PERFORMANCE KERJA DOSEN SARANA PEMBELAJA

1 |Erman Saragih
JURNAL PENELITIAN

KONTRIBUSI PERFORMANCE KERJA DOSEN, SARANA PEMBELAJARAN, DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP SIKAP BELAJAR MAHASISWA

2 |Erman Saragih
KONTRIBUSI PERFORMANCE KERJA DOSEN, SARANA PEMBELAJARAN, DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP SIKAP BELAJAR MAHASISWA
Erman Sepniagus Saragih
Program Studi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
ABSTRACT
Erman, Sepniagus Saragih. 2013. The Contribution Performance Work Lecturer, Means
Learning and Motivation Attitude Toward Student Learning Prodi PAK Divinity School
North Sumatra (STTSU) TP. 2013/2014
Study.

Keywords: Job Performance Lecturer, Means Learning, Motivation and Attitude

This study aims to determine the contribution Performance Work Lecturer, Means
Learning and Motivation Attitude Toward Student Learning Prodi PAK Divinity School

North Sumatera (STTSU) TP . 2013/2014. The population in this study is the student level
three PAK STTSU Prodi who were 30, so this is a research study populations, where the
respondents in this study were as many as 30 people in accordance with the sampling
technique Suharsimi Akurinto. After conducting field research using a questionnaire as a
research instrument for data collection tool. The data is processed in accordance with the
principles and techniques of quantitative descriptive approach. Research data obtained from
the instrument items that have been compiled as many as 120 points, the first tested by 30 test
subjects, with the aim of getting the items a valid instrument. To get the instrument validity,
were analyzed using product moment formula.
From the test results showed that the 120
items tested instrument that can be used to capture research data. Based on calculations using
the product moment correlation technique, the price obtained by the multiple correlation
coefficient shows the relationship between the variables with the variable Y X123 where ry1 =
0.831, where ry2 = 0.701 , where ry3 = 0.700. By comparing rhitung with rtabel for N = 30 is
significant at the 5 % level, which is 0,361 rtabel constant, then ry123 0,959 > 0,361 rt then hi
acceptable, in other words that the hypothesis is proven that there is a contribution to the
perception of job performance lecturers, learning tools, and motivation to learn together the
three levels of student learning behaviors PAK STTSU. To do so get a t-test significance
values based on the t distribution lists significant level of 5 % df = N - 2 = 28, it was found
that the extent ttabel value of 1.7011. Thus, the price of t 5.291 1.7011 t tabel. It can be

concluded that there is a contribution to the perception of job performance lecturer (X1), a
means of learning (X2), and motivation to learn (X3) together to learn the attitude of junior
Prodi STTSU PAK (Y) that is equal to 91,96%.

3 |Erman Saragih
PENDAHULUAN
Tuntutan untuk menghasilkan dan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas
menjadi hal penting bagi setiap negara. Kondisi tersebut apabila tidak dicermati oleh suatu
negara akan membawa bencana untuk masa depan negara itu. Persaingan kualitas sumber
daya manusia global menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan karena berpengaruh
pada kondisi kesejahteraan di suatu negara.
Oleh karena itu sangat penting kualitas dan kompetensi sumber daya manusia yang
dimiliki oleh suatu negara. Pembicaraan tersebut tidak akan lepas dari pendidikan sebagai
aspek yang berfungsi untuk menghasilkan dan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas di suatu negara. Melalui pendidikan, manusia Indonesia dipersiapkan untuk
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, ahli dan terampil bekerja sehingga pada
akhirnya mampu mendukung dan menyukseskan pembangunan nasional.
Sesuai dengan Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi

tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga
perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Selanjutnya pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.1 Maka pendidikan harus mampu menjawab carut-marutnya
masyarakat terutama dibidang pengembangan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena pada dasarnya sebelum
manusia berdosa, kehidupannya Allah sendiri yang menyediakan kebutuhan hidup mereka
(Kej. 1: 28-31), tanpa diatur oleh ideal.2
Peran dunia pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang kompeten masih diragukan
oleh dunia kerja, tanpa terkecuali pendidikan keagamaan. Lulusan perguruan tinggi teologi
hanya memiliki ijazah, namun tidak memiliki kompetensi. Akibatnya, mereka tidak memiliki
posisi arah tujuan substansi SISDIKNAS maupun visi misi institusi yang bersangkutan. Pada
prinsipnya setelah mereka tamat akan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sebagai
pengajar dalam ruang lingkup sebagai hamba Tuhan. Tetapi maraknya alumni Teologi yang
dihasilkan setiap tahunnya, maka alumni Sekolah Tinggi Teologi harus mampu berdaya saing
dengan alumni sekuler lainnya. Bukan berarti ketika kelak mereka selesai dalam perkuliahan,

pada kenyataannya mereka ragu hendak melangkah kemana. Sikap tersebut merupakan hal
yang sudah biasa terjadi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap merupakan perbuatan, perilaku yang
berdasarkan pendirian, keyakinan; gerak-gerik.3 Dalam berbagai literatur kita menemukan
bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap sesungguhnya (attitude)
berbeda dengan perbuatan, karena perbuatan merupakan implementasi atau wujud nyata dari
sikap.4
Sebagai calon guru PAK perlu menyadari bahwa profesi yang ia emban adalah
panggilan khusus dari Tuhan. Sebagaimana Yeremia terpanggil akan tugas khusus dari
Undang-undang SISDIKNAS, Tahun 2012
Saur Hasugian., dalam ceramah Seminar Nasional Menciptakan Kehidupan Sosial Masyarakat Yang
Kondusif , 27 Pebruari 2013: Hotel Danau Toba
3
KBBI., Jakarta: Balai Pustaka, 2007
4
Aunurrahman., Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta: 2009) halaman 179
1
2

