Pemikiran Ekonomi Karl Marx (1)

Pemikiran Ekonomi Karl Marx
Karl Marx dikenal sebagai pengkonsep utama sistem sosial berbasiskan sosialisme komunisme.
Terminologi yang menginspirasi puluhan negara bangsa dan jutaan manusia sekaligus juga
bertanggung jawab terhadap malapetaka yang diciptakannya. Apa yang menjadikan
pemikirannya banyak dianut dan sekaligus memberikan perubahan bagi dunia mengharuskan kita
untuk mengenal Marx secara lebih mendalam.
Marx lahir pada tahun 1818 di Treves, Jerman. Setiap orang dan tidak hanya tokoh besar
dibesarkan oleh lingkungan, peristiwa, dan pemikiran disekitarnya, begitupun juga seorang
Marx. Kota kelahirannya adalah daerah yang sangat terpengaruh oleh Perancis selama revolusi
era Napoleon, yang membuat daerah ini jauh lebih kosmopolitan daripada kebanyakan wilayah
Jerman lainnya.1 Kondisi sosial ini membentuk Marx untuk berpandangan lebih terbuka dan
tidak terlalu terpaku dengan budaya pemikiran Jerman ketika itu yang sangat terpengaruh
idealisme Hegel, meskipun dimasa mudanya Marx tergabung kedalam kelompok mahasiswa
Hegelian Muda.
1. Pemikiran Filsafat Marx
Pemberontakan Marx terhadap Hegel dipengaruhi oleh Feuerbach yang menentang idealisme
Hegel menuju materialisme. Pengaruh ini yang kemudian menjadi tema dari thesis doktoralnya
yang berjudul Perbedaan Filsafat Alam Demokritean dan Epikurus. Dua pemikir Yunani pra
Socrates yang berhaluan materialisme ini dikondisikan Marx berkontradiksi dengan pendapat
Hegel. Marx menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk menemukan sumber daripada kesadaran
diri manusia dan ide dari realitas material. Singkatnya ia menyatakan bahwa filsafat harus

‘keluar menuju dunia’. Banyak yang kemudian menyebut filsafat pemikiran Karl Marx ini
sebagai Materialisme Historis atau Materialisme Dialektis. Namun sebenarnya terminologi diatas
tidak datang dari Marx dan ia tidak pernah menggunakannya. Dalam Manuskrip tentang
Ekonomi dan Filsafatnya Marx menggunakan istilahnya sendiri “naturalisme atau humanisme”
sebagai dasar pemikirannya2.

1 Betrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hlm .1018.
2 Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta, Pustaka pelajar, 2004, hlm .14.

Naturalisme atau humanisme disini menjelaskan kebenaran dari kesatuan antara materialisme
dan idealisme. Naturalisme, atau istilah lainnya adalah materialisme mewakili aliran pemikiran
yang menetapkan kebenaran kepada realitas objektif yang disaksikan manusia menggunakan
indranya. Pada jamannya aliran ini banyak dianut oleh para ilmuwan alam progresif yang lebih
suka menempatkan manusia setara dengan realitas fisik di alam lainnya sebagai objek. Kritik
Marx terhadap aliran ini adalah dengan menggabungkannya dengan humanisme, aliran
pemikiran yang menjadikan manusia sebagai titik pusat dan tujuannya. Hasilnya adalah sebuah
dasar pemikiran yang menyadari realitas objektif yang didayagunakan untuk kepentingan dan
pengembangan kemanusiaan. Manusia diluruskan perannya dari sekedar objek menjadi subjek
yang mampu mengubah objek material untuk kelangsungan eksistensinya.
2. Pemikiran Marx Mengenai Masyarakat dan Negara

Filsafat “naturalisme atau humanisme” membangun pemikiran Marx mengenai masyarakat dan
realitas sosial dengan bantuan metode dialetika Hegel yang ia jungkir balikkan. Marx melihat
kehidupan manusia dalam negara dan hukum-hukum yang ada didalam negara tersebut tidak
dapat hanya dipahami dari ide-ide yang hanya dibayangkan dalam pikiran, tetapi juga harus
memperhatikan dengan cermat kondisi-kondisi kehidupan material. Secara tegas Marx
menyatakan eratnya hubungan antara situasi ekonomi dan politik suatu negara dengan anatomi
masyarakat yang menjadi warga negaranya.
Dasar inilah yang digunakan Marx untuk mengkritik konsep negara menurut Hegel. Dimasanya
Hegel menjadi pendukung bentuk pemerintahan otoritarian orthodok Jerman. Hegel membagi
dua jenis roh dalam negara. Roh subjektif sebagai kebutuhan masyarakat yang beragam dan roh
objektif sebagai kesatuan kebutuhan yang diakomodasi oleh institusi negara 3. Namun tidak
semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi oleh negara dan kehendak masyarakat tidak
semuanya sejalan dengan keputusan yang diambil oleh Negara. Karena institusi negara
dijalankan oleh kaum intelektual dan

