,19 1,53 2 20 4,8 1,8

2400 7 2,51 0,25 4,98 1,49 1,47 4,8 48 5 4,2

15-25 2400 6,5 2,56 0,3 4,63 1,15 1,55 4,8 48 5 1,8

1000 6,2 2,36 0,33 9,58 0,82 1,26 2 20 4,6 2,6

1000 6,9 2,36 0,27 4,1 1,84 1,26 2 20 4,8 2

2600 7 1,89 0,24 4,1 1,62 1,41 5,2 52 4,8 2,8

1000 6,9 2,15 0,22 5,34 0,73 1,56 2 20 5 2,4

1940 6,9 2,36 0,26 6,93 1,55 1,54 3,8 38 5 3,6

25-45 1600 6,6 2,34 0,23 4,46 0,19 1,25 3,2 32 5 2

1280 6,4 4,08 0,37 6,04 1,43 1,5 2,5 27 4 2,8

2000 7 2,74 0,31 4,45 2,18 2,36 4 40 4,2 2,6

2200 7 1,7 0,19 4,28 1,21 1,41 4,4 44 5 2,2

1600 6,9 1,04 0,21 5,16 0,45 1,59 3,2 32 5,2 2,4

1600 6,9 3,42 0,42 7,94 0,93 1,42 3,2 32 5,4 2,2

>45 800 6,6 1,85 0,17 4,45 0,47 1,19 1,6 16 4,2 2,2

1600 7 2,15 0,24 4,63 0,31 1,27 3,2 32 5,4 2,8

1200 6,5 2,08 0,17 7,27 0,15 0,36 2,4 24 5 2,8

4000 7 2,81 0,35 3,75 2,65 1,52 8 80 4,8 3

1600 6,8 2,45 0,25 5,34 0,55 1,57 3,2 32 4,6 2,8


(60)

Lampiran 2. Hasil analisis regresi berganda hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan 0-8%

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 1,000a 1,000 . . 1,306

a. Predictors: (Constant), JTD, pH, Mg, N, K b. Dependent Variable: PROD

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 307363,333 5 61472,667 . .a

Residual ,000 0 .

Total 307363,333 5

a. Predictors: (Constant), JTD, pH, Mg, N, K b. Dependent Variable: PROD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 206,842 ,000 . .

pH 120,526 ,000 ,149 . .

N 46,537 ,000 ,043 . .

K 139,876 ,000 ,263 . .

Mg 335,573 ,000 ,550 . .

JTD -199,581 ,000 -,453 . .


(61)

Lampiran 3. Hasil analisis regresi berganda hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan 8-15%.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 1,000a 1,000 . . 1,795

a. Predictors: (Constant), JTD, C_Org, K, pH, JTB b. Dependent Variable: PROD

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1781333,333 5 356266,667 . .a

Residual ,000 0 .

Total 1781333,333 5

a. Predictors: (Constant), JTD, C_Org, K, pH, JTB b. Dependent Variable: PROD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1373,430 ,000 . .

pH 217,930 ,000 ,147 . .

C_Org -7,427 ,000 -,009 . .

K -9,923 ,000 -,011 . .

JTB 47,646 ,000 ,948 . .

JTD -1,349 ,000 -,002 . .


(1)

PARAMETER

PEUBAH HARA TANAH PEUBAH PRODUKSI

T.Samp

el LERENG PROD pH C Org N P K Mg BBT JL TOT JL.TNG J.TND

( % ) Kg / ha ( H2O) (%) (%) (ppm) (me/100) (me/100) (KG/PHN) (/PHN) (/PHN) (/PHN)

