TM LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM T

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
TEKNIK ISOLASI, KULTIVASI DAN PRESERVASI KULTUR

NAMA
NIM
KELOMPOK
KELAS
ASISTEN

ANNISA MEYLANA I
165100107111041
QE-6
D

`

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2017

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
Tanggal Praktikum
Praktikum 2.2

Annisa Meylana I
165100107111041
D
QE-6

31 Maret 2017
TEKNIK ISOLASI, KULTIVASI dan PRESERVASI KULTUR

PRELAB
1. Mengapa dalam teknik isolasi goresan kuadran, cawan petri harus dibagi menjadi

beberapa kuadran? Jelaskan!
Untuk mendapatkan kultur murni berupa koloni tunggal. Daerah inokulasi awal dan hasil
gores pertama tumbuh padat. Luas beruntun kedua dari daerah 1 hasil memberikan
pertumbuhan yang kurang padat. Luas beruntun ketiga dari area 2 yang menghasilkan
pertumbuhan yang lemah atau sedikit. Luas beruntun keempat dari area 3 yang
menghasilkan koloni tunggal (Alfred, 2011).
2. Apa tujuan dari teknik isolasi dalam dunia mikrobiologi?
Isolasi dalam mikrobiologi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan
mikroba di tempat yang bukan lingkungan alamiahnya. Penumbuhan mikroba di tempat
yang bukan lingkungannya ini pada prinsipnya adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan jenis mikroba lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan teknik isolasi
dalam dunia mikrobiologi adalah untuk memperoleh biakan mikroba yang tidak tercampur
dengan mikroba lainnya (Sumarsih, 2011).
3. Apa tujuan transfer kultur pada agar miring? Jelaskan!
Digunakan untuk membiakan mikroba yang bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif. Ciriciri kultur termasuk pembentukan warna dan bentuk pertumbuhannya dapat segera diamati
di agar miring (Alfred, 2011).
4. Apa tujuan dari sub kultur dalam transfer kultur ?
Apabila kebutuhan nutrisi mikroba pada media tidak dapat atau kurang terpenuhi, maka
perlu dilakukan sub kultur. Tujuan dari transfer sub kultur dalam transfer kultur yaitu
supaya kebutuhan nutrisi kultur dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya nutrisi, maka kultur

dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik (Alfred, 2011).
5. Ada berapa macam teknik Isolasi? Sebutkan dan jelaskan masing-masing teknik tersebut!
o Metode Streak Plate atau metode gores adalah dengan cara menggoreska ose kultur
pada media padat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan koloni terisolasi dari inokulum
dengan menciptakan bidang peningkatan cairan di piring tunggal. Koloni terisolasi
merupakan tiruan dari sel, yang berasal dari sel prekursor tunggal. Ketika media kultur
yang diinokulasi menggunakan koloni terisolasi tunggal, kultur yang dihasilkan tumbuh
dari klon tunggal kultur murni (Pelczar, 2008).

o Metode Pour Plate atau metode tuang dapat digunakan untuk menentukan jumlah

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Annisa Meylana I
165100107111041
D

QE-6

mikroba/mL atau mikroba/gram pada spesimen. Kelemahan dari metode ini adalah
bahwa koloni yang tertanam akan jauh lebih kecil daripada mereka yang kebetulan
berada di permukaan, dan harus secara hati-hati sehingga tidak ada yang diabaikan.
Juga, wajib anaerob sehingga bakteri dapat tumbuh jika tertanam dalam agar-agar
(Pelczar, 2008).
o Metode Spread Plate atau metode permukaan adalah metode penyebaran suspensi
bakteri secara merata di atas permukaan agar-agar menggunakan batang kaca steril atau
spreader sebagai perangkat penyebar (Pelczar, 2008).
6. Bagaimana cara transfer kultur dari medium cair ke agar tegak? Jelaskan!
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi media cair dan ambil satu ose kultur dan
pastikan ada media yang terambil pada loop ose. Masukkan ose yang mengandung media
ke dalam tabung yang berisi media agar tegak. Ose yang mengandung mikroba ditusukkan
1
pada media agar tepat pada bagian tengah hingga
¼ dasar media, lalu tariklah ose dari
4
media agar secara tegak ke atas (Pommerville, 2011).
7. Faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam proses kultivasi mikroba? Jelaskan!

o Temperatur
Setiap mikroba hidup dengan temperatur yang berbeda, sehingga temperatur sangat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Mikroba yang dapat tumbuh pada temperatur
0ᵒC-20ᵒC disebut mikroba yang bersifat psikofilik. Mikroba yang dapat tumbuh pada
temperatur 20ᵒC-45ᵒC disebut mikroba yang bersifat mesofilik. Sedangkan mikroba
yang dapat hidup pada temperatur 45ᵒC- 80ᵒC disebut mikroba yang bersifat termofilik
(Sanfa, 2011).
o Kadar Oksigen
Mikroba dapat hidup dengan kadar oksigen yang berbeda-beda. Mikroba yang tergolong
mikroba aerobik, untuk hidup ia memerlukan oksigen. Mikroba anaerobik tidak
memerlukan oksigen molekuler untuk tetap bertahan hidup. Mikroba anaerobik
fakultatif dapat hidup meskipun ada atau tidak ada oksigen. Mikroba mikroaerofilik
dapat tumbuh apabila terdapat sedikit oksigen atmosferik. Sedangkan mikroba anaerobik
obligat akan mati apabila dalam media tumbuhnya terdapat oksigen (Sanfa, 2011).
o pH
pH sangat memengaruhi pertumbuhan mikroba, karenaa pH sangat menentukan aktivasi
enzim. Pertumbuhan kebanyakan mikroba adalah pada pH 6,5 sampai pH 7,5. Namun
beberapa dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkali (Sanfa, 2011).
o Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan tekanan minimum yang diperlukan untuk mencegah aliran

air yang menyebarangi membran dalam larutan. Berdasarkan tekanan osmosisnya,
larutan digolongkan atas larutan hipotonis, larutan isotonis dan larutan hipertonis.
Biasanya mikroba hidup dalam larutan yang hipotonis (Sanfa, 2011).