orang-orang terpelajarlah yang paling tahu dalam

menentukan kebutuhan apa yang harus dipenuhi untuk masyarakat.
Pemikiran Hegel ini ditolak oleh Marx karena selain tidak relevan dengan kondisi material,
konsep negara Hegel ini juga tidak sejalan dengan tujuan kemanusiaan. Menurut Marx, yang

3 Ahmad. Pemikiran Politik Hegel tentang Negara: Fasisme atau Demokrasi, Thesis pada Jurusan Ilmu Politik
Universitas Indonesia 2004

menjadi pondasi struktur masyarakat atau negara adalah aktifitas ekonomi manusia dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Erich Fromm dalam usahanya menjelaskan Marx
menyatakan bahwa “manusia masuk kedalam hubungan-hubungan produksi yang terus
berkembang mengikuti perkembangan kekuatan produksi material. Keseluruhan hubungan
produksi menunjukkan struktur ekonomi masyarakat, dasar yang nyata tempat superstruktur
yuridis dan politik berdiri, yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu” 4.
Sebagai penjelasan dari kutipan diatas, hubungan produksi berarti hubungan kerjasama yang
terbangun antar sesama manusia dalam aktivitas ekonominya. Sedangkan kekuatan produksi
adalah keperluan manusia yang mencakup sumberdaya yang diperlukan manusia dalam
berproduksi. Penjelasan dari interpretasi Fromm ini bertolak belakang dengan pernyataan Hegel
yang menyatakan bahwa institusi negara lah yang menentukan dan membentuk kehidupan
masyarakat.
Kritik terhadap Hegel berlanjut ketika para penteori Marxist menilai pembentukan masyarakat
oleh institusi negara ini sebagai suatu kecelakaan akibat rusaknya hubungan manusia dalam
berproduksi dengan munculnya kepemilikan pribadi atas kekuatan produksi. Hubungan produksi
yang baru ini menciptakan pola hubungan hierakis. Yang mempunyai kekuatan produksi
memperkerjakan yang lain sebagai tenaga produksi yang lambat laun berkembang menjadi

pembelengguan terhadap yang tidak mempunyai kekuatan produksi. Kondisi ini kemudian
menjadi dasar bagi Marx untuk menyatakan bahwa peran sosial manusia yang menentukan
kesadarannya, bukan sebaliknya dimana kesadaran yang menentukan peran.

Selajutnya

perubahan yang terjadi dalam anatomi ekonomi masyarakat kemudian memicu terjadinya
perubahan dalam tataran politik dan superstruktur lainnya.
Hubungan sebab akibat diatas menjelaskan bagaimana perubahan sistem sosial tidak pernah
terlepas dari interaksi hubungan produksi dan kekuatan produksi didalam masyarakat. Sebuah
sistem sosial tidak akan lenyap sebelum kekuatan produksi berkembang secara cukup, dan pola
hubungan produksi yang baru tidak akan pernah muncul sebelum kondisi materi yang
memungkinkan lahir dari masyarakat.
3. Pemikiran Ekonomi Marx sebagai Kritik terhadap Kapitalisme

