POTENSI ZAKAT MELALUI DOMPET DHUAFA SEBA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang menempati peringkat keempat di dunia dalam hal
jumlah penduduknya. Hal ini memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri bagi
Indonesia. Tergantung bagaimana negara memandang hal ini sebagai peluang
kemajuan negara atau sebaliknya. Jumlah penduduk yang begitu padat akan menjadi
sebuah masalah bila masyarakat tidak produktif dan pemerintah juga tidak mampu
memberikan regulasi yang baik dan kebijakan yang sesuai untuk masyarakat.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan kemampuan masyarakat yang
baik akan semakin menambah masalah negara. Hingga tingkat kejahatan yang
meningkat, kemacetan yang semakin parah, dan kemiskinan yang tak kunjung usai.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik yang diambil dari data Mabes Polri jumlah
tindak pidana yang dilakukan masyarakat hingga tahun 2009 adalah sebanyak
344.942 jiwa. Angka diperkirakan akan terus naik hingga di tahun 2013 ini
mengingat belum ada data yang valid hingga tahun 2013. Sedangkan dari sisi
kemiskinan, meskipun kemiskinan di Indonesia turun dari 47,97 juta jiwa atau
sekitar 23,43 % pada tahun 1999 menjadi 30,02 juta jiwa atau sekitar 12,49 % pada
tahun 2011, hal ini belum mampu menggambarkan keadaan real masyarakat
Indonesia. Kesenjangan sosial diantara masyarakat masih terlihat begitu jelas.
Kepadatan penduduk bukanlah suatu masalah bahkan akan menjadi peluang bagi
Indonesia bila semua elemen bisa melihat potensi yang ada. Masyarakat memiliki
kesadaran untuk berkembang dan lebih produktif dengan cara-cara kreatif dan
1
pemerintah
mampu
memberikan
suatu
solusi
maupun
alternatif
untuk
memaksimalkan potensi masyarakat. Usaha-usaha kecil dan mikro bisa menjadi
sebuah amunisi yang ampuh untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
Masyarakat diperdayakan dengan berbagai ketrampilan agar mampu menciptakan
usaha-usaha yang lebih produktif. Dengan ini kesejahteraan masyarakat bisa dicapai.
Namun pada kenyataannya, usaha mikro seringkali terkendala dengan masalah
finansial atau pembiayaan. Banyak masyarakat menengah kebawah masih belum
bisa mandiri dalam hal pembiayaan. Sehingga sebagian dari mereka tidak dapat
mengembangkan usahanya, atau dengan terpaksa meminjam tambahan modal
kepada bank titil (bank keliling), yang mengenakan bunga peminjaman cukup besar
bagi masyarakat menengah ini. Hal ini membuat mereka seakan akan tercekik,
karena sebagian keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil usahanya, harus
dibayarkan untuk bunga pinjaman yang besar.
Salah satu manfaat-manfaat zakat bagi masyarakat, dalam hal ini mustaqik atau
penerima zakat adalah dapat memberikan pembiayaan tanpa bunga bagi mereka
untuk menjalankan usaha produktif. Seperti yang penulis uraikan diatas pembiayaan
masih menjadi penghambat bagi masyarakat untuk memaksimalkan usahanya.
Dengan adanya mekanisme zakat dan penyaluran yang tepat, kesehatan ekonomi
akan bisa dirasakan semua pihak. Ada banyak potensi dari zakat yang saat ini belum
begitu maksimal diupayakan.
Indonesia bisa berkaca pada negara Malaysia dalam hal ini. Suatu mekanisme
distribusi pendapatan semakin gencar dilakukan di Malaysia, yaitu dengan kebijakan
kewajiban mengeluarkan zakat bagi mereka yang mampu secara ekonomi. Zakat
adalah suatu kewajiban yang mengikat di negara Malaysia. Bagi mereka yang tidak
2
membayar zakat akan dikenakan sanksi yang tegas dari pemerintah Malaysia. Zakat
menjadi perhatian penting dalam agenda pemerintah. Pengelolaan zakat ditangani
oleh pemerintah melelui negara-negara bagian dengan lembaga PPZ sebagai
pengumpul zakat dan Baitul Maal sebagai penyelur zakat kepada muzaki.
Sedangkan di Indonesia baik dari segi peraturan dan penyaluran zakat masih
banyak potensi yang belum bisa dimaksimalkan. Penyaluran zakat di Indonesia
menurut Undang-Undang no 30 Tahun 1999 pasal 6 dan 7 pengelolaan zakat
dilakukan oleh BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang
dikukuhkan, dibina dan dilindungi pemerintah. Dalam penelitian ini, penulis
mengarahkan perhatian pada lembaga Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah salah
satu lembaga penghimpunan dan penyeluran zakat yang ada di Indonesia. Mekipun
berdiri secara indipenden lembaga ini memiliki banyak potensi yang bisa
dioptimalkan untuk mengembangkan peran dan manfaat zakat di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang ini penulis menggagas karya tulis berjudul Potensi
Zakat melalui Lembaga Dompet Dhuafa sebagai Penunjang Pembiayaan
Masyarakat Di Wilayah Wonokusumo, Surabaya : Analisis Ekonomi dan Bisnis.
Penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
penuis dan bagi para pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kamu mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi ekonomi masyarakat Wonokusumo sebelum
mendapat bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa ?
2. Bagaimanakah kemajuan usaha masyarakat Wonokusumo setelah mendapat
bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa ?
3. Bagaimana peran dan potensi zakat bagi masyarakat secara umum bila terus
dikembangkan ?
1.3 Tujuan Penelitian
3
Tujuan penelitian kami sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat Wonokusumo sebelum
mendapat bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa.
2. Untuk menganalisis kemajuan usaha masyarakat Wonokusumo setelah mendapat
bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa.