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
8.
o

o

o

o

Annisa Meylana I
165100107111041

D
QE-6

Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik preservasi mikroba yang digunakan dalam
pembuatan stok kultur!
Freezing atau pembekuan merupakan metode preservasi mikroorganisme yang paling
sederhana dan paling umum. Untuk pembekuan biasa tidak diperlukan alat khusus.
Meskipun perlu ditambahkan cryoprotective agent untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dengan metode pembekuan tersebut. Selain itu, suhu penyimpanan harus
tetap dijaga dibawah -20°C (Sumarsih, 2011).
Freeze – drying meliputi pemindahan air dari larutan sel yang beku dengan sublimasi
dengan tekanan rendah. Cara ini merupakan metode paling efektif untuk preservasi
mikroorganisme dalam waktu lama. Media yang digunakan adalah skim milk powder
20% (wt/vol) atau sukrosa 12% (wt/vol). Sebagian besar mikroba dapat bertahan dalam
media preservasi liofilisasi selama 10 tahun, selain itu untuk pemindahan tidak perlu
untuk ditumbuhkan lagi dalam agar miring atau dicairkan (Sumarsih, 2011).
Subculturing yaitu dengan cara memindahkan kultur ke media agar segar secara
periodik, kemudian diinkubasikan pada suhu yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Metode ini tidak menyusahkan dan tidak mahal, serta tidak memerlukan peralatan
khusus. Kultur pada agar miring harus disimpan dalam lemari pendingin (5°C) dalam

wadah tertutup untuk menghindarkan dari kekeringan dan meminimalkan aktivitas
metabolismenya. Cara ini tidak sesuai untuk pemeliharaan strain dalam waktu lama
(Sumarsih, 2011).
Immersion in Mineral Oil: Cara sederhana untuk preservasi strain mikroba adalah
dengan mencelupkan kultur (agar miring atau kultur cair) kedalam minyak mineral dan
menyimpannya dengan posisi tegak lurus pada suhu 25 C. Minyak disterilisasikan
dalam oven dengan suhu 170 C selama 1 – 2 jam. Kultur direndam dibawah minyak
dan dengan mudah dapat ditumbuhkan kembali pada media segar memakai jarum
inokulasi (Sumarsih, 2011).

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

DIAGRAM ALIR

Annisa Meylana I
165100107111041

D
QE-6

1. Metode Streak Plate Goresan Kuadran
Cawan berisi media

Dibuat pembagian sektor 4 kuadran
Dipijarkan ose
Diambil 1 ose kultur dari agar miring (aseptis)
Digoreskan secara zig-zag di permukaan agar sektor 1
Digoreskan secara zig-zag dari sektor 2 ke 3 dan 3 ke 4
Diberi label cawan petri
Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam

Hasil

2. Metode Spread Plate
Sampel

Diencerkan

Diambil suspensi sampel 0,1 ml
Diinokulasikan pada cawan yang berisi media agar padat
Diratakan sampel pada permukaan agar dengan spreader
Diberi label cawan petri
Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam
Hasil

3. Metode Pour Plate

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Annisa Meylana I
165100107111041
D
QE-6


Sampel

Diambil suspensi sampel 1 ml
Diinokulasikan pada cawan
Dituangkan medium agar steril bersuhu 40-50°C
Diputar mengikuti pola angka delapan
Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam
Hasil

4. Transfer Kultur dari Tabung Reaksi ke Tabung Reaksi
a. Medium Agar Miring ke Medium Agar Miring

Sampel

Ose dipijarkan
Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi media agar miring
Diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar miring secara zigzag dari bawah ke atas
Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam
Hasil

b. Medium Agar Miring ke Medium Agar Tegak
Sampel

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Annisa Meylana I
165100107111041
D
QE-6

Dipijarkan ose
Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi media agar miring
Diinokulasikan pada tabung reaksi berisi agar tegak dengan
menusuk tepat ¼ bagian dasar media
Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam
Hasil

c. Medium Agar Miring ke Medium Broth
Sampel

Dipijarkan ose

Diambil 1 ose kultur dari tabung reaksi berisi media agar miring

Diinokulasikan ke dalam tabung berisi media broth

Diinkubasi suhu 30°C selama 48 jam

Hasil

5. Teknik Preservasi Kriogenik
Alat dan Bahan

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Annisa Meylana I
165100107111041
D
QE-6

Dibuat larutan stok gliserol konsentrasi 60%
Dimasukan 0,5 ml kultur dan 0,5 ml gliserol tube steril
Divortex
Dibekukan suhu (-80°C)
Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Alfred, Brown E. 2011. Benson's Microbiological Applications 9th Ed. New York: McGraw
Hill
Pelczar, Michael J. 2008. Dasar-dasar Mikroorganisme. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Pommerville, J.C. 2011. Alcamo’s Laboratory Fundamental of Microbiology. Burlington:
Jones and Bartlett Learning
Sanfa. 2011. Mikrobiologi Dasar. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah
Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta: UI Press

1. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar miring!

Asal Isolat

: Bacillus subtilis

Asal Isolat : Lactobacillus casei

Keterangan

: Spreading, tidak kontaminasi Keterangan : Echinulate, tidak kontaminasi

2. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar tegak!

Asal Isolat

: Bacillus subtilis

Asal Isolat : Lactobacillus casei

Keterangan

: Filiform, tidak kontaminasi

Keterangan : Filiform, tidak kontaminasi

3. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar cair!