4 Erich Fromm,Op.Cit., hlm .28.



Kritik Terhadap Kapitalisme

o Teori Nilai Lebih dan Akumulasi Modal
Teori nilai lebih merupakan teori yang paling banyak digunakan oleh teoritisi Marxist
untuk mengkritik sistem ekonomi kapitalisme hingga saat ini. Teori ini mengurai cara
produksi dan perkembangan kapitalis yang melibatkan penjelasan hubungan pekerja
dan pemilik modal. Secara awan nilai lebih dikenal sebagai laba, selisih antara harga
yang dikeluarkan oleh pemilik modal untuk memproduksi dengan harga jual hasil
produksi tersebut.
Namun secara ekonomi nilai lebih berhubungan dengan perbedaan antara nilai yang
dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri. Pengertian ini membawa kita
untuk memahami terlebih dahulu tentang tenaga kerja dalam produksi kapitalis. Tenaga
kerja dalam sistem produksi kapitalisme menurut analisa Marx setara jika dibandingkan
dengan material produksi lain yang dibutuhkan dalam proses produksi. Seorang tenaga
kerja dinilai dan diberikan upah berdasarkan jam kerja yang berikannya selama proses
produksi. Material produksi dan perkakas produksi dinilai berdasarkan harga yang
dibayar pemilik modal untuk mendapatkannya. Karena dalam proses produksi material
produksi dan perkakas produksi tidak mengalami pertambahan nilai malahan
mengalami penurunan nilai, maka satu-satunya sumber pertambahan nilai yang bisa
menjadi keuntungan atau nilai laba adalah proses kerja yang dilakukan tenaga kerja.
Dengan kata lain satu-satunya faktor produksi yang mendatangkan keuntungan adalah
tenaga kerja melalui kerjanya.

Karena status tenaga kerja disamakan dengan komoditas maka perannya dalam
hubungan ekonomi juga diperlakukan sebagai komoditas. Eksistensi para pekerja hanya
dihargai sebagai pendukung demi terwujudnya proses produksi. Upah yang diterimanya
dimaknai sebagai kebutuhan untuk mereproduksi tenaga kerja untuk produksi.
Dengan sudah jelasnya dari mana para pemilik modal mendapatkan keuntungan dalam
proses produksi mereka dalam Teori Nilai Lebih, selanjutnya Teori Akumulasi Modal
akan menjelaskan apa yang akan diperbuat para pemilik modal dengan nilai lebih yang
mereka terima.

Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam
memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx menjelaskan
terdapat tiga tahap yang dilalui modal dalam sikuit kapital.

Tahapan pertama: Kapitalis muncul di pasar barang-dagangan dan berperan sebagai
seorang pembeli; uangnya diubah menjadi barang-dagangan, ia melalui babak
peredaran M-C.
Tahapan kedua: Konsumsi produktif oleh kapitalis atas barang-dagangan yang dibeli. Ia
berfungsi sebagai kapitalis produsen barang-dagangan; kapitalnya melalui proses
produksi.
Hasilnya: barang-dagangan bernilai lebih besar ketimbang unsur-unsur produksinya.

Tahapan ketiga: Kapitalis kembali ke pasar sebagai seorang penjual; barang
dagangannya
ditransformasi menjadi uang, mereka melalui babakan sirkulasi CM.
Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M–C...P...C’-M’( moneycomodity…production…commodity’-money’). Titik-titik diatas menandakan bahwa
proses peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’ menandakan
peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih5.
Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk
pembiayaan faktor produksinya, keuntungan untuk konsumsi pribadinya ataupun
sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemiliki modal yang kemudian awam
dikenal dengan akumulasi modal. Namun apa yang menjadikan akumulasi modal lebih
menjadi perhatian dibandingkan dengan opsi lain pemilik modal menggunakan nilai
lebihnya ? Jawabannya adalah persaingan dalam sistem ekonomi kapitalis.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam Smith, sistem ekonomi liberal kapitalis
adalah sistem ekonomi yang terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat persaingan
5 Karl Marx, Capital Buku 1 E-book hlm. 4

yang sehat antar individu dalam memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah
perusahaan akan kalah dalam persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya
memiliki kualitas yang kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal
mendapatkan keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu

memenuhi pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi capital dalam bentuk teknologi
mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas produksi
perusahaan.
Dari sisi ini terlihat sebagai akumulasi modal sebagai sebuah keharusan dan resiko
dalam ekonomi kapitalis, namun disisi lain akumulasi modal tidak terlihat sebagai
sebuah konsekuensi yang menyiksa pemilik modal. Nilai lebih yang didapatkan oleh
perusahaan yang kembali diputarkan dalam bentuk faktor produksi memang secara
langsung tidak dapat memenuhi konsumsi pribadi pemilik modal. Namun pola
hubungan produksi yang dikuasai oleh sekelompok pemilik modal ini sudah terlebih
dahulu menjanjikan investasi dengan deviden yang lebih besar untuk para pemilik
modal untuk dinikmati dikemudian hari. Moralitas Marxisme juga menyoroti sistem
akumulasi modal ini. Nilai lebih yang menjadi prasyarat akumulasi sejatinya dihasilkan
oleh proses kerja tenaga kerja, namun status para pekerja yang hanya sebagai
komoditas membuat para pekerja tidak dapat menikmati nilai lebih yang mereka
hasilkan mewujud keseluruhan pabrik-pabrik, mesin-mesin, jalan-jalan, rel kereta,
pelabuhan, bandara udara, dan sebagainya. Ernest Mandel dalam Pengantar Teori
Ekonomi Marxistnya mengomentari ketimpangan ini sebagai sebuah bukti kolosal
eksploitasi yang terus berlanjut yang dijalankan oleh kelas pekerja sejak asal mula
masyarakat kapitalis6.
Kedua teori ekonomi Marx ini agaknya cukup untuk membayar tujuan fisafat

