Kumpulan Soal Hukum pidana Subjek hukum pidana

SOAL-SOAL DAN PEMBAHASAN HUKUM PIDANA
*Sebelum memulai aktifitas apapun biasakan Berdoalah terlebih dahulu
-Semoga Bermanfaat1. Pengertian hukum pidana :
jawab :
Sekumpulan peraturan yang dibuat oleh negara, isinya berupa larangan
dan keharusan –sedang bagi yang melanggar dikenakan sanksi yang
dapat dipaksakan oleh negara.
2. Tujuan hukum pidana :
Jawab :
a. Aliran klasik : Hukum pidana bertujuan untuk menakut-nakuti setiap
orang, agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik (delik)
Menurut aliran ini, tujuan hukum pidana bermaksud untuk melindungi
individu-individu dari kekuasaan penguasa yang sewenang-wenang.
b. Aliran Modern : Hukum pidana bertujuan untuk mendidik orang yg
telah melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan dapat
diterima kedalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut aliran ini, hukum pidana bertujuan untuk melindungi setiap
orang dari tindaj kejahatan dan pelaku kejahatan, oleh sebab itu,
aliran ini dipengaruhi oleh kriminologi.
3. Fungsi hukum pidana :
Jawab :

Hukum pidana berfungsi untuk mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat –agar tercipta dan terpeliharanya kepentingan
umum.
4. Ruang lingkup berlakunya hukum pidana :
Jawab :
a. Menurut waktu berlakunya hukum (Asas Legalitas) :
Asas legalitas menurut pasal 1 KUHP, Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundangundangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.
Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundangundangan, dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.
b. Menurut Tempat berlakunya hukum pidana
Asas territorial (Pasal 2 KUHP): Berlakunya UU Pidana suatu negara
semata-mata digantungkan kepada tempat dimana tindak pidana itu
dilakukan dan tempat tersebut harus terletak diwilayah atau territorial
negara yang bersangkutan.
c. Asas nasionalitas pasif / Asas perlindungan (Pasal 3 KUHP)
Peraturan hukum pidana Indonesia berfungsi untuk melindungi
keamanan kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap orang
di luar Indonesia terhadap kepentingan hukum Indonesia itu. Didalam
pasal 3 KUHP berbunyi : Ketentuan pidana dalam perundang-


undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang berada diluar
Wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalam kendaraan air
atau pesawat udara Indonesia. (Dijelaskan didalam pasal 4 KUHP
tentang tindak pidana yg termasuk, juga pengertian kendaraan
tempat terjadinya pidana)
d. Asas nasionalitas aktif / Asas personalitas (Pasal 5 KUHP)
Ketentuan hukum pidana berlaku bagi setiap WNI yang melakukan
tindak pidana diluar Indonesia.(batasan-batasannya terdapat dalam
pasal 5 KHUP, 1e, 2e)
e. Asas universalitas (Asas Persamaan)
Asas yang bersifat mendunia, dan tidak membeda-bedakan warga
negara apapun, yang penting terjaminnya ketertiban dan
keselamatan dunia.
5. Pengertian tindak pidana / Strafbaar feit (Delik) :
Jawab :
Perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan
pidana. Dimana pengertian “perbuatan” disini, selain perbuatan aktif
(Melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga
perbuatan yang bersifat pasif ( tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya
diharuskan oleh hukum).

6. Unsur-unsur tindak pidana :
Jawab :
a. Unsur Objektif
Unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan
dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan. Terdiri dari :
- Sifat melanggar hukum
- Kualitas dari si pelaku. Misalnya, lihat pasal 415 KUHP
- Kausalitas
b. Unsur subjektif
Unsur yang terdapat atau melekat pada si pelaku, atau yang
dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala
sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsure ini terdiri dari :
- Kesengajaan atau ketidaksengajaan (Dolus dan Culpa)
Maksud pada suatu percobaan, seperti yang ditentukan dalam
pasal 53 Ayat (1) KUHP. (Niat) Macam-macam maksud seperti
terdapat dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, dsb. Merencanakan terlebih dahulu, seperti yang
tercantum dalam pasal 340 KUHP, yaitu pembunuhan yang
direncanakan terlebih dahulu Perasaan takut seperti terdapat di

dalam pasal 308 KUHP
7. Jenis-jenis tindak pidana :
Jawab :
a. Kejahatan dan pelanggaran

b.
c.
d.
e.

Delik formal dan delik material
Delik dolus dan delik culpa
Delik comisionis dan delik omissionis
Delik aduan dan delik biasa

1.

Apa yang dimaksud dengan hukum pidana?
Jawab : Berasal dari kata straafrecht yaitu Suatu alat yang
mengikatkan pada perbuatan dengan syarat-syarat tertentu sebagai

akibat yang berupa pidana
2. Apa perbedaan dan syarat hukum pidana dibandingkan dengan
cabang ilmu hukum yang lain?
jawab:
a. pengunaan sanksinya harus hati – hati (ultimum remidium)
b. sanksinya tajam dan bisa dipaksakan berlakunya
c. tidak mempunyai norma sendiri, diambil dari norma – norma
cabang hukum yang lain
d. hukum pidana bagaikan pedang bermata dua, karena dalam
hukum pidana yang melindungi benda hukum, namun dalam
pelaksanaannya, ialah apabila ada pelanggaran terhadap
larangan dan perintahnya justru mengadakan perlukaan
terhadap benda hukum tersebut.
3. Perbedaan Hk. Pidana dengan Hk. Perdata ?

4.

Hk. Pidana
Bersifat tertutup = Bahwa didalam
hk.pidana tidak ada

perbuatan/sanksi pidana diluar
ketentuan peraturan perundangundangan ( jadi, kalau tidak diatur
berarti bukan merupakan tindak
pidana)à Sesuai dengan asas
Legalitas (ps.1 ayat 1 KUHP)

Hk. Perdata
Bersifat terbuka = Para pihak bisa membuat
suatu kesepakatan yang berupa
perikatan/perjanjian, apabila telah ada
persetujuan antara kedua belah pihak maka
ketentuan-ketentuan tersebut menjadi UU
yang memiliki kekuatan hukum yang
mengatur perikatan tersebut

Sanksi bersifat penderitaan
Sanksi tidak dapat diwakilkan,
kecuali pada UU Tipikor, sanksi
dapat diteruskan pada ahli waris


sanksi bersifat denda/ ganti rugi atas kerugian
Sanksi dapat diwakilkan oleh ahli waris

Sanksi Hk. Pidana adalah penderitaan, apa maksudnya? dan
bagaimana dengan sanksi cabang ilmu hukum yang lain?
Jawab:
Sanksi penderitaan karena berupa penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu itu (melanggar hukum). Dengan
tujuan member efek jera kepada pelaku tindak pidana agar tidak
mengulangi lagi perbuatan tersebut.