4 |Erman Saragih

TUHAN. Ia merasa rendah diri akan panggilan itu dengan menyadari kekurangannya dalam
berbicara dan usianya yang masih muda. Tetapi TUHAN mau supaya Yeremia bersikap taat,
berani, dan percaya akan panggilan tugas tersebut (Yer. 1: 4-9), demikian juga Musa (Kel. 3;
4). Sikap seseorang akan tercermin melalui tindakannya. Artinya jika ia menyadari akan
panggilan khusus padanya maka ia juga harus belajar dari sikap Yeremia dan Musa saat
dipanggil Tuhan. Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa merasa tertarik untuk
mempelajari suatu mata pelajaran tertentu, maka dalam dirinya sudah ada keinginan untuk
menerima atau menolak pelajaran tersebut, walaupun waktu itu belum dimulai atau
dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Bilamana seseorang menyenangi sesuatu, maka ia akan
menerima, dan pada gilirannya akan bersedia melakukan tersebut. Tetapi sebaliknya bilamana
seseorang memiliki sikap tidak senang dengan belajar, maka ia akan menolak, dan pada
gilirannya ia tidak bersedia untuk melakukan atau mengabaikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan tersebut.
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh mahasiswa. Setiap mahasiswa
memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan
seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri mahasiswanya. Sedangkan belajar adalah
proses perubahan sikap. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan

yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan
salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk
itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik
yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. Dalam
kegiatan belajar, sikap mahasiswa dalam proses belajar terutama sekali ketika memulai
kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar
mahasiswa selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap mahasiswa ketika akan memulai
kegiatan belajar. Bilamana ketika akan memulai kegiatan mengajar siswa memiliki sikap
menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka ia akan cenderung untuk
berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun kenyataannya mahasiswa
STTSU lebih dominan adalah sikap menolak sebelum belajar atau ketika akan memulai
pelajaran, dimana mahasiswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan
belajar. Saya perhatikan sikap dan minat belajar mahasiswa prodi PAK STTSU cenderung
rendah , ujar Albet Saragih, MA., M.Pd.K selaku ketua program studi PAK di STTSU.5 Sikap
mereka juga nampak dari cara mengikuti pelajaran, bersikap acuh terhadap aktivitas belajar
dan mereka senang jika dosen tidak datang/berhalangan untuk mengajar. Mereka memilih
bercanda-gurau (gosip) dari pada berdiskusi saat sebelum masuk kelas. Sebagian acuh dengan
penjelasan guru, tidak serius ketika bertanya/mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas
berprinsip asal jadi (copy-paste dari internet), dalam hal ini siswa tidak berupaya
menyelesaikan tugas sesuai dengan kapasitas kemampuan optimalnya. Mahasiswa jarang

menggunakan perpustakaan sebagai sumber atau sarana belajar, hal tersebut peneliti peroleh
ketika melihat buku tamu perpustakaan. Dimana jumlah keseluruhan mahasiswa prodi PAK
sebanyak 192 orang (semester I s/d VIII) tetapi pada TP. 2012/2013 yang menggunakan
perpustakaan hanya ±10 % saja yakni 18-25 orang/perbulan. Pengunjung perpustakaan
meningkat ketika ada tugas meringkas atau membuat makalah dari dosen tertentu , ujar Ibu
Tiobunga Sihotang selaku ketua perpustakaan STTSU.6
Wawancara dilakukan peneliti untuk memastikan sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU Medan
pada tanggal 4 Mei 2013.
6
Sumber diperoleh dari perpustakaan oleh peneliti dan atas penjelasan staf perpustakaan STTSU Medan
pada tanggal 3 Juni 2013.
5

5 |Erman Saragih
Dari pengamatan tersebut peneliti melihat kesenjangan sikap belajar mahasiswa
STTSU yang cenderung rendah. Karena itu disarankan agar dosen dapat mencermati secara
sungguh-sungguh sikap mahasiswa, memberi kesan positif tentang belajar termasuk manfaat
bagi mahasiswa dalam kaitan dengan pencapaian hasil belajar yang lebih baik dan mencapai
cita-cita yang mereka diinginkan.
Kata pendidikan tidak terlepas dari profesi mengajar baik guru atau dosen.

Kedudukan seorang dosen sangat penting dalam mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran
mahasiswanya, tidak mengherankan apabila semua pihak baik dari pemerintah, orang tua
mahasiswa serta lainnya sangat memperhatikan terhadap mutu pendidikan yang harus
mengarah pada kemampuan seorang dosen.7 Banyak dosen saat ini tidak displin, baik dalam
persiapan pembelajaran di kelas, disiplin waktu pembelajaran karena mengejar target untuk
mengajar di tempat lain. Karena tingginya jadwal pengajaran dosen atau kesibukan dosen
maka waktu kedatangan dan waktu pulang tidak sesuai lagi dengan kontrak perkuliahan.
Mungkin faktor penyebabnya adalah kurangnya kesejahteraan dosen tersebut atau mungkin
juga besarnya keinginan untuk mencapai standar taraf hidup dosen dalam era modern ini.
Mari kita bertanya kepada hati nurani kita masing-masing.
Karena kurangnya pencapaian kualitas performance dosen, tentu hal ini sangat
mempengaruhi sikap belajar mahasiswa, pemahaman mahasiswa akan materi pembelajaran
dan prestasi kompetensi pembelajaran mahasiswa itu sendiri.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar mahasiswa, yang secara
garis besar dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa yang meliputi kondisi fisiologis dan
psikologis siswa. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri siswa, yang
meliputi kondisi lingkungan sosial dan nonsosial. Faktor dari dalam diri mahasiswa meliputi
motivasi belajar, sikap ketekunan, faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar diri
mahasiswa di antaranya meliputi kondisi lingkungan sosial dan nonsosial. 8 Jika kedua faktor

