MAKALAH PEMANASAN GLOBAL dan perubahan (2)

MAKALAH
PEMANASAN GLOBAL
PENGARUH INDUSTRIALISASI TERHADAP
BUMI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KESEHATAN MANUSIA

Disusun oleh :
Kharisma Ayu H

(15/ XI MIA 8)

Sukmaningrum L.O

(25/XI MIA 8)

Waidatin Nur A

(29/XI MIA 8)

Widya Kurniati N


(30/XI MIA 8)

TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SMA NEGERI 1 SRAGEN
1

DAFTAR ISI
I.

BAB I Pendahuluan
1. Latar belakang ................................................................... 3
2. Rumusan masalah............................................................... 4
3. Tujuan................................................................................. 4
4. Manfaat penulisan ............................................................. 4

II.

BAB II Permasalahan
1. Industri pemanasan global ................................................. 6
2. Mekanisme Pemanasan Global .......................................... 7

............................................................................................
3. Dampak Pemanasan Global ............................................... 7

III.

BAB III Pemecahan Masalah
1. Solusi Peminimalan ...........................................................12

IV.

BAB IV Penutup
1. Kesimpulan ........................................................................ 16
2. Saran .................................................................................. 16
3. Daftar pustaka ................................................................... 17

V.

Lampiran ......................................................................... 18

BAB I

PENDAHULUAN
2

1. Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini, banyak dijumpai industri – industri yang
bergerak dalam berbagai bidang. Industri tersebut bergerak dalam skala besar maupun
kecil yang menampung banyak karyawan dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.
Mayoritas dari mereka memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Sehingga,
dengan adanya industri tersebut dapat menjadi penopang ekonomi bagi mereka yang
membutuhkan.
Banyak negara maju dan negara berkembang yang menjadikan industri sebagai
penyangga ekonomi terbesar bagi rakyatnya. Karena, industri memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perekonomian dunia yang selalu mengalami siklus. Contohnya
adalah Indonesia, yang menjadikan pula industri sebagai penopang ekonomi bagi rakyat
yang menganggur dan miskin. Dengan adanya industri yang semakin besar, maka akan
menyerap tenaga kerja yang banyak pula, sehingga pengangguran dan kemiskinan lambat
laun akan berkurang, serta akan membuat negara, seperti Indonesia menjadi negara
industri dengan ikon rakyatnya makmur dan sejahtera tanpa pengangguran dan
kemiskinan.
Selain menolong keadaaan, industri mempunyai kontribusi yang besar dalam

pemanasan global. Industri merupakan pemasok emisi gas rumah kaca terbesar, selain
kendaraan bermotor dan gas pembakaran lainnya (Industri menjadi salah satu penyebab
terjadinya pemanasan global). Mengapa industri mempunyai kontribusi besar dalam
pemanasan global?
Seperti keadaan sekarang, kegiatan industri didominasi oleh pabrik – pabrik besar
yang berproduksi setiap hari dengan sisa hasil pembakaran bahan bakar fosil berupa gas
CO2

yang menimbulkan dampak besar terhadap perubahan iklim.
Menurut para peneliti, pembakaran bahan bakar fosil pada industri telah melepas

CO2

dalam jumlah yang besar ke atmosfer. Akibatnya, emisi karbon yang dihasilkan

tetap akan terus berdampak pada atmosfer bumi selama berabad – abad ke depan.
Tuduhan bahwa industri adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca tidak
terbantahkan lagi.
Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah kelompok peneliti
yang konsen meneliti dan mengamati tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

3

perubahan iklim mengatakan bahwa pemanasan global yang terus meningkat ini akan
menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi, terutama
kelangsungan hidup manusia.
Sesuai dengan ilustrasi keadaan seperti yang telah dipaparkan di atas, makalah ini
diberi judul “Pengaruh Industrialisasi Terhadap Bumi dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Manusia”.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini, sebagai berikut :
 Bagaimana pengaruh industrialisasi terhadap pemanasan global (perubahan iklim)?
 Bagaimana dampak adanya pemanasan global terhadap kesehatan manusia?
 Bagaimana solusi dalam meminimalkan pemanasan global?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, sebagai berikut :
 Untuk mengetahui pengaruh industri terhadap pemanasan global (perubahan iklim)
 Untuk mengetahui dampak pemanasan global terhadap kesehatan manusia
 Untuk mengetahui solusi dalam meminimalisir pemanasan global


4. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis.
a. Manfaat teoritis
 Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pemanasan global.
b. Manfaat praktis
 Hasil penulisan ini dapat dijadikan pedoman maupun masukan dalam menangani
isu pemanasan global.
 Hasil penulisan ini dapat dijadikan himbauan, masukan, dan kesadaran kepada
masyarakat akan pentingnya menjaga bumi dan lingkungannya dari berbagai
dampak yang ditimbulkan akibat adanya pemanasan global.