Sedangkan sanksi hk.perdata adalah untuk menuntuk kerugian yang
berupa ganti rugi/ denda.
5. Seperti pada umumnya hukum mempunyai tujuan, apa tujuan
Hukum pidana?
Jawab : Hukum pidana memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi umum
dan khusus.
a. Fungsi umum : hukum pidana adalah merupakan sebagian dari
keseluruhan lapangan hukum, maka fungsi hukum pidana sama

dengan fungsi hukum pada umumnya yaitu mengatur hidup
masyarakat agar berjalan tertib, damai dan tentram. Selain itu
hukum pidana jaga berfungsi melindungi subjek hukumnya.
b. Fungsi khusus : ialah melindungi kepentingan hukum terhadap
perbuatan yang akan memperkosanya, dengan sanksi piadan
yang tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada
hukum lainnya. Selain itu untuk melindungi warga negara dari
tindakan kesewenang-wenangan dari penguasa.
c. Fungsi tersier : melindungi korban tindak pidanadalam hal ia
terkena orang yang melakukan tindak pidana.
6. Suatu ilmu tentunya memiliki Obyek kajian, Apa obyek kajian
Hk.Pidana?
Jawab: Yang menjadi objek hukum pidana adalah perbuatan
manusia atau korporasi yang memenuhi rumusana UU hukum
pidana dan hukum lain yang diancam dengan sanksi pidana.
Perbuatan :
- Berbuat;
- Tidak berbuat : Dalam hukum pidana ada perbuatan yang tidak
berbuat dapat dijatuhi sanksi pidana atau disebut juga delik
commisionis per ommissionen commissa. Contoh dari delik ini

adalah seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak
memberikan air susu (ps 338, 340 KUHP) dan seorang penjaga
wissel yang menyebabkan kecelakaan kereta api dengan
sengaja tidak memindahkan wissel (ps 194 KUHP)
7. Subyek hukum memiliki perkembangan hingga kini, jelaskan !
Jawab : Pada dasarnya yang menjadi subyek Hk.pidana :
a. yang melakukan tindak pidana
b. yang bisa dipertanggungjawabkan
c. yang bertanggungjawab atas tindakan pidana sehingga
subyek hukum tersebut dapat dijatuhi sanksi pidana apabila
melanggar hukum.
Ada 3 Fase perkembangan subyek hukum pidana:
a. Fase pertama( Fase Tradisional) : Subyek hukum Pidana
hanyalah manusiaà Bisa disimpulkan dari ps. 59 KUHP.
(Meskipun yang melakukan tindak pidana adalah badan usaha,
maka tetap yang dipertanggungjawabkan adalah manusia)

b. Fase Kedua : Subyek hukum pidana adalah manusia dan
korporasi berbadan hukum
c. Fase Ketiga : Manusia, korporasi berbadan hukum dan

korporasi tidak berbadan hukum
8. Sebutkan dan jelaskan Sumber hukum Pidana!
Jawab : sumber hk. Pidana menyangkut per-UU-an hukum pidana
secara garis besar.
a. Sumber hukum secara tertulis : adalah sumber hukum yang
terdapat dalam undang-undang atau ada bukti tertulisnya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut;
- KUHP : adalah sumber utama hukum pidana Indonesia
- M.v.T : adalah memori atas rencana undang-undang pidana,
digunakan untuk memberi penjelasn terhadap pasal-pasl yang
terdapat dalam KUHP
- Undang-undang atau peraturan diluar KUHP
b. Sumber hukum tidak tertulis :
- Hukum pidana adat, hukum pidana adat masih berlaku
sebagai sumber hukum di daerah-daerah, sebab hukum adat
itu adalah hukum yang asli dan berlaku dengan sendirinya,
kecuali ada hal-hal yang mengahalangi berlakunya. Diatur
dalam UU Darurat No 1 tahun 1951, berdasarkan pasal 5
ayat 1sub B, maka hukum yag hidup di masyarakat bisa
diperlakukan sepanjang ketentuan hukum yang tertulis belum

mengaturnya. Jenis sanksi pidana hanya pidana kurungan
(berdasarkan KUHP sanksi pidana kirungan tidak boleh
melebihi 1 tahun).
9. Terangkan Anatomi KUHP dan menurut KUHP!
Jawab:
Anatomi KUHP
Anatomi Konsep
Buku I tentang ketentuan umum:
Buku I tentang ketentuan umum
Ketentuan umum mengatur asas dasar
hukum pidana, pengertian dan istilah
hukum pidana. ketentuan umum juga
berlaku pada ketentuan diluar KUHP
sepanjang ketentuan diluar KUHP
tersebut tidak mengatur secara khusus.
Buku II tentang kejahatan
Buku II tentang Tindak pidana
Kejahatan (rechtdelik) : adalah
perbuatan yang bertentangan dengan
keadilan, terlepas dari apakah perbuatan
tersebut diatur dalam undang-undang
atau tidak, namun perbuatan tersebut
benar-benar dirasakan oleh masyarat
sebagai sesuatu yang bertentangan
dengan keadilan. Misalnya
pembunuhan

Buku III tentang pelanggaran
Wetsdelict (pelanggaran ) : adalah
perbuatan yang pada umumnya baru
dikatakan suatu tindak pidana, karena
undang-undang mengaturnya sebagai
delik. Jadi karena ada undang-undang
yang mengancamnya dengan pidana.
Misalnya memarkirkan mobil disebelah
kanan jalan.
Selain itu ada pula perbedaan lain
yaitu :
a. Tentang hal percobaan, dalam
kejahatan percobaan dapat dipidana
sesuai dengan pasal 53, sedangkan
dalam pelanggaran percobaan tidak
dapat dipidana sesuai dengan pasal 54
b. Tentang daluwarsa penuntutan,
daluwarsa penuntukan kejahatan lebih
lama dibandingkan dengan pelanggaran
c. Tentang pembantuan, membantu dalam
hal kejahatan dapat dipidana namun
membantu dalam pelanggaran tidak
dijatuhi pidana.

10.

Sedangkan di konsep tidak
membedakannya secara kualitas dan
kuantitas antara pelanggaran dan
kejahatan, terkadang pelanggaran
memiliki akibat yang lebih besar
dibandingkan dengan pelanggaran.

Apakah pasal 103 memiliki fungsi khusus?
Jawab : iya , yaitu sebagai pasal jembatan yang menjebatani UU
yang ada dalam KUHP ataupun yang diluar KUHP sepanjang tidak
diatur lain secara khusus oleh UU yang bersangkutan. Ketentuan ini
berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundangundangan lainnya diancam dengan pidana kecuali oleh undangundang ditentukan lain.
11. Bagaimana dalam hal ketentuan per-UU-an diluar KUHP mengatur
secara khusus suatu norma, sedangkan di KUHP juga mengatur
maka dipakai ketentuan apa?
Jawab : Dipakai ketentuan diluar KUHP, dengan berprinsip pada
asas Lex Spesialis Derogat lex generalis. artinya ketentuan yag
bersifat khusus mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum
12. Apakah hukum Indonesia bisa berlaku di sembarang tempat dan
semua orang? jelaskan!
Jawab : tidak, tetapi mengacu pada Asas berikiut ini
a. Azas teritorial : azas ini terdapat dalam pasal 2 KUHP “ aturan
pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah Indonesia”.
Dalam hal ini berarti peraturan tersebut berlaku bagi WNI dan
WNA yang berada di wilayah kekuasaan Indonesia, baik itu
wilayah darat, laut, dan udara, dan juga kapal-kapal milik negara
Indonesia.