di atas dapat disentuh dengan baik, maka out put pembelajaran akan mencapai kompetensi
yang ditentukan. Ada juga dosen yang tidak mewujudkan kreativitas dan penguasaan kelas
dalam proses pembelajaran. Mereka hanya menyediakan sarana pembelajaran yang umum
saja, seperti buku sumber belajar. Padahal sarana pembelajaran tidak kalah penting dengan
ceramah yang dosen lakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain ada juga dosen
tradisional, yang tidak mau membuka diri untuk mempergunakan IT (e-learning) supaya
proses pembelajaran sangat menarik dan hidup. Misalnya dengan audiovisual, tentu hal ini
juga membantu mahasiswa untuk lebih mengenal materi pembelajaran, dan penguasaan kelas.
Secara institusional, STTSU Medan berusaha menghasilkan lulusan yang profesional
dan berdaya saing, sesuai dengan visi dan misinya. Ini bisa dilihat dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler seperti Badan Misi Mahasiswa (BMM), team paduan suara (adoremuste;
sembah bagi Allah) dan lain sebagainya. Hal ini merupakan pewujudan tujuan utama
mendirikan IAKPSU yang sekarang dikenal dengan nama STTSU dimana tujuan tesebut ialah
membentuk manusia susila bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berjiwa luhur dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi
kepentingan Bangsa dan Negara Republik Indonesia. STTSU merupakan Lembaga
Pendidikan Tinggi yang membentuk manusia Indonesia yang terampil dengan terciptanya
keterpaduan dan keselarasan antara pendidikan umum dan kejuruan, latihan kerja dan
ketrampilan, serta pendidikan latihan antara lain dalam syarat mutu dan pengelolaannya.9
Jika melihat kebelangkang (evaluasi), jujur ini belumlah terwujud dengan sempurna

(100%), maka berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti terbeban untuk
7

Opcit., http://ejournal.gunadarma.ac.id/file.pdf
Aunurrahman., Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta: 2009) halaman 187
9
Statuta IAKPSU Medan

8

6 |Erman Saragih
melihat dan mengadakan penelitian sebahagian unsur-unsur pendukung akademis untuk
pencapaian tujuan tersebut yaitu; Performance Kerja Dosen, Sarana Pembelajaran dan
Motivasi Belajar terhadap Sikap Belajar Mahasiswa Prodi PAK STTSU Medan.
PERMASALAHAN
Perumusan masalah merupakan hasil dari pemahaman yang jelas atas suatu masalah,
dan merupakan langkah akhir dari penentuan suatu masalah setelah diidentifikasi dan dibatasi,
sehingga dapat dipastikan bahwa peneliti benar-benar memahami duduk permasalahan dengan
benar dan mampu melihatnya secara objektif. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

a. Berapa besar tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang performance kerja
dosen STTSU terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU?
b. Berapa besar tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang sarana pembelajaran
terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU?
c. Berapa besar tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang motivasi belajar
terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU?
d. Berapa besar tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang performance kerja
dosen, sarana pembelajaran, dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap
sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan juga dapat disimpulkan sebagai sasaran yang harus dicapai oleh setiap
penelitian. Demikian juga dalam penelitian ini yang menjadi tujuannya adalah:
a. Untuk mengetahui jumlah tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang
performance kerja dosen STTSU terhadap sikap belajar mahasiswa/I tingkat III
prodi PAK STTSU.
b. Untuk mengetahui jumlah tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang sarana
pembelajaran terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU.
c. Untuk mengetahui jumlah tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang motivasi
belajar terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU.
d. Untuk mengetahui jumlah tingkat kontribusi persepsi mahasiswa tentang
performance kerja dosen, sarana pembelajaran dan motivasi belajar secara
bersama-sama terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU.
KAJIAN TEORI

1. Sikap Belajar
Sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar
positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka
akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat,
minat akan memperlancar proses belajar mahasiswa. Karena belajar akan terjadi secara
optimal dalam diri mahasiswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu.
Mahasiswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif.
Dalam proses belajar sikap berfungsi sebagai Dynamic force maksudnya sebagai
kekuatan yang akan menggerakkan seseorang untuk belajar. Jadi mahasiswa yang sikapnya
negatif (menolak/tidak senang) terhadap materi atau dosen tidak akan tergerak untuk belajar,
sedangkan mahasiswa yang memiliki sikap positif (menerima/suka) akan digerakkan oleh
sikapnya yang positif itu untuk mau belajar.
Mengacu pada beberapa pandangan tentang belajar sering dikemukakan bahwa

