paper Sejarah Peradaban Islam negeri tir

PUSAT PERADABAN ISLAM DI NEGERI TIRAI BAMBU
Orang China mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti
agama yang murni. Masyarakat China menyebut Makkah sebagai kelahiran
“Buddha Ma-hia-wu” (Nabi Muhammad SAW).
Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan oleh Allah SWT, bangsa China
memang telah mencapai peradaban amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai
Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan
peradaban. Tak bisa dipungkiri bahwa umat islam juga banyak menyerap ilmu
pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu
kedokteran, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban
masyarakat China ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.
sejak saat itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang
dengan China.
A. Sejarah Peradaban Islam di China
Terdapat beberapa sumber yang menceritakan bagaimana masuknya
Islam ke daratan China. Sumber pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama
kali tiba di China dibawa oleh para sahabat Rasul yang hijrah ke Al-Habsya
Abyssinia (Ethiopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari
kemarahan kemarahan dan amuk massa kaum Quraisy jahiliyah. Mereka
antara lain adalah; Ruqoyyah, anak perempuan Nabi, Ustman bin Affan,
Sa’ad bin Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha
Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali
ke tanah arab, konon mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di
daratan China pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M – 618 M).
Sumber yang lain menyatakan bahwa ekspedisi Arab datang ke China
di tahun kedua pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang; yaitu pada
31 H (651 M) di masa pemerintahan oleh Khalifah Ustman. Delegasi ini
berjumlah 15 orang dan dipimpin oleh Saad Ibn Abi Waqqas, salah seorang
sahabat Nabi. Delegasi tersebut datang ke China melalui jalur laut dan tiba di

1

Kanton. Kemudian melalui darat pergi ke ibukota Zhang-An (sekarang Xian).
Disana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan membangun sebuah
masjid. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama di China, yang masih
berdiri sampai sekarang.
Tentara muslim mencapai perbatasan China pertama kali melalui darat
di masa khalifah Walid dari bani Umayyah, Al-Hajjaj ibn Yusuf Al-Tsaqafi,
gubernur Irak pada waktu itu mengirim tentara muslim dibawah pimpinan
Qutaibah Ibn Muslim Al-Bahili ke perbatasan China. Tentara itu

meninggalkan Samarkand (Uzbekistan) pada 93 H (711 M) dan memasuki
Kashgar (Singkiang) pada 96 H (714 M). Kaisar China kemudian setuju
membayar upeti kepada orang-orang muslim sebagai tanda kesetiaan kepada
negara muslim.
Hubungan perdangangan antara muslim dan bangsa China kian
meningkat dengan pesat. Awalnya perdagangan dijalankan melalaui jalur laut,
kemudian darat. Kebanyakan pedagan adalah muslim dan umumbnya dari
Arab dan Persia. Hubungan antara muslim dan bangsa China di masa dinasi
Umayyah dan Abbasyiah berlangsung ramah dan hangat, mereka saling
bertukar kedutaan dan delegasi. Pada 138 H (755 M) kaisar China meminta
pertolongan dari umat islam untuk memadamkan pemberontakan An-LuChan. Khalifah memenuhi permintaan tersebut dengan mengirim pasukan
yang terdiri dari 4000 orang tentara muslim dan pada akhirnya mereka
berhasil mengalahkan pemberontakan dan menetap di tanah China. Mereka
menikahi wanita China dan membangun keluarga Muslim sehingga
memberikan dukungan demografik yang kuat kepada komunitas muslim
pertama di China.
Jumlah pedagang Muslim arabia dan persia yang menetap di Kanton
mengingkat secara tajam. Pada tahun 141 H (758 M), terjadi pemberontakan
melawan kaisar karena beban pajak yang terlalu berat yang kemudian
dihentikan. Padah tahun 145 H (762 M) umat muslim sekali lagi membantu

kaisar meredakan pemberontakan lain, yaitu pemberontakan oleh Sei-ChuBei.

2

Kanton menjadi pusat penyebaran islam ke arah Hang – Chu di garis
pantai sebelah utara. Mereka membangun masjid dan sekolah. Namun tujuh
tahun kemudian terjadi pemberontakan yang membakar kota dan membantai
lebih dari 100.000 muslim. Karena peristiwa itu, Dinasti Tang runtuh pada
tahun 295 H (907 M).
Selama masa pemerintahan Dinasti Tang, umat Islam di China hidup
makmur dan dihormati. Akan tetapi, walaupan telah terjadi pernikahan antar
etnis, bagi bangsa China, Islam masih tetap dianggap sebagai hal yang asing
dari segi bahasa, kebudayaan maupun ras. Namun, banyak kaisar yang tetap
memberikan perlakuan istimewa kepada umat islam apalagi pada masa
pemerintahan Dinasti Siung berikutnya. Terdapat 86 delegasi dari negara
muslim ke China selama tahun 31 H (651 M) dan 604 H (1270 M). Arus
imigran yang makin deras membuat banyaknya pembangunan kota – kota
muslim di dekat pelabuhan – pelabuhan terbesar di China makin pesat.
Mereka membangun masjid dan sekolah dan mendirikan lembaga – lembaga.
Gubernur yang dicalonkan dari golongan umat islam juga kebanyakan

diterima oleh kaisar.
Selama pemerintahan Dinasti Siung, posisi Jendral Laut di Kanton
selalu dijabat oleh seorang Muslim, pada masa ini juga jumlah penduduk
muslim meningkat karena derasnya arus imigrasi melalui Kashgar, serta
banyaknya penduduk setempat yang berpindah agama ke islam. Perpindahan
agama yang paling luar biasa adalah perpindahan agama secara massal oleh
suku Hsiung-Nu.
Masyarakat Mongol di bawah pimpinan Chingis Khan menyerbu
Chingis Khan menyerbu China untuk menurunkan Dinasti Siung. Kubilai
Khan, anak Chingis membangun dinasti Yuan. Pada waktu itu tentara Mongol
menaklukan

sebagian

besar

wilayah Asia

dari


dunia

Islam

dan

menghancurkan kekhalifahan Abbasyiah dan ibukota Muslim, Baghdad.
Namun akibat sampingnya adalah Pax Mongolica yang meliputi bagian –
bagian dunia Islam dan China dalam satu unit tunggal. Situasi in mendorong
gerakan orang dan ide – ide yang pada gilirannya membantu terjadinya
perpindahan agamas secara massal ke islam, terutama olep para pembesar