0 – 8 1200 7 0,96 0,17 4,28 0,55 1,62 2,4 24 4,8 2,4

1400 6,9 2,71 0,3 6,04 1,5 1,6 2,8 28 5 2

1000 6,7 0,92 0,13 5,34 0,44 1,54 2 20 4,2 3

1000 6,2 2,52 0,3 4,63 0,39 1,36 2 20 4,2 2,4

854 7 7,65 0,76 9,18 0,36 1,3 1,2 24 3,8 3,6

700 6,9 2,41 0,21 4,1 0,21 0,54 1,4 14 4,2 2,8

8--15 2400 7 2,86 0,26 4,26 1,5 1,14 4,8 48 4,4 2,2

1680 6,5 3,32 0,22 4,1 0,34 1,46 3,5 35 3,2 2

2600 7 2,34 0,25 5,16 0,75 1,58 5,2 52 5 3,6

2000 6 1,41 0,15 4,45 1,7 1,48 4 44 5 2,4

1000 6,6 1,82 0,2 5,34 0,19 1,53 2 20 4,8 1,8

2400 7 2,51 0,25 4,98 1,49 1,47 4,8 48 5 4,2

15-25 2400 6,5 2,56 0,3 4,63 1,15 1,55 4,8 48 5 1,8

1000 6,2 2,36 0,33 9,58 0,82 1,26 2 20 4,6 2,6

1000 6,9 2,36 0,27 4,1 1,84 1,26 2 20 4,8 2

2600 7 1,89 0,24 4,1 1,62 1,41 5,2 52 4,8 2,8

1000 6,9 2,15 0,22 5,34 0,73 1,56 2 20 5 2,4

1940 6,9 2,36 0,26 6,93 1,55 1,54 3,8 38 5 3,6

25-45 1600 6,6 2,34 0,23 4,46 0,19 1,25 3,2 32 5 2


(2)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 1,000a 1,000 . . 1,306

a. Predictors: (Constant), JTD, pH, Mg, N, K b. Dependent Variable: PROD

ANOVAb Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 307363,333 5 61472,667 . .a

Residual ,000 0 . Total 307363,333 5 a. Predictors: (Constant), JTD, pH, Mg, N, K b. Dependent Variable: PROD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 206,842 ,000 . .

pH 120,526 ,000 ,149 . .

N 46,537 ,000 ,043 . .

K 139,876 ,000 ,263 . .

Mg 335,573 ,000 ,550 . .

JTD -199,581 ,000 -,453 . . a. Dependent Variable: PROD


(3)

komponen produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan 8-15%.

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 1,000a 1,000 . . 1,795

a. Predictors: (Constant), JTD, C_Org, K, pH, JTB b. Dependent Variable: PROD

ANOVAb Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 1781333,333 5 356266,667 . .a

Residual ,000 0 . Total 1781333,333 5 a. Predictors: (Constant), JTD, C_Org, K, pH, JTB b. Dependent Variable: PROD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1373,430 ,000 . .

pH 217,930 ,000 ,147 . .

C_Org -7,427 ,000 -,009 . .

K -9,923 ,000 -,011 . .

JTB 47,646 ,000 ,948 . .

JTD -1,349 ,000 -,002 . .


(4)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 1,000a 1,000 . .

a. Predictors: (Constant), JTD, JTK, K, C_Organik, JTB ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 2816333,333 5 563266,667 . .a

Residual ,000 0 . Total 2816333,333 5

a. Predictors: (Constant), JTD, JTK, K, C_Organik, JTB b. Dependent Variable: Produksi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -278,009 ,000 . .

C_Organi k

31,300 ,000 ,010 . .

K 7,958 ,000 ,005 . .

JTB 49,926 ,000 ,995 . .

JTK 29,984 ,000 ,007 . .

JTD 23,523 ,000 ,020 . .


(5)

komponen produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan 25-45%.

Model Summary Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 1,000a 1,000 . .

a. Predictors: (Constant), JTD, P, pH, C_Organik, Mg ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 545333,333 5 109066,667 . .a

Residual ,000 0 . Total 545333,333 5

a. Predictors: (Constant), JTD, P, pH, C_Organik, Mg b. Dependent Variable: Produksi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -10193,761 ,000 . .

pH 1900,259 ,000 1,409 . .

C_Organi k

236,766 ,000 ,797 . .

P -221,931 ,000 -,948 . .

Mg -494,392 ,000 -,590 . .

JTD 152,910 ,000 ,136 . .


(6)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 1,000a 1,000 . .

a. Predictors: (Constant), JTD, P, JTK, C_Organik, Mg ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 6273333,333 5 1254666,667 . .a

Residual ,000 0 . Total 6273333,333 5

a. Predictors: (Constant), JTD, P, JTK, C_Organik, Mg b. Dependent Variable: Produksi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 135,538 ,000 . .

C_Organi k

2769,284 ,000 ,841 . .

P -738,510 ,000 -,793 . .

Mg -1789,375 ,000 -,712 . . JTK -287,962 ,000 -,103 . .

JTD 984,752 ,000 ,407 . .

a. Dependent Variable: Produksi