Good Governance versi Bank Dunia dan UN

“Good Governance versi Bank Dunia dan UNDP atau Governance versi Manajemen
Jaringan?”
(Essai)

Penulis
Nama

: Juwanda

NPM

: 1216021060

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Judul : Apakah Good Governance Versi Bank Dunia dan UNDP Relevan Untuk
Indonesia ?
Dosen Pengampu


: Budi Kurniawan, S.IP. M.Pub.Pol

Mata Kuliah

: Manajemen Jaringan

Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung, Bandar Lampung
1 Juni 2014

“Apakah Good Governance versi Bank Dunia dan UNDP Relevan untuk Indonesia?”

Pendahuluan
Isu Governance saat ini mulai memasuki arena perdebatan yang panas dalam hal
pembangunan di Indonesia dengan didorong oleh adanya dinamika-dinamika yang menuntut
untuk perubahan-perubahan di sisi Pemerintah maupun di sisi Masyarakat. Pemimpin politik
dan pemerintah diharapkan efisien dan demokratis dalam hal Penggunaan sumber daya
publik, efektif menjalankan fungsi pelayanan publik lebih tanggap serta mampu menyusun
kebijakan dan program yang dapat menjamin kesejahteraan dan keadilan masyarakat.

Menurut Peters (2000) menyatakan governance sebagai : "thinking about governance
means thinking about how to steer the economy and society and how to reach collective
goals ".
menurut peter bahwa dalam hal governance kita berfikir bahwasannya bagaimana mengelola
ekonomi dan masyarakat dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Artinya dari pernyataan itu
bagaimana tujuan dicapai dengan kerjasama beberapa pihak dalam konteks pembangunan
ataupun pelayanan bukan lagi pihak pemerintah akan tetapi masih ada pihak-pihak lain yang
harus ikut berperan.
Hal ini sejalan dengan interpretasinyanya Frederickson dalam konteks reposisi administrasi
publik yaitu Governance menggambarkan bersatunya sejumlah organisasi atau institusi baik
itu dari pemerintah atau swasta yang dipertautkan (linked together) secara bersama untuk
mengurusi kegiatan-kegiatan publik. Mereka dapat bekerja secara bersama-sama dalam
sebuah jejaring antar negara. Karenanya terminologi pertama ini, governance menunjuk
networking dari sejumlah himpunan-himpunan entitas yang secara mandiri mempunyai
kekuasaan otonom. Atau dalam ungkapan Frederickson adalah perubahan citra sentralisasi
organisasi menuju citra organisasi yang delegatif dan terdesentralisir. Mereka bertemu untuk
malakukan perembugan, merekonsiliasi kepentingan sehingga dapat dicapai tujuan secara
kolektif atau bersama-sama.

Sebagaimana dijelaskan Muhadjir Governance dalam konteks kebijakan adalah :


"… kebijakan publik tidak harus berarti
kebijakan pemerintah, tetapi kebijakan oleh
siapapun
(pemerintah,
semi
pemerintah,
perusahaan swasta, LSM, komunitas keluarga) atau
jaringan yang melibatkan seluruhnya tersebut
untuk mengatasi masalah publik yang mereka
rasakan. Kalaupun kebijakan publik diartikan
sebagai apa yang dilakukan pemerintah , kebijakan
tersebut harus diletakkan sebagai bagian dari
network kebijakan yang melibatkan berbagai
komponen masyarakat tersebut.." .
Dengan demikian terminologi kedua ini menekankan, governance dalam konteks pluralisme
aktor dalam proses perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan. Beberapa pertanyaan
kunci yang penting : seberapa jauh kebijakan yang dilakukan pemerintah merespon tuntutan
masyarakat, seberapa jauh masyarakat dilibatkan dalam proses tersebut, seberapa jauh
masyarakat dilibatkan dalam proses implementasi, seberapa besar inisiatif dan kreativitas

masyarakat tersalurkan, seberapa jauh masyarakat dapat mengakses informasi menyangkut
pelaksanaan kebijakan tersebut, seberapa jauh hasil kebijakan tersebut memuaskan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam
sistem Administrasi Publik. Tentu banyak sekali teori dan konsep-konsep yang disajikan
untuk memenuhi dalam hal kebutuhan pembangunan dan perbaikan suatu negara. Pertanyaan
yang ada apakah Good Governance versi Bank Dunia dan UNDP Relevan untuk Indonesia?
tesis utama dalam essay ini adalah “Good Governance versi Bank Dunia dan UNDP
tidak relevan untuk Indonesia”.