4

BAB II
PERMASALAHAN

Industri dan Pemanasan Global
Dewasa ini dunia sedang marak membicarakan isu perubahan iklim yang terjadi di

bumi.Perubahan iklim di dunia sejalan dengan pemanasan global yang terjadi akibat aktifitas
manusia di seluruh dunia.Aktifitas manusia yang dimaksud adalah kegiatan industri yang
merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Mengapa? Karena kegiatan industri
merupakan salah satu pemasok gas karbon dioksida sisa hasil pembakaran ke udara yang terbesar
dan lambat laun akan merusak lapisan ozon yang merupakan selimut pelindung bumi dari
paparan sinar UV.
Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh
peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang
menyelimuti bumi dan memerangkap panas sehingga penyebabkan terjadi kenaikan suhu bumi
dan menimbulkan berbagai macam dampak terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi.
Pemanasan global merupakan salah satu krisis yang sedang dihadapi dunia.Fenomena
dimana suhu bumi secara bertahap memanas hingga mencapai titik yang mengganggu
keseimbangan global. Pemanasan global seiiring dengan perubahan iklim tentunya. Pemanasan
global dapat menjadikan kutub es di utara dan selatan mencair dan meningkatkan volume air
laut. Hal ini bisa membanjiri garis pantai dunia dan menurunkan salinitas atau besarnya kadar
garam lautan. Hal ini bisa mengganggu arus laut yang mengatur suhu di seluruh dunia, yang
menyebabkan perubahan drastis pada iklim setempat (perubahan iklim).
Adanya perubahan iklim terus menerus, akan membuat kelangsungan hidup manusia di
muka bumi menjadi terganggu.


5

Mekanisme Pemanasan Global oleh Gas Rumah Kaca.
Gas rumah kaca

CO
(¿ ¿ 2, C 0, N 2 O)
¿

yang dihasilkan oleh sisa pembakaran industri akan

memberikan efek seperti rumah kaca, dimana di dalam ruangan kaca lebih panas dibandingkan
dengan luar ruangan, hal ini dikarenakan panas yang masuk keruangan secara radiasi terjebak
oleh lapisan kaca.
1. Mula-mula energy sinar matahari diradiasikan ke bumi, sinar matahari yang
diradiasikan berupa sinar energy tinggi (UV), sinar tampak (VIS), energy rendah (IR).
Radiasi sinar tersebut kemudian akan sampai kebumi dan sebagian akan dipantulkan
(Sinar energy rendah), sebagian lagi akan diserap (Sinar energy tinggi dan sinar
tampak).

2. Bumi memilki lapisan pelindung yang dinamakan atmosfer, bagian terpenting dari
artmosfer guna melindungi dari radiasi UV adalah

O3

(Ozone), sinar energi tinggi

akan diubah menjadi sinar dengan panjang gelombang lebih panjang yaitu berupa
Infra Red.
3. Sinar matahari tampak dan infrared akan mencapai permukaan bumi, kemudian
sebagian diserap, sebagian lagi dipantulkan, radiasi sinar IR lebih banyak dipantulkan
dari pada sinar Vissible.
4. Radiasi sinar IR yang dipantulkan akan kembali ke Atmosfer, akibat dari akumulasi
CO2 dan gas rumah kaca lainnya, radiasi sinar IR ini terjebak, karena lapisan gas
rumah kaca memiliki sifat tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar gelombang panjang
(IR).
5. Akibatnya radiasi sinar IR akan terjebak di troposfer yang kemudian mengakibatkan
akumulasi energy panas, akumulasi energy panas inilah yang menyebabkan suhu
permukaan bumi terus naik. Yang kemudian dinamakan Global Warming.


Dampak Pemanasan Global terhadap Kesehatan Manusia
Saat pemanasan global terjadi dan iklim di bumi menjadi lebih panas, para ilmuwan
memprediksi akan banyak orang meninggal karena gelombang panas seperti yang terjadi
pada musim panas Eropa pada tahun 2003 yang lalu, dimana tercatat sekitar 35.000 orang
6

meninggal dunia. Selain itu, iklim yang panas ini membuat wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis semakin meluas dan kemungkinan dapat berpindah tempat ke
daerah yang dulunya dingin dan subtropis seperti Eropa dan Amerika. Pemanasan global
dengan segala kompleksitas permasalahannya telah diuraikan dengan jelas.
Namun, secara spesifik akibat pemanasan global tersebut dapat diidentifikasi dampak
langsung terhadap kesehatan manusia secara umum, yaitu :
1. Sesuai teori Blum (1974), bahwa di antara keempat faktor yang mempengaruhi
derajat / status kesehatan individu maupun masyarakat, maka faktor lingkungan
memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya penyakit pada manusia.
Perubahan cuaca dan iklim dunia akibat pemanasan global secara langsung dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan tempat manusia tinggal. Curah hujan yang tinggi
bisa menstimulasi pertumbuhan vektor yang tak terkendali beberapa penyakit infeksi
menular seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria. Saat ini, 45%
penduduk dunia tinggal di daerah yang rawan terhadap nyamuk pembawa penyakit