7 |Erman Saragih
masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi dosen maupun
dari dimensi mahasiswa. Sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada
waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan
belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik berkenan dengan minat,
kecakapan, maupun pengelaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar sering
berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan
pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil
belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi
atau ketrampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah
Mueller yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahli, adalah sebagai berikut :
Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang suka atau tidak suka akan
tanggapan positif/negatif terhadap suatu obyek psikologis (thurstone). Sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory
Bogardus). Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Golden Allport). Sikap adalah
konsistensi dalam tanggapan terhadap obyek-obyek sosial (Donald Cambell). Sikap
merupakan tanggapan tersebunyi yang ditimbulkan oleh suatu niai (Ralp Linton, ahli
antropologi kebudayaan). Berdasarkan definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen penting, yaitu komponen : (1) kognisi yang berhubungan dengan
kepercayaan, ide dan konsep; (2) afeksi yang mencakup perasaan seseorang; dan (3) konasi
yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau yang akan dilakukan. Oleh karena itu
ketiga komponen ini dimasukkan di dalam format kisi-kisi sikap belajar siswa seperti
contoh berikut. Definisi operasional sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam
perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu
yang dapat diukur melalui: toleransi, kebersamaan dan gotong royong, rasa kesetiakawanan
dan kejujuran.
Menurut Krech, Allport dan campbell dalam Mar at (1982 : 9) mendefenisikan sikap
sebagai berikut :
Sikap adalah sistim yang abadi terhadap penilaian yang positif atau negatif, perasaan
emosional dan tendensi untuk memberikan respek terhadap suatu objek. Sikap adalah
kesiapan mental terorganisasi melalui pengalaman, digunakan untuk mengetahui
respon seseorang terhadap semua objek dan situasi. Sikap seseorang individu adalah
kemantapan bertindak atau memberikan respon terhadap suatu objek.
Hal senada juga dikemukakan oleh Rachman Natawijaya mengenai sikap:
Sikap adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan
menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respon terhadap
objek atau situasi yang memberikan arti baginya. Kesediaan ini mungkin dinyatakan
dalam kegiatan (perbuatan atau perkataan) atau merupakan kekuatan laten yang
kadang-kadang tersalurkan.10
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan sikap adalah pola, tingkah laku dan
kesiapan mental seseorang yang mempengaruhi kegiatan dan perbuatan seseorang dalam
bertindak. Salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar adalah kondisi si pelajar sendiri.
Hal ini mencakup banyak hal antara lain intelegensi, minat, bakat, motivasi, kondisi kesehatan
dan sebagainya. Salah satu diantaranya yang tidak kalah penting ialah sikap pelajar itu sendiri.
Opcit (1986 : 40)

10

8 |Erman Saragih
2. Performance Kerja Dosen
Secara umum, penilaian kinerja merupakan kegiatan penting dalam kehidupan
organisasi. Dengan penilaian pimpinan organisasi dapat mengetahui kinerja pegawainya.
Menurut Marwansyah dan Mukaram mengemukakan bahwa; Tujuan umum sistem penilaian
unjuk kerja adalah: untuk meningkatkan unjuk kerja karyawan dengan cara membantu mereka
agar dapat menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuantujuan organisasi, dan untuk memberikan informasi kepada karyawan dan manajer sebagai
dasar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.11
Standar kinerja menunjukkan sebagai tolok ukur dalam mengadakan perbandingan
antara apa yang telah dilakukan dengan yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau
jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar dapat pula dijadikan ukuran dalam
mengadakan pertanggungjawaban terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Sejalan dengan itu;
Mitchell menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu: quality of work,
promptness, initiative, capability, and communication (mutu pekerjaan, ketepatan waktu,
prakarsa, kemampuan, dan komunikasi). Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam
mengkaji kinerja dosen. Di samping itu, untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja
diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan komunikasi.
Dari pandangan ini jelas bahwa kinerja itu hanya dapat diketahui dengan baik
berdasarkan satu penilaian jika semua tugas yang akan dilaksanakan oleh seseorang benarbenar dapat dijabarkan dengan baik, dan dapat menggambarkan suatu keseluruhan tugas
organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa kinerja bukan saja menggambarkan
satu bagian saja dari organisasi, tetapi secara keseluruhan.
Kedudukan seorang dosen sangat penting dalam mempengaruhi pelaksanaan
pembelajaran mahasiswanya, tidak mengherankan apabila semua pihak baik dari pemerintah,
orang tua mahasiswa serta lainnya sangat memperhatikan terhadap mutu pendidikan yang
harus mengarah pada kemampuan seorang dosen. Selanjutnya Mitchell mengemukakan
kriteria kinerja yang sangat berguna, yang perlu dimiliki dosen, antara lain:12
a. Kemampuan intelektual. Kapasitas untuk berpikir secara logis, praktis dan analisis
dan sesuai dengan konsep, begitu juga halnya kemampuan dalam mengungkapkan
dirinya dengan jelas.
b. Ketegasan. Menganalisis kemungkinan dan memiliki komitmen terhadap pilihan
yang pasti secara cepat atau singkat, cepat tanggap memiliki perencanaan karier yang
pasti.
c. Semangat, antusias. Kapasitas untuk bekerja secara aktif tanpa mengenal lelah. Hal
ini merupakan kecenderungan untuk mengungkapkan perilaku positif, emosi dan
semangat.
d. Berorientasi pada hasil. Keinginan intrinsik dan memiliki komitmen untuk mencapai
suatu hasil dan menyelesaikan apa yang telah dimulai olehnya.
e. Kedewasaan. Sikap dan perilaku yang pantas. Suatu kemampuan dalam melatih
control emosi, dan disiplin diri.
f. Assersif. Suatu kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab)
g. Keterampilan interpersonal. Bersahabat, cepat tanggap, dan menekankan setiap orang
untuk memberikan tanggapan. Suatu kecenderungan untuk memperhatikan dan
menunjukkan perhatian, pemahaman, dan mempedulikan perasaan orang lain.
h. Keterbukaan. Kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara
jujur, ada adanya dan bersikap langsung.
i. Keingintahuan. Suatu kemampuan untuk melakukan usaha-usaha yang rumit secara
objektif dan singkat. Menilai suatu peristiwa atau seseorang.
Ibid
Ibid