humanisme atau naturalisme Marx. Mewakili naturalism (materialisme) Marx
mengomentari realitas sistem sosial ekonomi yang dihasilkan oleh kapitalisme dengan
empirik, rasional dan memenuhi logika yang runtun. Dan mewakili humanisme, kritik
terhadap sistem kapitalisme mempunyai dasar ketidakadilan terhadap sebagian besar
manusia yang terlibat dalam produksi sistem ekonomi kapitalisme.
6 Ernest Mandel, Pengantar Teori Ekonomi Marxist, E-Book, hlm. 50

o Teori Alienasi
Teori Alienasi merupakan teori sosial yang merupakan konsekuensi dari sistem
ekonomi kapitalisme. Teori Alienasi berkaitan dengan situasi yang dijalankan oleh
tenaga kerja selama berproduksi berkaitan dengan peran yang mereka jalankan dalam
sosialnya.
Teori nilai lebih diawal sudah menjelaskan bahwa tenaga kerja tidak lebih dari sekedar
komoditas dan material produksi yang dieksploitasi untuk mendapatkan nilai lebih.
Upah yang diterimanya dimaknai sebagai biaya reproduksi tenaga kerja, dengan kata
lain biaya minimal hidup tenaga kerja untuk mereproduksi tenaganya untuk dihabiskan
kembali dilapangan pekerjaan. Ketidakadilan ini ternyata tidak dimaknai hanya sekedar
ketimpangan pendapatan bagi Marx tetapi berhubungan dengan eksistensi kemanusiaan
kelas pekerja. Seperti yang dinyatakan Marx “Objek yang dihasilkan buruh, produknya,
kini bertentangan dengan dirinya; objek itu menjadi makhluk asing dan kekuasaan yang

terbebas dari pembuatnya. Produk buruh adalah buruh yang telah diwujudkan dalam
sebuah objek dan berubah menjadi sebuah benda fisik; produk ini merupakan
objektifikasi buruh. Buruh teralienasi karena kerja telah berhenti menjadi bagian dari
sifat pekerja dan konsekuensinya, buruh tidak memenuhi dirinya dalam pekerjaannya,
tetapi menolak dirinya, memiliki perasaan sengasara daripada menjadi mahkluk yang
baik, tidak mengembangkan energi mental dan fisisknya secara bebas, tetapi tenaganya
terkuras dan mentalnya tercerabut. Oleh karena itu, pekerja merasa dirinya nyaman
hanya selama masa senggangnya, sedangkan ketika berkerja ia merasa tidak nyaman.”7
Dari pernyataan Marx ini terdapat dua poin utama dari alienasi, pertama dalam proses
kerja manusia dibatasi kemampuan kreatifnya, manusia tidak bisa mencapai dirinya
yang memiliki kemampuan yang dapat dibedakan dari orang lain karena aktivitas yang
dijalaninya sama. Tenaga kerja juga terasing dengan lingkungan sosialnya yang
seharusnya berpengaru bagi kehidupannya. Kedua, hasil kerja akibat pembagian kerja
menjadi terpisah dengannya. Tenaga kerja tidak lagi mampu menguasai apa yang
dihasilkanya.

7 Erich Fromm,Op.Cit., hlm .62

Poin penting dari teori alienasi lainnya adalah perhatian besar Marx terhadap
kemanusiaan yang tidak lagi manusiawi dalam sistem ekonomi kapitalis. Hal inilah

yang mendasari Marx untuk menyatakan sikap ketidaksetujuan terhadap sistem
ekonomi ini dan memprediksi akan terjadi revolusi sosial dikepemimpinan kelas
pekerja. Kelas yang dipercaya Marx sebagai kelas yang paling tereksploitasi,
teralienasi, dan sisi kemanusiaannya yang paling mengacam. Revolusi dalam usaha
pengembaliaan kemanusiaan dan pembebasan akan dimulai dari kelas ini.