b. Azas personal (asas nasional aktif): dalam azas ini mengatakan
bahwa peraturan hukum indonesia itu berlaku mengikat bagi
setiap warga negara Indonesia, yang melakukan tindak pidana
baik di dalam negeri maupun luar negeri, jadi seolah-olah
peraturan indonesia itu mengikuti kemana pun orang itu berada.à
Harus memenuhi syarat bahwa perbuatan tersebut dianggap
merupakan suatu tindak pidana di kedua negara tersebut.
c. Azas perlindungan (azas nasional pasif ) : azas ini memuat
segala prinsip, bahwa peraturan hukum pidana berlaku terhadap
tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum negara
Indonesia, baik itu dilakukan oleh warga negara Indonesia atu
bukan yang dilakukan di luar negeri. Dengan kata lain azas ini
berfungsi untuk melindungi keamanan dan kepentingan negara.
d. Azas universal : peraturan-perturan hukum pidana Indonesia
dapat berlaku terhadap tindak pidana baik itu dilakukan didalam
negeri atau pun diluar negeri, baik yang dilakukan oleh WNI atau
WNA, sejauh mana tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 4
ayat 2 dana pasal 4 ayat 4. Dengan kata lain hukum pidana
Indonesia dapat berlaku apabila jaga menyangkut kepentingan
internasional. Asas ini berlaku pada delik jure gentium, seperti
terorisme, pelanggaran HAM berat.
13. Apa yang membedakan antara tempat terjadinya Tindak pidana
dan berlakunya hukum pidana berdasar tempat?
jawab: untuk menentukan seseorang yang melakukan tindak pidana
herus memperhatikan dua hal yaitu waktu dan tempat.
- Waktu : untuk menentukan peratutan mana yang akan
diterapkan pada tindak pidana tersebut ( berdasarkan perinsip
hukum tidak berlakku surut)
- Tempat : untuk menentukan pengadilan mana yang berwenang
untuk mengadili terhadap pelaku tindak pidana tersebut.
Untuk menentukan tempat terjadinya tindak pidana berdasarkan
tempat( Locus Delicti), ada 3 teori :
a. Teori perbuatan materil ( perbuatan jasmaniah ) ; temapt
terjadinya tindak pidana ditentukan oleh perbuatan
jasmaniah yang dilakukan oleh sipembuat dalam
mewujudkan tindak pidana tersebut.
b. Teori instrumen (alat) ; dalam teori ini tempat terjadinya
delik ialah tempat bekerjanya alat yang digunakan
sipembuat untuk melakukan tindak pidana tersebut. Alat ini
bisa berupa benda atau orang, dengan catatan oarng
tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.
c. Teori akibat ; dalam teori ini yang menjadi ukuran tempat
terjadinya perbuatan adalah dimana terjadinya akibat dari
delik tersebut.

14.

Apa yang dimaksud dengan bunyi pasal 1 ayat 1 KUHP?, Jelaskan!
Yang berisi “ tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan” Dalam pasal ini berisi 2 hal yaitu:
a. Suatu tindak pidana harus dirumuskan terlebih dahulu dalam
peraturan undang-undang.
b. Peraturan undang-undang ini harus ada sebelum terjadinya
tindak pidana.
Konsekuensi dari pasal 1 ayat 1 tersebut adalah :
 Suatu perbuatan sesorang yang tidak tercantum dalam
undang-undang sebagai suatu tindak pidana tidak dapat
dipidana, jadi harus tercantum terlebih dahulu peraturannya
baru sesorang tersebut dapat dipidana sesuai dengan
perbuatan yang telah dia lakukan. Jadi terhadap hukum tidak
tertulis tidak berkekuatan untuk diterapkan. Pengecualian
terhadapa hal ini adalah bahwa daerah-daerah yang dulu
termasuk kekuasaan pengadilan swapraja dan pengadilan adat
masih diterapkan namun dengan pembatasan-pembatasan
tertentu.
 Adanya larangan menggunakan analogi untuk membuat suatu
perbuatan menjadi suatu tindakan menjadi suatu tindak pidana
sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Analogi disini
dimaksudkan adalah memperluas berlakunya suatu peraturan
dengan mengabstrakannya menjadi aturan hukum yang
menjadi dasar dari peraturan itu dan kemudian menerapkan
aturan yang bersifat umum ini kepada perbuatan yang konkrit
yang tidak diatur dalam undang-undang. Hal ini berfungsi
untukmencegah kesewenag-wenangan dari pengadilan atau
penguasa.
15. Pasal 1 ayat 2 KUHP memiliki makna apa?, Jelaskan!
jawab : Pasal 1 ayat 2 berfungsi sebagai pengecualian terhadap
ketentuan larangan berlakunya retroaktif yang berbunyi “jika sesudah
perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan,
dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa”. Jadi dengan kata
lain pasal ini sebagai pasal pengecualian dari pasal 1 ayat 1 dimana
dikatakan suatu ketentuan itu tidak boleh berlaku surut.
Artinya dipiih sanksi yang lebih lunak atau yang paling meringankan
bagi pelaku tindak pidana (Lex temporis delicti)
16. Apakah di dalam hukum pidana menganut asas retroaktif?
Jelaskan!
Jawab: Hukum pidana tidak menganut asas retroaktif atau berlaku
surut, kecuali pada tindak pidana tertentu seperti terorisme.
17. Untuk mengetahui unsur tindak pidana, hal apa yang harus
diperhatikan ?

jawab : yang harus diperhatikan adalah predikatnya, sebagai contoh
pasal 338 KUHP “ Barang siapa sengaja merampas nyawa orang
lain,diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun”.
Dari pasal tersebut, maka yang dimaksud dengan unsur tindak
pidana yaitu “ sengaja” dan “merampas nyawa orang lain”
18. Apa yang dimaksud dengan monoisme dan dualisme?, Indonesia
menganut apa?
Jawab :
a. Monoisme tidak ada yang membedakan tentang perbuatan dan
orang yang melakukannya, jadi seseorang dapat dipidana apabila
telah melakukan suatu tindakan yang melawan hukum tanpa
melihat apakah orang yang melakukan hal tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Dualisme yaitu adanya pemisahan antara orang dan perbuatan,
jadi walaupun perbuatan itu telah memenuhi rumusan dalam UU,
namun belum tentu orang tersebut dapat dipidana, karena dilihat
terlebih dahulu apakah orang tersebut bisa
dipertanggungjawabkan atau tidak, dalam kata lain syarat
pertanggungan jawab pidana harus melekat pada orang yang
berbuat.
* Indonesia menganut Dualisme*
19. Apa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum dalam arti
formil dan materiil, dan dalam arti materiil apa yang dimaksud
mempunyai fungsi negatif?
jawab:
- Sifat melawan hukum formil, suatu perbuatan dapat diancam
pidana apabila perbuatan tersebut telah dirumuskan sebagai
suatu delik dalam undang-undang, jadi dengan kata lain sifat
melawan hukumnya hanya berdasarkan suatu ketentuan
undang-undang. Melawan hukum sama dengan melawan atau
bertentangan dengan undang-undang(hukum tertulis).
- Sifat melawan hukum materiil, suatu perbuatan melawan hukum
atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam peraturan
perundangan saja namun juga dari hulum yang tidak tertulis.
Menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan bertentangan
dengan undang-undang(hukum tertulis) dan juga hukum yang
tidak tertulis, termasuk susila dan sebagainya.
- Ajaran sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi yang
negatif adalah dengan mengakui kemungkunan adanya hal-hal
yang ada diluar undang-undang menghapus sifat melawan
hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang.
Jadi dalam kata lain hal ini sebagai alasan penghapus sifat
melawan hukum

20.