11
12

9 |Erman Saragih
j. Proaktif. Kemampuan untuk melakukan inisiatif sendiri, mengantisipasi
permasalahan dan menerima tanggung jawab dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan.
k. Pemberdayaan kemampuan. Kemampuan untuk mempercayai dan memberikan
harapan, petunjuk-petunjuk dan kewenangan kepada yang lainnya untuk
melaksanakan tanggung jawab masing-masing.
Sesuai dengan kajian teori dalam penelitian ini, maka penulis mensarikan konsep dasar
dari beberapa topik penting yang berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
dalam karangan ilmiah ini. Berdasarkan kajian teori dari bab dua, dapat disimpulkan bahwa
kinerja dosen merupakan ujung tombak dalam proses kegiatan belajar menganjar. Demikian
juga dengan hasil penelitian yang relevan pada point d,e,j mengatakan bahwa performance
kerja dosen memiliki pengaruh terhadap kinerja budaya mengajar sebesar 7,251. Maka dari
konsep tersebut, timbul suatu dugaan bahwa performance kerja dosen memiliki kontribusi
yang sangat berarti terhadap sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU Medan.
3. Sarana Pembelajaran
Berbagai sarana dan fasilitas penunjang merupakan tempat untuk melaksanakan tiga
kegiatan pokok berikut:13
a. Pendidikan dan pembelajaran berdasarkan prinsip belajar bagaimana belajar
(learning to learn)
b. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan keagamaan
maupun teologi serta aplikasi dan pemanfaatannya dalam berbagai bidang.
c. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Untuk kebutuhan itu maka semua sarana dan fasilitasi penunjang (ruangan kuliah,
laboratorium, perpustakaan, kantor, dan sebagainya) dalam kampus, dikondisikan sebagai
tempat yang kondusif untuk:14
a. Belajar bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn).
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan perkuliahan, penelitian,
penemuan ilmiah, dan terbitan ilmiah.
c. Melaksanakan proses sosialisasi masyarakat akademik melalui pertemuan informal,
pertemual formal, baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal.
d. Menyelenggarakan layanan jasa kepada dunia pendidikan khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Untuk mewujudkan itu maka secara kreatif, inovatif, dan proaktif, baik individual
maupun secara kolektif akan melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui bidang
keahlian yang dimiliki sehingga dapat memberikan layanan jasa berkualitas bagi custumers.
Akan selalu diusahakan bahwa sekolah dan gereja sebagai pemakai jasa bidang pendidikan
keagamaan diperlakukan sebagai mitra kerja jangka panjang yang merupkan bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan.
Sarana pembelajaran merupakan segala macam bentuk perangsangan dan alat yang
disediakan guru atau dosen untuk mendorong siswa belajar. Dalam pembelajaran orang
dewasa biasanya menggunakan alat bantu audiovisual. Alat bantu audiovisual merupakan
sarana untuk memperlengakapi bahan cetakan atau ucapan dalam menularkan pengetahuan,
konsep, dan ide, tetapi tidak direncanakan untuk mengganti buku atau sumber informasi
lainnya. Alat bantu ini dimaksudkan agar proses belajar lebih menarik dan menyenangkan. 15
Adapun manfaat alat bantu audiovisual dalam pengajaran; membantu memberikan
Opcit
Opcit
15
Suprijanto., Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), halaman 173
13
14

10 |Erman Saragih
konsep pertama atau kesan yang benar, mendorong minat, meningkatkam pengertian yang
lebih baik, melengkapi sumber belajar lain, menambah variasi metode mengajar, menghemat
waktu, meningkatkan keingintahuan intelektual, cenderung mengurangi ucapan dan
pengulangan kata yang tidak perlu, membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama dan dapat
memberi konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa. Adapun sarana pembelajaran
yang sering digunakan ialah; alat bantu audiovisual, film, slide, filmstrip, tape recorder, radio,
televise, video tape, overhead projector, LCD projection panel, papan tulis, chart, peta, papan
planel, pameran, dan benda.16
Berdasarkan kajian teori dalam bab dua dimana sarana belajar yang memadai ataupun
yang mencukupi sangat mendukung sikap belajar. Demikian juga dengan hasil penelitian
yang relevan pada point i mengatakan bahwa semakin baik Sarana dan Prasarana Sekolah
maka akan menghasilkan Kinerja Guru yang tinggi. Berarti sarana pembelajaran dibenahi
dengan baik/buruk maka sikap belajar mahasiswa/i STTSU Medan cenderung
meningkat/rendah; Hal tersebut penulis rumuskan berdasarkan rumusan konsep atas variabel
penelitian, dimana; sikap merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dan akan
mempengaruhi proses belajar. Maka dari konsep tersebut, timbul suatu dugaan bahwa sarana
pembelajaran memiliki kontribusi yang sangat berarti terhadap sikap belajar mahasiswa prodi
PAK STTSU Medan.
3. Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dan diamati adanya tanda-tanda yang
nampak bagi setiap siswa, motivasi belajar diantaranya ketekunan, keaktifan, keuletan dan
mampu menyelesaikan masalah belajar dengan baik.
Salah satu ciri dari siswa yang memiliki motivasi belajar dapat diamati dalam
kemampuan belajar mandiri, gigih dan bekerja keras, tidak lekas putus asa, senang mencari
dan memecahkan soal-soal.
Pendapat di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sardinian dalam bukunya
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar sebagai berikut:
1.Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sampai selesai). 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak
cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3. Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya, masalah pembangunan
agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap
setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya). 4. Lebih senang bekerja mandiri. 5.
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang
begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau
sudah yakin akan sesuatu). 7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu. 8.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.17
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi
belajar ditandai dengan adanya sifat-sifat yang ditunjukkan dalam kegiatan belajarnya antara
lain: tekun, ulet, berusaha mencapai prestasi dengan usaha sendiri, memiliki minat untuk
memecahkan masalah dan suka menghadapi tantangan.
Selain ketekunan dan keuletan dalam kegiatan belajar, siswa dapat dilihat bahwa
motivasi belajarnya tinggi, sebagaimana disebutkan oleh Sardiman sebagai berikut:

Ibid., halaman 170

16
[[[

11 |Erman Saragih
Tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, kreatif, dapat
mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini dan senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.18
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar ia akan menunjukkan sifat-sifat bekerja
secara mandiri, percaya diri, kreatif dan memiliki pendirian yang tetap dan teguh tentang apa
yang telah diakui kebenarannya.
Seorang siswa memiliki motivasi belajar dapat dilihat melalui pengamatan
bahwasanya ia memiliki motivasi belajar antara lain ia harus menunjukkan sifat-sifat bekerja
secara mandiri, percaya diri, kreatif dan memiliki pendirian yang tetap dan teguh serta
menyukai tantangan.
Sejalan dengan pendapat di atas Hamzah mengatakan sebagai berikut:
Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada setiap orang yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan sikap dan tingkah laku pada umumnya
dapat ditandai dengan indikator atau unsur-unsur yang mendukung .19
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya motivasi belajar yang tinggi
akan memberikan dorongan untuk mendapatkan prestasi yang baik. Adapun motivasi belajar
itu ditunjukkan melalui indikator keuletan belajar, ketekunan, belajar keras, percaya diri,
bekerja mandiri, dan suka menghadapi tantangan dan berpendirian teguh.
Motivasi belajar merupakan bagian dari sikap belajar. Jika seorang seseorang memiliki
motivasi belajar maka sikap belajarnya juga mengarah kepada hasi belajar yang lebih baik.
Demikian halnya dengan hasil penelitian yang relevan pada point i terdapat hubungan yang
positif antara sikap asertif dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil
belajar. Oleh sebab itu maka timbul dugaan bahwa apabila mahasiswa STTSU prodi PAK
memiliki motivasi belajar yang baik/buruk maka sikap belajarnya juga mengarah kepada cara
belajar yang baik/buruk.
4. Kerangka Berpikir
a.

b.

Sesuai dengan kajian teori dalam penelitian ini, maka penulis mensarikan konsep
dasar dari beberapa topik penting yang berhubungan dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian dalam karangan ilmiah ini. Berdasarkan kajian teori dari bab dua,
dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen merupakan ujung tombak dalam proses
kegiatan belajar menganjar. Demikian juga dengan hasil penelitian yang relevan pada
point d,e,j mengatakan bahwa performance kerja dosen memiliki pengaruh terhadap
kinerja budaya mengajar sebesar 7,251. Maka dari konsep tersebut, timbul suatu
dugaan bahwa performance kerja dosen memiliki kontribusi yang sangat berarti
terhadap sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU Medan.
Berdasarkan kajian teori dalam bab dua dimana sarana belajar yang memadai ataupun
yang mencukupi sangat mendukung sikap belajar. Demikian juga dengan hasil
penelitian yang relevan pada point i mengatakan bahwa semakin baik Sarana dan
Prasarana Sekolah maka akan menghasilkan Kinerja Guru yang tinggi. Berarti sarana
pembelajaran dibenahi dengan baik/buruk maka sikap belajar mahasiswa/i STTSU
Medan cenderung meningkat/rendah; Hal tersebut penulis rumuskan berdasarkan
18
19

Ibid, halaman 83
Hamzah., Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), halaman 23

12 |Erman Saragih

c.

d.

rumusan konsep atas variabel penelitian, dimana; sikap merupakan faktor internal
psikologis yang sangat berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Maka dari
konsep tersebut, timbul suatu dugaan bahwa sarana pembelajaran memiliki kontribusi
yang sangat berarti terhadap sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU Medan.
Motivasi belajar merupakan bagian dari sikap belajar. Jika seorang seseorang memiliki
motivasi belajar maka sikap belajarnya juga mengarah kepada hasi belajar yang lebih
baik. Demikian halnya dengan hasil penelitian yang relevan pada point i terdapat
hubungan yang positif antara sikap asertif dan motivasi belajar siswa secara bersamasama dengan hasil belajar. Oleh sebab itu maka timbul dugaan bahwa apabila
mahasiswa STTSU prodi PAK memiliki motivasi belajar yang baik/buruk maka sikap
belajarnya juga mengarah kepada cara belajar yang baik/buruk.
Berdasarkan uraian teori dan penelitian yang relevan (a-i) tersebut maka timbul
dugaan peneliti atas performance kerja dosen, sarana belajar dan motivasi belajar
memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan sikap belajar mahasiswa
prodi PAK STTSU Medan TP. 2013/2014.
Gambar 1. Defenisi operasional penelitian
X1

r

Ry123

r
r

X2
r

Y

r

X3

X1

= Performance Kerja Dosen

X2

= Sarana Pembelajaran

X3

= Motivasi Belajar

Y

= Sikap Belajar

r

Ry123 = Kontribusi persepsi mahasiswa tentang Performance Kerja Dosen, persepsi mahasiswa tentang
Sarana Belajar, persepsi mahasiswa tentang motivasi belajar terhadap sikap Belajar Mahasiswa.

5. Hipotesa Penelitian
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah berdasarkan teori,
belum berdasarkan fakta-fakta empiris .20 Berdasarkan studi latar belakang masalah, analisa
teori dan kopsetual peneliti maka dalam hal ini, hipotesa yang diajukan adalah ada dua jenis
yaitu Ha, disebut sebagai hipotesa kerja (yang harus dibuktikan) dan Ho, sebagai hipotesa
yang di terima apabila hipotesa kerja tidak terbukti:
Opcit, halaman 96