malaria dan persentase ini akan semakin meningkat menjadi 60% jika suhu
meningkat.
Berdasarkan data epidemiologis Depkes RI Tahun 2005, semua daerah di wilayah
Indonesia saat ini sudah termasuk daerah endemis DBD dan Incidence Rate paling
tinggi berada di daerah perkotaan seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, dan
kota besar lainnya di Indonesia.
Malaria ini menjadi endemik di 106 negara dan mengancam sebagian besar populasi
penduduk dunia, terutama di negara berkembang seperti Asia dan Afrika. Hal yang
paling mengkhawatirkan dari malaria ini karena parasit ini sudah resisten (tidak
mempan lagi) disembuhkan dengan berbagai macam obat dan sangat sulit
dikendalikan penyebarannya. Di Indonesia, penyakit malaria ini sering mewabah di
Sumatera dan Papua yang menjadi sangat rawan terhadap endemic malaria. Saat suhu
rata-rata di Sumatera dan Papua naik di antara

o
25−27 C , suhu tersebut

merupakan suhu ideal bagi perkembangan vektor malaria, dalam hal ini nyamuk
Anopheles

betina.

Wabah demam berdarah juga akan melanda di seluruh dunia saat iklim menjadi lebih
hangat, terutama di Amerika dan di wilayah subtropis lainnya. Saat curah hujan mulai
7

meningkat dan semua daerah di seluruh belahan bumi ini menjadi lebih hangat,
penyebaran

penyakit

demam

berdarah

akan

semakin

meluas.

Menurut

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, 3.5 milyar orang pada
tahun 2085 berisiko terkena demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedesaegepty. Di Indonesia penyakit ini terbukti telah memakan korban yang tidak
kenal usia yang kerap terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba.
2. Meningkatnya suhu bumi akan semakin meningkatnya risiko terjadinya kematian
akibat stress panas (heatstroke) pada manusia, seperti yang dapat kita saksikan saat
musim haji di Saudi Arabia yang kebetulan bersamaan dengan terjadinya musim
panas dan wilayah benua Afrika.
3. Meningkatnya suhu bumi akan semakin meningkatkan insidensi penyakit-penyakit
alergi (hipersensitivitas) karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan,
sporamold, dan serbuk sari tanaman. Padahal penyakit alergi merupakan penyakit
yang sangat sulit untuk disembuhkan sehingga dapat meningkatkan biaya kesehatan
dan perawatan kesehatan masyarakat akibat penyakit tersebut.
4. Meningkatnya insidensi penyakit – penyakit tropikal khas lainnya seperti demam
kuning (yellow fever), encephalitis, dan meningitis. Penyakit-penyakit tersebut sangat
rawan terjadi pada usia anak-anak sehingga secara langsung pemanasan global
merupakan ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak usia balita.
5. Selain penyakit – penyakit yang telah disebutkan di atas, banyak ilmuwan
memprediksikan akan muncul berbagai penyakit baru yang tidak diketahui
sebelumnya dan belum ada obatnya seperti SARS, aviant influenza (flu burung),
aviant malaria, berbagai macam flu yang mematikan, atau bahkan Ebola.
Jika berbagai wabah penyakit ini muncul secara mendadak seperti yang terjadi pada
tahun 1918 saat influenza muncul di dunia, sekitar 40 juta orang meninggal. Dengan
demikian sebagian populasi penduduk dunia terancam punah, apalagi di era
globalisasi ini dimana orang bisa berpindah / migrasi dari satu negara ke negara
lainnya

tanpa

mengenal

ruang

dan

waktu,

maka

penyebaran

berbagai wabah penyakit akan semakin sulit untuk dikendalikan.
Selain paparan di atas, National Institutes of Health (NIH) telah mempelajari dampak
iklim global terhadap kesehatan manusia dalam sebuah perspektif kesehatan manusia tentang
8

perubahan iklim. Dalam perspektif tersebut NIH menguraikan kategori konsekuensi dari
perubahan iklim bagi kesehatan manusia.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan dari efek pemanasan global ini adalah asma dan
penyakit pernapasan, kanker, penyakit kardiovaskular dan stroke, penyakit bawaan makanan dan
gizi, efek perkembangan manusia, kesehatan mental dan gangguan yang berhubungan dengan
stres, penyakit saraf, vectorborne dan penyakit zoonosis (infeksi yang ditularkan antara hewan
vertebrata dan manusia atau sebaliknya), penyakit yang ditularkan melalui air, dan morbiditas
terkait cuaca.
Penyakit – penyakit tersebut kini rawan menjadi penyebab kematian umat manusia di
muka bumi selain kematian akibat bencana alam.
Dari