3

Mongol. Orang muslim menjadi kelas terkemuka di seluruh negara Mongol
termasuk juga China. Hampir semua pejabat tinggi tentara, pemerintahan dan
administrasi adalah seorang Muslim. Ahli sejarah bangsa Persi Rashiddin
Fadlullah melaporkan bahwa di pada era negara Mongol dibawah pimpinan
Kubilay Khan, China dibagi ke dalam 14 provinsi. Pimpinan masing –
masing provinsi adalah gubernur dan wakil gubernur, delapan gubernur

muslim dan empat wakil gubernur lain juga muslim. Diantara negarawan
China Muslim yang paling terkenal saat itu adalah gubernur provinsi Yuann
(1278 M – 1279 M). Anaknya, Al – Sayyid Bayyin menjadi perdana menteri
kaisar China antara 1333 M dan 1340 M.
Pengembara Maroko Ibnu Batutah pernah mengunjungi China selama
periode ini. Ia mengatakan bahwa “ tiap kota China mempunyai kota Muslim
dimana hanya hidup orang – orang Muslim. Dalam kota – kota ini ada
masjid dan lembaga – lembaga lain. Orang – orang muslim sangat
dihormati”.
Dinasti Mongol (Yuan) jatuh pada 1368 M, diganti oleh dinasti Ming
yang berlanjut sampai tiga abad sampai tahun 1644 M. Selama periode ini,
Muslim mencapai puncak kemakmuran dan pengaruhnya terhadap China.
Periode ini juga bercirikan jumlah orang China yang masuk Islam meningkat.
Pada masa ini, terjadi pergantian bahasa Persia sebagai lingua franca
komunitas Muslim oleh China Mandarin, pengaruh lain adalah meluasnya
nama – nama China di kalangan umat islam di China; Muhammad menjadi
“Ma”, Mustafa menjadi “Mu”, Mas’ud menjadi “Si”, Dawwud dan Tahir
“Ta”, Hasan “Ha”, Husain “Hu” Badruddin, Jalaludin dan seterusnya menjadi
“Ning”, Najib dan Nasir menjadi “Na”, Salim, Salih menjadi “Sha”, Ali
menjadi “Ay” dan seterusnya. Orang – orang muslim juga menyerap

kebiasaan – kebiasaan China yang tidak melanggar syariat Islam. Mereka
melakukan pernikahan dengan orang China yang masuk Islam secara besar –
besaran sehingga tidak mungkin dapat mengenali China dengan Muslim dari
China non muslim. Pengaruh Muslim sepanjang dinasti Ming pernah lebih
besar daripada masa dinasti Mongol. Kaisar pertama dari dinasti Ming, Ming
Tsai Tsu dan kaisar wanita diperkirakan telah menjadi muslim. Kecintaan

4

kaisar terhadap Nabi Muhammad sudah sangat terkenal dan ditunjukkan
secara terang – terangan. Ia menulis puisi yang berisi pujian – pujian atas
Nabi Muhammad SAW dan memahatnya pada marmer di masjid Jami’ kota
Nankin (yang sampai sekarang masih ada). Kaisar Yung Lu (1405 -1432 M)
menggunakan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi China dan mengirim
duta besar Muslim, Chung Hu ke beberapa negara islam untuk membangun
hubungan yang harmonis. Mayoritas pejabat tinggi pada dinasti Ming juga
muslim, kecuali Turkestan Timur (Singkiang – Uighur) yang sebenarnya
merupakan bagian Turki, disana Islam tak pernah mampu membangun suatu
entitas politik yang merdeka dan abadi di China.
Pada saat rezim Mongol, posisi umat islam di China sangatlah

berpengaruh dan dinasti Yuan dianggap sebagai Dinasti Islam oleh para ahli
sejarah. Sepanjang dinasti ini, Islam mengalami integrasi yang baik dalam
kebudayaan China tanpa kehilangan identitasnya. Namun pada saat Dinasti
Manchu, Muslim China mengalamai periode yang mengerikan karena
penderitaan yang terus menerus selama tiga abad.
Pada tahun 1651 M, hanya tujuh tahun sesudah dinasti Manchu
berkuasa terjadilah tindakan kekerasan dan kebengisan terhadap Muslim
Tionghoa (China). Muslim Tionghoa diinjak – injak dan ditindas, hal ini
sungguh merupakan ujian terberat bagi umat islam tionghoa.
Dalam masa panjang ini, yakni 268 tahun selama dinasti Manchu
berkuasa, pihak muslim tionghoa selalu menjadi sumber kegelisahan,
kecemasan dan dendam bagi pihak penguasa – penguasa Manchu tersebut. di
wilayah barat laut barat daya China sering terjadi pertempuran kecil setiap
dua puluh tahun dan pertempuran secara besar – besaran setiap tiga puluh
tahun. Pertempuran tersebut berlangsung dalam masa yang panjang sehingga
mengakibatkan jutaan korban jiwa jatuh dari kedua belah pihak.
Meskipun semangat oposisi demikian memuncak terhadap kekuasaan
Manchu, tetapi timbul juga banyak sikap patriotisme yang diperllihatkan oleh
pihak Muslim tionghoa. Bahkan menjelang dan selama revolusi China pada
tahun 1911 M, yang dipimpin turunan Han yang bukan muslim. Kenyataan

ini membangkitkan respek setiap turunan Han, salah satunya Dr. Sun Yat Sen,

5

bapak revolusi tersebut memberikan pujian tertinggi terhadap Muslim
Tionghoa di dalam karyanya yang terkenal, San Min Chu I (Three Principles
of the People).
Satu – satunya alasan bagi tindakan kekuasaan Manchu adalah
disebabkan oleh pihak Muslim menolak rezim Manchu. Semboyan
perlawanannya berbunyi, “Crush the Ching (Manchu) and receive the Ming
(Han) movement”, yang berarti, “Hancurkan kekuasaan Ching (Manchu)
dan galakkan gerakan Ming (Han)”.