3. Untuk mendiskripsikan tentang peran dan potensi zakat bagi masyarakat secara
umum bila terus dikembangkan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
analisis lebih lanjut dalam perkembangan ilmu ekonomi khususnya dalam
konsentrasi ilmu ekonomi islam, yang saat ini menunjukkan gejolak perkembangan
yang cukup pesat.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan serta dapat menjadikan karya tulis ini sebagai
bahan referensi untuk meningkatkan peran dan pengembangan zakat untuk
masyarakat luas.
2. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat dalam memberikan masukan dan pengetahuan
mengenai potensi zakat dan pengelolaannya, sehingga masyarakat menjadi
tertarik dan terus menupayakan untuk mengembangkan zakat di wilayahnya.
3. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan dan tindakan terkait dengan bagaimana cara untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan peran zakat.
1.5 Tinjauan Pustaka
Banyak pembahasan mengenai penggunaan dana zakat untuk pemberdayaan
ekonomi kaum mustahiq yang dimuat dalam berbagai karya ilmiah. Berbagai
4
penelitian dari para tokoh terkemuka akan kami kutip disini untuk semakin
mendukung materi kami.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
mengenai pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat dapat dilakukan
dengan
memberikan sarana atau peralatan kepada mustahiq yang disesuaikan
dengan kepandaian atau keterampilan yang dimiliki oleh mustahiq. Sedangkan
kepada mustahiq yang mampu mengembangkan usaha produktifnya diberikan
modal.
Ulin Ulfa dalam penelitiannya membahas tentang pendayagunaan zakat secara
produktif dalam perspektif hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang
memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing mustahiq dalam bentuk
konsumtif yang bersifat mendesak untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan
dan pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama
harta zakat tersebut cukup banyak.
A. Qodri Azizy dalam bukunya menyimpulkan bahwa zakat hendaknya tidak
sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaan
zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya, ketika
ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri
atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaan konsumtif dapat
dilakukan
1.6 Metedologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
5
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field researih)
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini pembahasan
akan menitik beratkan pada bagaimana pengaruh jumlah dana zakat yang
disalurkan untuk kegiatan produktif di Social Trust Fund (STF), salah satu
program pemberdayaan zakat milik Dompet Dhuafa di daerah desa
Wonokusumo, terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh Mustahiq melalui
kegiatan UMKM. Di mana penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu
penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang
didapatkan melalui berbagai sumber tidak langsung.
2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan
penelitian. Pada Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Zakat” yang
menjadi subyeknya adalah sejumlah mustahiq yang mendapatkan pinjaman
pembiayaan dari Social Trust Fund (STF).
3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara:
1. Metode Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data-data atau laporan
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Metode Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara dengan pihak manajemen atau staff pengurus
di Social Trust Fund (STF) yang dianggap berkompeten dan representatif
6
dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai
pendayagunaan zakat produktif bagi masyarakat di daerah desa Wonokusumo.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Zakat
Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau
bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan
(QS. At-Taubah : 10). Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi
suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan
untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy). Selain
itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah
wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain
mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan
shadaqah.
Dalam al Qur’an ada banyak ayat yang menyebutkan tentang zakat dan kewajiban
mengeluarkan zakat. Diantara nya adalah
وآَعتوُاَّ َاَّلرز ن
ن
كاَ ن
صنل ن
ع َاَّلرراَّك ع ع
وأ ن ع
م ن
واَّررك ن ع
عيِ ن
عوُاَّ َ ن
قيِ ع
موُاَّ َاَّل ر
ة َ ن
ة َ ن
ن
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang
ruku”. ( Q.S Al Baqarah : 43)
7
ن
ن
وُ َي ن ر
قب نبب ع
ه
ة َ ن
وُب نبب ن
ن َ ع
ه َ ع
عب نبباَعد ع
مببوُاَّ َأ ر
م َي ن ر
عبب ر
ن َاَّلل ربب ن
عل ن ع
أل نبب ر
ل َاَّلت ر ر
هبب ن
قاَت َ ن
خ ع
م
وي نأ ر ع
ب َاَّلرر ع
ه َ ع
وأ ر
وُاَّ ع
حيِ ع
ن َاَّلل ر ن
ذ َاَّل ر
وُ َاَّلت ر ر
ه ن
صد ن ن ع ن
ن
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”. ( Q.S At Taubah : 104)
Zakat adalah salah satu ibadah yang diwajibkan dalam agama Islam dan menjadi
unsur pokok bagi tegaknya syariat islam. Kewajiban setiap muslim untuk menjalankan
ibadah ini menjadi suatu aturan yang harus dijalankan sebagai syarat keimanan
seseorang yang terinci dalam rukun islam. Pengeluaran zakat dikhususkan pada mereka
yang terkategori kaum yang mampu secara ekonomi. Sedangkan yang tidak mampu
adalah yang berhak menerima zakat. Adapun golongan yang berhak menerima zakat
terbagi menjadi 8 golongan dalam surat At – Taubah ayat 60, yaitu orang-orang fakir,
orang-orang miskin, amil zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit utang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
8
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(Q.S at Taubah : 60)
Alur distribusi ini seolah menjadi sebuah puzzle yang menjadi sebuah kesatuan.
Harta dari mereka yang mampu disalurkan kepada mereka yang memang
membutuhkannya. Adanya kewajiban ini bukanlah untuk memberatkan bagi kaum
muslim karena dengan ini hartanya akan berkurang. Namun konsep zakat ini adalah
suatu teori yang sangat ideal untuk pemerataan pendapatan.
2.2 Tujuan Zakat
Adanya kewajiban untuk mengeluarkan zakat kepada seluruh umat muslim
memiliki tujuan dan manfaat yang akan kembali pada umat muslim sendiri. Manfaatmanfaat tersebut dapat dirasakan baik dari segi sosial maupun ekonomi. Dan diantara
nya adalah sebagai berikut :
1.
Mensucikan jiwa orang yang membayarnya dari sifat serakah dan sebaliknya,
mendorong untuk berderma dan membelanjakan harta untuk hal-hal yang
baik.Hasilnya ditunjukkan dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku orang-orang
yang melaksanakannya.
2.
Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin,
ibnussabil, dan mustahiq lainnya.
3.
Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia
pada umumnya.
4.
Membersihkan sifat dengki dan iri(kecemburuan sosial) dari hati orang-orang
miskin.
9
5.
Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
masyarakat.
6.
Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada
mereka yang mempunyai harta.
7.
Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak
orang lain yang ada padanya.
2.3 Kajian Zakat dalam Ekonomi
Dalam kajian ekonomi makro, pendapatan menjadi salah satu indikator
kesejahteraan suatu negara. Adanya kemajuan pendapatan secara agregat tentunya
dipengaruhi variable-variabel lain yang sangat mempengaruhinya yaitu konsumsi,
investasi, government dan net ekspor. Dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :
Y = C + I + G +Nx
Zakat disini dapat mempengaruhi dari segi konsumsi dan investasi
1. Konsumsi
Zakat akan memberikan pengahasilan kepada mustaqik (penerima zakat), konsumsi
mereka pun akan meningkat dan diiringi dengan peningkatan MPC (marginal
propensity to consume). Ini akan menyebabkan konsumsi secara agregat akan naik
dan kemudian meningkatkan pendapatan nasional.
2. Investasi
Adanya kewajiban untuk mengeluarkan zakat, masyarakat khususnya muzaki akan
cenderung untuk mengivestasikan hartanya, sebab bila tidak maka akan mengalami
kerugian finansial karena harta akan ditarik (zakat) setiap tahunnya. Dengan ini
kecenderungan untuk investasi semakin meningkat.
10
Hubungan antara muzaki dan mustaqik dalam meningkatkan pendapatan
nasional dapat dilihat disini. Dengan adanya zakat konsumsi mustaqik akan
meningkat dengan diasumsikan kebutuhan meningkat. Kebutuhan konsumsi
mustaqik ini akan mendorong muzaki untuk investasi dan produksi. Kedua variable
diatas secara matematis berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Zakat
menyebabkan investasi dan konsumsi meningkat.
Selain berpengaruh pada konsumsi dan investasi, zakat juga berpengaruh
terhadap peningkatan produksi. Zakat adalah suatu bentuk kewajiban mengeluarkan
hartanya dengan syarat tertentu. Salah satunya adalah terpenuhinya nisab (batas
minimal harta yang menjadi objek zakat) dan haul (batas minimal waktu harta
tersebut yaitu satu tahun). Bila kedua syarat ini terpenuhi maka wajib untuk
mengeluarkan zakat. Jadi tidak semua harta diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya.
Dengan ini seorang produsen akan lebih memilih untuk memproduktifkan hartanya
(berproduksi) dan memperoleh laba, dibandingkan dengan membiarkan harta nya.
Karena dengan tidak memproduktifkan hartanya, akan semakin habis dengan adanya
zakat yang dikenakan tiap tahunnya.
Upaya memaksimalkan zakat berarti telah mendorong untuk memaksimalkan
produksi dan producer surplus. Jadi dengan adanya peingkatan zakat berarti
sekaligus suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas.
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Desa Wonokusumo
Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur ini adalah kota di Indonesia yang
mendapat sebutan sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Namun kendati
demikian ditengah hingar-bingar dan kemajuan kota Surabaya, masih banyak
masyarakat di sudut sudut kota yang belum mampu untuk ikut menikmati kemegahan
kota Surabaya, akibat terhimpitnya perekonomian mereka. Salah satu contohnya adalah
desa Wonokusumo, Kecamatan Semampir. Desa yang sebagian besar penduduknya
berasal dari wilayah Madura ini adalah sebuah desa di sudut kota Surabaya yang
masyarakatnya masih tergolong sebagai masyarakat menengah kebawah dengan tingkat
perekonomiannya belum sabil. Mata pencaharian mereka sebagian besar adalah dalam
bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) maupun sebagai buruh.
Keadaan mereka belum bisa berkembang dengan baik dikarenakan berbagai
faktor. Mulai dari pendidikan yang rendah, keterampilan yang minim hingga masalah
keuangan dan modal. Sehingga mereka hanya bisa mendirikan usaha sebatas sebagai
penjual jajanan kecil, toko-toko peracangan dan yang lainnya. Keuntungan yang didapat
dari usaha ini tentu juga tak begitu banyak.
Masalah utama mereka adalah kekurangan modal atau pembiayaan untuk
melakukan sebuah usaha yang lebih produktif. Banyak dari mereka yang masih enggan
12
untuk mengembangkan usahanya dikarenakan terkendala oleh berbagai kebutuhan,
misalnya penggunaan biaya pendidikan anak untuk masuk sekolah, untuk kebutuhan
dapur sehari-hari sampai pada kebutuhan yang tak terduga seperti untuk membiayai
keluarga yang sedang dirawat di rumah sakit. Sehingga, kehadiran suatu lembaga
pembiayaan untuk pengembangan usaha mereka sangat diperlukan.
Sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembiayaan memang ada di
daerah Wonokusumo. Seperti koperasi dan bank keliling. Alih-alih memberikan modal
kepada masyarakat, lembaga yang membidik usaha mikro ini justru semakin mencekik
keadaan ekonomi masyarakat. Peminjaman yang dilakukan oleh masyarakat harus
dikembalikan dengan sejumlah tambahan bunga.
Masyarakat meminjam sejumlah uang untuk membiayai usahanya, keuntungan
yang didapat diputar lagi sebagai modal untuk usaha selanjutnya, dan harus mereka
sisihkan juga untuk membayar bunga dari pinjaman yang mereka terima. Keadaan yang
seperti ini semakin mempersulit usaha-usaha mikro di desa Wonokusumo ini untuk
berkembang. UMKM yang seharusnya berkembang dengan adanya pinjaman dana dari
bank ini justru pada kenyataannya semakin meredup.