Apa yang membedakan antara delik formil dan delik materiil dan
bagaimana konsekuensinya dalam hal percobaan?
jawab :
a. Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada perbuatan yang dilarang. Jadi, Sepanjang perbuatannya
sudah memenuhi rumusan Undang-Undang, walaupun tidak ada
akibat yang ditimbulkan, maka sudah merupakan delik selesai,
dan pelakunua bisa dipidana. Sebagai contoh : dalam hal
penghasutan atau pencemaran nama baik. Pembuktian delok
foemil sangat mudah, hanya dilihat dari pemenuhan rumusan UU
b. Delik materill adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada akibat
Konsekuensi dalam hal percobaan:
- Pada delik Formil : bisa dipidana asalkan sudah memenuhi
rumusan UU dan dianggap sebagai delik selesai.
- pada delik matriil : sulit dicari bukti, karena mengutamakan
akibat. sedangkan pada percobaan, akibat yang ditimbulkan
belum ada.
21. Apakah di dalam hukum pidana orang yang tidak berbuat bisa
dikatakan juga melakukan tindak pidana?
jawab : iya, di dalam hukum pidana ada perbuatan yang tidak
berbuat dapat dijatuhi sanksi pidana atau disebut juga delik
commisionis per ommissionen commissa. Contoh dari delik ini
adalah seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak
memberikan air susu (ps 338, 340 KUHP) dan seorang penjaga
wissel yang menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja
tidak memindahkan wissel (ps 194 KUHP)
22. Apakah yang dimaksud dengan kemampuan bertanggungjawab?
Jelaskan !
jawab :KUHP tidak memberikan definisi Kemampuan
bertanggungjawab .
Simons : “Kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sebagai
keadaan psychis sedemikian, yang membenarkan adanya
penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum
maupun dari orangnya”
orang yang mampu bertanggungjawab, apabila:
a. Ia mampu mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan yang
dilakukan melanggar hukum
b. Ia dapat menentukan kehendaknya sesuain dengan
kesadarannya tersebut.
Sedangkan orang dikatakan tidak mampu bertanggungjawab apabila sesuai
dengan pasal 44 KUHP, yaitu berdasarkan keterangan dokter penyakit jiwa

(psykiater) dan yang menetapkan adanyanhubungan kausal antara
keadaaan jiwa tersangka dengan perbuatan yang dilakukan adalah hakim.
23. Seorang musafir Arab Saudi melakukannpenggendulan terhadap
TKW yang beradari Jepari, Setelah kembali di Indonesia ia
melaporkan peristiwa itu. Apakah sebenarnyan peristiwa itu dapat
dikenakan KUHP Indonesia?
jawab: bisa, yaitu dengan menggunakan asas nasional pasif
(berdasarkan konsep KUHP pasal 4)
24. Sastro melakukan TP di Indonesia kemudian melarikan diri ke luar
negri. Upaya apa ynag dapat dilakukan Indonesia untuk menangkap
sastro?
jawab: Indonesia meminta bantuan negara dimana Sastro melarikan
diri, yaitu dengan perjanjian ekstradisi, yang merupakan bantuan
hukum yang bersifat internasional. Dengan bantuan ini, maka negara
asing yang merasa berhak untuk menuntut seseorang yangb berada
dinegara kita, dapat melakukan haknya itu.
25. Fatimah warga negara Banten melakukan aborsi di Singapura,
setelah kembali ke Banten apakah bisa diberlakukan KUHP Banten?
jawab : tidak bisa, karena syarat yang harus dipenuhi supaya Fatimah
dapat di berlakukan KUHP Banten adalah perbuatan Aborsi yang
dilakukan Fatimah merupakan double criminality, artinya merupakan
suatu tindak pidana di kedua negara tersebut.
26. SBU seorang teroris melakukan tindak pidana terorisme di Arab
dengan cara menyebarkan isu minyak babi, kemudian SBU
tertangkap di Indonesia, Apakah KUHP Indonesia bisa berlaku?
Jawab : bisa, yaitu berdasarkan asas universal,, Asas ini berlaku pada
delik jure gentium, seperti terorisme, pelanggaran HAM berat dsb.
27. Apa yang dimaksud dengan kriminalisasi, dan dekriminalisasi?
Jawab :
a.
Kriminalisasi adalah suatu proses dimana dahulu perbuatan
tersebut bukanlah suatu tindak pidana, namun sekarang
menjadi suatu tindak pidana, di akhir dengan adanya suatu
perundangan-undangan yang mengaturnya.
Kriminalisasi harus memperhitungkan beberapa hal :
- Proses efektifitas dan kegunaan dari peraturan
perundangan yang akan dibuat
- Apa yang diatur harus bisa dilaksanakan baik mengenai
sarana, prasarna (alat yang digunakan untuk menegakkan
undang-undang maupun aparat penegaknya)
- Azas ekonomis
- Pertimbangan hak asai manusia yang perlu dilindungi
b.
Dekriminalisasi adalah suatu proses dimana dahulu suatu
perbuatan tindak pidana namun sekarang sudah bukan
termasuk tindak pidana (dicabutnya dari peraturan UU) contoh

dicabutnya ps 154 oleh MK, pencabutan UU no 11 Pnps 1963
tentang T.P subversi
28. Apa perbedaan kesengajaan dan kealpaan?
jawab :
a.
Kesengajaan adalah mempunyai niat dan menghendaki
timbulnya akibat yang dikehendaki.
unsur kesengajaan :
- menghendaki timbulnya akibat dari perbuatannya
- adanya hubungan antara kehendak dengan
perbuatannya
ada 3 corak kesengajaan, yaitu :
 kesengajaan dengan maksud,
 kesengajaan dengan sadar kepastian dan
 kesengajaan dengan sadar kemungkinan.
b.
kealpaan adalah tidak mempunyai niat dan tidak
menghendaki timbulnya akibat yang dikehendaki.
kealpaan ada dua yaitu : kealpaan besar dan kealpaan kecil.
kealpaan besar : kadangkala dengan perbuatannya tersebut,
ia memang menghendaki dan sadar karena kealpaannya
tersebut akan menimbulkan akibat.
29. Apa yang dimaksud dengan penghapusnya pidana ?
jawab : alasan penghapus pidana tidak sama dengan alasan
penghapus penuntutan. gugurnya untuk dapat dijatuhi sanksi pidana
ini terletak pada diri orang yang bersangkutan dan yang terletak
diluar orang yang bersangkutan.
a. pada diri orang yang bersangkutan :
ketidakmampuan bertanggung jawab penuh atau pun sebagian
dan karena dibawah umur.
b) diluar orang yang bersangkutan :
yang menyangkut mengenai kondisi/situasi diluar orang yang
bersangkutan.
Ada 4, yaitu :
 Tentang daya paksa /overmacht diatur dalam pasal 48
kUHP, contoh : merusak pintu untuk menyelamatkan
orang yang terjebak dalam kebakaran
 Pembelaah terpaksa (pasal 49)à harus dilakukan
terhadap serangan yang seketika/pada saat itu juga dan
harus dilakukan secara proporsional yaitu tidak boleh
pembelaan yang berlebihan
 Melaksanakan UU (pasal 50)
 Melaksanakan perintah jabatan
30. Apa fungsi dari teori kausalitas dan ada berapa macam yang kamu
ketahui?