Asal Isolat

: Bacillus subtilis

Asal Isolat

: Lactobacillus casei

Keterangan

: Mengendap, tidak
kontaminasi

Keterangan

:

Tidak kontam

4. Bandingkan pertumbuhan kultur yang anda lakukan pada agar tegak, agar miring, dan
media cair.
QE6
Tipe media yang
digunakan

Nama Media

Pertumbuhan

Kontaminasi

(+) atau (-)

(+) atau (-)

Agar Tegak

NA

+

-

Agar Miring

NA

+

-

Broth

NB

+

-

Nama Media

Pertumbuhan

Kontaminasi

(+) atau (-)

(+) atau (-)

QE3
Tipe media yang
digunakan
Agar Tegak

MRSA

+

-

Agar Miring

MRSA

+

-

Broth

MRSB

+

-

5. Bahas data yang anda peroleh pada ketiga media yang digunakan!
Untuk media Bacillus subtilis yang diionokulasi pada media agar miring
pertumbuhannya baik. Terbentuk banyak koloni yang ditandai dengan tebalnya mikroba
yang terdapat pada goresan zig zag Bacillus subtilis yang tumbuh pada media agar miring
sangat banyak karena pada permukaan agar miring terdapat oksigen, karena Bacillus
subtilis merupakan mikroorganisme aerob fakultatif yang membutuhkan oksigen untuk
metabolisme mikroorganisme itu sendiri. Adanya oksigen pada permukaan media agar
miring mengakibatkan Bacillus subtilis yang tumbuh pada media agar miring menjadi
banyak karena lingkungan tersebut sesuai dengan kondisi yang disukai mikroba Bacillus
subtilis untuk tumbuh. Pada media agar miring koloni Bacillus subtilis tidak ditemukan
kontaminasi oleh koloni mikroorganisme lain. Sedangkan untuk mikroorganisme Bacillus
subtilis yang diinokulasi pada agar tegak, Bacillus subtilis yang tumbuh sedikit yaitu
hanya pada wilayah sekitar tempat jarum ose ditusukkan pada media agar tegak. Bacillus
subtilis dapat tumbuh disekitar bekas ose ditusukkan karena lubang tersebut terdapat
oksigen yang mendukung pertumbuhan dari Bacillus subtilis.
subtilis dapat tumbuh disekitar bekas ose ditusukkan karena lubang tersebut terdapat
oksigen yang mendukung pertumbuhan dari Bacillus subtilis. Pada media agar tegak
tersebut tidak ditemukan adanya kontaminasi oleh mikroorganisme lain karena tidak
ditemukan titik koloni lain. Karakteristik pertumbuhan koloni pada media agar tegak
tersebut adalah villose dan berbentuk tegak miring. Untuk mikroorganisme Bacillus
subtilis yang diinokulasi pada media broth, Bacillus subtilis yang tumbuh berada pada
bagian bawah media dan mengendap. Bacillus subtilis merupakan mikroorganisme aerob
fakultatif, hal tersebut yang menyebabkan Bacillus subtilis dapat memanfaatkan oksigen
disekitarnya untuk tumbuh, tetapi Bacillus subtilis juga termasuk organisme anaerob
karena mereka mampu tidak menggunakan oksigen sebagai terminal elektrob acceptor.
Pada media broth Bacillus subtilis mampu hidup mengendap pada bagian bawah media.
Karakteristik pertumbuhan koloni pada media broth tersebut adalah mengendap, dan tidak
ditemukan adanya kontaminasi oleh mikroorganisme lain (Pablo,2012).
Untuk media L. casei yang diionokulasi pada media agar miring pertumbuhannya
baik. Terbentuk koloni yang ditandai dengan mikroba yang terdapat pada goresan zig zag
L. casei yang tumbuh pada media agar miring banyak karena pada permukaan agar
miring terdapat oksigen, karena L. casei merupakan mikroorganisme anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen untuk metabolisme mikroorganisme itu sendiri. Adanya oksigen
pada permukaan media agar miring mengakibatkan L. casei tidak tumbuh pada media
agar miring karena lingkungan tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang disukai mikroba
L. casei untuk tumbuh. Pada media agar miring koloni L. casei tidak ditemukan
kontaminasi oleh koloni mikroorganisme lain. Sedangkan untuk mikroorganisme L. casei
yang diinokulasi pada agar tegak, L. casei yang tumbuh cukup banyak yaitu pada wilayah
sekitar tempat jarum ose ditusukkan dan pada media agar tegak. L. casei dapat tumbuh

disekitaran bekas ose ditusukkan karena lubang tersebut terdapat oksigen yang tidak
mendukung pertumbuhan dari L. casei. Jadi mikroorganisme L. casei tidak tumbuh pada
tempat setelah ditusukkannya jarum, dan tumbuh disekitaran tempat jarum ose
ditusukkan. Pada media agar tegak tersebut tidak ditemukan adanya kontaminasi oleh
mikroorganisme lain karena tidak ditemukan titik koloni lain. Karakteristik pertumbuhan
koloni pada media agar tegak tersebut adalah echinulate dan berbentuk tegak. Untuk
mikroorganisme L. casei yang diinokulasi pada media broth, L. casei yang tumbuh berada
pada bagian bawah media dan mengendap. L. casei merupakan mikroorganisme anaerob,
tetapi L. casei juga termasuk organisme anaerob karena mereka mampu tidak
menggunakan oksigen sebagai terminal elektron acceptor. Pada media broth L. casei
mampu hidup mengendap pada bagian bawah media. Karakteristik pertumbuhan koloni
pada media broth tersebut adalah mengendap, dan tidak ditemukan adanya kontaminasi