20

13 |Erman Saragih
a. Terdapat kontribusi yang berarti dari persepsi mahasiswa tentang performance
kerja dosen STTSU terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK
STTSU TP 2013/2014.
b. Terdapat kontribusi yang berarti dari persepsi mahasiswa tentang sarana
pembelajaran terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU
TP. 2013/2014.
c. Terdapat kontribusi yang berarti dari persepsi mahasiswa tentang motivasi belajar
terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU TP. 2013/2014.
d. Terdapat kontribusi yang berarti dari persepsi mahasiswa tentang performance
kerja dosen, sarana pembelajaran dan motivasi belajar secara bersama-sama
terhadap sikap belajar mahasiswa/i tingkat III prodi PAK STTSU TP. 2013/2014.
6. Metode Penelitian
Studi ini menggunakan penelitian penjelasan (explanatory research) yakni kausalitas
menjelaskan suatu hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.21 Ditinjau
dari jenis masalah yang disediakan, teknik, dan alat yang digunakan dalam penelitian, serta
tempat dan waktu, penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kuantitatif. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.22 Penelitian
kuantitaif adalah penelitian yang dituntut mengenai angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan yang dihasilkannya.23
Jenis penelitian ini dipilih mengingat tujuan yang hendak dicapai mencakup usahausaha untuk menjelaskan kontribusi yang terjadi antara kuisioner sebagai alat pengumpul data
primer. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian korelasional dimana peneliti bermaksud
mencari kontribusi antara variabel Performance Kerja Dosen dengan Sikap Belajar, Sarana
Pembelajaran dengan Sikap Belajar dan Motivasi Belajar dengan sikap Mahasiswa STTSU
TA. 2013/2014. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dimana
peneliti melakukan penelitian baik terhadap variabel bebas maupun variabel terikat dalam satu
satuan waktu atau bersamaan.
7. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Kontribusi Performance Kerja Dosen terhadap Sikap Belajar Mahasiswa Prodi PAK
Terdapat kontribusi yang berarti antara Persepsi Performance Kerja Dosen terhadap
sikap belajar mahasiswa tingkat tiga STTSU Medan. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment, maka diperoleh harga koefisien korelasi
dengan menunjukkan hubungan antara variabel X1 dengan variabel Y dimana ry1 = 0,831.
Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel untuk N = 30 adalah pada taraf signifikan 5%,
dimana tetapan rtabel adalah 0,361, maka rh 0,831 > rt 0,361 maka h1 diterima, dengan kata lain
bahwa hipotesa terbukti bahwa ada kontribusi yang berarti antara variabel X1 dengan Variabel
Y. Untuk melakukan uji-t sehingga mendapatkan nilai keberartian berdasarkan daftar
distribusi t pada taraf signifikan 5% dk = N-2 = 28, maka didapatkan bahwa nilai ttabel pada
taraf tersebut sebesar 1,7011. Dengan demikian maka harga thitung 7,905 ttabel 1,7011. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi
performance kerja dosen (X1) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK
STTSU (Y).
Opcit., Ghozali
Nazir., 2003:55
23
Arikunto.,2002:12
21

22

14 |Erman Saragih
Sesuai dengan kajian teori dalam penelitian ini, maka penulis mensarikan konsep dasar dari
beberapa topik penting yang berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
dalam karangan ilmiah ini. Berdasarkan kajian teori dari bab dua, dapat disimpulkan bahwa
kinerja dosen merupakan ujung tombak dalam proses kegiatan belajar menganjar. Demikian
juga dengan hasil penelitian yang relevan, maka dari hasil penelitian meyatakan bahwa,
performance kerja dosen memiliki kontribusi yang sangat berarti terhadap sikap belajar
mahasiswa prodi PAK STTSU Medan yaitu sebesar 69%.
b. Kontribusi Sarana Pembelajaran terhadap Sikap Belajar Mahasiswa Prodi PAK
Terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang sarana pembelajaran dan sikap
belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment, maka diperoleh harga koefisien korelasi
dengan menunjukkan hubungan antara variabel Y dengan variabel X2 dimana ry 2 = 0,701.
Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel untuk N = 30 adalah pada taraf signifikan 5%,
dimana tetapan rtabel adalah 0,361, maka rh, 0,701 rt 0,361 maka hi diterima, dengan kata lain
bahwa hipotesa terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan persepsi tentang sarana
pembelajaran (X2) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y).
Untuk melakukan uji-t sehingga mendapatkan nilai keberartian berdasarkan daftar distribusi t
pada taraf signifikan 5% dk = N-2 = 28, maka didapatkan bahwa nilai ttabel pada taraf tersebut
sebesar 1,7011. Dengan demikian maka harga thitung 5,201 ttabel 1,7011. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang sarana belajar (X2)
terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y).
Berdasarkan kajian teori dalam bab dua dimana sarana belajar yang memadai ataupun
yang mencukupi sangat mendukung sikap belajar. Demikian juga dengan hasil penelitian
yang relevan. Berarti sarana pembelajaran dibenahi dengan baik/buruk maka sikap belajar
mahasiswa/i STTSU Medan cenderung meningkat/rendah; Hal tersebut penulis rumuskan
berdasarkan rumusan konsep atas variabel penelitian, dimana; sikap merupakan faktor
internal psikologis yang sangat berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Maka dari
hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa sarana pembelajaran memberikan kontribusi yang
sangat berarti terhadap sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU Medan yaitu sebesar
49,14%.
c. Kontribusi Motivasi Belajar terhadap Sikap Belajar Mahasiswa Prodi PAK
Terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang motivasi belajar dan sikap
belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment, maka diperoleh harga koefisien korelasi
dengan menunjukkan hubungan antara variabel Y dengan variabel X3 dimana ry 3 = 0,700.
Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel untuk N = 30 adalah pada taraf signifikan 5%,
dimana tetapan rtabel adalah 0,361, maka rh, 0,700 rt 0,361 maka hi diterima, dengan kata
lain bahwa hipotesa terbukti bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang
motivasi belajar (X3) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y) .
Untuk melakukan uji-t sehingga mendapatkan nilai keberartian berdasarkan daftar distribusi t
pada taraf signifikan 5% dk = N-2 = 28, maka didapatkan bahwa nilai ttabel pada taraf tersebut
sebesar 1,7011. Dengan demikian maka harga thitung 5,187 ttabel 1,7011. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang motivasi belajar
(X3) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y).
Motivasi belajar merupakan bagian dari sikap belajar. Jika seorang seseorang memiliki
motivasi belajar maka sikap belajarnya juga mengarah kepada hasi belajar yang lebih baik.
Demikian halnya dengan hasil penelitian yang relevan jika dihubungan hasil penelitian ini
maka dapat dikatakan bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi yang berarti yaitu
sebesar 49 %. Oleh sebab itu maka diapastikan bahwa apabila mahasiswa STTSU prodi PAK