Jawab :
a. Teori ekuevalensi : adalah teori yang menyatakan bahwa
setiap syarat adalah sebab, dan semua syarat itu nilainya
sama, sebab jika tidak ada satu syarat maka akibatnya akan
lain pula. Kebaikan dari teori ini adalah mudah diterapkan,
sehingga tidak banyak menimbulkan persoalan, dan juga
karena teori ini menarik secara luas sekali dalam membatasi
lingkungan berlakunya pertanggungan jawab pidana. Namun
kelamahan dari teori ini adalaha hubungan kausal
membentang kebelakang tanpa akhir, sehinga akan nampak
tidak akan ada ujungnya.
b. Teori individualisasi : teoro ini memilih secara post factum
artinya setelah peristiwa konkrit terjadi, dari serentetan faktor
yang aktif dan pasif akan dipilih mana yang paling menentukan
dari peristiwa tersebut. Sedangkan faktor yang lain hanya
sebagai syarat saja.
c. Teori generalisasi : atau disebut juga dengan teori adekwat,
teori ini melihat sebelum peristiwa itu terjadi, apakah dari
peristiwa tersebut ada serentetan peristiwa yang pada
umumnya dapat menimbulkan akibat yang akan terjadi
31. Apa yang dimaksud dengan determinisme dan indeterminisme?
jawab : determinisme : manusia tidak punya kehendak bebas
indeterminisme :manusia punya kehendak bebas yang ia dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut.
32. Sebutkan dan jelaskan berbagai jenis delik!
Jawab :
 Kejahatan dan pelanggaran.
Kejahatan adalah perbuatan yang bertentangan dengan
keadilan, terlepas dari apakah perbuatan tersebut diatur dalam
undang-undang atau tidak, namun perbuatan tersebut benarbenar dirasakan oleh masyarat sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan keadilan. Sedangkan pelanggaran adalah
perbuatan yang pada umumnya baru dikatakan suatu tindak
pidana, karena undang-undang mengaturnya sebagai delik.
 Delik formil dan materiil.
Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada perbuatan yang dilarang. Sedangkan delik materill
adalah delik yang perumusannya dititk beratkan kepada akibat
yang belum dikehendaki.
 Delik commissionis, delik ommissionis dan delik commissionis
peromssionis commissa
Delik commissionis adalah delaik berupa pelanggaran terhadap
larangan, ialah suatu perbuatan yang dilarang contoh pencurian,
penipuan.

Delik ommissionis, delik yang berupa pelanggaran terhadap
perintah, ialah tidak melakukan perbuatan yang diperintahkan.
Delik commissionos per ommissionis commissa, delik yang
berupa pelanggaran larangan, denagn cara tidak berbuat
sesuatu
 Delik dolus dan culpa
Delik dolus, yang memuat unsur kesengajaan misal pasal
187,338,310 KUHP
Delik culpa, yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur
misal pasal 195,197,201
 Delik tunggal dan delik berganda
Delik tunggal, delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu
kali
Delik berganda, delik yang baru berupa delik, apabila dilakukan
beberapakali perbuatan
 Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung
Delik berlangsung terus, delik yang mempunyai ciri, bahwa
keadaan terlarang itu berlangsung terus, misal : merampas
kemardekaan seseorang (ps 333 KUHP)
 Delik aduan dan bukan delik aduan
Delik aduan, delik yang penuntutannya hanya dilakukan apabila
ada pengaduan dari pihak yang bersangkutan. Sedangkan bukan
delik aduan penuntutannnya dapat dilakukan tanpa harus ada
pengaduan dari pihak yang berkenaan.
 Delik sederhana dan delik yang ada pemberatannya
Delik yang ada pemberatannya : misal, penganiayaan yang
menyebabkan luka berat atau matinya orang (ps 351 ayat2,3
KUHP). Delik sederhana contohnya penagniayaan (ps 351
KUHP)
 Delik ekonomi dan bukan delik ekonomi
Yang dimaksud dengan delik ekonomi terdapat pada ps 1 UU
darurat no 7 tahun 1955, UU darurat tentang tindak pidana
ekonomi.
33. Apa yang dimaksud dengan hukum pidana?
Jawab : Berasal dari kata straafrecht yaitu Suatu alat yang
mengikatkan pada perbuatan dengan syarat-syarat tertentu sebagai
akibat yang berupa pidana
34. Apa perbedaan dan syarat hukum pidana dibandingkan dengan
cabang ilmu hukum yang lain?
jawab:
a. pengunaan sanksinya harus hati – hati (ultimum remidium)
b. sanksinya tajam dan bisa dipaksakan berlakunya
c. tidak mempunyai norma sendiri, diambil dari norma – norma
cabang hukum yang lain

d. hukum pidana bagaikan pedang bermata dua, karena dalam
hukum pidana yang melindungi benda hukum, namun dalam
pelaksanaannya, ialah apabila ada pelanggaran terhadap
larangan dan perintahnya justru mengadakan perlukaan terhadap
benda hukum tersebut.
Perbedaan dengan Hk. Perdata ;

·

Hk. Pidana
Bersifat tertutup = Bahwa didalam
hk.pidana tidak ada perbuatan/sanksi
pidana diluar ketentuan peraturan
perundang-undangan ( jadi, kalau tidak
diatur berarti bukan merupakan tindak
pidana)à Sesuai dengan asas Legalitas
(ps.1 ayat 1 KUHP)
Sanksi bersifat penderitaan
Sanksi tidak dapat diwakilkan, kecuali
pada UU Tipikor, sanksi dapat
diteruskan pada ahli waris

35.