6. Gambar bentuk sel-sel mikroba yang saudara isolasi pada cawan petri dengan pensil
warna!

Streak

Asal Isolat

: Bacillus subtilis

Asal Isolat

: Lactobacillus casei

Keterangan

: Terkontaminasi, medium,
irregular, kasar, lobate

Keterangan

: Tidak terkontaminasi,
small, circular, berkerut,
lobate

Spread

Asal Isolat

: Bacillus subtilis

Asal Isolat

: Lactobacillus casei

Keterangan

: Tidak terkontaminasi, large,
irregular, kasar, lobate

Keterangan

:

Tidak terkontaminasi, point,
irregular, kasar, serate

7. Pilihlah salah satu koloni yang terpisah, jelaskan ciri-ciri nya (lihat Gb. 8 modul
praktikum) dan identifikasi bakteri tersebut.
a. Spread QE6
Bentuk Pertumbuhan Koloni
Bentuk dari atas
Irregular
Bentuk dari pinggir
Lobate
Bentuk penonjolan
Kasar
Ukuran koloni
Large
Warna Koloni
Putih

Keterangan
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam

b. Streak QE6
Bentuk Pertumbuhan Koloni
Bentuk dari atas
Irregular
Bentuk dari pinggir
Lobate
Bentuk penonjolan
Kasar
Ukuran koloni
Medium
Warna Koloni
Putih

Keterangan
kontam
kontam
kontam
kontam
kontam

c. Spread QE3
Bentuk Pertumbuhan Koloni
Bentuk dari atas
Irregular
Bentuk dari pinggir
Serate
Bentuk penonjolan
Kasar

Keterangan
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam

Ukuran koloni
Warna Koloni

Point
Putih

Tidak kontam
Tidak kontam

d. Streak QE3
Bentuk Pertumbuhan Koloni
Bentuk dari atas
Circullar
Bentuk dari pinggir
Lobate
Bentuk penonjolan
Berkerut
Ukuran koloni
Small
Warna Koloni
Putih

Keterangan
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam
Tidak kontam

8. Bahas data yang anda peroleh dilihat dari bentuk pertumbuhan koloninya.
Pertumbuhan Koloni Bacillus subtilis
Pada mikroorganisme Bacillus subtilis yang diisolasi dari media agar miring ke cawan
petri menggunakan metode streak plate dihasilkan dari koloni Bacillus subtilis yang
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain. Pada kuadran I dan II mikroorganisme yang
tumbuh lebih banyak, sedangkan pada kuadran III yang tumbuh sedikit koloni, sedangkan
pada kuadran IV koloni yang tumbuh lebih sedikit dari pada koloni yang tumbuh pada
kuadran III dan juga terdapat kontaminasi mikroorganisme lain uang berbentuk point. Pada
kuadran I jumlah koloni Bacillus subtilis yang tumbuh sangat banyak dan menyebar tebal
diseluruh goresan zig zag pada kuadran I, pada kuadran II jumlah koloni Bacillus subtilis
masih terdapat banyak jumlah koloninya akan tetapi tidak setebal yang terdapat pada kuadran
I. Semakin mendekati kuadran III, koloni yang tumbuh semakin sedikit, hal tersebut karena
koloni Bacillus subtilis diambik dari kuadran II dan goresannya memang lebih tipis
dibandingkan kuadran I dan II itu sendiri. Sementara pada kuadran IV, koloni yang tumbuh
lebih sedikit dari kuadran III. Karakteristik pertumbuhan koloninya adalah koloni berbentuk
medium, bentuk elevasi irregular, bentuk permukaan koloni kasar, bentuk margin lobate, dan
koloni berwarna putih. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana koloni yang ditumbuhkan
dengan metode streak plate ini akan dihasilkan kultur murni dari tiap kuadrannya. Semakin
besar kuadrannya, maka kultur mikroorganisme yang dihasilkan akan semakin murni.
Dikarenakan kontaminasi atas tidak sterilnya praktikan saat menggoreskan bakteri di dalam
cawan petri (Pablo,2012).
Mikroorganisme Bacillus subtilis yang diambil dari tabung reaksi yang berisi kultur ke
cawan petri menggunakan metode spread plate. Metode spread merupakan metode isolasi
dengan membiarkan agar steril pada cawan petri beku terlebih dahulu. Setelah membeku
sempurna kultur yang telah diencerkan, dipipet dan dipindahkan ke permukaan, disebarkan
pada cawan petri setelah itu diinkubasi. Setelah diinkubasi dihasilkan koloni Bacillus subtilis
yang tidak terkontaminasi dengan karakteristik pertumbuhan koloni Bacillus subtilis yaitu
koloni berbentuk large, bentuk elevasi koloni irregular, bentuk permukaan koloni kasar,
bentuk margin koloni lobate, dan koloni berwarna putih.
Pertumbuhan Koloni L. casei
Pada mikroorganisme L. casei yang diisolasi dari media agar miring ke cawan petri
menggunakan metode streak plate dihasilkan dari koloni L. casei yang tidak terkkontaminasi
oleh mikroorganisme lain. Pada kuadran I dan II mikroorganisme yang tumbuh lebih banyak,