Semboyan itu dibuktikan dengan

perlawanan terus menerus selama 268 tahun.
Dari tahun 1911 sampai 1948, Islam menyaksikan suatu kebangkitan
kembali yang sebenarnya dan orang – orang muslim mendapatkan kembali
beberapa pengaruhnya seperti dulu. Sejak pembentukan rezim Komunis pada
tahun 1948, suatu bentuk penindasan baru terhadap orang Muslim tercipta.

Segala kontak antara Muslim di berbagai bagian China dan dunia lain
berhenti. Masjid – masjid dan sekolah – sekolah islam ditutup, para imam
dibunuh dan dipenjarakan. Struktur kekeluargaan muslim dihancurkan dan
para anggotanya dibubarkan.
Mayoritas Muslim Tionghoa mengikuti madzhab Hanafi dan sekitar
90% muslim tionghoa adalah China seutuhnya, dari mulai nama, wajah dan
kebudayaannya. Muslim China asli ini disebut Huis oleh orang China lainnya.
Sisanya 10% adalah Turki dan Mongol. Penduduk muslim lebih banyak
terdapat di provinsi – provinsi utara daripada provinsi selatan. Sensus pada
saat rezim Komunis tidak memerlukan identifikasi agama dalam sensus, akan
tetapi jumlah Muslim Tionghoa dapat ditaksir dari sensus kebangsaannya.
Bagi muslim yang secara etnis adalah asli China, jumlahnya dapat dihitung
atas dasar sensus 1936 yan g menunjukkan jumlah muslim tiap provinsi dan
juga keseluruhan. Jumlah muslim keseluruhan ditaksir mencapi 47.437.000
jiwa atau sekita 10,5% dari jumlah penduduk. Jika presentase ini tidak
berubah, jumlah muslim China mencapi angka 107 juta jiwa pada tahun 1982.
Mayoritas umat Islam di China berada di dua wilayah: daerah otonom
Singkian-Uighur dan provinsi Chinghai. Muslim juga mendekati mayoritas
dalam dua wilayah ini, yaitu Ninghsia-Hui (47%) dan Khansu (40%). Namun


6

wilayah – wilayah dengan presentase muslim yang tinggi tersebut menjadi
wilayah tujuan imigrasi non muslim besar – besaran sehingga hal ini
cenderung mengikis karakter keislaman daerah tersebut.
Bagi muslim China periode 1952 – 1968 kelaparan buatan diciptakan,
penduduk muslim di bubarkan, masjid – masjid dibakar, lembaran – lembaran
Al – Qur’an dirobek sehingga berserakan dan para pemimpin muslim
dianiaya dan dihina. Hanya baru – baru ini saja, harapan – harapan telah
menigkat stelah meninggalnya Mao-Tse-Tsung dan penyisihan “kelompok
empat”.
B. Perkembangan Islam di China
Sejak era sebelum Islam, hubungan perdagangan telah terjalin antara
dunia Arab dan China. Jalur perdagangan ini melalui dua jalur, yaitu laut dan
darat (jalur sutera). Beberapa pedagang arab disebut – sebut sudah menetap di
beberapa kota bandar dagang di China seperti Kanton, Chang Chow, dan
Chuan Chow. Meskipun terdapat pendapat yang menyebutkan bahwa Islam
masuk ke Kanton semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi hubungan
resmi antara pemerintah islam dan China terjadi pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan RA yang mengirim delegasinya pada kaisar Dinasti Tang
(618 M – 905 M). Hal ini tercatat resmi dalam sejarah resmi (Annals) dinasti
Tang.
Keberadaan Islam di negeri China mencapai puncaknya pada masa
Dinasti Ming (1368 M – 1644 M) yang menggantikan dinasti Yuan. Ibrahim
Tien Ying Ma menyebutkan bahwa istri kaisar pertama dinasti Ming adalah
seorang muslimah yang dikenal sebagai ratu Ma (Ma menurutnnya
merupakan nama keluarga muslim China yang berasal dari kata Muhammad).
Empat dari enam panglima yang mendukurng proses revolusi yang
melahirkan dinasti Ming juga merupakan panglima – panglima Muslim. Ia
juga berpendapat bahwa kaisar perama dinasti Ming, Chu Yuan Chang dan
kaisar Ming berikutnya juga menganut agama Islam, meskipun mereka tidak
menjadikan agama islam sebagai agama resmi negara. Yang jelas, masyarakat
China mencapai puncak kejayaannya pada masa dinasti ini dan pada masa ini
pula Islam mencapai puncak pengaruhnya di negeri tirai bambu tersebut.

7

Admiral Cheng Ho pun menjalankan misi diplomasinya yang sangat
menonjol ke Timur Tengah dan Asia Tenggara pada awal pemerintahan
Dinasti Ming.
Ketika dinasti ini jatuh oleh gerakan demokrasi dan republikan yang
dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, kaum muslimin China merasakan keadaan
yang lebih baik dan ikut memberikan kontribusi yang cukup penting. Namun,
ketika komunisme berkuasa di China semenjak tahun 1950, mereka kembali
mengalami kemunduran dan mendapat tekanan yang luar biasa. Masjid –
masjid dan para imamnya dihancurkan dan disingkirkan oleh pemerintah
komunis pada masa Reformasi Keagamaan (1958 M) dan Revolusi
Kebudayaan (1966 M – 1976 M).
Seperti contoh yang disampaikan Liu baojun, di provinsi Qinghai
setelah tahun 1958 M hanya tersisa 8 masjid, padahal sebelumnya terdapat
931 masjid. Jumlah imam dan staf keagamaan di masjid – masjid tersebut
hanya tinggal 12 orang setelah tahun 1958 M, dari sebelumnya berjumlah
5940 orang. pada masa revolusi kebuadayaan, masjid dan para imam di
provinsi tersebtu sama sekali tidak tersisa lagi. Pelaksanaan kewajiban ibadah
islam seperti shalat lima waktu dan pergi haji tidak diizinkan. Hal yang
terakhir ini menyebabkan muslim China mengalami keterputusan hubungan
dengan negeri – negeri muslim lainnya dan menjadikan generasi muda
muslim mengalami kesenjangan dalam pemahaman terhadap islam. Namun
sejak zaman pemeritahan Deng Xiaoping, keadaan muslim di China menjadi
lebih baik. keyakinan mereka seta kebebasan dalam menjalankan kewajiban
keagamaan dilindungi oleh undang – undang.
Keteganga antar muslim denga pemerintahan komunis China memang
masih terjadi pada waktu – waktu tertentu, misalnya yang terjadi di wilayah
Xianjiang. Namun itu bukan berarti kaum muslimim sama sekali tidak
memiliki peluang untuk berkembang dan memajukandiri pada masa yang
akan datang. Islam telah hadir sejak awal keberadaannya di China dan telah
menjadi bagian integrasi serta memberikan kontribusi yang sangat penting
dalam perjalanan bangsa tersebut. walaupun belakangan ini islam
mendapatkan tekanan yang luar biasa dari rezim yang berkuasa, tetapi islam