Konsep Sosialisme Marx
Prediksi Marx sistem kapitalisme akan menghancurkan dirinya sendiri secara perlahan, dan
akan menemukan lompatan kuantitas menuju kualitas ketika revolusi yang dipimpin tenaga
kerja terjadi. Prediski ini kemudian diikuiti oleh pandangan Marx sendiri terhadap konsep
masyarakat idealnya. Konsep Sosialisme Marx secara awam seringkali dikait-kaitkan dengan
diktatur proletariat Uni Soviet ataupun dengan bentuk negara komunis kontemporer seperti
Kuba atau Cina. Hal ini tidak terlepas dari pemikiran Marx yang menjadi landasan ideologis
negara-negara tersebut namun tidak terterapkan hingga mencapai substansinya. Hal ini
membuat banyak akademisi memperdebatkan bagaimana stuktur sosial yang sebenarnya
diinginkan oleh Marx yang juga sekaligus akan menjawab percobaan-percobaan sosialisme
yang selama ini mengatas namakan Karl Marx.
Berdasarkan landasan pemikiran filsafat Marx yang memiliki tujuan kemanusiaan, konsep
sosialisme yang diinginkan Marx tentunya juga tidak terlepas dari kemanusiaan. Dalam buku
ketiga Kapital Marx menerangkan tujuan dari sosialisme bahwa “ Sebagaimana manusia
primitif (komunisme awal) harus bergulat dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya,
untuk mempertahankan hidupnya dan mereproduksinya, maka manusia yang beradap juga
harus melakukannya dalam semua bentuk masyarakat dan dibawah semua mode produksi
yang mungkini ada. Seiring dengan perkembangan dirinya, kebutuhan alamiah pun
berkembang karena kebutuhannya semakin meningkat; tetapi pada saat yang bersamaan
kekuatan-kekuatan produksi juga meningkat, yang dengan kebutuhan-kebutuhan manusia
terpenuhi…Manusia menyelesaikan tugasnya dengan energy minimal dan dibawah kondisi
yang sesuai dengan watak alamiah manusia. Tetapi kekuasaan selalu tetap menjadi sebuah
kebutuhan nyata. Diluar itu, kekuasaan manusia mulai mngembangkan, yang menjadi

tujuannya sendiri, kebebasan yang sebenarnya, namun dengan demikian hanya dapat tumbuh
subur jika memang menjadi kebutuhan dasarnya”8.
4.

Kesimpulan

Teori ekonomi Karl Marx yang tetap mengilhami banyak orang hingga kini sejatinya bukan
hanya lahir sebagai kritik terhadap kondisi empirik sistem sosial ekonomi yang ada saat ini.
Tetapi juga diilhami oleh filsafat pemikirannya yang mendalam dan juga tujuan filsafatnya yang
konsisten, yaitu kemanusiaan. Diawali oleh teori nilai lebih dan hubungannya dengan akumulasi
kapital yang menguraikan hubungan produksi ekonomi kapitalis yang terjebak dalam keharusan
persaingan dan ekspliotasi pekerja. Kemudian teori alienasi yang menjelaskan secara sosiologis
bagaimana hubungan produksi kapitalis dan pembagian kerja yang ada didalamnya mereduksi
kemanusiaan tenaga kerja.
Pemaparan kembali teori ekonomi Marx yang disejajarkan dengan pemikiran filsafatnya
diharapkan akan mengurangi spekulasi-spekulasi yang menghubungkannya dengan percobaanpercobaan sosialisme yang justru mengorbankan tujuan utama seorang Marx baik dalam
perspektif ekonomi maupun fisafatnya.

REFERENSI
Betrand Russel, 2007,Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Erich Fromm, 2004, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Ahmad. 2004, Pemikiran Politik Hegel tentang Negara: Fasisme atau Demokrasi, Thesis pada
Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Karl Marx, Capital Buku I E-book
Karl Marx, Capital Buku III E-book
8 Karl Marx Capital buku III, hlm. 862

Ernest Mandel, Pengantar Teori Ekonomi Marxist, E-Book