sedangkan pada kuadran III yang tumbuh sedikit koloni, sedangkan pada kuadran IV koloni
yang tumbuh lebih sedikit dari pada koloni yang tumbuh pada kuadran III. Pada kuadran I
jumlah koloni L. casei yang tumbuh sangat banyak dan menyebar tebal diseluruh goresan zig
zag pada kuadran I, pada kuadran II jumlah koloni L. casei masih terdapat banyak jumlah
koloninya akan tetapi tidak setebal yang terdapat pada kuadran I. Semakin mendekati kuadran
III, koloni yang tumbuh semakin sedikit, hal tersebut karena koloni L. casei diambik dari
kuadran II dan goresannya memang lebih tipis dibandingkan kuadran I dan II itu sendiri.
Sementara pada kuadran IV, koloni yang tumbuh lebih sedikit dari kuadran III. Karakteristik
pertumbuhan koloninya adalah koloni berbentuk Small, bentuk elevasi circular, bentuk
permukaan koloni berkerut, bentuk margin lobaate, dan koloni berwarna putih (Pablo,2012).
Mikroorganisme L. casei yang diambil dari tabung reaksi yang berisi kultur ke cawan
petri menggunakan metode spread plate. Metode spread merupakan metode isolasi dengan
membiarkan agar steril pada cawan petri beku terlebih dahulu. Setelah membeku sempurna
kultur yang telah diencerkan, dipipet dan dipindahkan ke permukaan, disebarkan pada cawan
petri setelah itu diinkubasi. Setelah diinkubasi dihasilkan koloni L. casei yang tidak
terkontaminasi dengan karakteristik pertumbuhan koloni L. casei yaitu koloni berbentuk
point, bentuk elevasi koloni kasar, bentuk permukaan koloni irregular bentuk margin koloni
serate, dan koloni berwarna putih susu.
3. Kesimpulan apakah yang dapat ditarik dari praktikum ini ?
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah mampu melakukan berbagai teknik transfer
kultur secara aspetis, dan mampu melakukan teknik isolasi kultur dengan metode goresan
kaudran. Hasil yang didapatkan dari percobaan untuk pemindahan kultur dari medium agar
miring ke medium agar miring dengan asal isolate mikroorganisme yang digunakan adalah
Bacillus subtilis dan L. casei. Untuk mikroorganisme Bacillus subtilis ditumbuhkan pada
medium NA. dan juga hasil dari pertumbuhannya tidak mengalami kontaminasi. Sementara
mikroorganisme L. casei ditumbuhkan pada media MRSA dan pertumbuhannya tidak
mengalami kontaminasi. Hal tersebut juga terjadi pada pemindahan kultur dari medium agar
miring ke broth, dan dari medium agar miring ke medium agar tegak. Dari hasil percobaan
semua teknik transfer mikroorganisme ada yang mengalami kontaminasi.

ANALISA PROSEDUR
DATA HASIL PENGAMATAN

A. Pembuatan media
1. Nutrien Agar
Ditimbang aluminium foil kosong pada timbangan analitik, lalu dikalibrasi, kemudian
ditimbang media sebanyak 1.4 g dan dimasukkan dalam Erlenmeyer, lalu dilarutkan
dengan aquadest steril sebanyak 70 mL diukur menggunakan gelas ukur, media dilarutkan
dan dipanaskan di atas kompor listrik sampai homogen dan larut dengan sempurna.
Erlenmeyer diangkat, tunggu sampai suhu sekitar 50 0C (karena jika terlalu dingin media
akan memadat dan terlalu panas akan merusak pipet ukur). Setelah itu pipet sebanyak 7
mL ke dalam tiap-tiap tabung reaksi, tutup dengan kapas lalu disterilkan pada autoklaf
pada suhu 121 0C selama 15 menit. Setelah autoklaf bertekanan 0 atm media yang telah
dibuat diambil dan dibuat menjadi agar miring dengan menaruh media dengan posisi
miring 450 dan untuk media tegak menaruhnya dengan posisi tegak sampai memadat pada
ruangan steril. NA ditimbang lagi dan dimasukkan pada Erlenmeyer dengan proses seperti
diatas tanpa dilakukan proses pemipetan. Setelah media steril, media dituangkan pada
cawa petri sebanyak 10-15 mL secara aseptis hingga permukaan merata. Tunggu sampai
memadat dan siap digunakan. Media cawan petri dibuat 2 buah (untuk media streak plate
dan spread plate) sedangkan sisanya disimpan di Laminar Air Flow untuk pembuatan
media agar yang digunakan dengan metode pour plate.
2. Nutrien Broth
Ditimbang aluminium foil kosong pada timbangan analitik, lalu dikalibrasi, kemudian
ditimbang media sebanyak 0.2 g dan dimasukkan dalam Erlenmeyer, lalu dilarutkan
dengan aquadest steril sebanyak 25 mL diukur menggunakan gelas ukur, media dilarutkan
dan dipanaskan di atas kompor listrik sampai homogen dan larut dengan sempurna.
Erlenmeyer diangkat. Setelah itu pipet sebanyak 7 mL ke dalam tiap-tiap tabung reaksi,
tutup dengan kapas lalu disterilkan pada autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit.
Setelah autoklaf bertekanan 0 atm media yang telah dibuat diambil dan diletakkan di
ruangan steril.
B. Persiapan dan Aseptis Diri dan Lingkungan
Untuk prosedur mentransfer koloni, yang pertama adalah persiapkan alat dan bahan.
Alat yang harus disiapkan adalah tabung reaksi sebagai tempat media, jarum ose untuk
memindahkan kultur, bunsen untuk membakar peralatan supaya steril, kapas untuk
menutup media maupun kultur agar tak terdapat kontaminan, alkohol 70% untuk aseptis,
tissue untuk aseptis lingkungan. Bahan yang harus dipersiapkan adalah media agar miring
yang berisi kultur Basillus substilis serta media agar miring, agar tegak dan media broth
yang tidak terisi apapun sebagai tempat isolasi kultur untuk pengamatan.
Pada metode streak plate, pour plate, dan spread plate dibutuhkna mikro pipet untuk
mengambil kultur, tissue untuk membersihkan meja dan peralatan praktikum, mikrotip
steril sebagai media untuk mengambil kultur, cawan petri berisi agar padat untuk tempat
kultur tumbuh, bunsen untuk mensterilisasi peralatan, media agar miring yang berisi
kultur Basillus substilis dan kultur cair berisi kultur Basillus substilis, kapas dan kertas
payung untuk menutup tabung reaksi dan cawan petri sehingga mudah untuk disterilisasi.
Selanjutnya, sebelum melakukan isolasi, hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah
aseptis diri dan lingkungan. Semprotkan larutan alkohol 70% pada kedua telapak tangan