8

bukan hanya masih eksis di China, tetapi juga masih memiliki penganut
denga jumlah yang sangat besar. Sementara agama Yahudi dan Kristen
Nestorian yang lebih dulu masuk ke China telah habis tak tersisa.
C. Kebangkitan Islam Modern di China
Dinasti Ming dijatuhkan oleh penyerang – penyerang Manchu yang
membangun dinasti Ching. Ini adalah pendudukan asing yang berlandaskan
divide et impera. Sejak awal pendudukan ini berlangsung, mereka telah
menunjukkan ketidak senangannya yang teramat terhadap orang muslim dan
memandangnya sebagai pendukung dinasti yang telah lalu. Di bawah rezim
Ching dari tahun 1644 M – 1911 M, muslim telah menjadi sasaran kekejaman
yang paling buruk. Mereka membalas dengan pemberontakan terus menerus
melawan rezim itu yang berakibat buruk. Ching memusatkan usaha – usaha
anti islamnya di daerah – daerah yang padat muslim seperti Turkestan Timur,
Khansu Dan Yunnan. Karena itu, disana terjadi serentetan pemberontakan
oleh muslim.
Yang terpenting dari serentetan pemberontakan tersebut adalah
pemberontakan Yunnan, dimana orang islam mampu membebaskan kota –
kota Dali dan Yunnan (ibukota provinsi). Mereka juga mampu membangun
negara muslim, namun negara negara itu segera hancur karena terjadi perang
saudara akibat telah disusupi setelah delapan tahun merdeka. Hal ini diikuti
terjadinya pembunuhan massal kaum muslimin yang meluas. Revolusi Yakub
di Khansu berlangsung selama dua puluh lima tahun. Pada awalnya kaum
muslimin seolah – oleh telah memenangkan peperangan, tetapi akhirnya
mereka justru dihancurkan ketika berada di Yunnan.
Abad sembilan belas di China merupakan abad pemberontakan
muslim terus menerus melawan penindasan. Perkataan Imam China terkenal
Ibrahim Shiong dapat menggambarkan hal ini, “ Sejarah perjuangan muslim
untuk hidup sepanjang lebih dari tiga abad penindasan dan kezaliman
merupakan bukti terbaik kesatuan mereka (Muslim) dan keinginan mereka
yang luar biasa untuk menentang siapapun yang berani menentang
keyakinan mereka dan jalan hidup mereka yang islami, berapa lamapun ini
harus dilakukan”. Karena itu tidak aneh jika kaum muslimin termasuk

9

pendukung revolusi republik pada 1911 yang paling setia. Presiden pertama
republik dr. Sun Yat Sen menanggapi hal in dengan membebaskan orang
muslim dari segala penganiayaan. Ia menyatakan bahwa bangsa China terdiri
dari lima komponen yang sama; Han (orang Budha China); Hui (Muslim
China); Ming (Mongol); Man (Manchu) dan Tsang (orang Tibet).
Namun penganiayaan yang terjadi pada masa dinasti Manchu selama
tiga abad menyebabkan orang muslim lebih miskin, jumlahnya berkurang dan
terputus hubungannya denga dunia muslim lainnya. Walaupun kesetiaan
mereka terhadap Islam sangatlah kuat, tetapi pengamalan Islam mereka perlu
ditingkatkan. Setelah tahun 1911, muslim China membangun kembali kontak
dengan dunia Muslim lainnya, mereka melakukan upaya perbaikan organisasi
dan pendidikan dan membawa kembali masa muslim kepada garis ortodoks.
Yang paling menonjol, adalah pendirian Organisasi Muslim China Progesif di
Beijing yang dipimpin oleh Al-Haj Ahound Wang Haonan yang aktivitasnya
terpusat pada penyebaran pendidikan Islam, pengajaran bahasa Arab, dan
pembangunan masjid dan sekolah. Pada 1938, suat organisasi baru Pan China
Muslim didirikan dibawa pimpinan seorang jenderal angkatan darat muslim.
Ia memimpin milisi muslim untuk mempertahankan negaranya dari serbuan
Jepang. Organisasi ini juga menerjemahkan Al – Qur’an ke dalam bahasa
China dan mengirim ratusan pelajar. Pada 1926 organisasi kebudayaan
Muslim China dibentuk di Shanghai, dipimpin oleh al – Haj Jalaluddin HatHshing. Peranan organisasi tersebut adalah untuk mengatur pendirian studi Al
– Qur’an (tafsir) dan hadist nabi. Organisasi ini mendirikan banyak sekolah
dan perpustakaan dan memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa.
Secara kultural, terjadi kebangkitan kembali umat islam China pada
periode 1911 – 1948 M. Selama periode ini, umat muslim membangun lebih
dari seribu sekolah dasar, perpustakaan dan banyak sekolah menengah.
Mereka berhasil mengenalkan studi bahasa arab dan islam di universitas –
universitas

China,

seperti

Universitas

Beijing,

Universitas

Central,

Universitas Tchug San dan sebagainya. Mereka menghasilkan banyak
literatur islam dalam bahasa China melalui majalah – majalah islam seperti;