sumber

yang

berbeda

yaitu

myhealthnewsdaily

yang

dikutip

dari

http://sains.kompas.com/ disebutkan bahwa efek dari pemanasan global salah satunya adalah
perubahan iklim. Ternyata, perubahan iklim selain berdampak buruk pada lingkungan, juga
berdampak buruk bagi kesehatan. Berikut sejumlah dampak buruk perubahan iklim terhadap
kesehatan :
1. Buruk untuk jantung
Pemanasan global membuat suhu udara bertambah panas, sehingga dapat
menyebabkan penambahan polusi. Kenaikan tingkat polusi ini yang berefek buruk
pada jantung. Selain itu, penelitian juga membuktikan suhu yang lebih tinggi dan
kerusakan ozon dapat membuat kesehatan jantung memburuk. Hal ini dikaitkan suhu
udara yang tinggi dengan penurunan denyut jantung. Denyut jantung yang rendah
dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Para peneliti juga mengatakan suhu
yang lebih tinggi dapat membuat tubuh lebih sensitif terhadap racun.
2. Lebih mudah terkena alergi
Studi menunjukkan alergi meningkat di negara-negara maju, termasuk Amerika
Serikat, yang kemudian dikaitkan dengan meningkatnya kadar karbon dioksida dan
suhu yang lebih panas. Alergi yang dimaksudkan dapat merupakan reaksi terhadap
serbuk bunga (pollen) yang diproduksi lebih banyak karena suhu yang bertambah
panas. Namun sebuah studi juga mengatakan sensitivitas terhadap serbuk bunga juga
meningkat. Perubahan iklim juga menambah panjang musim berbunga sehingga
berakibat lebih buruk terhadap alergi.
9

3. Peristiwa alam ekstrim
Pemanasan global dapat meningkatkan terjadinya peristiwa alam ekstrim, seperti
banjir dan badai besar, tsunami sehingga memperbanyak angka kematian. Selain itu
dengan semakin meningkatnya peristiwa alam ektrim, maka semakin banyak
masyarakat yang kehilangan tempat tinggal. Hal ini membuat daya tahan tubuh
biasanya melemah dan mudah terkena penyakit.
4. Kekeringan
Perubahan iklim membuat musim kemarau lebih panas dan kering sehingga
kekeringan lebih banyak terjadi. Padahal air salah satu unsur yang penting untuk
menunjang kesehatan. Dengan berkurangnya air, maka terjadi gangguan kesehatan.
Air juga berguna untuk pertanian yang menghasilkan pangan. Karena kekeringan,
pangan sulit diproduksi dan menyebabkan kesehatan terganggu.
5. Pertumbuhan bakteri
Pemanasan global juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri berbahaya di laut.
Debu dari tanah yang tertiup ke laut meningkatkan kadar besi ke laut dan membuat
bakteri berkembang biak semakin subur. Sebuah studi di American Association untuk
Advancement of Science mengatakan debu memicu pertumbuhan vibrio, yaitu bakteri
laut yang menyebabkan gastroenteritis dan penyakit menular pada manusia.
6. Penyebaran penyakit
Peningkatan panas dan curah hujan yang diakibatkan perubahan iklim membuat
penyakit lebih mudah untuk menyebar. Terutama penyakit yang disebabkan oleh
bakteri yang bertumbuhannya dipengaruhi cuaca dan suhu udara. Seperti malaria,
kemungkinannya lebih tersebar ke daerah-daerah baru dipicu oleh suhu udara yang
meningkat. Curah hujan juga diduga sebagai faktor yang menyebabkan penyakit yang
ditularkan melalui air mudah menyebar. Terutama penyakit yang dibawa oleh
serangga.

10

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Solusi dalam Meminimalkan Pemanasan Global
Telah kita ketahui bahwa pemanasan global sangat berdampak pada kelangsungan hidup
manusia, salah satanya dari segi kesehatan. Dampak yang ditimbulkan pun tidak tanggung –
tanggung seperti yang dijelaskan di atas. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan langkah – langkah
pasti agar dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global.
Pemanasan global dapat diminimalkan dengan cara perilaku kita sehari – hari. Selain itu,
keberhasilan solusi pemanasan global tidak terlepas dari peraturan dan regulasi yang ditetapkan
oleh pemerintah dalam mengurangi dampak pemanasan global.
Berikut ini langkah – langkah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dalam
mengurangi dampak pemanasan global.
1. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan di
lahan – lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis, dalam
proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen.
Akumulsi gas – gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.
2. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif, guna mengurangi
penggunaan energi bahan bakar fosil. Emisi gas karbon yang terakumulasi ke
atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa
paling banyak mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil. Karena itu, diupayakan sumber energi lain yang
aman dari emisi gas – gas ini, misalnya energi matahari, air, angin, bioenergi, energi
geothermal.
Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan muncul teknologi yang
mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil tenaga surya, listrik tenaga
surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji tanaman jarak
(Jathropa sp.) yang menghasilkan minyak.
3. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor
di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon. Karena itu
11

sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
4. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman dan
penerapan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Dimensi manusia
Manusia berperan sebagai pengguna, perusak, dan pelestari alam. Manusia harus
diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi kehidupannya. Alam memiliki
keterbatasan dibanding kemampuan manusia dalam mengeksploatasi alam.
Manusia memanfaatkan alam guna memperoleh sumber makanan dan kebutuhan
sosial lainnya, tetapi disadari atau tidak tindakannya dapat berakibat kerusakan
factor – factor ekologis. Karena itu manusia harus menyadari bahwa ia dan
perilakunya adalah bagian dari alam dan lingkungan yang saling mempengaruhi.
b. Penegakan hukum dan keteladanan
Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan harus mendapat
ganjaran. Penegakan hukum lingkungan menjadi bagian yang penting guna
menjaga kelestarian lingkungan, dan memberi efek jera bagi yang melanggar.
Penegakan hukum tidak memandang strata sosial masyarakat. Selain itu adalah
panutan dan ketokohan seseorang memegang peranan penting. Mereka yang
memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan) terhadap lingkungan hidup
hendaknya berperan memberi contoh dan sikap lingkungan yang baik pula kepada
masyarakat. Misalnya, kita masih menemukan kasus peran beberapa aparat
pemerintah dibalik kerusakan hutan, baik dengan memberikan modal maupun
perlindungan bagi perambah hutan.
c. Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian lingkungan dan
sumber daya alam serta penegakan hukumnya. Upaya ini harus dilakukan secara
komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas gas rumah
kaca akibat peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus di atas secara
bersama dengan daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang.
Karena pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor setiap hari masuk ke
Kota Jakarta bermukim di empat kota tersebut. Demikian halnya mengatasi banjir
12

di Kota Gorontalo, misalnya, tidak dapat diatasi dengan perbaikan fasilitas
lingkungan dan membina kesadaran penduduk kota, tetapi secara menyeluruh
dengan masyarakat di wilayah lain (hulu dan DAS) yang memberi kontribusi
terhadap bencana banjir. Masyarakat dan pemerintah daerah terdekat seperti
Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo turut bertanggung jawab
dalam upaya penanggulangan banjir di Kota Gorontalo. Secara geografis, terdapat
daerah aliran sungai dimana dua sungai besar yang melewati dan bermuara di kota
ini. Karena itu bencana alam dan kerusakan lingkungan tidak dapat dipilah
menurut wilayah administratif semata, tetapi bersifat area geografis – ekologis.
d. Mengubah pola pikir dan sikap
Faktor – faktor lingkungan fisik, mahluk hidup lain dan manusia memiliki peran
masing – masing dalam lingkungan hidup. Manusia sebagai mahluk yang diberi
kemampuan logika harus mampu memandang kepentingan hidupnya terkait
dengan kehidupan mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses alam. Sikap
dan perilaku manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi berdampak pada
lingkungan hidupnya. Peduli terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan sikap
dan perilaku bawaan manusia. Akan tetapi munculnya ketidak pedulian manusia
adalah pikiran atau persepsi yang berbeda-beda ketika manusia berhadapan
dengan masalah lingkungan. Manusia harus memandang bahwa dirinya adalah
bagian dari unsur ekosistem dan lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan
hidup akan memberi motivasi bagi manusia untuk melestarikan ekosistem dan
lingkungannya.
e. Etika lingkungan
Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan menjadi filosofi kita tentang
lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita tentang lingkungan hidup dan
sumber daya, kita harus bersikap dan berperilaku arif dalam kehidupan. Dalam
wujud budaya tradisional, kearifan lokal melahirkan etika dan norma kehidupan
masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya. Selama
masyarakat masih menghormati budaya tradisional yang memiliki etika dan nilai
moral terhadap lingkungan alamnya, maka konservasi sumber daya alam dan
lingkungan menjadi hal yang mutlak. Dalam kehidupan masyarakat demikian,
13

etika lingkungan tidak tampak secara teoretik tetapi menjadi pola hidup dan
budaya yang dipelihara oleh setiap generasi. Etika lingkungan akan berdaya guna
jika muncul dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

