EKNIK LINGKUNGAN and AMDAL DAMPAK INDUST

EKNIK LINGKUNGAN & AMDAL
DAMPAK INDUSTRI TERHADAP LINGKUNGAN

Disusun oleh :

1. Axa Prahara

(27411942)

2. Rachmat Shaleh

(25411710)

3. Sigit Nugroho

(26411761)

4. Sodikin

(26411842)


5. Tri Budi Mantoro

(28411063)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupuan manusia.
Hal ini dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu lingkungan yang berbeda
dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya suatu pengrusakan lingkungan oleh
manusia dengan alasan pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang lebih, secara tidak
langsung tindakan ini akan mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan mengancam pada

kelangsungan hidup manusia.
Disamping itu keteloderan manusia dalam pendirian bangunan dengan tanpa
memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang akan berlangsung dibangunan tersebut juga
akan merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidak langsung. Oleh sebab itu
perlu dilakukan suatu usaha untuk melestarikan kualitas lingkungan yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, sejak mulai penyusunan rencana pembangunan daerah sampai setelah
proyek-proyek pembangunan dijalankan, misalnya penyusunan rencana penggunaan tata ruang,
rencana pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun,
sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya perencanaan hal-hal yang
mungkin bisa mengantisipasi timbulnya dampak buruk pada lingkungan sekitar maka kerusakan
lingkungan akan dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama sekali. Dari alasan inilah maka perlu
dibuat sebuah rencana pengelolaan lingkungan demi terciptanya keseimbangan antara
kepentingan manusia dan kelestarian lingkungan disekitarnya.

1.2

Rumusan Masalah:
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:


1)

Bagaimanakah perkembangan industri di Indonesia?

2)

Apa saja dampak buruk industri terhadap lingkungan?

3)

Apa saja contoh kasus dan solusinya?

1.3

Tujuan:

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1)

Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai perkembangan industri.


2)

Sebagai kajian untuk mengetahui dampak buruk industri terhadap lingkungan.

3)

Sebagai kajian untuk mengetahui beberapa kasus yang terjadi yang dikarenakan pencemaran
lingkungan dari industri.

1.4

Manfaat:
Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:

1)

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang perkembangan industri.

2)


Memberikan penjelasan tentang dampak industri terhadap lingkungan.

3)

Memberikan penjelasan tentang solusi terhadap contoh kasus yang terjadi.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Industri di Indonesia
Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada

industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak ikutan dari
industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi
industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar
kawasan industri.

2.2

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,

merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin
meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang menentang
pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan
lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis

lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu banyak pula yang
mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan dibentuknya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu
National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,
“Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan
Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa

hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993
pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun
1993 tentang AMDAL dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan
diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu
disesuaikan. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan
lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan hidup
adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan oleh beroperasinya
pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat beroperasi atau layak
dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang
dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam peraturan
pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan disebutkan bahwa
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:
1. jumlah manusia yang terkena dampak


2. luas wilayah persebaran dampak
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. sifat kumulatif dampak
6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, pasal 1 ayat 1, AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan.
Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen LH
No.42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum Audit Lingkungan. Dalam
Lampiran Kepmen LH No.41/94 tersebut didefinisikan bahwa:
Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara sistematik
terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem
pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol pengelolaan terhadap
pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian kelayakan usaha atau
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.

Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan

perangkat pengelolaan yang dilakukan secara internal oleh suatu
usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab pengelolaan dan
pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan
perundang-undangan, melainkan suatu usaha proaktif yang
diIaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan
lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upayaupaya pencegahannya.

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1

Dampak Buruk Industri terhadap Lingkungan
Kita telah menciptakan kerusakan bagi ekosistem kita sendiri. Bumi kita memiliki banyak

sekali keanekaragaman jenis dan sumber daya alam. Manusia, atau yang disebut kita sendiri,
terdiri dari triliunan sel. Sel-sel tersebut menjalani sebuah proses yang berhubungan dengan
kehidupan. Itu mengindikasikan bahwa manusia adalah bagian dari alam yang memiliki posisi
sangat penting. Intelektual manusia, yang menyebabkan bumi ini diambang kehancuran.

Peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia harus terus diusahakan melalui pertumbuhan
ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur penting dalam
pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam kegiatan industri
akan diikuti dengan dampak negatif industri terhadap lingkungan hidup manusia.
Selain memberikan dampak-dampak positif, pengembangan Kawasan Industri juga
memiliki dampak-dampak yang negatif. Dampak yang negatif/kerugian ini kebanyakan berkaitan
dengan aspek lingkungan. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan,
meningkatkan penyakit pada manusia, dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya.
Limbah cair industri paling sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan,
keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan
molusca, terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F,
Hg, Pb, atau Zn. Akumulasi racun dalam tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi bisa
melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.

Gambar 3.1 Lingkungan Industri

3.2

Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri


3.2.1

Jangka Pendek

1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih,
berubah menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh
warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum.
2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari
yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu
dan generasi berikut.
3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan
akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di
beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.
3.2.2

Jangka Panjang
Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah cukup

lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang ekologik,
seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat lebih dari
100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata.
Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal
sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/acrodynia, alergi kulit dan
kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.

Gambar 3.3 Limbah yang Dihasilkan Industri

3.3

Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan oleh Industri

1. Di Inggris, sebelum revolusi industri terjadi, seluruh dataran inggris dipenuhi oleh pohon-pohon
besar yang memiliki banyak kehidupan untuk ekosistem. Tempat yang disebut jantung dari
kehidupan kini hanya meninggalkan nama. Dengan hadirnya teknologi-teknologi canggih seperti
mesin uap dan sebagainya, kita telah menggunakan sumber daya alam kita secara berlebihan
untuk sesuatu yang kecil.
2. Di Republik Rakyat China, sebagai negara industri baru, China harus meningkatkan kualitas
dan kuantitas industri mereka sehingga menyebabkan seluruh pabrik di kawasan industri China
memproduksi limbah pabrik yang dibuang ke udara, lautan, dan bahkan tempat-tempat
penduduk.
3. Pada tahun 1992 di Semarang, dimana salah satu Pabrik yang bernama Semarang Diamond
Chemical (SDC) yang terletak di Kawasan Industri Semarang mengeluarkan limbah yang
merusak tambak penduduk di Desa Tapak.
4. Di daerah Demak, dimana enam industri yang berlokasi di Kawasan Industri Genuk membuang
limbahnya ke Kali Babon sehingga menimbulkan pencemaran tambak sampai ke Desa Sriwulan
dan Bedono.
5. Pencemaran udara yang disebabkan pabrik baja di sekitar Jrakah yang telah banyak dikeluhkan
penduduk.
6. Penduduk Tambakaji juga mengeluhkan keringnya sendang Abu Bakar yang diduga karena
banyaknya pengambilan air tanah oleh industri-industri yang berada di atasnya.

7. Di Kalimantan Tengah, tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar air raksa
(merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito,
Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
8. Perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke laut (Sub Marine
Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont Minahasa Raya (NMR) sejak 1996 di Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara, dan kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara di SumbawaNusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik ton tailing berbentuk pasta dibuang
ke Perairan Buyat di Minahasa dan 120.000 metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada
akhirnya dari proses ini terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya kualitas
lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia.
9. Di Papua, PT.

Freeport

dampak hancurnyagunung

beroperasi

dari

tahun

Grasberg, tercemarnya sungai

1967

telah

Aigwa, meluapnya

menimbulkan
air

danau

Wanagon, tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158 hektar laut Arafura.
10. Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan Arens pada tahun 1987
(Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 95), diperkirakan bahwa akibat erosi
tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai 0,5% dari GDP,
dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran
hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa.

Gambar 3.3 Polusi yang Dihasilkan Industri

3.4

Penyebab Kasus

1. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian dan pengadilan mengenai
peraturan perundangan lingkungan hidup.
2. Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia mengenai pencemaran lingkungan.

3. Tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk melarang pembuangan limbah tailing ke laut
Indonesia. Patut diketahui bahwa metode pembuangan limbah tailing dengan model ini sudah
dilarang dinegara-negara lain di dunia. Bahkan Kanada, negara yang pertama kali menggunakan
metode ini, kapok dan tidak lagi menggunakan metode STD mengingat masa recoverynya sangat
lama yakni 150 tahun. Entah mengapa Indonesia memberikan izin bagi praktek pembuangan
limbah tailing dengan metode STD ini.
4. Negara menutup akses rakyat atas informasi yang terkait dengan industri dan termasuk limbah
industri.
5. Tidak dilibatkannya masyarakat secara maksimal dalam pengelolaan lingkungan sehingga
seolah-olah urusan lingkungan hanya menjadi urusan pemerintah dan perusahaan tidak menjadi
urusan publik sebagai pihak yang banyak menggunakan jasa lingkungan.
3.5

Upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup
Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis

lingkungan. Hal ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara
terpadu dan tuntas. Para aparat penegak hukum juga perlu diberi pengetahuan sebesar-besarnya
tentang permasalahan pencemaran lingkungan ini.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan
limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan
dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan
proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbahindustri guna
menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga
batas yang diperbolehkan.
Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai
dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta
mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapimasalah
lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri. Masyarakat tidak bisa menyerahkan
sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan pelaku industri. Hal ini mutlak perlu, terutama
bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar areal industri. Dampak dari buangan kegiatan

industri sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan mencemari lingkungan udara,
air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak penciuman dan paru-paru.
Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan dan
ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan tanah itu
sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan mengganggu dan
mencemari air tanah.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengkajian mengenai dampak industri terhadap lingkungan, dapat

disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh industri masih pada tahap
pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri belum mengarah pada kesadaran untuk
kelestarian lingkungan.
2. Pelaku usaha industri masih menganggap bahwa kewajiban untuk mengimplementasikan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan masih merupakan beban yang memberatkan dari segi
biaya, dan industri belum merasakan keuntungan secara langsung dari kegiatan pengelolaan dan
pemantauan yang telah dilakukan.
3. Keterlibatan dan kepedulian masyarakat di sekitar industri masih relatif rendah, masyarakat
masih beranggapan bahwa industri yang memberikan banyak bantuan dan menyerap banyak
tenaga kerja lokal merupakan industri yang telah peduli terhadap lingkungan.
4. Mekanisme koordinasi antar instansi masih belum jelas sehingga masing-masing instansi belum
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
4.2

Saran
Adapun saran dari penyusun untuk menanggulangi dampak buruk industri terhadap

lingkungan, antara lain :

1. Koordinasi dan keterpaduan dalam menetapkan kebijakan antar instansi yang membidangi
masalah industri dan lingkungan perlu ditingkatkan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
oleh pelaku industri untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.
2. Mengikutsertakan aparat pada dinas/instansi dalam pendidikan dan pelatihan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup sehingga semua aparat yang bertugas mempunyai persepsi yang
sama mengenai pengelolaan lingkungan.
3. Perlu adanya kajian mengenai daya tampung lingkungan yang dapat menjadi dasar kebijakan
dalam penyusunan peraturan daerah.
4. Untuk meningkatkan kesadaran pelaku industri di bidang lingkungan maka pemberian
penghargaan bagi industri yang telah melaksanakan dan mematuhi aturan dan pemberian sanksi
bagi industri yang melanggar aturan di bidang lingkungan perlu diintensifkan.
5. Sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup tentang kewajiban pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dilakukan industri dan keterbukaan informasi oleh industri yang bersangkutan
dengan memberikan dokumen pengelolaan lingkungan kepada kelurahan setempat sehingga
dapat meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat di sekitar lokasi industri untuk
mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.

6. Masa depan kehidupan bumi ini ditentukan oleh keniataan kita untuk beraksi. Mungkin banyak
orang yang telah melakukan hal untuk menyelamatkan bumi ini, tetapi kesuksesan terjadi bila
ada perubahan dalam ekonomi, sosial, politik, dan khususnya paradigma manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

MAKALAH DAMPAK NARKOBA

2 4 11

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52