10

Majalah Studi Islam Chna, Surat Muslim, Al Islah, Kemanusiaan, Majalah
Chee, Majalah Bang Tou dan sebagainya.
Secara politik, muslim membuat pemunculan kembali secara
mengesankan. Banyak diantar mereka yang bergabung dengan revolusi
nasionalis dan bertempur dengan keberanian tingi.
D. Sumbangsih Umat Islam terhadap China
a. Bidang Perdagangan
Setelah Imperium Parsi ditaklukkan, dan panglima – panglima arab
menghentikan gerakannya pada perbatasan Thian Shan, ternyata agama
Islam berkembang seterusnya ke arah timur. Kenyataan itu membuktikan
kepalsuan tuduhan bahwa agama islam itu dikembangkan dengan ujung
pedang.
Kehadiran umat islam mebuat hubungan dagang dengan pihak
arab/parsi semakin berkembang. Bandar – bandar dagang sepanjang
pesisir China makin berkembang dan makmur. Rakyat hidup dalam
kemakmuran. Hal ini merupakan sumbangsih besar pihak Muslim
sepanjang sejarah Tiongkok (China).
b. Bidang kesusasteraan
Lee Yen Shen merupakan sastrawan terpandang pada masa dinasti
Tang. Sejarah kesusasteraan mencatat namanya yang asli yaitu Riza. Lee
Hsuin dan Lee Shun, dua penyair termasyhur pada masa lima Dinasti
adalah juga keturunan Parsi.
Penulis



penulis

arab

serumpama Ardine,

Macksuddin,

Bermaluddin, Yahuddin, memperoleh kemasyhurannya karena essay –
essay mereka tentang sejarah dinasti Yuan. perlu dicatat bahwa lingua
franca (bahasa umum) di Istana pada masa itu dan untuk administrasi
tertentu ialah bahasa Parsi bukan bahasa China (Tionghoa)
Sayid Omar Syamsuddin adalah orang yang dianugerahi gelar
Price of Hsien Yang pada masa dinasti Yuan. Dia mempelajari tiga dari
buku tertua yang berasal dari tahun 909 SM yang berjudul Book of
Changes (Buku tentang berbagai Perubahan) dan meskipun hanya
sebagian kecil saja yang dipelajari, dia mampu memahamkannya. Dia

11

pulalah yang menciptakan lukisan Yin dan Yang yang sangat terkenal di
China itu. Lukisan itu menhiasi hampir di setiap rumah, lukisan tersebut
berbentuk bundaran yang melukiskan dua ikan. Yin adalah lambang
negatif dan Yang adalah lambang positif. Sayid Omar merupakan seorang
pelukis yang mahir mempergunakan cat air.
Pada masa dinasti Ming dan Manchu, tercantum beberapa nama di
National Records. Ma Man Lung dari Yunan dan Liu Cheh dari Nanking
merupakan contoh gemilan dari berbagai penulis islam, pernyusun ajaran –
ajaran islam dan filsafat. Karya mereka tentang Islam yang ditulis dengan
bahasa Arab membuat kagum para ahli bahasa Arab. Wang Tai Yui,
menulis tentang keesaan Allah SWT dalam gaya filosofis. Ma Fu Chu,
setelah pulang dari Makkah, berjuang menentang Manchu dalam wilayah
Yunnan. Ia terkenal dengan sumbangan karya – karyanya dalam bidang
alam pikiran dan bidang kesusasteraan. Nama – nama tersebut tetap hidup
dalam ingatan setiap Muslim Tionghoa (China).
c. Kenegaraan dan Keprajuritan
Banyak negarawan – negarawan dan prajurit – prajurit di China
yang berasal dari pihak Muslim. Takudar Khan, cucu Jenghiz Khan
dengan sukarela mau memeluk agama Islam. Ribuan pihak Muslim dari
berbagai kebangsaan, melayani dinasti Yuan pada masa pemerintahan
Kubilay Khan dan Takudar Khan.
Terdapat lebih kurang tiga belas nama kekeluargaan (surnames)
yang berasal dari Sayid Shini yakni Sayid Omar Syamsuddin. Satu
diantaranya ialah Ma, yang kebetulan merupakan nama kekeluargaan
yang asli dari admiral Muhammad Cheng Ho. Kepadatan penduduk
muslim dalam wilayah Yunnan itu menyebabkannya terpandang sebagai
wilayah terbesar di Tiongkok.
d. Navigasi dan Diplomasi
Arsip dinasti – dinasti China mencatat bahwa pelayaran junk –
junk Tionghoa sampai ke teluk parsi. Pelayanan itu terbatas dalam
hubungan dagang dan itupun hanya sampai teluk parsi. Dinasti Yuann pada
masa Kubilay Khan pernah mengirimkan armada ke laut selatan,

12

mengobrak abrik pusat kedudukan kerajaan Daha di jawa timur, tetapi
armada besar itu pada akhirnya binasa. Laksamananya yang pulang
dengan sisa prajurit dan armada itu dijatuhi hukuman mati.
Kaisar Yung Lo (1403 M – 1424 M) dari dinasti Ming
memerintahkan Admiral Muhammad Cheng Ho berangkat dengan suatu
armada

menuju

laut

selatan

dan

laut

barat.