Hk. perdata
Bersifat terbuka = Para pihak bisa
membuat suatu kesepakatan yang berupa
perikatan/perjanjian, apabila telah ada
persetujuan antara kedua belah pihak
maka ketentuan-ketentuan tersebut
menjadi UU yang memiliki kekuatan
hukum yang mengatur perikatan tersebut
sanksi bersifat denda/ ganti rugi atas
kerugian
Sanksi dapat diwakilkan oleh ahli waris

Sanksi Hk. Pidana adalah penderitaan, apa maksudnya? dan
bagaimana dengan sanksi cabang ilmu hukum yang lain?
Jawab: Sanksi penderitaan karena berupa penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu itu (melanggar hukum). Dengan
tujuan member efek jera kepada pelaku tindak pidana agar tidak
mengulangi lagi perbuatan tersebut.
Sedangkan sanksi hk.perdata adalah untuk menuntuk kerugian yang
berupa ganti rugi/ denda.
36. Seperti pada umumnya hukum mempunyai tujuan, apa tujuan
Hukum pidana?
Jawab : Hukum pidana memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi umum
dan khusus.
a.
Fungsi umum :
hukum pidana adalah merupakan sebagian dari keseluruhan
lapangan hukum, maka fungsi hukum pidana sama dengan
fungsi hukum pada umumnya yaitu mengatur hidup
masyarakat agar berjalan tertib, damai dan tentram. Selain itu
hukum pidana jaga berfungsi melindungi subjek hukumnya.
b.
Fungsi khusus :
ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang
akan memperkosanya, dengan sanksi piadan yang tajam jika
dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada hukum
lainnya. Selain itu untuk melindungi warga negara dari
tindakan kesewenang-wenangan dari penguasa.
c.
Fungsi tersier :

melindungi korban tindak pidanadalam hal ia terkena orang
yang melakukan tindak pidana.
37. Suatu ilmu tentunya memiliki Obyek kajian, Apa obyek kajian
Hk.Pidana?
Jawab: Yang menjadi objek hukum pidana adalah perbuatan
manusia atau korporasi yang memenuhi rumusana UU hukum
pidana dan hukum lain yang diancam dengan sanksi pidana.
Perbuatan :
a. Berbuat
b. Tidak berbuat : Dalam hukum pidana ada perbuatan yang
tidak berbuat dapat dijatuhi sanksi pidana atau disebut juga
delik commisionis per ommissionen commissa. Contoh dari
delik ini adalah seorang ibu yang membunuh anaknya dengan
tidak memberikan air susu (ps 338, 340 KUHP) dan seorang
penjaga wissel yang menyebabkan kecelakaan kereta api
dengan sengaja tidak memindahkan wissel (ps 194 KUHP)
38. Subyek hukum memiliki perkembangan hingga kini, jelaskan !
Jawab : Pada dasarnya yang menjadi subyek Hk.pidana :
a. yang melakukan tindak pidana
b. yang bisa dipertanggungjawabkan
c. yang bertanggungjawab atas tindakan pidana
sehingga subyek hukum tersebut dapat dijatuhi sanksi pidana
apabila melanggar hukum.
Ada 3 Fase perkembangan subyek hukum pidana:
 Fase pertama( Fase Tradisional) : Subyek hukum Pidana
hanyalah manusiaà Bisa disimpulkan dari ps. 59 KUHP.
(Meskipun yang melakukan tindak pidana adalah badan
usaha, maka tetap yang dipertanggungjawabkan adalah
manusia)
 Fase Kedua : Subyek hukum pidana adalah manusia dan
korporasi berbadan hukum
 Fase Ketiga : Manusia, korporasi berbadan hukum dan
korporasi tidak berbadan hukum
39. Sebutkan dan jelaskan Sumber hukum Pidana!
Jawab : sumber hk. Pidana menyangkut per-UU-an hukum pidana
secara garis besar.
a. Sumber hukum secara tertulis : adalah sumber hukum yang
terdapat dalam undang-undang atau ada bukti tertulisnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
- KUHP : adalah sumber utama hukum pidana Indonesia
- M.v.T : adalah memori atas rencana undang-undang
pidana, digunakan untuk memberi penjelasn terhadap
pasal-pasl yang terdapat dalam KUHP
- Undang-undang atau peraturan diluar KUHP

b. Sumber hukum tidak tertulis :
- Hukum pidana adat, hukum pidana adat masih berlaku
sebagai sumber hukum di daerah-daerah, sebab hukum
adat itu adalah hukum yang asli dan berlaku dengan
sendirinya, kecuali ada hal-hal yang mengahalangi
berlakunya. Diatur dalam UU Darurat No 1 tahun 1951,
berdasarkan pasal 5 ayat 1sub B, maka hukum yag hidup
di masyarakat bisa diperlakukan sepanjang ketentuan
hukum yang tertulis belum mengaturnya. Jenis sanksi
pidana hanya pidana kurungan (berdasarkan KUHP sanksi
pidana kirungan tidak boleh melebihi 1 tahun).
40. Terangkan Anatomi KUHP dan menurut KUHP!
Jawab:
Anatomi KUHP
Buku I tentang ketentuan umum
Ketentuan umum mengatur asas dasar
hukum pidana, pengertian dan istilah
hukum pidana. ketentuan umum juga
berlaku pada ketentuan diluar KUHP
sepanjang ketentuan diluar KUHP
tersebut tidak mengatur secara khusus.
Buku II tentang kejahatan
Kejahatan (rechtdelik) : adalah perbuatan
yang bertentangan dengan keadilan,
terlepas dari apakah perbuatan tersebut
diatur dalam undang-undang atau tidak,
namun perbuatan tersebut benar-benar
dirasakan oleh masyarat sebagai sesuatu
yang bertentangan dengan keadilan.
Misalnya pembunuhanMisalnya
pembunuhan
Buku III tentang pelanggaran
Wetsdelict (pelanggaran ) : adalah
perbuatan yang pada umumnya baru
dikatakan suatu tindak pidana, karena
undang-undang mengaturnya sebagai
delik. Jadi karena ada undang-undang
yang mengancamnya dengan pidana.
Misalnya memarkirkan mobil disebelah
kanan jalan.
Selain itu ada pula perbedaan lain yaitu :
a. Tentang hal percobaan, dalam
kejahatan percobaan dapat dipidana
sesuai dengan pasal 53, sedangkan
dalam pelanggaran percobaan tidak
dapat dipidana sesuai dengan pasal
54
b. Tentang daluwarsa penuntutan,

Anatomi Berdasar konsep
Buku I tentang ketentuan umum

Buku II tentang Tindak pidana

Sedangkan di konsep tidak
membedakannya dengan alasan secara
kualitas dan kuantitas antara
pelanggaran dan kejahatan, terkadang
pelanggaran memiliki akibat yang lebih
besar dibandingkan dengan pelanggaran.

daluwarsa penuntukan kejahatan
lebih lama dibandingkan dengan
pelanggaran
c. Tentang pembantuan, membantu
alam hal kejahatan dapat dipidana
namun membantu dalam
pelanggaran tidak dijatuhi pidana.

41.