3.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Desa Wonokusumo Setelah Mendapat
Bantuan dari Dompet Dhuafa
3.2.1 Dompet Dhuafa
Kondisi yang memperlihatkan ketimpangan ini kemudian melahirkan kesadaran
Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang mendapat amanah dari masyarakat, juga para
pegiat filantropi lainnya. Dompet Dhuafa memiliki misi untuk meningkatkan partisipasi
derma masyarakat dan dukungan sumber daya untuk pemberdayaan. Selain itu juga
13
berusaha menumbuhkembangkan aset masyarakat melalui ekonomi yang berkeadilan.
Implikasi dari misi ini Dompet Dhuafa realisasikan dalam berbagai program dalam
bidang garap ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Pada bahasan ini penulis akan lebih
fokus pada program peningkatan ekonomi karena inilah tujuan utama dari Dompet
Dhuafa.
Salah satu program dari Dompet Dhuafa yang menjadi objek penelitian penulis
adalah Social Trust Fund (STF). Social Trust Fund berfokus pada pemberian modal
usaha dan pendampingan pada sektor usaha ekonomi mikro. Target usaha dari STF
antara lain :
1. Perdagangan Mikro (warung klontong, pedagang sayur keliling, pedagang pasar
tradisional, pedagang makanan kecil, pedagang bakso, pedagang mie ayam,
pedagang rujak, pedagang siomay, dll).
2. Industri Rumah Tangga (Makanan olahan & minuman rumahan, pengrajin,
industri makanan tradisional, dll).
3. Penyediaan Jasa (Konveksi, pangkas rambut, service elektronik, ojek motor, dll).
4. Pertanian, Peternakan & Perikanan.
Mekanisme dari STF ini adalah memberikan sejumlah dana kepada mereka yang
mengajukan dana, yang disebut dengan penerima manfaat (PM) berupa pinjaman.
Jumlah dana yang dapat disalurkan sejumlah Rp 500.000,00 , Rp 750.000,00 dan Rp
1.000.000,00. Jumlah ini dapat disalurkan untuk tiap bulan, dan besarnya tergantung
pada kemajuan usaha yang dijalakan oleh penerima manfaat. Pengembalian dari
pinjaman ini tidak menggunakan bunga sama sekali, dan dana yang dikembalikan tadi
oleh pengelola SFT akan diputar kembali disalurkan pada mereka yang membutuhkan.
14
Di seluruh wilayah Indonesia program STF dari Dompet Dhuafa ini berjumlah
tujuh SFT. Diantaranya adalah STF Jakarta Barat, STF Mentawai, Koperasi STF Padang
Pariaman, STF Tangerang Selatan, Koperasi STF Tasikmalaya, STF Wasior (Papua
Barat) dan yang baru berdiri bulan Agustus 2013 yang lalu adalah STF Wonokusumo
Surabaya dan terus berjalan hingga saat ini. STF Wonokusumo inilah yang dijadikan
objek penelitian oleh peneliti.
3.2.2 Perkembangan dan Peran Social Trust Fund (STF) bagi Masyarakat
Wonokusumo.
Melalui berbagai survei lapangan, maka ditentukanlah daerah Wonokusumo
sebagai penerima bantuan pengembangan modal usaha oleh Dompet Dhuafa. Maka
dibangunlah kantor STF di Jln. Bulaksari gang 2 no. 5B. Surabaya sejak bulan Agustus
2013.
Pada mulainya, STF memberikan pinjaman modal sebesar Rp 500.000,00 kepada
masyarakat yang telah memiliki usaha. Sistem pengembalian modal ini adalah melalui
angsuran yang diangsur selama 5 kali setiap bulannya tanpa bunga. Bagi para pengusaha
yang teratur dalam pengembalian angsuran dan tidak pernah terlambat, nantinya pada
bulan akhir angsuran akan mendapatkan tawaran lagi untuk melakukan pinjaman dengan
nominal yang lebih besar, yaitu sebanyak Rp 750.000,00 hingga Rp 1.000.000,00
Setelah tiga bulan berdirinya STF di wilayah Wonokusumo Surabaya, telah
tercatat data peminjam dana sebanyak 147 Penerima Manfaat (PM). Tidak semua
masyarakat yang ingin melakukan pinjaman mendapatkan dana dari STF, harus melalui
tahap seleksi terlebih dahulu. Para Penerima Manfaat itu diperoleh dari hasil seleksi
secara objektif, seperti misalnya ditinjau dari jenis usaha, berapa lama usaha mereka
15
telah didirikan, keuntungan, dan yang paling penting adalah mereka memiliki niat untuk
terus mengembangkan usahanya dan memiliki semangat pantang menyerah.
Pencapaian angka sebanyak ini tentulah tidak mudah. STF harus berusaha gigih
untuk mensosialisasikan programnya dengan bantuan berbagai tokoh terkemuka di
wilayah tersebut, seperti para tokoh agama, ketua desa maupun yang lainnya. Berikut ini
adalah data sampel mengenai jumlah peminjam dana yang tersebar di sepanjang wilayah
desa Wonorejo per tanggal 11 Oktober 2013
Gambar 1.1 Data Laporan Dana Usaha Penyaluran Dana Modal Usaha per tanggal 11 Oktober 2013
Dari data diatas, dapat kita ketahui tentang adanya pengaruh pemberdayaan
zakat produktif bagi pengembangan UMKM di wilayah tersebut. Data tersebut dibuat
berdasarkan laporan masyarakat pada saat mereka melakukan angsuran terhadap
pinjaman mereka. Nampak pada data diatas bahwa dengan adanya sejumlah pinjaman
16
yang diberikan oleh STF sebesar Rp 500.000,00 mampu menciptakan pendapatan dan
keuntungan dari usaha yang telah dijalankan. Sehingga memang adanya peminjaman
dana yang berasal dari zakat ini berpengaruh terhadap pendapatan para penjalan usaha di
Wilayah Desa Wonokusumo.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
17
Zakat bagi masyarakat, dalam hal ini mustaqik atau penerima zakat adalah dapat
memberikan pembiayaan tanpa bunga bagi mereka untuk menjalankan usaha
produktif.