Hasilnya

sangat

menguntungkan bagi kebesaraan dan keagungan China.
Ia datang pada setiap negeri tidak dengan mengandalkan ujung
pedang, akan tetapi mengandalkan keramahan dan budi yang baik. malaya
memanggilnya: Datuk Johan. Literatur di Eropa memanggilnya dengan:
Eunuch Admiral. Pihak tionghoa sendiri memanggilnya : San Pao Kung
dan Sam Po Bo. Selanjutnya, pelayarannya yang berulah kali itu sempat
menjelajadi pesisir afrika sampai madagaskar.
Ia berasal dari keluarga muslim tertua di wilaya Yunnan, turuan
Sayyid Shini (Sayid Omar Syamsuddin), dengan suku keluarga Ma Kaisar
Yung Lo, yang oleh ibunya Empress Ma diasuh dan dididik menurut ajaran
Islam, menampung anak muda tawanan perang dari Yunnan itu dan
melatihnya dan mengasihinya serta menukar suku keluarganya menjadi
Cheng.
Tidak pernah dinasti – dinasti China, menjelasng republik China
(China) terbentuk, melahirkan seorang admiral yang demikian besar
jasanya bagi kekuasaan China. Admiral Muhammad Cheng Ho itu
meninggalkan jejak besar di berbagai wilayah di asia.
e. Bidang Astronomi
Perekembangan pengetahuan tentang matematika, aljabar serta
trigonometri yang dimiliki bangsa arab telah membantu perkembangan
astronomi di China. Sebuah observatorium bernama Hu Hui Chin Tien
Chin (observatorium Muslim) dibangun berdampingan dengan Chinese
Observatory (observatorium China) pada masa permulaan dinasti Yuan,
pada tahun 1277 M.
Banyak kaum terpelajar Muslim berdatangan ke China dari dunia
belahan barat melalu Jalan sutera (Silk Road). Jamaluddin, seorang Parsi,

13

ditugaskan pada observatorium Muslim itu. Iam membuat tujuh peralatan
astronomi yang saling berbeda, yang terbuat dari tembaga dan inskripsi
paris. Ia menyalin nama – nama bintang di dalam bahasa arab kedalam
bahasa China. Ia menyusun kalender berkelanjutan yang digunakan
pemerintah Yuan sejak tahun 1265 M sampai 1281 M. ahli astronomi
lainnya yang amat terkenal bedasarkan asrip dinasti Yuan adalah Bakhtiar,
yang jua seorang arsiterktur dan Abdullah Masout, dan Ma Sa Li,
semuanya membantu mengatur dan menyusun kalender yang digunakan di
China. Dengan menyisipkan bulan interkaler (intercalary month) sebanyak
tujuh kali pada setiap 19 tahun. Hal itu guna memperkecil perbedaan
antara solar system (tahun Syamsiah) dan Lunar system (tahun
qomariyah), karena kalender Tionghoa merupakan paduan antara
keduanya. Para muslim pada masa dinast Yuan menemukan 365 1/4 hari
dalam satu tahun.
f. Bidang Farmasi
Ramuan perobatan yang di impor ke China dan digunakan oleh
tabib – tabib Tionghoa (China) terdiri atas menyan (frankincense),
ambergris, rose essence, rose strotax. Putchuk, myrh, gardenia, cloves,
gum, benzoin nutmegs, scandal wood, white baroos dan camphor.
Sebuah koleksi yang terdiri dari 36 jilid tebal tentang Muslim
Materia Medica mashi tersimpan dengan baik di National Library di
Peking.
Chinese Materia Medica, terdiri dari 52 jilid disusun antara tahun
968 M sampai 975 M mengalamai revisi sebanyak tiga kali pada masa
dinasti Sung. Revisi yang kedua dan ketiga dilakukan pada tahun 1056 M
dan 1107 M, disebabkan oleh pertambahan pengetahuan medis yang
berasal dari pihak arab. Perobatan arab pada umumnya bersifat ramuan
dan dengan mudah dapat dipadukan dengan pengobatan Tionghoa.
Tambahan pengetahuan ini menyebabkan revisi – revisi itu mungkin
berpangkal pada sebuah naskah arab, yang berisikan 2000 jenis ramuan
obat, karya Ibnu Albaithar.
g. Bidang Musik

14

Peralatan musik pihak muslim diperkenalkan ke China oleh orang
– orang Turkistan. Hu Chin, Sonah (atau Solah) dan lainnya berasal dari
pihak muslm. Hu Chin itu bermakna “violin of the barbarians” yakni
“biola orang barbar”. Alat tersebut menjadi alat prioritas utama dalam
musik China.
h. Bidang Arsitektur
Arsitektur islam menempati kedudukan yang sangat terhormat
sebagai bagian dari arsitektur internasional. Arsitek – arsitek muslim di
China menciptakan aliran baru disana dan diperkaya oleh arsitektur
China. Ibukota peking dapat memperlihatkan contoh arsitektur itu.
i. Keruntuhan Manchu
Perlawanan pihak muslim terhadap kekuasaan manchu sejak mula
sampai akhir selama 268 tahun perlahan membuat lemah posisi dinasti
Manchu. Pada saat satu provinsi diamankan maka pada provinsi lain
bangkit pemberontakan. Demikianlah terus menerus. Dalam masa yang
panjang itu, sudah tentu saja amat membebani pemerintah setiap
tahunnya.
E. Masjid di China
Menurut Chinese Year Book 1930, sebuah penerbitan resmi pihak
pemerintah, tercatat 48.000.000 jiwa penduduk muslim di China dan
sejumlah 40.000 buah masjid. Tetapi menurut taksiran pemerintah komunis
pada tahun 1951 penduduk muslimnya berjumlah 11.000.000 jiwa. Kedua
jumlah tersebut merupakan pernyataan pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa masjid yang terkenal di China sampai
sekarang :
1. Masjid Huaisheng
Masjid Huaisheng merupakan masjid utama di Guangzhou. Masjid
ini dibangun kembali beberapa kali sepanjang sejarahnya. Masjid ini
dibangung pertama kali pada tahun 1300 tahun yanglalu, maka dari itu,
masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di dunia. Masjid ini
dinamakan demikian untuk mengenang Nabi Muhammad.

Masjid ini

menempati tanah seluas 2.966 m2. Bangunan yang bergaya China dan

15

paduan kaligrafi arab ini mempunyai sebuah menara tempat adzan yang
dahulu kubahnya dilapisi kerang mutiara, sehingga bercahaya jika terkena
sinar bulan. Menara ini dahulu berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal –
kapal yang akan berlabuh karena terletak di tepi pantai. Namun seiring
perkembangannya, saat ini
letaknya
Masjid

telah

berubah.