Good Governance : Konsep Bank Dunia dan UNDP
Lembaga internasional yang lebih awal memopulerkan istilah

governance adalah Bank

Dunia. menurut bank dunia governance ialah :
“the manner in which power exercised in management of country’s social and
economic

resources


for

development”.

World

Bank

juga

menyebutkan good

governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political
framework bagi tumbuhnya aktifitas muda (Mardiasmo,2002).
Bank Dunia merupakan pencetus gagasan yang memperkenalkan good governance sebagai
program pengelolaan sektor publik dalam rangka penciptaan ketatapemerintahan yang baik

dalam rangka persyaratan bantuan pembangunan (world bank 1983: 46)
Bagi Bank Dunia , Hukum dan implementasinya dilihat sebagai faktor-faktor penting untuk
memperkuat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, untuk mendukung pertumbuhan dan
sistem pasar bebas, salah satu elemen prinsip good governance adalah ‘ legal framework for
development’ ( kerangka perundang-undangan untuk pembangunan) (world bank :1992).
Dalam perundangan yang demikian rule of law adalah konsep utama yang secara
instrumental dan substansial penting, karena ia mengkonsentrasikan pada keadilan (justice) ,
Kejujuran (fairness) dan kebebasan (liberty). Bank dunia menegaskan suatu sistem hukum
yang fair yang kondusif untuk menyeimbangkan pembangunan (world bank 1992 : 29-30) .
ini sebabnya tidak mengejutkan perspektif bank dunia dalam Good Governance terkait
utamanya dengan kebutuhan-kebutuhan perundangan bagi aktor-aktor komersial dalam pasar
(LCHR 1993:53)
Kemudian UNDP membuat definisi yang lebih ekspansif, Governance meliputi pemerintah,
sektor swasta dan masyarakat madani serta interaksi antar ketiga elemen tersebut. Jadi di
dalam konsep governance tidak ada lagi yang menonjol ataupun terpinggirkan, konsep ini
membuat element tersebut menjadi sejajar bahkan saling bekerjasama.
UNDP lebih jauh menyebutkan ciri Good Governance yaitu mengikutsertakan semua ,
bertanggung jawab dan transparan, adil dan efektif, menjamin adanya supremasi hukum,
menjamin bahwa prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat
serta memerhatikan kepentingan mereka yang paling lemah dan miskin dalam proses

pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumberdaya pembangunan.
Menurut UNDP (dalam Sutiono, 2004) istilah governance menunjukkan suatu proses yang
memposisikan rakyat dapat mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan

politiknya, tidak hanya sekadar dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk
menciptakan kohesi, integrasi, serta untuk kesejahteraan rakyatnya.
UNDP ( United Nation Development Program ) mendefinisikan good governance sebagai
hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat. Dari
definisi tersebut UNDP mengajukan karakteristik good governance yang saling memperkuat
dan tidak dapat berdiri sendiri yaitu : partisipasi, tata hukum, transparansi, responsif,
berorientasi kesepakatan, kesetaraan, efektif dan efisiensi, akuntabilitas dan visi strategi.

Good Governance versi Bank Dunia dan UNDP Tidak elevan untuk
Indonesia
Dalam Konsep Governance ada tiga stakeholder utama yang saling berinteraksi dan
menjalankan fungsinya masing-masing, yaitu State (negara atau Pemerintah), Privat Sector
(sektor Swasta atau Dunia Usaha) dan Society (masyarakat).
Komitmen untuk menjalankan good governance sangatlah dibutuhkan dari ketiga stakeholder
(pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) untuk menyukseskan good governance, dilihat dari
uraian konsep Good governance dari World Bank dan UNDP sepertinya Good governace

merupakan sesuatu yang baik demi kemajuan pembangunan disuatu daerah, namun apakah
itu cocok dan baik bagi Indonesia ? meski kita melihat konsep good governance ini adalah
konsep yang ”belum final” yang masih butuh perbaikan dan penyempurnaan. Namun
kenyataannya bahwa konsep tersebut dapat dikatakan berjalan ditempat karena dengan
melihat permasalahan yang timbul dari ketiga Stakeholder good governance itu. mengurai
permasalahan yang ada termasuk dalam organisasi pemerintah itu sendiri.
Good governance adalah sebuah gagasan tentang teory tata kelola kepemerintahan dan
pembangunan

yang

didasarkan

pada

perinsip-perinsip

yang

terkandung


dalam

ideologi liberal. Ideologi ini lahir dalam gagasan-gagasan yang lebih “ramah” dari pada neoliberalisme, namun dalam tujuan yang sama yakni melanjutkan agenda imperialisme ekonomi
“barat” terhadap negara-negara berkembang.
Letak kesalahan yang paling mendasar dari para penganut liberal adalah meyakini
bahwa rekayasa kondisi sosial melalui jalur kebijakan sosial dapat merubah iklim pasar yang

kompetitif-individualistik menjadi iklim pasar yang lebih “hangat” dan kental akan unsurunsur nilai moral dan budaya.
Berikut beberapa permasalahan kondisi saat ini :
A. Pemerintahan :
1. Kelembagaan.
-