dan basuhkan secara merata, lalu aseptis lingkungan dengan cara menyemprotkan larutan
alkohol 70% ke meja praktikum dan basuh menggunakan tissue secara searah. Kemudian
aseptis peralatan agar tidak terjadi kontaminasi pada media serta kultur. Sebaiknya dalam
bekerja harus menggunakan sarung tangan lateks yang sudah diberi alcohol, harus
memakai masker dan tidak dianjurkan berbicara.
C. Metode Streak Plate Goresan Kuadran
Pertama-tama cawan petri yang berisi media dibuat pembagian 4 sektor kuadran agar
mempermudahkan terlihatnya pertumbuhan bakteri dari kuadran I sampai kuadran 4 mana
yang lebih banyak ditumbuhi oleh mikroba. Kemudian dipijarkan jarum ose secara aseptis
agar tidak terkena kontaminasi dari udara luar. Setelah itu diambil 1 ose kultur dari agar
miring secara aseptis agar bakteri tidak terkontaminasi. Lalu goreskan di permukaan agar
sektor 1 secara zig-zag. Buat goresan lagi dipermukaan agar dari sector 1 ke sector 2, dari
sector 2 ke sektor 3, dari sector 3 ke sektor 4 dengan tidak memutus garis zig-zag. Jika
sudah selesai, Beri label pada cawan petri. Proses tersebut dilakukan secara aseptis.
Cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas payung dan ditali menggunakan karet.
lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 48 jam untuk mengetahui pertumbuhan bakteri.
Amati pertumbuhan mikroba 2 hari kemudian dan catat hasilnya.
D. Metode Spread Plate
Siapkan sampel yang telah diencerkan (kultur Bacillus substillis umur 48 jam).
Kemudian lakukan aseptis peralatan yaitu menyemprotkan alkohol 70% pada mikropipet,
keringkan menggunakan tissue secara searah. Selanjutnya ambil media yang berisi kultur,
buka penutup kapas lalu sterilisasi tabung tersebut dengan membakar permukaan tabung
agar tak ada kontaminan, sampel diambil 0.1 mL menggunakan mikropipet warna kuning
dan mikrotip yang steril agar pengambilan sampel bisa tepat dan dilakukan secara aseptis.
Ambil cawan petri yang berisi media agar steril, bakar permukaan cawan petri lalu
inokulasikan pada cawan petri yang telah berisi media agar tersebut kemudian ratakan
dengan spreader yang telah disterilisasi/dibakar dengan Bunsen sebanyak 3 x ulangan
(aseptis). bakar kembali permukaan cawan petri menggunakan bunsen lalu tutup cawan
petri dengan rapat. Beri label pada cawan petri. Proses tersebut dilakukan secara aseptis.
Cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas payung dan ditali menggunakan karet.
lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 48 jam untuk mengetahui pertumbuhan bakteri.
Amati pertumbuhan mikroba 2 hari kemudian dan catat hasilnya.

E. Metode Pour Plate
Siapkan sampel yang telah diencerkan (kultur Bacillus substillis umur 48 jam).
Kemudian lakukan aseptis peralatan yaitu menyemprotkan alkohol 70% pada mikropipet,
keringkan menggunakan tissue secara searah. Selanjutnya ambil media yang berisi kultur,
buka penutup kapas lalu sterilisasi tabung tersebut dengan membakar permukaan tabung
agar tak ada kontaminan. Sampel diambil 1 mL menggunakan mikropipet warna biru dan
mikrotip yang steril agar pengambilan sampel bisa tepat dan dilakukan secara aseptis.
Ambil cawan petri kosong steril bakar permukaan cawan petri lalu inokulasikan pada

cawan petri, lalu inokulasikan pada cawan petri kemudian tuangkan media agar yang
masih dalam keadaan encer (steril) pada cawan petri yang telah berisi 1 mL kultur
tersebut. bakar kembali permukaan cawan petri menggunakan bunsen lalu tutup cawan
petri dengan rapat. Homogenkan dengan membentuk pola angka 8 agar media bisa merata
dengan kultur tersebut. Beri label pada cawan petri. Proses tersebut dilakukan secara
aseptis. Cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas payung dan ditali menggunakan
karet. lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 48 jam untuk mengetahui pertumbuhan
bakteri. Amati pertumbuhan mikroba 2 hari kemudian dan catat hasilnya.
F. Transfer kultur dari tabung reaksi ke tabung reaksi
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah ambil jarum ose menggunakan tangan
kanan lalu lakukan sterilisasi terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi. Sterilisasi
jarum ose dilakukan dengan memasukkan jarum ose pada tabung reaksi yang berisi
alkohol lalu dibakar diatas bunsen sampai membara atau berpijar. Lalu ulangi langkah
tersebut sebanyak 3 kali. Persiapan telah selesai maka dimulailah menginokulasi kultur.
a. Medium agar miring ke medium agar miring
Sampel disiapkan, lalu ose dipijarkan agar steril. Selanjutnya ambil media agar miring
yang berisi kultur, buka penutup kapas lalu sterilisasi tabung tersebut dengan membakar
permukaan tabung agar tak ada kontaminan, lalu secara perlahan masukkan jarum ose
pada media agar miring berisi kultur tersebut untuk mengambil koloni, diambil 1 ose
(loop) kultur dari tabung berisi media agar miring dari bawah ke atas. Setelah mengambil
koloni, bakar permukaan tabung reaksi tersebut dan tutup dengan kapas kembali.
Pindahkan kultur pada jarum ose ke tabung reaksi media agar miring yang tidak berisi
kultur dan masih steril. Buka penutup kapas pada media agar miring tersebut dan bakar
permukaan tabung, lalu masukkan koloni tersebut dari bawah ke atas secara zigzag agar
koloni tumbuh merata. Sesudah itu bakar kembali permukaan tabung agar tak terjadi
kontaminasi dan tutup segera dengan kapas. Setelah itu sterilisasi jarum ose dengan
dimasukkan pada larutan alkohol 70% dan bakar diatas bunsen. Beri label tabung reaksi.
Lalu tabung reaksi dibungkus dengan kertas payung lalu diinkubasi pada suhu 30 0C
selama 48 jam untuk mengetahui pertumbuhan bakteri lalu Amati pertumbuhan mikroba 2
hari kemudian dan catat hasilnya. Proses dilakukan secara aseptis.