Huaisheng

juga

memiliki banyak nama lain,
seperti masjid Agung Kanton,
Masjid Guangta, masjid Hwai
Sun Su. Masjid Huai-Sheng,
dan masjid Ying Tong.
Naskah China muslim lama
menyatakan bahwa masjid ini dibangun oleh Sa’ad bin Abi Waqqas yang
merupakan paman Nabi, dan juga merupakan delegasi pertama umat islam
ke China pada sekitar tahun 650 M. meskipun para ahli sejarah tidak
menemukan bukti sejarah bahwa Sa’ad bin Abi Waqqas benar – benar
mengunjungi China, mereka setuju bahwa umat islam telah tiba lebih
dahulu pada abad ketujuh. Pusat – pusat ekonomi penting seperti
Guangzhou, Quanzhou dan Yangzhou mungkin telah memiliki masjid
pertamanya yang dibangun pada masa dinasti Tang.
2. Masjid Raya Xi’an
Masjid Raya Xi'an adalah sebuah masjid raya yang sangat unik,
terbesar dan tertua yang terletak di kota Chang’an yang kini lebih dikenal
dengan kota Xi’an, dan menjadi masjid yang pertama berdiri di Cina.
Masjid ini berdiri pada abad ke 8 Masehi. Masjid Raya Xi'an, yang
terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur
Cina.
Bentuk bangunannya lebih menyerupai kuil daripada bangunan
masjid pada umumnya. Karenanya menjadi salah satu masjid dengan
arsitekturpaling unik di dunia. Pada tahun 1988 pemerintah Cina
menetapkannya sebagai salah satu bangunan bersejarah terpenting di Cina.

16

Menurut catatan sejarah pada ukiran kayu pada bagian interiornya,
Masjid Agung Xi’an didirikan tahun 742, pada jaman Dinasti Tang (618 –
907), di tahun pertama pemerintahan kaisar Tian Bo. Saat itu banyak
pedagang dari Arab dan Persia mendatangi Cina melalui Jalur Sutra.
Kemudian para pedagang tersebut menetap di beberapa kota sperti
Guangzhou, Quanzhou, Hoangzho, Yangzhou, dan Chang’an atau Xi’an.
Selain berdagang, mereka juga berdakwah, menyebarkan ajaran Islam
kepada penduduk setempat. Masjid Agung Xi’an menjadi salah satu jejak
bersejarah aktivitas dakwah mereka. Tak mengherankan jika Cina menjadi
tujuan para pedagang muslim karena Cina disebut dalam salah satu hadits
Nabi Muhammad SAW yang sangat terkenal: “Tuntutlah ilmu hingga ke
negeri Cina”.
Masjid Agung Xi’an berdiri di area seluas 12.000 – 13.000 m 2.
Sedangkan bangunan masjidnya mempunyai luas yang lebih dari 6.000 m2.
Areal masjid berbentuk empat persegi panjang, memanjang dari Timur ke
Barat dan terbagi menjadi
empat area.
Area

pertama

berupa

gerbang kayu setinggi 9 m
yang dibuat pada abad ke17. Gerbang ini berhadapan
dengan tembok yang sangat
lebar

dengan

dekorasi

ukiran tanah liat serta dihiasi
atap dari tumpukan genting mengilap. Pada dua sisinya dihiasi perabot
antik yang sangat berharga buatan jaman dinasti Ming dan Qing.
Area yang kedua terdiri dari tiga pintu batu yang saling
berhubungan berpilar empat. Para pengunjung umumnya dipersilakan
melewati area ini. Saat memasukinya, para pengunjung disambut dengan
tulisan yang terdapat pada puncak pintu pertama, yang dapat diartikan
sebagai “The Court of The Heaven” atau Taman Surga. Pintu tersebut
dikelilingi tembok batu yang berukir indah dengan dua lintasan di dua

17

sisinya

yang merupa-kan peninggalan zaman dinasti Ming. Di

belakangnya berdiri dua meja batu berukir naga. Keduanya sekaligus
menjadi prasasti yang menjelaskan bahwa perbaikan masjid dilakukan
pada tahun 1384 dan terjadi atas perintah kaisar di jaman dinasti Ming dan
Qing.
Pada area ketiga terdapat ruang kekaisaran yang merupakan
bangunan tertua di kompleks ini, terdapat batu dengan tulisan huruf Arab
tulisan seorang Imam yang menjelaskan mengenai perhitungan hari
berdasarkan peredaran bulan. Di tengah-tengah halaman berdiri menara
menyerupai pagoda dengan tiga susun atap berwarna biru tosca yang
dinamakan “Introspection Minaret”, atau menara introspeksi, tempat para
muazin mengumandangkan adzan. Sedangkan di sebelah selatan ruang
tersebut ada ruang penerima tamu, tempat diletakkan Al-Qur’an tulisan
tangan yang dibuat pada zaman dinasti Ming beserta sebuah peta tanah
suci Mekah yang berasal dari dinasti Qing.
Sedangkan area keempat yang juga merupakan area terbesar adalah
bangunan untuk ruang shalat. Jama’ah yang dapat ditampung di area ini
mencapai 1.000 orang. Ruang ini dilindungi tiga tingkat atap berwarna
biru tosca, berhiaskan ukiran berpola rumput dan bunga-bungaan.
Keindahan yang sekaligus mencekam tampak dari dinding ruangan yang
terbuat dari kayu berpahatkan ayat-ayat Al-Qur’an lengkap dengan huruf
Cina maupun Arab.
Hingga kini, Masjid Raya Xi’an masih difungsikan sebagai tempat
ibadah kaum muslim dari suku Hui. Saat ini diperkirakan jumlah kaum
muslim kota Xi’an dan sekitarnya mencapai 60.000 orang. Masjid Niujie
adalah sebuah masjid bersejarah yang terletak di Beijing, Republik Rakyat
Cina.Masjid yang telah mengalamirenovasi dan perluasan beberapa kali ini
merupakan pusat komunitas Muslim Beijing yang jumlahnya mencapai
200 ribu jiwa. Arsitekturnya memperlihatkan campuran desain khas CinaIslam.Masjid terbesar di Beijing ini juga menjadi titik awal masuknya
Islam di daratan Cina.