Mekipun berdiri secara indipenden, lembaga zakat, dalam kajian ini adalah
dompet Dhuafa memiliki banyak potensi yang bisa dioptimalkan untuk
mengembangkan peran dan manfaat zakat di Indonesia.
Pendayagunaan zakat yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan tidak
hanya digunakan sebagai pemenuhan konsumtif semata tetapi juga dapat
dipergunakan untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produktif.
Pengelolaan dana zakat produktif di wilayah desa Wonokusumo, dikelola oleh
lembaga pengelola zakat Dompet Dhuafa melalui salah satu programnya, yaitu
Social Trust Fund (STF) berupa bantuan peminjaman modal usaha dengan angsuran
tanpa bunga, mulai dari Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00 kepada masing
masing mustahiq yang memiliki usaha
Adanya penyaluran zakat produktif di wilayah Desa Wonokusumo ternyata
berpengaruh positif terhadap peningkatan usaha di wilayah tersebut. Pendapatan
mustahiq di desa tersebut dapat naik karena mendapatkan suntikan dana untuk
mengembangkan usahanya.
4.1 SARAN
Lembaga pengelola zakat, dalam kajian ini adalah Dompet Dhuafa, hendaknya
juga memperhatikan golongan muda dalam mendistribusikan dana zakat
produktifnya dengan harapan kedepannya dapat menjadikan suatu stimulus bagi
generasi muda untuk dapat berwirausaha.
18
Dompet Dhuafa hendaknya lebih selektif lagi dalam memberikan bantuan
kepada golongan penerima zakat produktif. Proses monitoring dan pembinaan
kepada mustahiq harus dilakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan
tidak disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul karim.
A.Karim, Adiwarman. 2012.Ekonomi Mikro Islam.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Huda, Nurul dkk.2013.Ekonomi Makro Islam Pendekatna Teoritis.Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri
19
Hosnu El Wafa. 2013.Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad
Arsyad Al Banjari. (skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005, hlm. 73
Sartika, Mila. 2008 “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan
Mustahiq
pada
LAZ
Yayasan
Solo
Peduli
Surakarta”
(online).http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/163/128. Diakses
tanggal 18 November 2013.
Swaracinta.27 Juni 2013.”Bila Ekonomi Zakat Bangkit”, hal 7-9
20
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang menempati peringkat keempat di dunia dalam hal
jumlah penduduknya. Hal ini memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri bagi
Indonesia. Tergantung bagaimana negara memandang hal ini sebagai peluang
kemajuan negara atau sebaliknya. Jumlah penduduk yang begitu padat akan menjadi
sebuah masalah bila masyarakat tidak produktif dan pemerintah juga tidak mampu
memberikan regulasi yang baik dan kebijakan yang sesuai untuk masyarakat.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan kemampuan masyarakat yang
baik akan semakin menambah masalah negara. Hingga tingkat kejahatan yang
meningkat, kemacetan yang semakin parah, dan kemiskinan yang tak kunjung usai.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik yang diambil dari data Mabes Polri jumlah
tindak pidana yang dilakukan masyarakat hingga tahun 2009 adalah sebanyak
344.942 jiwa. Angka diperkirakan akan terus naik hingga di tahun 2013 ini
mengingat belum ada data yang valid hingga tahun 2013. Sedangkan dari sisi
kemiskinan, meskipun kemiskinan di Indonesia turun dari 47,97 juta jiwa atau
sekitar 23,43 % pada tahun 1999 menjadi 30,02 juta jiwa atau sekitar 12,49 % pada
tahun 2011, hal ini belum mampu menggambarkan keadaan real masyarakat
Indonesia. Kesenjangan sosial diantara masyarakat masih terlihat begitu jelas.
Kepadatan penduduk bukanlah suatu masalah bahkan akan menjadi peluang bagi
Indonesia bila semua elemen bisa melihat potensi yang ada. Masyarakat memiliki
kesadaran untuk berkembang dan lebih produktif dengan cara-cara kreatif dan
1
pemerintah
mampu
memberikan
suatu
solusi
maupun
alternatif
untuk
memaksimalkan potensi masyarakat. Usaha-usaha kecil dan mikro bisa menjadi
sebuah amunisi yang ampuh untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
Masyarakat diperdayakan dengan berbagai ketrampilan agar mampu menciptakan
usaha-usaha yang lebih produktif. Dengan ini kesejahteraan masyarakat bisa dicapai.
Namun pada kenyataannya, usaha mikro seringkali terkendala dengan masalah
finansial atau pembiayaan. Banyak masyarakat menengah kebawah masih belum
bisa mandiri dalam hal pembiayaan. Sehingga sebagian dari mereka tidak dapat
mengembangkan usahanya, atau dengan terpaksa meminjam tambahan modal
kepada bank titil (bank keliling), yang mengenakan bunga peminjaman cukup besar
bagi masyarakat menengah ini. Hal ini membuat mereka seakan akan tercekik,
karena sebagian keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil usahanya, harus
dibayarkan untuk bunga pinjaman yang besar.
Salah satu manfaat-manfaat zakat bagi masyarakat, dalam hal ini mustaqik atau
penerima zakat adalah dapat memberikan pembiayaan tanpa bunga bagi mereka
untuk menjalankan usaha produktif. Seperti yang penulis uraikan diatas pembiayaan
masih menjadi penghambat bagi masyarakat untuk memaksimalkan usahanya.
Dengan adanya mekanisme zakat dan penyaluran yang tepat, kesehatan ekonomi
akan bisa dirasakan semua pihak. Ada banyak potensi dari zakat yang saat ini belum
begitu maksimal diupayakan.
Indonesia bisa berkaca pada negara Malaysia dalam hal ini. Suatu mekanisme
distribusi pendapatan semakin gencar dilakukan di Malaysia, yaitu dengan kebijakan
kewajiban mengeluarkan zakat bagi mereka yang mampu secara ekonomi. Zakat
adalah suatu kewajiban yang mengikat di negara Malaysia. Bagi mereka yang tidak
2
membayar zakat akan dikenakan sanksi yang tegas dari pemerintah Malaysia. Zakat
menjadi perhatian penting dalam agenda pemerintah. Pengelolaan zakat ditangani
oleh pemerintah melelui negara-negara bagian dengan lembaga PPZ sebagai
pengumpul zakat dan Baitul Maal sebagai penyelur zakat kepada muzaki.
