Perilaku Kolektif da Gerakan Sosial

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku sosial merupakan hal terpenting dalam suatu sosialisasi kehidupan,
tak sedikitpun seseorang mengelak akan keberadaan perilaku sposial di sekitar kita.
Oleh karena itu, kehidupan di masyarakat sangat sarat dengan perilaku sosial, baik itu
perilaku sosial yang individualis maupun kolektif. Keberadaan perilaku ini dapat
membawa dampak tersendiri bagi dunia sosial yakni penyimpangan dari perilaku
sosial tersebut.
Keberadaan perilaku kolektif membawa dampak besar bagi kehidupan sosial
masyrakat, dan banyak perilaku-perilaku ini yang tidak sesuai dengan norma-norma
institusi atau lembaca masyarakat yang berlaku di masyarakat umum. Perilaku inilah
yang memberikan kontribusi terbesar dalam seleksi keberadaan perilaku-perilaku
penyimpangan sosial.
Dalam kehidupan nyata, banyak kita temukan berbagai macam bentuk
penyimpangan dari perilaku kolektif ini, sehingga pada makalah ini selain membahas
bentuk dari perilaku kolektif, kami juga membahas mengenai penyimpangan perilaku
kolektif.
Selain perilaku kolektif, gerakan sosial juga turut berkembang dalam
masyarakat. Sebuah gerakan sosial, apapun latar belakang hsitoris terbentuknya, pada
hakekatnya menekankan pada suatu tujuan utama gerakan yaitu suatu perubahan.

Tidak menjadi masalah apakah perubahan yang diinginkan bersifat infrastruktur atau
suprastruktur.
Semenjak manusia mulai hidup berkelompok, dan selanjutnya membentuk
suatu komunitas dalam sebuah lingkungan sosial sendiri dengan dibatasi oelh wilayah
darat, laut dan udara beserta aturan main yang bersifat hukum dan politik, maka
sejarah banyak mencatat momen penting bagaimana sebuah gerakan sosial mampu
menjadi motor penggerak utama perubahan sosial. Gerakan sosial tersebut
memunculkan peran kelompok yang mampu merubah tatanan infrastruktur maupun
suprastruktur kehidupan berbangsa dan bernegara atas negara yang bersangkutan.
Sebagai contoh, dalam sejarah revolusi Indurstri, revolusi Amerika, ervolusi
Perancis, revolusi Rusia, dan kemerdekaan Indonesia. Kita dapat melihat bahwa
revolusi tersebut distimulasi oleh berbagai situasi dan kondisi sehingga melahirkan
suatu gerakan sosial.

Berdasarkan pemaparan singkat diatas, pada makalah ini akan membahas
mengenai perilaku kolektif dan gerakan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku kolektif dan gerakan sosial?
2. Apa faktor-faktor penyebab perilaku kolektif dan gerakan sosial?
3. Bagaimana bentuk perilaku kolektif?

4. Bagaimana tipe-tipe dari gerakan sosial?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami pengertian perilaku kolektif dan gerakan sosial.
2. Untuk memahami faktor penyebab perilaku kolektif dan gerakan sosial.
3. Untuk memahami bentuk perilaku kolektif.
4. Untuk memahami tipe-tipe gerakan sosial.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan pengumpulan data-data dengan
menggunakan studi kepustakaan (library research). Dalam metode ini penulis
membaca buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Kolektif
1. Pengertian Perilaku Kolektif
Perilaku kolektif adalah suatu tindakan yang relatif spontan, tidak
terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang berjuang melawan atau

menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat
membedakan antara perilaku kolektif dengan perilaku lainnya.

Horton dan Hunt (1984) berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah
mobilisasi berlandaskan pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial.
Menurut Cohen (1992) berpendapat bahwa perilaku kolektif ditandai
ditandai oleh perilaku yang tidak tersusun, spontan, emosional, dan tidak dapat
diduga, individu-individu yang terlibat dalam erilaku kolektif tanggap terhadap
rangsangan tertentu yang mungkin datang dari orang lain dan bersifat khusus.
Sedangkan menurut Milgram dan Touch (1977) berpendapat bahwa
perilaku kolektif ialah perilaku yang lahir secara spontan, relatif, tidak terorganisir
serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana
dan hanya tergantung pada situasi timbal balik yang muncul dikalangan para
pelakunya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku
kolektif adalah perilaku yang :
(1) Dilakukan secara bersama oleh sejumlah orang,
(2) Bersifat spontanitas dan tidak terstruktur,
(3) Tidak bersifat rutin, dan
(4) Merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif erat hubungannya dengan perilaku menyimpang, namun
berbeda dengan perilaku menyimpang. Perilaku kolektif merupakan tindakan
bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata.

Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil
society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat
benda, peristiwa maupun ide.

2. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Kolektif
Perilaku kolektif bisa terjadi dimana saja, baik lingkungan masyarakat
sederhana maupun kompleks. Menurut teori Smelser perilaku kolektif dapat
ditentukan oleh 6 faktor berikut :
1) Kesesuaian Struktural
Struktur masyarakat dapat saja menunjang atau menghalangi
munculnya perilaku kolektif. Masyarakat tradisional yang sederhana lebih
sulit melahirkan perilaku kolektif dibandingkan dengan masyarakat modern.
2) Ketegangan Struktural
Adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan
menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan bentrok ketidakpahaman.

Pencabutan hak dan kekhawatiran akan hilangnya sesuatu merupakan akar
penyebab timbulnya perilaku kolektif. Perasaan adanya ketidak adilan
mendorong banyak orang melakukan tindakan ekstrim. Kelas sosial bawah,
kelompok minoritas tertekan, dan kelompok yang hasil jerih payahnya

terancam serta kelompok sosial yang khawatir akan kehilangan hak-hak
istimewanya,

merupakan

kelompok

manusia

yang

berkemungkinan

melahirkan perilaku kolektif.
3) Berkembangnya suatu kepercayaan umum dan penyebaran pandangan
Sebelum suatu perilaku kolektif muncul, para pelaku perilaku kolektif
harus memiliki pandangan yang sama mengenai sumber ancaman, jalan keluar
dan cara pencapaian jalan keluar tersebut. Sebagai contoh, berkembangnya
isu-isu tentang pelecehan suatu agama atau penindasan suatu kelompok yang
dapat menyinggung perasaan orang lain.

4) Faktor yang mendahului
Suatu peristiwa dramatisasi atau desas desus mempercepat terjadinya
perilaku kolektif. Sebagai contoh, teriakan ‘polisi kejam!’ pada masyaraat
yang kebencian rasialnya tinggi, dapat menimbulkan kerusuhan. Contohnya
lagi, seseorang yang tiba-tiba saja berlari dapat juga mengawali timbulnya
kericuhan. Dan ada faktor-faktor penunjang kecemasan dan kecurigaan yang
dikandung masyarakat. Misalnya desas-desus naiknya harga BBM, yang
diperkuat dengan pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat
sekelompok orang untuk protes.
5) Mobilitas tindakan
Perilaku kolektif

akan

terwujud

apabila

khalayak


ramai

dikomando/dimobilisasikan oleh pemimpinnya. Para pemimpin memulai,
menyarankan, dan mengarahkan suatu kegiatan.
6) Berlangsungnya pengendalian sosial
Merupakan hal penentu yang dapat menghambat, menunda bahkan
mencegah ke-5 faktor sebelumnya, sebagai contoh : pengendalian polisi dan
aparat penegak hukum lainnya.
Dari keenam faktor penentu tersebut merupakan suatu rangkaian yang
dapat menyebabkan terjadinya suatu perilaku kolektif.
3. Bentuk Perilaku Kolektif
1) Hadirin ( Audience)
Merupakan suatu kerumunan yang perhatiannya terpusat pada
rangsangna yang berasal dari luar. Rangsangan ini utamanya berwujud satu

arah. Misalnya, penonton bioskop, pendengar radio, pemirsa televisi
sepenuhnya berwujud satu arah.
2) Kerusuhan ( Riot)
Merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara keras oleh
kerumunan destruktif. Misalnya, kerusuhan antar bangsa yang terjadi pada

petugas Amerika dengan orang Meksiko di Los Angeles tahun 1943.
3) Orgi (Pesta Pora)
Kerumunan yang kesukaannya melewati batas adat kebiasaan disebut
orgi. Orgi sendiri lebih mengarah ke kegembiraan yang berlebihan.
Contohnya, pesta acara minum-minum. Perayaan tim sepak bola dan pesta hari
Natal, menunjukkan secara halus adanya unsur-unsur orgi yang dilembagakan.
4) Kepanikan
Kepanikan sering didefinisikan sebagai suatu kondisi emosi yang
diwarnai oleh keputusasaan dan ketakutan yang tidak terkendali.
Selain itu terdapat juga beberapa bentuk penyimpangan kolektif yaitu :
1) Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didominasi oleh orang-orang nakal umumnya
syka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi
masyarakat umum tindakan tersebut dianggap bodoh, tidak berguna dan
mengganggu. Contohnya, aksi kebut-kebitan dijalan, mendirikan genk yang
suka onar, mencoret-coret tembok orang lain dan sebagainya.
2) Tawuran/ Perkelahian antar Kelompok
Pertemuan antara dua kelompok atau lebih yang sama-sama nakal atau
kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkeliahan di antara mereka di
tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi

korban. Contohnya, tauran antar SMA, dan tauran antar suku.
3) Tindak Kejahatan Berkelompok/Komplotan
Kelompok jenis ini sering melakukan tindak kejahatan baik secara
sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa
bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatan. Mereka tidak segan
melukai bahkan membunuh korbannya. Sebagai contoh, komplotan
perampok, perompak, penjajah, dan lain sebagainya.
4) Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan
seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan
budaya berkembang di masyarakat. Misalnya, merayakan hari-hari besar

negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin
tinggi, dan lain-lain.
B. Gerakan Sosial
1. Pengertian Gerakan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:312), gerakan sosial adalah
tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat
yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai
gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat.

Kemudian menurut Jary dan Jary ( 1995:614-615) mendefinisikan gerakan
sosial sebagai, suatu aliansi sosial sejumlah besar yang berserikat untuk
mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam suatu
masyarakat.
Sedangkan menurut Ribert Mirsel (2004:6-7), gerakan sosial adalah
seperangkat keyakinan dan tindakan yang tidak terlembaga dan dilakukan oleh
sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan di dalam
sebuah masyarakat.
Berdasarkan pegertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang dapat
dicatat sebagai ciri-ciri atau karakter yang melekat dalam gerakan sosial yaitu :
(1) Gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif,
(2) Gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan jangka panjang untuk membuat
perubahan sosial atau untuk mempertahankan suatu kondisi,
(3) Gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam
perebutan kekuasaan secara langsung,
(4) Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang terorganisasi, baik formal
maupun tidak, dan
(5) Gerakan sosial merupakan gejala yang lahir dalam kondisi masyarakat yang
konfliktual.
Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya

ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain,
gerakan sosial lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau
menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak sesuai dengan konteks
masyarakat yang ada maupun bertentangan dengan kepentingan masyarakat secara
umum.
2. Faktor-Faktor Penyebab Gerakan Sosial
Faktor penyebab terjainya gerakan sosial sebagaimana yang dikemukakan
oleh Giddens, Kornblum, Light, Keller dan Calhoun (2004) menekankan pada
penderitaan deprivasi (kehilangan, kekurangan dan penderitaan), misalnya di

bidang ekonomi seperti hilangya peluang untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan). Menurut mereka, gerakan sosial dan sejarah didahului
deprivasi yang disebabkan oleh faktor seperti kenaikan harga-harga bahan
kebutuhan pokok.
James Davies dengan konsep deprivasi relatifnya mengemukakan bahwa
meskipun tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkin saja
terjadi kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang sedang
dialami, kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yang diinginkan masyarakat
dengan apa yang diperoleh secara nyata. Apabila kesenjangan relatif ini semakin
melebar dan melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena pertumbuhan
ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan, bahkan kemunduran mendadak
maka menurut teori Davies revolusi akan tercetus. Sebagai kesimpulan, penyebab
gerakan sosial dalam pandangan mereka berfaktor pada masalah ekonomi
(deprivasi karena jarak kesenjangan antara harapan dan kenyataan dari pemenuhan
kebutuhan pokok yang jauh). Namun, inti sebab gerakan sosial tidak selalu
diletakkan pada dominasi peran deprivasi ekonomi, karena tinggi rendahnya
deprivasi tetap ditentukan oleh maksimalisasi kemampuan mobilitas sumber daya
manusia dan alam, seperti kepemimpinan, organisasi dan keterlibatan, serta
sumber daya lain yaitu dana dan sarana.
3. Tipe-Tipe Gerakan Sosial
David Arbele membedakan empat

tipe

gerakan

sosial

dengan

menggunakan kriteria tipe perubahan yang dikehendaki (perubahan perseorangan
atau perubahan sosial) dan besarnya perubahan yang diinginkan (perubahan untuk
sebagian dan perubahan menyeluruh). Berikut Tipologi dari Aberle :