14

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pertumbuhan industri yang semakin pesat di zaman modern ini memiliki dampak
positif maupun negatif dalam kehidupan manusia. Dampak positif diantaranya dapat
menolong keadaan. Artinya, industri yang digadang – gadang sebagai sektor penopang
perekonomian terbesar dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang terjadi di
suatu negara, Indonesia salah satunya.
Sehingga, untuk mengentaskan pengangguran dan kemiskinan secara besar –
besaran, berarti industri akan semakin ditingkatkan. Padahal dalam satu industri saja
mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan pemanasan global. Apalagi industri
yang semakin digalakkan lagi, menjadikan bumi sebagai sasaran tepat objek pemanasan
global.
Adanya pemanasan global berdampak pada kelangsungan hidup manusia, salah
satunya dari segi kesehatan. Dampak yang ditimbulkan sangat drastis. Pasalnya, dampak
tersebut menyerang siapa saja, sampai akhirnya menimbulkan kematian. Tentunya hal itu
akan berpengaruh terhadap SDM yang semakin menipis.
Dampak besar adanya pemanasan global dapat diminimalkan dengan langkah
nyata yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya, menanam pohon di
lokasi yang tandus, tidak berlebihan dalam menggunakan bahan bakar, mendaur ulang
barang bekas serta efisiensi energi, dan yang paling penting penanaman kesadaran
pentingnya menjaga lingkungan.

2. Saran
Dengan upaya meminimalkan dampak pemanasan global yang diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari, akan menjadikan dampak tidak terlalu berarti dalam
kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Dimulai dengan langkah kecil tapi pasti,
akan membuahkan hasil yang akan mengurangi dampak pemanasan global, terutama dari
aspek kesehatan manusia.
15

Daftar Pustaka
1. http://www.kompasiana.com/fajrisatriahidayat/pengaruh-pertumbuhan-industri-dansolusi-energi-terbarukan-dalam-mengatasi-perubahaniklim_552fd2506ea834d1408b463a
2. https://budimanp20.wordpress.com/2012/08/07/karya-ilmiah-menyingkap-kebenaranpemanasan-global-global-warming/
3. http://1health.id/id/article/category/sehat-a-z/dampak-pemanasan-global-terhadapkesehatan.html
4. http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/02/6-efek-buruk-pemanasan-globalbagi.html
5. http://health.kompas.com/read/2015/12/21/090100323/Dahsyatnya.Efek.Pemanasan.Glob
al.terhadap.Kesehatan?page=all
6. http://setkab.go.id/teknologi-industri-dan-pemanasan-global/

16

LAMPIRAN
Dikutip dari KOMPAS

KOMPAS.com - Perubahan iklim membawa pengaruh besar terhadap kesehatan manusia,
kehidupan sosial, dan lingkungan tempat tinggal kita. Manusia terancam kekurangan air bersih,
sumber-sumber makanan, dan tempat tinggal yang layak huni. Demikian kata Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) di dalam rilisnya.
Antara tahun 2030 - 2050, perubahan iklim diduga akan menyebabkan kenaikan angka kematian
sebesar 220 ribu jiwa per tahun akibat malanutrisi, diare, dan udara panas.
Pemanasan global
Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama pembakaran fosil, seperti batu bara dan
minyak bumi, telah melepas sejumlah besar karbon dioksida dan emisi gas lainnya. Gas-gas ini
kemudian terperangkap di bawah lapisan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global.
Dalam 130 tahun terakhir, dunia telah menghangat sekitar 0,85 derajat C. Tiga dekade terakhir
ini atau terhitung sejak 1850, bumi menjadi lebih panas dari sebelumnya.
Akibatnya, lapisan es bumi mencair, permukaan laut naik, dan pola presipitasi berubah. Alhasil,
peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih intens dan sering.

17

Dampak pemanasan global terhadap kesehatan
Meski pemanasan global memberi beberapa keuntungan lokal, seperti lebih sedikit kematian
akibat cuaca dingin dan peningkatan produksi makanan di beberapa tempat, secara keseluruhan
efek kesehatan akibat perubahan iklim cenderung sangat negatif.
Perubahan iklim memengaruhi determinan sosial dan lingkungan kesehatan, kita semua
kekurangan udara dan air minum yang bersih, tidak cukup produksi pangan mengakibatkan
banyak kelaparan dan harga melambung tinggi, serta semakin sedikit lingkungan hidup yang
layak untuk ditinggali.
Pada akhirnya, semua ini memicu timbulnya beragam penyakit, mulai dari malanutrisi, sakit
kulit, hingga gangguan napas, menurunnya tingkat kesuburan, hingga kelainan perkembangan
otak pada bayi.
Suhu ekstrem
Suhu panas yang ekstrem berkontribusi langsung terhadap tingkat kematian akibat penyakit
jantung dan pernapasan khususnya di kalangan orang tua, demikian kata WHO. Saat kejadian
gelombang panas tahun 2003 di Eropa, misalnya, dilaporkan ada lebih dari 70.000 orang tewas.
Temperatur yang tinggi juga meningkatkan kadar ozon dan polutan lain di udara yang
memperburuk penyakit jantung dan pernapasan.
Serbuk sari (polen) dan alergen udara juga meningkat di cuaca panas yang ekstrem. Hal ini
dapat memicu asma, yang memengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia. Peningkatan
suhu yang sedang berlangsung diduga kuat akan semakin meningkatkan beban kesehatan ini.
Bencana alam dan variabel curah hujan
Secara global, jumlah bencana alam yang berhubungan dengan cuaca dilaporkan naik hingga tiga
kali lipat sejak tahun 1960-an. Setiap tahun, bencana ini mengakibatkan lebih dari 60.000
kematian, terutama di negara-negara berkembang.
Naiknya permukaan laut dan kejadian cuaca ekstrim akan semakin menghancurkan tempat
tinggal kita, fasilitas medis dan layanan penting lainnya.
Lebih dari separuh populasi dunia hidup di wilayah yang hanya berjarak 60 km dari laut.
Mereka akan terpaksa pindah, dan pada gilirannya, risiko berbagai efek kesehatan akan semakin
tinggi, termasuk gangguan mental dan penyakit menular.
Naiknya variabel curah hujan, air hujan dan air tanah yang mengandung asam akibat polusi,
secara langsung memengaruhi suplai air bersih di seluruh dunia.
18