Apakah pasal 103 memiliki fungsi khusus?
Jawab : iya , yaitu sebagai pasal jembatan yang menjebatani UU
yang ada dalam KUHP ataupun yang diluar KUHP sepanjang tidak
diatur lain secara khusus oleh UU yang bersangkutan. Ketentuan ini
berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundangundangan lainnya diancam dengan pidana kecuali oleh undangundang ditentukan lain.
42. Bagaiman dalam hal ketentuan per-UU-an diluar KUHP mengatur
secara khusus suatu norma, sedangkan di KUHP juga mengatur
maka dipakai ketentuan apa?
Jawab : Dipakai ketentuan diluar KUHP, dengan berprinsip pada
asas Lex Spesialis Derogat lex generalis. artinya ketentuan yag
bersifat khusus mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum
43. Apakah hukum Indonesia bisa berlaku di sembarang tempat dan
semua orang? jelaskan!
Jawab : tidak, tetapi mengacu pada Aasas berikiut ini
a. Azas teritorial : azas ini terdapat dalam pasal 2 KUHP “ aturan
pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah
Indonesia”. Dalam hal ini berarti peraturan tersebut berlaku
bagi WNI dan WNA yang berada di wilayah kekuasaan
Indonesia, baik itu wilayah darat, laut, dan udara, dan juga
kapal-kapal milik negara Indonesia.
b. Azas personal (asas nasional aktif): dalam azas ini
mengatakan bahwa peraturan hukum indonesia itu berlaku
mengikat bagi setiap warga negara Indonesia, yang melakukan
tindak pidana baik di dalam negeri maupun luar negeri, jadi
seolah-olah peraturan indonesia itu mengikuti kemana pun
orang itu berada.à Harus memenuhi syarat bahwa perbuatan
tersebut dianggap merupakan suatu tindak pidana di kedua
negara tersebut.
c. Azas perlindungan (azas nasional pasif ) : azas ini memuat
segala prinsip, bahwa peraturan hukum pidana berlaku
terhadap tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum
negara Indonesia, baik itu dilakukan oleh warga negara
Indonesia atu bukan yang dilakukan di luar negeri. Dengan

kata lain azas ini berfungsi untuk melindungi keamanan dan
kepentingan negara.
d. Azas universal : peraturan-perturan hukum pidana Indonesia
dapat berlaku terhadap tindak pidana baik itu dilakukan
didalam negeri atau pun diluar negeri, baik yang dilakukan oleh
WNI atau WNA, sejauh mana tindak pidana yang dimaksud
dalam pasal 4 ayat 2 dana pasal 4 ayat 4. Dengan kata lain
hukum pidana Indonesia dapat berlaku apabila jaga
menyangkut kepentingan internasional. Asas ini berlaku pada
delik jure gentium, seperti terorisme, pelanggaran HAM berat.
44. Apa yang membedakan antara tempat terjadinya Tindak pidana
dan berlakunya hukum pidana berdasar tempat?
jawab: untuk menentukan seseorang yang melakukan tindak pidana
herus memperhatikan dua hal yaitu waktu dan tempat.
- Waktu : untuk menentukan peratutan mana yang akan
diterapkan pada tindak pidana tersebut ( berdasarkan perinsip
hukum tidak berlakku surut)
- Tempat : untuk menentukan pengadilan mana yang berwenang
untuk mengadili terhadap pelaku tindak pidana tersebut.
Untuk menentukan tempat terjadinnya tindak pidana
berdasarjan tempat( Locus Delicti), ada 3 teori :
a) Teori perbuatan materil ( perbuatan jasmaniah ) ; temapt
terjadinya tindak pidana ditentukan oleh perbuatan
jasmaniah yang dilakukan oleh sipembuat dalam
mewujudkan tindak pidana tersebut.
b) Teori instrumen (alat) ; dalam teori ini tempat terjadinya
delik ialah tempat bekerjanya alat yang digunakan
sipembuat untuk melakukan tindak pidana tersebut. Alat ini
bisa berupa benda atau orang, dengan catatan oarng
tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.
c) Teori akibat ; dalam teori ini yang menjadi ukuran tempat
terjadinya perbuatan adalah dimana terjadinya akibat dari
delik tersebut.
45. Apa yang dimaksud dengan bunyi pasal 1 ayat 1 KUHP?, Jelaskan!
Yang berisi “ tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan” Dalam pasal ini berisi 2 hal yaitu:
a. Suatu tindak pidana harus dirumuskan terlebih dahulu dalam
peraturan undang-undang.
b. Peraturan undang-undang ini harus ada sebelum terjadinya
tindak pidana.
Konsekuensi dari pasal 1 ayat 1 tersebut adalah :
a. Suatu perbuatan sesorang yang tidak tercantum dalam
undang-undang sebagai suatu tindak pidana tidak dapat

46.

47.

48.

49.

dipidana, jadi harus tercantum terlebih dahulu peraturannya
baru sesorang tersebut dapat dipidana sesuai dengan
perbuatan yang telah dia lakukan. Jadi terhadap hukum tidak
tertulis tidak berkekuatan untuk diterapkan. Pengecualian
terhadapa hal ini adalah bahwa daerah-daerah yang dulu
termasuk kekuasaan pengadilan swapraja dan pengadilan adat
masih diterapkan namun dengan pembatasan-pembatasan
tertentu.
b. Adanya larangan menggunakan analogi untuk membuat suatu
perbuatan menjadi suatu tindakan menjadi suatu tindak pidana
sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Analogi disini
dimaksudkan adalah memperluas berlakunya suatu peraturan
dengan mengabstrakannya menjadi aturan hukum yang
menjadi dasar dari peraturan itu dan kemudian menerapkan
aturan yang bersifat umum ini kepada perbuatan yang konkrit
yang tidak diatur dalam undang-undang. Hal ini berfungsi
untukmencegah kesewenag-wenangan dari pengadilan atau
penguasa.
Pasal 1 ayat 2 KUHP memiliki makna apa?, Jelaskan!
jawab : Pasal 1 ayat 2 berfungsi sebagai pengecualian terhadap
ketentuan larangan berlakunya retroaktif yang berbunyi “jika sesudah
perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan,
dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa”. Jadi dengan kata
lain pasal ini sebagai pasal pengecualian dari pasal 1 ayat 1 dimana
dikatakan suatu ketentuan itu tidak boleh berlaku surut.
Artinya dipiih sanksi yang lebih lunak atau yang paling meringankan
bagi pelaku tindak pidana (Lex temporis delicti)
Apakah di dalam hukum pidana menganut asas retroaktif?
Jelaskan!
Jawab: Hukum pidana tidak menganut asas retroaktif atau berlaku
surut, kecuali pada tindak pidana tertentu seperti terorisme.
Untuk mengetahui unsur tindak pidana, hal apa yang harus
diperhatikan ?
jawab : yang harus diperhatikan adalah predikatnya, sebagai contoh
pasal 338 KUHP “ Barang siapa sengaja merampas nyawa orang
lain,diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun”. Dari pasal tersebut, maka yang dimaksud
dengan unsur tindak pidana yaitu “ sengaja” dan “merampas nyawa
orang lain”
Apa yang dimaksud dengan monoisme dan dualisme?, Indonesia
menganut apa?
Jawab :
a. Monoisme tidak ada yang membedakan tentang perbuatan
dan orang yang melakukannya, jadi seseorang dapat dipidana