Sedangkan di Indonesia baik dari segi peraturan dan penyaluran zakat masih
banyak potensi yang belum bisa dimaksimalkan. Penyaluran zakat di Indonesia
menurut Undang-Undang no 30 Tahun 1999 pasal 6 dan 7 pengelolaan zakat
dilakukan oleh BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang
dikukuhkan, dibina dan dilindungi pemerintah. Dalam penelitian ini, penulis
mengarahkan perhatian pada lembaga Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah salah
satu lembaga penghimpunan dan penyeluran zakat yang ada di Indonesia. Mekipun
berdiri secara indipenden lembaga ini memiliki banyak potensi yang bisa
dioptimalkan untuk mengembangkan peran dan manfaat zakat di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang ini penulis menggagas karya tulis berjudul Potensi
Zakat melalui Lembaga Dompet Dhuafa sebagai Penunjang Pembiayaan
Masyarakat Di Wilayah Wonokusumo, Surabaya : Analisis Ekonomi dan Bisnis.
Penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
penuis dan bagi para pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kamu mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi ekonomi masyarakat Wonokusumo sebelum
mendapat bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa ?
2. Bagaimanakah kemajuan usaha masyarakat Wonokusumo setelah mendapat
bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa ?
3. Bagaimana peran dan potensi zakat bagi masyarakat secara umum bila terus
dikembangkan ?
1.3 Tujuan Penelitian
3
Tujuan penelitian kami sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat Wonokusumo sebelum
mendapat bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa.
2. Untuk menganalisis kemajuan usaha masyarakat Wonokusumo setelah mendapat
bantuan pembiayaan dari lembaga Dompet Dhuafa.
3. Untuk mendiskripsikan tentang peran dan potensi zakat bagi masyarakat secara
umum bila terus dikembangkan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
analisis lebih lanjut dalam perkembangan ilmu ekonomi khususnya dalam
konsentrasi ilmu ekonomi islam, yang saat ini menunjukkan gejolak perkembangan
yang cukup pesat.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan serta dapat menjadikan karya tulis ini sebagai
bahan referensi untuk meningkatkan peran dan pengembangan zakat untuk
masyarakat luas.
2. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat dalam memberikan masukan dan pengetahuan
mengenai potensi zakat dan pengelolaannya, sehingga masyarakat menjadi
tertarik dan terus menupayakan untuk mengembangkan zakat di wilayahnya.
3. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan dan tindakan terkait dengan bagaimana cara untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan peran zakat.
1.5 Tinjauan Pustaka
Banyak pembahasan mengenai penggunaan dana zakat untuk pemberdayaan
ekonomi kaum mustahiq yang dimuat dalam berbagai karya ilmiah. Berbagai
4
penelitian dari para tokoh terkemuka akan kami kutip disini untuk semakin
mendukung materi kami.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
mengenai pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat dapat dilakukan
dengan
memberikan sarana atau peralatan kepada mustahiq yang disesuaikan
dengan kepandaian atau keterampilan yang dimiliki oleh mustahiq. Sedangkan
kepada mustahiq yang mampu mengembangkan usaha produktifnya diberikan
modal.
Ulin Ulfa dalam penelitiannya membahas tentang pendayagunaan zakat secara
produktif dalam perspektif hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang
memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing mustahiq dalam bentuk
konsumtif yang bersifat mendesak untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan
dan pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama
harta zakat tersebut cukup banyak.
A. Qodri Azizy dalam bukunya menyimpulkan bahwa zakat hendaknya tidak
sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaan
zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya, ketika
ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri
atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaan konsumtif dapat
dilakukan
1.6 Metedologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
5
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field researih)
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini pembahasan
akan menitik beratkan pada bagaimana pengaruh jumlah dana zakat yang
disalurkan untuk kegiatan produktif di Social Trust Fund (STF), salah satu
program pemberdayaan zakat milik Dompet Dhuafa di daerah desa
Wonokusumo, terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh Mustahiq melalui
kegiatan UMKM. Di mana penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu
penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang
didapatkan melalui berbagai sumber tidak langsung.
2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan
penelitian. Pada Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Zakat” yang
menjadi subyeknya adalah sejumlah mustahiq yang mendapatkan pinjaman
pembiayaan dari Social Trust Fund (STF).
3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara:
1. Metode Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data-data atau laporan
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Metode Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara dengan pihak manajemen atau staff pengurus
di Social Trust Fund (STF) yang dianggap berkompeten dan representatif
6
dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai
pendayagunaan zakat produktif bagi masyarakat di daerah desa Wonokusumo.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Zakat
Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau
bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan
(QS. At-Taubah : 10). Menurut Hukum Islam (istilah syara’), zakat adalah nama bagi
suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan
untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy). Selain
itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah
wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain
mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan
shadaqah.