18

3. Masjid Niujie
Masjid Niujie adalah sebuah masjid bersejarah yang terletak di
Beijing, Republik Rakyat Cina.Masjid yang telah mengalamirenovasi dan
perluasan beberapa kali ini merupakan pusat komunitas Muslim Beijing
yang jumlahnya mencapai 200 ribu jiwa. Arsitekturnya memperlihatkan
campuran desain khas Cina-Islam.Masjid terbesar di Beijing ini juga
menjadi titik awal masuknya Islam di daratan Cina.
Masjid Niujie yang dibangun pada tahun ke-14 masa pemerintahan
Tonghe dari Dinasti Liao (tahun 996) oleh dua orang asal Arab, merupakan
masjid terbesar di
antara

68

buah

masjid di Beijing.
Masjid

ini

mengalami beberapa
kali perluasan pada
masaDinasti
Ming

dan

Yuan,
Qing

(abad ke-13 sampai
19). Pada tahun 1442 (Dinasti Ming), bangunan masjid diperbaiki dan
pada tahun 1696 (Dinasti Qing) diperluas. Setelah Republik Rakyat Cina
berdiri tahun 1949, Masjid Niujie telah mengalami 3 kali renovasi,
masing-masing di tahun 1955, 1979 dan 1996.
Masjid Niujie yang terletak di Niujie (Jalan Sapi), Distrik Xuanwu,
Beijing, adalah masjid tertua dan paling besar di Beijing. Niujie adalah
wilayah padat berpopulasi 13.000 warga Muslim yang membentang dari
utara ke selatan, sekitar satu mil di sebelah barat Kuil Surga. Kawasan ini
dipenuhi oleh toko-toko yang menjual masakan Muslim oleh penjualnya
yang mengenakan peci putih. Dinamakan Niujie karena warga di wilayah
ini menjual masakan halal, terutama daging sapi maka dinamakan Niujie
atau "Jalan Sapi".
Masjid Niujie memiliki arsitektur bangunan tradisional Cina dan
Arab dan tidak menampilkan figur manusia dan hewan di dalamnya. Luas

19

keseluruhan komplek masjid mencapai 6000 m². Beberapa komponen
bangunannya antara lain ruangan ibadah, menara azan (bangge lou),
menara pengamat bulan yang berbentuk heksagonal, serta dua buah
paviliun tempat ukiran prasasti.
Gerbang masuk berhadapan dengan tembok besar bertumpuan
marmer berwarna putih yang panjangnya sekitar 40 meter. Menara
pengamat bulan yang terletak di dalam komplek berarsitektur heksagonal
dan bertingkat dua. Menara ini tingginya 10 meter, digunakan untuk
mengetahui posisi bulan guna menentukan kalender Islam contohnya
waktu berpuasa. Masjid Niujie dibangun dengan arsitektur kayu
menyimpan beberapa prasasti bersejarah.
Di sebelah menara terdapat ruangan ibadah, aula utama daripada
masjid yang memiliki luas 600 m². Ruangan ini hanya terbuka bagi
Muslim dan berkapasitas untuk 1000 jamaah. Ruangan ibadah menghadap
kiblat dan halamannya berada di sebelah timur. Interior bangunan
didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab.
Arsitektur khas Qing jelas terlihat pada desain aula utama ini. Langitlangit di depan aula didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap
sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau
dan biru. Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di aula
utama di Istana Terlarang.
Kaligrafi ayat-ayat Al Quran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan
bunga, serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ini. Ruangan ini
hanya dapat menampung 1000 jamaah dan terdiri atas 3 buah koridor yang
lapang. Terdapat pula 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam
bangunan. Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan nama Aula Tungku.
Di belakang ruangan terdapat paviliun heksagonal (segi enam) yang
membuat aula utama tampak seperti tungku, oleh karena itu dinamakan
demikian.
Di luar bangunan utama, terdapat dua buah paviliun yang pada
salah satunya terdapat prasasti batu yang menuliskan tentang sejarah
masjid. Prasasti batu tersebut merekam pernyataan Kaisar Kangxi dari

20

Dinasti Qing setelah dilaksanakannya renovasi besar tahun 1696. Prasasti
tersebut menuliskan tentang tanggal pembangunan masjid serta tanggal
renovasi dan penambahan bangunan di setiap periode sejak Dinasti Liao
(907-1125). Restorasi masjid pada masa pemerintahan Kangxi akhirnya
menjadikan bentuknya yang dipengaruhi arsitektur Qing yang juga terlihat
pada bangunan-bangunan utama yang didesain pada masa itu.
Di bagian selatan komplek terdapat hutan cemara dan 2 buah
makam bertuliskan aksara Arab milik 2 orang imam asal Persia yang
berdakwah di sini, yakni makam Ahmad Burdani (berangka tahun 1320)
dan Ali (tahun 1283). Tulisan di makam tersebut sangat penting dalam
memaparkan tentang sejarah Islam di Cina.
Menara adzan (minaret) memiliki 2 tingkat dan terletak di tengahtengah halaman. Pada awalnya menara ini dibangun untuk menyimpan
teks tulisan. Pada masa berikutnya mulai digunakan sebagai menara adzan.
Saat waktu salat tiba, muazzin akan naik ke menara dan memanggil orangorang untuk beribadah. Selain itu, komplek masjid juga memiliki
perpustakaan yang menyimpan teks Al Quran dan pernah dijadikan
sebagai tempat percetakan. Di sebelah selatan halaman masjid terdapat
tempat mengambil air wudhu untuk pria dan wanita.

21

DAFTAR PUSTAKA
Ma, Ibrahim Tien Ying. 1979. Perkembangan Islam di Tiongkok. Jakarta :
Penerbit Bulan Bintang
http://tetsukoeika.wordpress.com/2010/12/17/peradaban-islam-di-cina/ diakses
tanggal 15 april 2012
http://en.wikipedia.org/wiki/Huaisheng_Mosque diakses tanggal 15 april 2012
http://www.acehtraffic.com/2012/02/masjid-masjid-di-negeri-china-1.html diakses
tanggal 15 april 2012
http://newyorkermen.multiply.com/journal/item/229?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem diakses tanggal 15 april 2012

22