b. Medium agar miring ke medium agar tegak
Sampel disiapkan, lalu ose dipijarkan agar steril. Selanjutnya ambil media agar miring
yang berisi kultur, buka penutup kapas lalu sterilisasi tabung tersebut dengan membakar
permukaan tabung agar tak ada kontaminan, lalu secara perlahan masukkan jarum ose
pada media agar miring berisi kultur tersebut untuk mengambil koloni, diambil 1 ose
(jarum) kultur dari tabung berisi media agar miring dari bawah ke atas secara zig-zag agar
kultur dapat terambil karena ose berbentuk jarum. Setelah mengambil koloni, bakar
permukaan tabung reaksi tersebut dan tutup dengan kapas kembali. Pindahkan kultur pada
jarum ose ke tabung reaksi media agar tegak yang tidak berisi kultur dan masih steril.
Buka penutup kapas pada media agar tegak tersebut dan bakar permukaan tabung, lalu
masukkan koloni tersebut dengan menusuk tepat ¼ dasar media. Sesudah itu bakar

kembali permukaan tabung agar tak terjadi kontaminasi dan tutup segera dengan kapas.
Setelah itu sterilisasi jarum ose dengan dimasukkan pada larutan alkohol 70% dan bakar
diatas bunsen. Beri label tabung reaksi Lalu tabung reaksi dibungkus dengan kertas
payung lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 48 jam untuk mengetahui pertumbuhan
bakteri lalu Amati pertumbuhan mikroba 2 hari kemudian dan catat hasilnya. Proses
dilakukan secara aseptis.
c. Medium agar miring ke medium broth
Sampel disiapkan, lalu ose dipijarkan agar steril. Selanjutnya ambil media agar miring
yang berisi kultur, buka penutup kapas lalu sterilisasi tabung tersebut dengan membakar
permukaan tabung agar tak ada kontaminan, lalu secara perlahan masukkan jarum ose
pada media agar miring berisi kultur tersebut untuk mengambil koloni, diambil 1 ose
(loop) kultur dari tabung berisi media agar miring dari bawah ke atas. Setelah mengambil
koloni, bakar permukaan tabung reaksi tersebut dan tutup dengan kapas kembali.
Pindahkan kultur pada jarum ose ke tabung reaksi media broth yang tidak berisi kultur dan
masih steril. Buka penutup kapas pada media broth tersebut dan bakar permukaan tabung,
lalu masukkan koloni tersebut dengan mengaduk-aduk media agar kultur dapat terlepas
dari ose. Sesudah itu bakar kembali permukaan tabung agar tak terjadi kontaminasi dan
tutup segera dengan kapas. Setelah itu sterilisasi jarum ose dengan dimasukkan pada
larutan alkohol 70% dan bakar diatas bunsen. Beri label tabung reaksi Lalu tabung reaksi
dibungkus dengan kertas payung lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 48 jam untuk
mengetahui pertumbuhan bakteri lalu Amati pertumbuhan mikroba 2 hari kemudian dan
catat hasilnya. Proses dilakukan secara aseptis.

F. PEMBAHASAN
1. Pada teknik isolasi, apa perbedaan koloni mikroba yang tumbuh pada masing-masing

kuadran ? Mengapa demikian ? Jelaskan.
Pada teknik streak, mikroba yang tumbuh pada kuadran pertama masih berasal dari
suatu koloni mikroba yang bermacam - macam serta dapat diamati juga bahwa
pertumbuhannya masih sangat padat. Adapun pada kuadran kedua, jumlah kepadatan
mikrobanya semakin berkurang namun masih dikategorikan cukup padat. Pada kuadran
ketiga, jumlah kepadatannya semakin sedikit dan pada keempat didapatkan koloni
tunggal. Hal tersebut disebabkan pada saat akan menggoreskan jarum ose ber-kultur ke
tiap kuadran selanjutnya, maka jarum ose terlebih dahulu dibakar, hal tersebut dilaakukan
guna mematikan mikroba yang menempel sehingga nantinya akan didapatkan koloni
tunggal (Black, 2008).

2. Apa yang dimaksud dengan ”selective media” ? Mengapa media tersebut digunakan

dalam teknik isolasi ? Jelaskan. Sebutkan contoh ”selective media” sebanyak 2.
Selective media merupakam suatu jenis media yang dapat menghambat kelompok
mikroba tertentu namun tetap membiarkan kelompok mikroba lain untuk tetap hidup.
Selective Media digunakan dalam teknik isolasi karena sesuai dengan prinsip dan tujuan
teknik isolasi itu sendiri yaitu untuk mendapat kultur murni dari suatu kultur campuran,
dimana bakteri murni yang didapat tetap bertahan hidup sedangkan bakteri lain yang tidak
diinginkan dapat dihambat pertumbuhannya dan mati (Adnan, 2009).
Contoh Selective Media :
Mac Conkey Agar dan Gram Negative Broth (Adnan, 2009).