15 |Erman Saragih
memiliki motivasi belajar yang baik/buruk maka sikap belajarnya juga mengarah kepada cara
belajar yang baik/buruk adalah benar.
d. Kontribusi Bersama-sama
Terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang performance kerja dosen,
sarana pembelajaran, dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap sikap belajar
mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
teknik korelasi product moment, maka diperoleh harga koefisien korelasi berganda dengan
menunjukkan hubungan antara variabel Y dengan variabel X123 dimana ry 1 = 0,831, dimana
ry 2 = 0,701, dimana ry 3 = 0,700. Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel untuk N = 30
adalah pada taraf signifikan 5%, dimana tetapan rtabel adalah 0,361, maka ry123 0, 959 rt 0,361
maka hi diterima, dengan kata lain bahwa hipotesa terbukti bahwa terdapat kontribusi yang
berarti antara persepsi tentang performance kerja dosen, sarana pembelajaran, dan motivasi
belajar secara bersama-sama terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK
STTSU. Untuk melakukan uji-t sehingga mendapatkan nilai keberartian berdasarkan daftar
distribusi t pada taraf signifikan 5% dk = N-2 = 28, maka didapatkan bahwa nilai ttabel pada
taraf tersebut sebesar 1,7011. Dengan demikian maka harga thitung 5,291
ttabel 1,7011.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang
performance kerja dosen (X1), sarana pembelajaran (X2), dan motivasi belajar (X3) secara
bersama-sama terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y).
Berdasarkan uraian teori, penelitian yang relevan dan hasil penelitian maka dapat dikatakan
bahwa peneliti atas performance kerja dosen, sarana belajar dan motivasi belajar memberikan
kontribusi yang berarti terhadap peningkatan sikap belajar mahasiswa prodi PAK STTSU
Medan TP. 2013/2014 yaitu sebesar 91,96%.
8. Kesimpulan
Dari pembahasan dan hasil penelitian yang penulis paparkan pada bab-bab
sebelumnya sebagai akhir dari penulisan tesis ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang performance kerja
dosen (X1) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y)
sebesar 69%.
b. Terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang sarana belajar (X2) terhadap
sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y) sebesar 49,14%.
c. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi
tentang motivasi belajar (X3) terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK
STTSU (Y) sebesar 49%.
d. Bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara persepsi tentang performance kerja
dosen (X1), sarana pembelajaran (X2), dan motivasi belajar (X3) secara bersama-sama
terhadap sikap belajar mahasiswa tingkat tiga prodi PAK STTSU (Y) sebesar 91,96%.
Nilai Korelasi Koefisien berganda = 96,91 % (lampiran ) memberikan arti bahwa
besarnya kontribusi persepsi performance kerja dosen, sarana pembelajaran, dan motivasi
belajar terhadap naik/turunnya sikap belajar yaitu sebesar 96,91%, selebihnya yaitu 3,09 %
berasal dari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi sikap belajar tidak dimasukkan dalam
regresi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan, faktor apa sajakah yang tergolong
kedalam 3,09%, untuk mencapai sikap belajar yang maksimal di STTSU sampai 100%.
9. Implikasi
Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap, idealnya harus mencakup lima dimensi
sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Untuk melakukan

16 |Erman Saragih
pengukuran kelima dimensi sikap tersebut sangatlah sulit karena belum ada instrumen
pengukuran sikap yang dapat mengungkap kelima dimensi tersebut. Dari sekian banyak skala
pengukuran sikap yang digunakan dalam pengukuran sikap hanya dapat mengungkapkan
dimensi arah dan intensitas sikap saja, yaitu hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif
atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap respon individu.
Secara umum, penilaian kinerja merupakan kegiatan penting dalam kehidupan
lembaga/organisasi. Dengan penilaian pimpinan organisasi dapat mengetahui kinerja
pegawainya.
Standar kinerja menunjukkan sebagai tolok ukur dalam mengadakan
perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan yang diharapkan, kaitannya dengan
pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar dapat pula
dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap sesuatu yang telah
dilakukan.
Sarana pembelajaran merupakan segala macam bentuk perangsangan dan alat yang
disediakan guru atau dosen untuk mendorong siswa belajar. Alat bantu ini dimaksudkan agar
proses belajar lebih menarik dan menyenangkan, dimana sarana pemebelajaran harus mampu
menyentuh seluruh alat indra yang belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Motivasi belajar adalah pendorong atau usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga tercapai hasil atau tujuan tertentu.
10. Saran
a. Semua Pihak Yayasan Pekabaran Injil Kristus. Berdasarkan temuan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka harapan sesungguhnya kepada
semua pihak bahwa: Upaya peningkatan kinerja dosen, staf dan semua yang terkait
dengan Yayasan Pekabaran Injil Kristus guna terciptanya wadah pendidikan yang
kondusif dan dinamis sesuai dengan visi dan misinya.
b. Semua Struktur STTSU