Rendahnya efisiensi

-

Lembaga kurang responsif


2. Prosedur Kerja & Ketatalaksanaan
Rendahnya efisiensi
Belum optimal transparansi
Partisipasi masyarakat belum terwadahi
Belum terlaksananya administratif akuntabilitas
3. Aparatur
Perlakuan sama
Belum tersedia instrumen pengukuran kinerja
Lemahnya semangat korps
Kurang komitmen Keperpihakan pada masyarakat
B. Masyarakat :
-

Terjebak oleh Kemudahan Jalan Pintas

-

Pemaksaan Kehendak

-


Kecenderungan Mengindari Kewajiban

-

Sulit Mengharapkan Partisipasi Masyarakat

C. Dunia Usaha :

A. Keterbatasan Kemampuan yang dimiliki pengusaha-pengusaha indonesia yang belum
mampu mengembngkan usahanya.
B. Masih belum berkembangnya mentalitas kewiraushaan
Disamping itu Penulis mengutip dari makalah mahasiswa jurusan Ilmu sosiatri
Sekolah tinggi pembangunan masyarakat desa Yogyakarta
“Berikut akan dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Malang, dikutip
dari buku berjudul “Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah (Sebuah
Kajian dengan Pendekatan Berpikir Sistem)”, karya Dr. M.R Khairul Muluk, M.Si. .
“Pada dasarnya, pengaruh elit ekonomi lokal kepada pejabat pemerintah daerah dan
anggota DPRD dalam penentuan kebijakan daerah disebabkan oleh kemampuan elit
ekonomi lokal tersebut untuk menyediakan kebutuhan modal atau finansial dari pejabat
pemerintah daerah dan anggota DPRD tersebut. Modal atau finansial ini dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, partai, ataupun daerah. Secara pribadi, banyak
kebutuhan finansial diperoleh sebagai penghasilan diluar gaji dan diberikan oleh elit
ekonomi lokal dalam beragam bentuk, seperti bonus, bingkisan, tanda terimakasih, dan
lain

sebagainya.

Kebutuhan

finansial

partai

politik

dalam

memperjuangkan

kepentingannya juga sering kali dipenuhi oleh elit ekonomi lokal ini. Kepentingan partai
politik untuk kampanye, lobi, dan pemeliharaan konstituen membutuhkan dana besar
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensisnya. Elit ekonomi lokal ini juga
dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Investasi
swasta dibutuhkan untuk meningkatkan pertambahan lapangan kerja, pajak daerah dan
perputaran roda perekonomian. (Kahirul Muluk, 2007)
Seorang anggota DPRD mengungkapkan ketakutannya dengan :“yang harus kami
pikirkan sebenarnya bukan diri kami sendiri. Mungkin kami bisa menjaga diri, tapi
bagaimana dengan anak-anak dan istri kami. Walau bagaimanapun kami tidak dapat
menjaga keselamatan mereka terus menerus. Kalau kami lapor polisi atau tentara dan
meminta perlindungan kepada mereka jelas tidak mungkin, lha wong mereka justru
melindungi dia.”[19] (Kahirul Muluk, 2007)
Dengan kondisi dinamika politik yang demikian. Sektor privat (pengusaha) di
Kota Malang menjadi memiliki keleluasaan dalam mengintervensi kebijakan
pembangunan daerah. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan adalah disahkannya
Perda No. 7 tahun 2001 menjadi dasar bagi berdirinya pusat perbelanjaan Malang Town