Kurangnya air bersih terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit diare, yang membunuh sekitar
760.000 anak-anak berusia di bawah usia 5 tahun, setiap tahun. Dalam kasus ekstrim, kelangkaan
air menyebabkan kekeringan dan kelaparan.
Pada akhir abad ke-21, perubahan iklim cenderung meningkatkan frekuensi dan intensitas
kekeringan dalam skala regional dan global.
Frekuensi dan intensitas banjir juga meningkat, begitupun dengan curah hujan yang ekstrim.
Banjir mencemari persediaan air tawar, meningkatkan risiko penyakit yang terbawa air, dan
menciptakan tempat berkembang biak bagi serangga pembawa penyakit seperti nyamuk dan
tikus.
Banjir juga menyebabkan luka-luka fisik dan mental yang tidak terhitung, rumah-rumah rusak,
mengganggu pasokan medis, makanan dan pelayanan kesehatan.
Meningkatnya suhu dan variabel curah hujan, cenderung menurunkan produksi makanan pokok
di banyak daerah. Hal ini akan meningkatkan prevalensi gizi buruk, yang sampai saat ini
menyebabkan 3,1 juta kematian setiap tahun.
Pola infeksi
Kondisi iklim sangat memengaruhi tingkat penyebaran penyakit dan memperpanjang musim
penularan penyakit. Misalnya, perubahan iklim diproyeksikan akan secara signifikan
memperluas wilayah hidup siput penyebab penyakit schistosomiasis di Cina.
Penyebaran penyakit malaria juga sangat dipengaruhi oleh iklim. Ditularkan melalui nyamuk
Anopheles, setiap tahunnya malaria membunuh sekitar 600 ribu orang, terutama di Afrika.
Nyamuk Aedes penyebab demam berdarah juga sangat sensitif terhadap cuaca. Studi ilmiah
membuktikan, penyebaran penyakit malaria semakin meluas akibat perubahan iklim yang terjadi
sekarang ini.
Mengukur efek kesehatan
Mengukur efek kesehatan dari perubahan iklim, tidak bisa menghasilkan angka yang pasti tapi
kita bisa memperkirakannya.
Namun demikian, menurut WHO, dengan mempertimbangkan hanya sebagian dari dampak
kesehatan yang mungkin terjadi, dan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
serta kemajuan teknologi kesehatan, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim

akan

19

menyebabkan kenaikan angka kematian yaitu sekitar 250.000 jiwa akan hilang pertahun antara
tahun 2030-2050, dengan perincian:
-

38.000 karena gelombang panas dan ini lebih banyak terjadi pada orang tua.

-

48.000 karena diare.

-

60.000 karena malaria.

-

95.000 kematian anak – anak karena malnutrisi.