3. Apakah koloni yang terpisah pada teknik isolasi merupakan pertumbuhan dari satu sel

mikroba ? Apakah koloni tersebut dapat dikatakan sebagai kultur murni ? Jelaskan.
Ya, koloni yang terpisah pada teknik isolasi merupakan pertumbuhan dari satu sel
mikroba tersebut. Koloni tersebut dapat dikatakan sebagai kultur murni dikarenakkan
koloni tersebut tumbuh dari satu sel mikroba yang terpisah dari yang lainnya setelah
melewati tahapam isolasi (Walker, 2007).

4. Apa keunggulan metode Streak Plate dan Spread Plate pada teknik isolasi mikroba?

Jelaskan pula tentang Loop Dilution.
Streak plate lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum

digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah
(lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah
sehingga dapat tumbuh. Koloni yang dihasilkan adalah single koloni atau 1 koloni hanya
dari 1 spesies saja. Selain itu kontaminan mudah dibedakan. Karena pada metode ini ose
digoreskan dengan pola tertentu, maka koloni yang tumbuh diluar pola tersebut dapat
dinyatakan sebagai kontaminan (Suriawiria 2015).
Metode surface plate dapat dilakukan untuk memisahkan mikrobia aerob dengan
mikroba yang lain. Karena jika dituangkan pada permukaan medium, bakteri yang paling
diuntungkan adalah bakteri aerob (Waluyo, 2007).

5. Apa kegunaan penambahan gliserol pada proses preservasi kultur? Jelaskan.

Gliserol berfungsi untuk mempertebal dinding sel mikroba selain itu gliserol dapat
menyerap air pada permukaan protein pada dinding sel mikroba yang dapat melindungi
protein dari kerusakan. Gliserol juga dapat meningkatkan stabilitas struktur protein dari
mikroorganisme sehingga dapat mencegah kerusakan protein oleh suhu dan agregasi. Oleh
karena itu, gliserol dapat memperpanjang umur simpan mikroorganisme (Black, 2008).

G. KESIMPULAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah mampu melakukan berbagai teknik transfer
kultur secara aspetis, dan mampu melakukan teknik isolasi kultur dengan metode goresan
kaudran. Teknik isolasi yang dapat dilakukan pada agar cawan antara lain adalah metode
goresan (Streak plate), metode tuang (pour plate), dan metode permukaan (spread plate).
Prinsip teknik Streak Plate atau teknik gores adalah dengan cara menggoreska ose
kultur pada media padat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan koloni terisolasi dari
inokulum dengan menciptakan bidang peningkatan cairan di piring tunggal. Ada 3 cara ,
goresan langsung, goresan kuadra, dan goresan radian. Teknik Pour Plate atau teknik tuang
dapat digunakan untuk menentukan jumlah mikroba/mL atau mikroba/gram pada spesimen.
Teknik ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara
mencampurkan media cair dengan stok kultur murni. Teknik Spread Plate atau teknik
menyebar merupakan teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan
menuangkan stok kultur atau menghapuskannya diatas media gar yang telah memadai.
Hasil yang didapatkan dari percobaan untuk pemindahan kultur dari medium agar
miring ke medium agar miring dengan asal isolate mikroorganisme yang digunakan adalah
Bacillus subtilis dan L. casei. Untuk mikroorganisme Bacillus subtilis ditumbuhkan pada
medium NA. dan juga hasil dari pertumbuhannya tidak mengalami kontaminasi, ada juga
yang terkontam mungkin karena kurang aseptis atau kesalahan praktukan dalam melakukan
metode streak. Sementara mikroorganisme L. casei ditumbuhkan pada media MRSA dan
pertumbuhannya tidak mengalami kontaminasi. Hal tersebut juga terjadi pada pemindahan
kultur dari medium agar miring ke broth, dan dari medium agar miring ke medium agar tegak,
akan tetapi pada medium agar tegak tidak terkontaminasi. Dari hasil percobaan teknik
transfer mengalami kontaminasi dimana dikarenakan tidak sterilnya praktikan yang sedang
memindahkan mikroorganisme kedalam cawan petri.

Komponen Penilaian LKP:
Jenis Penilaian

Nilai
Maksimal
10
10
70
10
100

Diagram Alir
Data Hasil Pengamatan
Pembahasan laporan
Kesimpulan
TOTAL

Nilai yang
diperoleh

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi
No
Kompetensi
Bisa
1.
Mampu melakukan teknik isolasi pada media agar
ke broth dan sebailknya secara aseptis dan benar :
 Aseptis ose dan mulut tabung / cawan

2.

3.



Membuka sumbatan tabung / erlenmeyer



secara aseptis dan benar
Menggores agar dengan teknik yang benar

Tidak

Mampu melakukan transfer kultur dengan goresan
kuadran :
 Menggambar kuadran pada cawan


Aseptis ose dan mulut tabung / cawan



Mempijarkan ose setiap kali berpindah kuadran

Mampu melakukan teknik
preservasi untuk
membuat stok kultur
 Menghitung kebutuhan gliserol dan kultur


Menggunakan microtube secara aseptis dan



benar
Menggunakan pipet mikro secara aseptis dan



benar
Menentukan

kondisi

penyimpanan

kultur

dengan tepat
TOTAL

100

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Adnan, Kunta. 2009. Cara pengambilan sampel yang steril. http://www.fedcosierra.com/
2007/06/cara-pengambilan-sampel-yang-steril.html. Diakses pada 7 April 2017 jam
23:55. (4 Oktober 2009)
Black, Jacquelyn G. 2008. Microbiology: Principles Explorations. New York: John Wiley &
Sons
Pablo, Julian. 2012. Living in a Microbial World. New York City: Garland Science
Suriawiria, Utomo. 2015. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti
Walker, T. Stuart. 2007. Microbiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press

LAMPIRAN