Dalam al Qur’an ada banyak ayat yang menyebutkan tentang zakat dan kewajiban
mengeluarkan zakat. Diantara nya adalah
وآَعتوُاَّ َاَّلرز ن
ن
كاَ ن
صنل ن
ع َاَّلرراَّك ع ع
وأ ن ع
م ن
واَّررك ن ع
عيِ ن
عوُاَّ َ ن
قيِ ع
موُاَّ َاَّل ر
ة َ ن
ة َ ن
ن
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang
ruku”. ( Q.S Al Baqarah : 43)
7
ن
ن
وُ َي ن ر
قب نبب ع
ه
ة َ ن
وُب نبب ن
ن َ ع
ه َ ع
عب نبباَعد ع
مببوُاَّ َأ ر
م َي ن ر
عبب ر
ن َاَّلل ربب ن
عل ن ع
أل نبب ر
ل َاَّلت ر ر
هبب ن
قاَت َ ن
خ ع
م
وي نأ ر ع
ب َاَّلرر ع
ه َ ع
وأ ر
وُاَّ ع
حيِ ع
ن َاَّلل ر ن
ذ َاَّل ر
وُ َاَّلت ر ر
ه ن
صد ن ن ع ن
ن
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”. ( Q.S At Taubah : 104)
Zakat adalah salah satu ibadah yang diwajibkan dalam agama Islam dan menjadi
unsur pokok bagi tegaknya syariat islam. Kewajiban setiap muslim untuk menjalankan
ibadah ini menjadi suatu aturan yang harus dijalankan sebagai syarat keimanan
seseorang yang terinci dalam rukun islam. Pengeluaran zakat dikhususkan pada mereka
yang terkategori kaum yang mampu secara ekonomi. Sedangkan yang tidak mampu
adalah yang berhak menerima zakat. Adapun golongan yang berhak menerima zakat
terbagi menjadi 8 golongan dalam surat At – Taubah ayat 60, yaitu orang-orang fakir,
orang-orang miskin, amil zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit utang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
8
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(Q.S at Taubah : 60)
Alur distribusi ini seolah menjadi sebuah puzzle yang menjadi sebuah kesatuan.
Harta dari mereka yang mampu disalurkan kepada mereka yang memang
membutuhkannya. Adanya kewajiban ini bukanlah untuk memberatkan bagi kaum
muslim karena dengan ini hartanya akan berkurang. Namun konsep zakat ini adalah
suatu teori yang sangat ideal untuk pemerataan pendapatan.
2.2 Tujuan Zakat
Adanya kewajiban untuk mengeluarkan zakat kepada seluruh umat muslim
memiliki tujuan dan manfaat yang akan kembali pada umat muslim sendiri. Manfaatmanfaat tersebut dapat dirasakan baik dari segi sosial maupun ekonomi. Dan diantara
nya adalah sebagai berikut :
1.
Mensucikan jiwa orang yang membayarnya dari sifat serakah dan sebaliknya,
mendorong untuk berderma dan membelanjakan harta untuk hal-hal yang
baik.Hasilnya ditunjukkan dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku orang-orang
yang melaksanakannya.
2.
Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin,
ibnussabil, dan mustahiq lainnya.
3.
Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia
pada umumnya.
4.
Membersihkan sifat dengki dan iri(kecemburuan sosial) dari hati orang-orang
miskin.
9
5.
Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
masyarakat.
6.
Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada
mereka yang mempunyai harta.
7.
Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak
orang lain yang ada padanya.
2.3 Kajian Zakat dalam Ekonomi
Dalam kajian ekonomi makro, pendapatan menjadi salah satu indikator
kesejahteraan suatu negara. Adanya kemajuan pendapatan secara agregat tentunya
dipengaruhi variable-variabel lain yang sangat mempengaruhinya yaitu konsumsi,
investasi, government dan net ekspor. Dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :
Y = C + I + G +Nx
Zakat disini dapat mempengaruhi dari segi konsumsi dan investasi
1. Konsumsi
Zakat akan memberikan pengahasilan kepada mustaqik (penerima zakat), konsumsi
mereka pun akan meningkat dan diiringi dengan peningkatan MPC (marginal
propensity to consume). Ini akan menyebabkan konsumsi secara agregat akan naik
dan kemudian meningkatkan pendapatan nasional.
2. Investasi
Adanya kewajiban untuk mengeluarkan zakat, masyarakat khususnya muzaki akan
cenderung untuk mengivestasikan hartanya, sebab bila tidak maka akan mengalami
kerugian finansial karena harta akan ditarik (zakat) setiap tahunnya. Dengan ini
kecenderungan untuk investasi semakin meningkat.
10
Hubungan antara muzaki dan mustaqik dalam meningkatkan pendapatan
nasional dapat dilihat disini. Dengan adanya zakat konsumsi mustaqik akan
meningkat dengan diasumsikan kebutuhan meningkat. Kebutuhan konsumsi
mustaqik ini akan mendorong muzaki untuk investasi dan produksi. Kedua variable
diatas secara matematis berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Zakat
menyebabkan investasi dan konsumsi meningkat.
Selain berpengaruh pada konsumsi dan investasi, zakat juga berpengaruh
terhadap peningkatan produksi. Zakat adalah suatu bentuk kewajiban mengeluarkan
hartanya dengan syarat tertentu. Salah satunya adalah terpenuhinya nisab (batas
minimal harta yang menjadi objek zakat) dan haul (batas minimal waktu harta
tersebut yaitu satu tahun). Bila kedua syarat ini terpenuhi maka wajib untuk
mengeluarkan zakat. Jadi tidak semua harta diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya.
Dengan ini seorang produsen akan lebih memilih untuk memproduktifkan hartanya
(berproduksi) dan memperoleh laba, dibandingkan dengan membiarkan harta nya.
Karena dengan tidak memproduktifkan hartanya, akan semakin habis dengan adanya
zakat yang dikenakan tiap tahunnya.
Upaya memaksimalkan zakat berarti telah mendorong untuk memaksimalkan
produksi dan producer surplus. Jadi dengan adanya peingkatan zakat berarti
sekaligus suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas.
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Desa Wonokusumo
Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur ini adalah kota di Indonesia yang
mendapat sebutan sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Namun kendati
demikian ditengah hingar-bingar dan kemajuan kota Surabaya, masih banyak
masyarakat di sudut sudut kota yang belum mampu untuk ikut menikmati kemegahan
kota Surabaya, akibat terhimpitnya perekonomian mereka. Salah satu contohnya adalah
desa Wonokusumo, Kecamatan Semampir. Desa yang sebagian besar penduduknya
berasal dari wilayah Madura ini adalah sebuah desa di sudut kota Surabaya yang
masyarakatnya masih tergolong sebagai masyarakat menengah kebawah dengan tingkat
perekonomiannya belum sabil. Mata pencaharian mereka sebagian besar adalah dalam
bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) maupun sebagai buruh.