1) Alternative movement merupakan gerakan yang bertujuan mengubah sebagian
perilaku perseorangan. Dalam kategori ini, melakukan berbagai kampanya
untuk mengubah perilaku tertentu, misalnya kampanye agar orang tidak
merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi narkoba dan
lain-lain.
2) Redemptive movement memiliki cakupan yang lebih luas daripada alternative
movement, karena yang hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada
perilaku perseoragan. Gerakan ini kebanyakan terdapat di bidang agama,
melalui gerakan ini, misalnya perseorangan diharap untuk bertobat dan
mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.
3) Reformative movement merupakan gerakan yang hendakmengubah masyarakat
hanya dalam ruang lingkup segi-segi tertentu dalam masyarakat. Mislanya,
gerakan kaum perempuan untuk memperjuangkan persamaan hak dengan
kaum lelaki, atau gerakan menentang perdana mentri Suchinda, Thailand dapat
dikategorikan dalam tipe ini, karena tujuannya terbatas yaitu pergantian
pemerintah.
4) Transformative movement merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat
secara menyeluruh. Misalnya, gerakan transformasi yang dilakukan rezim
komunis di Uni Soviet pada tahun 1930-an serta di Tiongkok sejak akhir 40-an
untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis yang
mengakibatkan jatuhnya korban jutaan jiwa. Contoh lainnya yaitu, gerakan
masyarakat India yang dianggap tidak berkasta untuk menentang tindak
diskriminasi kepada orang-orang berkasa bawah, menengah dan atas, sehingga

keberhasilan mereka berhasil melakukan perombakan mendasar pada
masyarakat India.
Kriteria lain untuk membuat klasifikasi gerakan sosial adalah dari Kornblum
(1988:233-236) yang menekankan pada aspek tujuan gerakan yang hendak
dicapai. Kornblum membedakan antara revolutionary movement, reformist
movement, conservative movement, dan reactionary movement.
1) Revoluntary Movement, merupakan gerakan sosial yang bertujuan mengubah
institusi dan stratifikasi masyarakat. Revolusi sosial merupakan suatu
transformasi menyeluruh tatanan sosial, termasuk di dalamnya institusi
pemerintah dan sistem stratifikasi. Revolusi Rusia pada tahun 1917 dan
Tiongkok pada tahun 1949 merupakan contoh produk gerakan revolusioner
karena telah mengubah semua sistem yang ada sebelumnya, baik sosial,
budaya, politik maupun ekonomi menjadi sistem komunis.
2) Reformist Movement, merupakan gerakan sosial yang bertujuan merubah
sebagian institusi dan nilai. Contoh gerakan reformis adalah berdirinya Budi
Utomo 1908 dan Sarekat Islam 1912. Kedua gerakan sosial ini hanya
bertujuan untuk meningkatkan pendidikan, mencerdaskan pemikiran dan
pemahaman kaum pribumi pada masa itu.
3) Conservative Movement, merupakan gerakan yang berupaya mempertahankan
nilai dan istitusi masyarakat. Contoh gerakan ini adalah pertentangan di tahun
1980-an antara kaum feminis dan anti feminis.
4) Reactionary Movement, merupakan gerakan yang bertujuan untuk kembali ke
institusi dan nilai di masa lampau dan meninggalkan institusi dan nilai masa
kini. Contoh gerakan ini adalah Ku Klux Klan di Amerika Serikat (White
Supremacy), Gerakan Apertheid di Afrika Selatan dan Gerakan Pauline
Hanson (One Nation Party) di Australia, gerakan-gerakan tersebut menyajikan
sebuah pertarungan antara kembali atau meninggalkan institusi dan nilai lama
ke nilai baru atau sebaliknya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul
secara tidak spontan, tidak terstruktur sebagai respon terhadap kejadian tertentu. Ciriciri dari perilaku kolektif adalah, dilakukan secara bersama oleh sejumlah
orang,bersifat spontanitas dan tidak terstruktur, tidak bersifat rutin, dan merupakan
tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Sedangkan gerakan sosial merupakan suatu aliansi sosial sejumlah besar yang
berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam
suatu masyarakat.
Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya
ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain,
gerakan sosial lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau
menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak sesuai dengan konteks
masyarakat yang ada maupun bertentangan dengan kepentingan masyarakat secara
umum.

B. Saran
Kedepannya agar membaca lebih banyak literatur mengenai materi Perilaku
Kolektif dan Gerakan Sosial, sehingga dapat memperluas wawasan. Selain itu setelah
mengetahui berbagai bentuk perilaku kolektif maupun gerakan sosial, maka
seyogyanya kita menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan
menghindari perilaku kolektif yang cenderung bersifat menyimpang.

DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Soekonto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemilihan Sekuritas terhadap Kinerja Reksadana Campuran Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

0 54 101

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84