Square (Matos) yang ditentang oleh banyak kalangan terutama masyarakat pendidikan
dan LSM. Penentangan dilakukan dengan alasan bahwa Matos berdiri dikawasan
pendidikan sehingga dikhwatirkan akan mencemari kondusifitas iklim pendidikan.
Meskipun tidak secara eksplisit mebahas tentang praktik good governance, namun
hasil penelitian dalam buku tersebut mengungkap banyak fakta tentang sulitnya membangun
relasi yang setara antara sektor privat dan pemerintah. Relasi “politis” yang terjalin antara
kedua aktor tersebut justru menempatkan pemerintah daerah (sebagai representasi dari
negara) menjadi sub-ordinat dari kepentingan bisnis/pasar. Pada akhirnya yang terjadi
adalah “State under controling by privat sector” atau bahkan “State Under Attack”.
Fakta yang terungkap dalam hasil penelitian tersebut menjadi sisi kelemahan dari
rumusan-rumusan tentang tata kelola kepemerintahan dalam teori good governance.
Meskipun sebagian kalangan berpendapat bahwa masalah yang muncul lebih disebakan oleh
ketidak siapan struktural negara-negara dunia ke-tiga dalam menerapkan good governance.
Sebaliknya, penulis mencoba melihat persoalan tersebut dari persfektif yang berbeda, negaranegara maju dan kekuatan ekonomi global sepenuhnya telah gagal memperbaiki kesalahan
dan menebus dosa yang telah mereka buat sendiri. Persoalan korupsi, ketidakjelasaan hukum,
mentalitas birokrasi dan aparat penegak hukum yang kian “bobrok”, lemahnya kekuatan dan
posisi tawarpreasure group (masyarakat marginal) dinegara-negara dunia ketiga termasuk
Indonesia, harus dapat dilihat secara jeli sebagai beberapa dampak buruk yang terjadi dari
hasil penerapan teori developmentalisme yang dulu merupakan teori yang dihembuskan oleh
negara-negara maju dan kekuatan ekonomi global.”
Melihat beberapa uraian dan masalah diatas penulis mengajak berfikir kembali apakah
konsep Good Governance yang ditawarkan World Bank dan UNDP dapat diterapkan di
Indonesia ? Bagaimana mungkin konsep matang Good Governance yang membutuhkan
penyokong 3 domain yang sepertinya masih bermasalah saat ini bisa diterapkan di Indonesia.
Governance yang baik hanya dapat tercipta apabila terdapat kekuatan saling mendukung
antar stakeholder misalnya saja warga yang bertanggung jawab, aktif dan memiliki
kesadaran, bersama dengan Pemerintah yang terbuka dan tanggap, mau mendengar dan mau
melibatkan.

Kesimpulan

Dari paparan essay diatas penulis menyimpulkan bahwansannya good governance
saat ini belum relevan untuk indonesia melihat kondisi indonesia saat ini, itu dilihat dari
permasalahan yang ada. Good governance adalah sebuah gagasan tentang market dalam
pelayan publik yang berorientasi pasar. Karakteristik dasar “pasar” yang sepenuhnya
kompetitif, individualistik, dan “dingin” tidak akan dapat ditutupi melalui rekayasa kebijakan
sosial. Pasar dalam pemahaman sempit kelompok liberal yang diartikan sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan pribadi dan akumulasi keuntungan belaka, akan selamanya berwatak
eksploitatif, kompetitif dan individualitik, dimana realitas tersebut sama sekali bertentangan
dengan apa yang terkandung dalam nila-nilai moral dan kebudayaan masyarakat timur.
Mengubah karakteristik (sifat alamiah) “pasar” hanya dapat dilakukan dengan cara
“menggeser” (mengubah) secara radikal pemahaman dasar manusia tentang “pasar” (aktivitas
ekonomi) itu sendiri. Pasar tidak boleh lagi dipahami semata-mata hanya sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan peribadi dan sarana melipat-gandakan modal (profit oriented) bagi
segelintir pihak saja, namun harus dilihat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kolektif
(bersama) dimana individu satu dan individu yang lain terkoneksi dalam relasi
yang simbiosis-mutualistik.
Seandainya pun apabila Good governance tetap dipaksakan diterapkan di Indonesia syarat
yang harus dipenuhi yaitu adanya Pergeseran pola pikir masyarakat Indonesia yang saat ini
masih belum modern menuju pemikiran yang modern selain itu kejujuran dan tanggung
jawab harus dimiliki dari setiap stakeholder yang ada sehingga Good governance dapat
berjalan dengan baik di Indonesia.
(Wallahualam bisshowab).
Daftar Pustaka

Sedarmayanti.2007.good governance dan good corporate governance: mandar maju.Bandung
Makhya, Syarif. 2004. Ilmu pemerintahan telaahan awal (buku ajar) Universitas Lampung
Ndraha, Taliziduhu.2003. kybernologi 1. Rieneka cipta. Jakarta
World Bank (1983) world develovment report 1983. Washington:world bank
http://sondis.blogspot.com/2013/04/teori-governance.html

http://wuriantos.blogspot.com/2013/03/sederet-konsep-good-governance.html
Jurnal bersatu edisi mei 2008 Jakarta Universitas Airlangga Surabaya Perdana wiratraman, R
Herlambang dosen Dosen Hukum Tata Negara dan Ham. Good Governance dan mitos
ketatanegaraan neo-liberal

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2