20

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA
Bumi kita semakin panas. Dampak pemanasan global yang dahsyat akibat ulah manusia sedang
kita rasakan sekarang. Oleh karena itu, kita harus melakukan sesuatu untuk meminimalkan
dampak itu. Sekarang juga! Karena kalau tidak atau terlambat melakukannya, kehidupan
manusia akan terancam kehancuran.
Para industrialis hendaknya menyadari bahwa dalam era pasar dan kesadaran lingkungan global
sekarang ini, teknologi dan produk yang ramah lingkungan adalah suatu keniscayaan. Produk
dan teknologi yang merusak lingkungan lambat laun akan ditinggalkan.
Selain itu, sebenarnya masyarakat industri memiliki kepentingan ekonomi untuk mencegah
dampak negatif pemanasan global yang lebih luas terhadap ekonomi global. Karena, seperti yang
disebutkan dalam Laporan Stern (2007), perubahan iklim akibat pemanasan global bisa
menurunkan konsumsi per kapita global 20%. Ini artinya daya beli dan permintaan masyarakat
global terhadap produk-produk industri dan perdagangan akan menurun. Oleh karenanya, kita
berharap para teknolog industri terus menciptakan teknologi baru yang dapat menyelamatkan
manusia, lingkungan, dan ekonomi global dari kehancuran.
Dampak pemanasan global
Pemanasan global dapat berdampak luas terhadap kehidupan manusia. Di antara dampak itu
adalah mencairnya es di kutub utara dan selatan, dan karena itu, meningginya permukaan laut
global. Selain itu, terjadi perubahan dalam jumlah dan pola curah hujan yang dapat
menyebabkan banjir dan kekeringan. Akibat yang lain adalah perubahan cuaca yang ekstrem,
kepunahan spesies tertentu, perubahan pola pertanian, dan peningkatan jenis vektor pembawa
penyakit.
Efek negatif lainnya adalah kelangkaan air di belahan bumi tertentu, dan sebaliknya, kenaikan
curah hujan yang ekstrem di belahan bumi lainnya. Temperatur yang panas juga berakibat buruk
pada kesehatan (McMichael AJ et al. 2006). Selain itu, perubahan cuaca akibat pemanasan global
akan berdampak pada meningkatnya kematian, pengungsian penduduk, dan kerugian ekonomi
yang signifikan. Dampak tersebut akan semakin parah di bagian dunia yang kepadatan
penduduknya tinggi (IPCC Report 2007).
Pemanasan global juga berdampak buruk terhadap ekonomi dan keamanan global. Dalam
Laporan Stern yang terkenal disebutkan bahwa perubahan iklim yang ekstrem akibat pemanasan
21

global dapat menurunkan produk domestik bruto global 1%, dan dalam skenario terburuk,
konsumsi per kapita global dapat turun 20% (The Stern Review 2006). Sedangkan dampak
terhadap keamanan internasional di antaranya adalah meningkatnya kompetisi antarnegara
terhadap sumber daya alam, migrasi masal, perubahan wilayah negara akibat kenaikan
permukaan laut, dan konflik bersenjata, bahkan potensi konflik senjata nuklir.
Ramah lingkungan
Melihat dampak pemanasan global yang sangat buruk terhadap kemanusiaan dan lingkungan,
sudah saatnya kita menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah terhadap lingkungan.
Data menunjukkan, pemanasan global terus meningkat sejak dimulainya revolusi industri pada
tahun 1850-an. Hal ini membuktikan bahwa ada korelasi positif antara teknologi yang digunakan
oleh manusia dan peningkatan gas rumah kaca antropogenik di atmosfer. Oleh karena itu, perlu
terus diciptakan dan digunakan teknologi yang efisien yang dapat meminimalkan pengeluaran
gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2).
Teknologi tersebut harus mampu mengurangi sebesar mungkin efek negatif aktivitas manusia
terhadap kehidupan manusia, lingkungan, dan sumber daya alam. Demi kelangsungan hidup
manusia, perlu terus diciptakan teknologi industri yang memungkinkan penggunaan sumber daya
alam dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Di lain pihak, kita harus terus mengupayakan penemuan dan penggunaan energi alternatif yang
ramah lingkungan. Sudah saatnya kita meninggalkan atau setidaknya mengurangi penggunaan
bahan bakar karbon, seperti minyak, bensin, dan batu bara. Peningkatan gas rumah kaca dan
segala dampak negatifnya sangat bergantung pada penggunaan bahan bakar karbon ini. Oleh
karena itu, penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan seperti energi sinar matahari,
gelombang laut, udara, air, dan biofuel harus terus dikampanyekan.
Akan tetapi, penggunaan energi alternatif tersebut tentunya juga harus menguntungkan secara
ekonomis. Di sinilah pentingnya inovasi teknologi yang dapat memanfaatkan sumber energi
secara efisien.
Namun demikian, penciptaan dan pemanfaatan teknologi industri yang efisien dan ramah
lingkungan tidak akan optimal tanpa peran pemerintah. Dengan berbagai instrumen
kebijakannya, pemerintah harus terus mendorong diciptakan dan dimanfaatkannya teknologi itu.
Selain itu, pemerintah sebaiknya memberikan insentif ekonomis yang memadai bagi penemu,
pemroduksi, dan pengguna teknologi dan produk teknologi yang ramah lingkungan. Insentif
22

tersebut, misalnya, memberikan potongan pajak bagi pengguna teknologi dan produk yang
ramah lingkungan. Sistem insentif lainnya, contohnya, memberikan peringkat dan sertifikasi bagi
pemanfaat teknologi, bahan baku, energi, dan produk teknologi yang ramah lingkungan.
Sebaliknya, pemerintah juga dapat menerapkan sistem disinsentif ekonomi, misalnya melalui
pajak lingkungan atau pajak karbon bagi pengguna teknologi, produk, dan energi yang merusak
lingkungan.
Oleh : Roby Arya Brata*)
*) Penulis, seorang Climate Leader peserta pelatihan Al Gore’s Climate Reality Project,
Melbourne 25 – 27 Juni 2014.

23