apabila telah melakukan suatu tindakan yang melawan hukum
tanpa melihat apakah orang yang melakukan hal tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Dualisme yaitu adanya pemisahan antara orang dan
perbuatan, jadi walaupun perbuatan itu telah memenuhi
rumusan dalam UU, namun belum tentu orang tersebut dapat
dipidana, karena dilihat terlebih dahulu apakah orang tersebut
bisa dipertanggungjawabkan atau tidak, dalam kata lain syarat
pertanggungan jawab pidana harus melekat pada orang yang
berbuat.
* Indonesia menganut Dualisme*
50. Apa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum dalam arti
formil dan materiil, dan dalam arti materiil apa yang dimaksud
mempunyai fungsi negatif?
jawab:
- Sifat melawan hukum formil, suatu perbuatan dapat diancam
pidana apabila perbuatan tersebut telah dirumuskan sebagai
suatu delik dalam undang-undang, jadi dengan kata lain sifat
melawan hukumnya hanya berdasarkan suatu ketentuan
undang-undang. Melawan hukum sama dengan melawan atau
bertentangan dengan undang-undang(hukum tertulis).
- Sifat melawan hukum materiil, suatu perbuatan melawan
hukum atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam peraturan
perundangan saja namun juga dari hulum yang tidak tertulis.
Menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan bertentangan
dengan undang-undang(hukum tertulis) dan juga hukum yang
tidak tertulis, termasuk susila dan sebagainya.
Ajaran sifat melawan hukum yang materiil dalam fungsi yang
negatif adalah dengan mengakui kemungkunan adanya hal-hal
yang ada diluar undang-undang menghapus sifat melawan
hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang.
Jadi dalam kata lain hal ini sebagai alasan penghapus sifat
melawan hukum
51. Apa yang membedakan antara delik formil dan delik materiil dan
bagaimana konsekuensinya dalam hal percobaan?
jawab :
a. Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada perbuatan yang dilarang. Jadi, Sepanjang perbuatannya
sudah memenuhi rumusan Undang-Undang, walaupun tidak
ada akibat yang ditimbulkan, maka sudah merupakan delik
selesai, dan pelakunua bisa dipidana. Sebagai contoh : dalam
hal penghasutan atau pencemaran nama baik. Pembuktian
delok foemil sangat mudah, hanya dilihat dari pemenuhan
rumusan UU

b. Delik materill adalah delik yang perumusannya dititik beratkan
kepada akibat
Konsekuensi dalam hal percobaan:
Pada delik Formil : bisa dipidana asalkan sudah memenuhi
rumusan UU dan dianggap sebagai delik selesai.
pada delik matriil : sulit dicari bukti, karena mengutamakan
akibat. sedangkan pada percobaan, akibat yang ditimbulkan
belum ada.
52. Apakah di dalam hukum pidana orang yang tidak berbuat bisa
dikatakan juga melakukan tindak pidana?
jawab : iya, di dalam hukum pidana ada perbuatan yang tidak
berbuat dapat dijatuhi sanksi pidana atau disebut juga delik
commisionis per ommissionen commissa. Contoh dari delik ini
adalah seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak
memberikan air susu (ps 338, 340 KUHP) dan seorang penjaga
wissel yang menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja
tidak memindahkan wissel (ps 194 KUHP)
53. Apakah yang dimaksud dengan kemampuan bertanggungjawab?
Jelaskan !
jawab :KUHP tidak memberikan definisi Kemampuan
bertanggungjawab .
Simons : “Kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sebagai
keadaan psychis sedemikian, yang membenarkan adanya
penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum
maupun dari orangnya”
orang yang mampu bertanggungjawab, apabila:
a. Ia mampu mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan yang
dilakukan melanggar hukum
b. Ia dapat menentukan kehendaknya sesuain dengan
kesadarannya tersebut.
Sedangkan orang dikatakan tidak mampu bertanggungjawab
apabila sesuai dengan pasal 44 KUHP, yaitu berdasarkan
keterangan dokter penyakit jiwa (psykiater) dan yang menetapkan
adanyanhubungan kausal antara keadaaan jiwa tersangka dengan
perbuatan yang dilakukan adalah hakim.
54. Seorang musafir Arab Saudi melakukann pencabulan terhadap
TKW yang berasal dari Jepara, Setelah kembali di Indonesia ia
melaporkan peristiwa itu. Apakah sebenarnyan peristiwa itu dapat
dikenakan KUHP Indonesia?
jawab: bisa, yaitu dengan menggunakan asas nasional pasif
(berdasarkan konsep KUHP pasal 4)

55.

56.

57.

58.

59.

Sastro melakukan TP di Indonesia kemudian melarikan diri ke luar
negri. Upaya apa ynag dapat dilakukan Indonesia untuk menangkap
sastro?
jawab: Indonesia meminta bantuan negara dimana Sastro melarikan
diri, yaitu dengan perjanjian ekstradisi, yang merupakan bantuan
hukum yang bersifat internasional. Dengan bantuan ini, maka negara
asing yang merasa berhak untuk menuntut seseorang yangb berada
dinegara kita, dapat melakukan haknya itu.
Fatimah warga negara Banten melakukan aborsi di Singapura,
setelah kembali ke Banten apakah bisa diberlakukan KUHP Banten?
jawab : tidak bisa, karena syarat yang harus dipenuhi supaya
Fatimah dapat di berlakukan KUHP Banten adalah perbuatan Aborsi
yang dilakukan Fatimah merupakan double criminality, artinya
merupakan suatu tindak pidana di kedua negara tersebut.
SBU seorang teroris melakukan tindak pidana terorisme di Arab
dengan cara menyebarkan isu minyak babi, kemudian SBU
tertangkap di Indonesia, Apakah KUHP Indonesia bisa berlaku?
Jawab : bisa, yaitu berdasarkan asas universal,, Asas ini berlaku
pada delik jure gentium, seperti terorisme, pelanggaran HAM berat
dsb.
Apa yang dimaksud dengan kriminalisasi, dan dekriminalisasi?
Jawab :
a. Kriminalisasi adalah suatu proses dimana dahulu perbuatan
tersebut bukanlah suatu tindak pidana, namun sekarang
menjadi suatu tindak pidana, di akhir dengan adanya suatu
perundangan-undangan yang mengaturnya.
Kriminalisasi harus memperhitungkan beberapa hal :
- Proses efektifitas dan kegunaan dari peraturan
perundangan yang akan dibuat
- Apa yang diatur harus bisa dilaksanakan baik mengenai
sarana, prasarna (alat yang digunakan untuk menegakkan
undang-undang maupun aparat penegaknya)
- Azas ekonomis
- Pertimbangan hak asai manusia yang perlu dilindungi
b. Dekriminalisasi adalah suatu proses dimana dahulu suatu
perbuatan tindak pidana namun sekarang sudah bukan
termasuk tindak pidana (dicabutnya dari peraturan UU) contoh
dicabutnya ps 154 oleh MK, pencabutan UU no 11 Pnps 1963
tentang T.P subversi
Apa perbedaan kesengajaan dan kealpaan?
jawab :
a. Kesengajaan adalah mempunyai niat dan menghendaki
timbulnya akibat yang dikehendaki.
unsur kesengajaan :

-

menghendaki timbulnya akibat dari perbuatannya
adanya hubungan antara kehendak dengan
perbuatannya
ada 3 corak kesengajaan, yaitu : kesengajaan dengan maksud,
kesengajaan dengan sadar kepastian dan kesengajaan dengan
sadar kemungkinan.
b. kealpaan adalah tidak mempunyai niat dan tidak menghendaki
timbulnya akibat yang dikehendaki.
kealpaan ada dua yaitu : kealpaan besar dan kealpaan kecil.
kealpaan besar : kadangkala dengan perbuatannya tersebut, ia
memang menghendaki dan sadar karena kealpaannya tersebut
akan menimbulkan akibat.
60. Apa yang dimaksud dengan penghapusnya pidana ?
jawab : alasan penghapus pidana tidak sama dengan alasan
penghapus penuntutan.