Keadaan mereka belum bisa berkembang dengan baik dikarenakan berbagai
faktor. Mulai dari pendidikan yang rendah, keterampilan yang minim hingga masalah
keuangan dan modal. Sehingga mereka hanya bisa mendirikan usaha sebatas sebagai
penjual jajanan kecil, toko-toko peracangan dan yang lainnya. Keuntungan yang didapat
dari usaha ini tentu juga tak begitu banyak.
Masalah utama mereka adalah kekurangan modal atau pembiayaan untuk
melakukan sebuah usaha yang lebih produktif. Banyak dari mereka yang masih enggan
12
untuk mengembangkan usahanya dikarenakan terkendala oleh berbagai kebutuhan,
misalnya penggunaan biaya pendidikan anak untuk masuk sekolah, untuk kebutuhan
dapur sehari-hari sampai pada kebutuhan yang tak terduga seperti untuk membiayai
keluarga yang sedang dirawat di rumah sakit. Sehingga, kehadiran suatu lembaga
pembiayaan untuk pengembangan usaha mereka sangat diperlukan.
Sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembiayaan memang ada di
daerah Wonokusumo. Seperti koperasi dan bank keliling. Alih-alih memberikan modal
kepada masyarakat, lembaga yang membidik usaha mikro ini justru semakin mencekik
keadaan ekonomi masyarakat. Peminjaman yang dilakukan oleh masyarakat harus
dikembalikan dengan sejumlah tambahan bunga.
Masyarakat meminjam sejumlah uang untuk membiayai usahanya, keuntungan
yang didapat diputar lagi sebagai modal untuk usaha selanjutnya, dan harus mereka
sisihkan juga untuk membayar bunga dari pinjaman yang mereka terima. Keadaan yang
seperti ini semakin mempersulit usaha-usaha mikro di desa Wonokusumo ini untuk
berkembang. UMKM yang seharusnya berkembang dengan adanya pinjaman dana dari
bank ini justru pada kenyataannya semakin meredup.
3.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat di Desa Wonokusumo Setelah Mendapat
Bantuan dari Dompet Dhuafa
3.2.1 Dompet Dhuafa
Kondisi yang memperlihatkan ketimpangan ini kemudian melahirkan kesadaran
Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang mendapat amanah dari masyarakat, juga para
pegiat filantropi lainnya. Dompet Dhuafa memiliki misi untuk meningkatkan partisipasi
derma masyarakat dan dukungan sumber daya untuk pemberdayaan. Selain itu juga
13
berusaha menumbuhkembangkan aset masyarakat melalui ekonomi yang berkeadilan.
Implikasi dari misi ini Dompet Dhuafa realisasikan dalam berbagai program dalam
bidang garap ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Pada bahasan ini penulis akan lebih
fokus pada program peningkatan ekonomi karena inilah tujuan utama dari Dompet
Dhuafa.
Salah satu program dari Dompet Dhuafa yang menjadi objek penelitian penulis
adalah Social Trust Fund (STF). Social Trust Fund berfokus pada pemberian modal
usaha dan pendampingan pada sektor usaha ekonomi mikro. Target usaha dari STF
antara lain :
1. Perdagangan Mikro (warung klontong, pedagang sayur keliling, pedagang pasar
tradisional, pedagang makanan kecil, pedagang bakso, pedagang mie ayam,
pedagang rujak, pedagang siomay, dll).
2. Industri Rumah Tangga (Makanan olahan & minuman rumahan, pengrajin,
industri makanan tradisional, dll).
3. Penyediaan Jasa (Konveksi, pangkas rambut, service elektronik, ojek motor, dll).
4. Pertanian, Peternakan & Perikanan.
Mekanisme dari STF ini adalah memberikan sejumlah dana kepada mereka yang
mengajukan dana, yang disebut dengan penerima manfaat (PM) berupa pinjaman.
Jumlah dana yang dapat disalurkan sejumlah Rp 500.000,00 , Rp 750.000,00 dan Rp
1.000.000,00. Jumlah ini dapat disalurkan untuk tiap bulan, dan besarnya tergantung
pada kemajuan usaha yang dijalakan oleh penerima manfaat. Pengembalian dari
pinjaman ini tidak menggunakan bunga sama sekali, dan dana yang dikembalikan tadi
oleh pengelola SFT akan diputar kembali disalurkan pada mereka yang membutuhkan.
14
Di seluruh wilayah Indonesia program STF dari Dompet Dhuafa ini berjumlah
tujuh SFT. Diantaranya adalah STF Jakarta Barat, STF Mentawai, Koperasi STF Padang
Pariaman, STF Tangerang Selatan, Koperasi STF Tasikmalaya, STF Wasior (Papua
Barat) dan yang baru berdiri bulan Agustus 2013 yang lalu adalah STF Wonokusumo
Surabaya dan terus berjalan hingga saat ini. STF Wonokusumo inilah yang dijadikan
objek penelitian oleh peneliti.
3.2.2 Perkembangan dan Peran Social Trust Fund (STF) bagi Masyarakat
Wonokusumo.
Melalui berbagai survei lapangan, maka ditentukanlah daerah Wonokusumo
sebagai penerima bantuan pengembangan modal usaha oleh Dompet Dhuafa. Maka
dibangunlah kantor STF di Jln. Bulaksari gang 2 no. 5B. Surabaya sejak bulan Agustus
2013.
Pada mulainya, STF memberikan pinjaman modal sebesar Rp 500.000,00 kepada
masyarakat yang telah memiliki usaha. Sistem pengembalian modal ini adalah melalui
angsuran yang diangsur selama 5 kali setiap bulannya tanpa bunga. Bagi para pengusaha
yang teratur dalam pengembalian angsuran dan tidak pernah terlambat, nantinya pada
bulan akhir angsuran akan mendapatkan tawaran lagi untuk melakukan pinjaman dengan
nominal yang lebih besar, yaitu sebanyak Rp 750.000,00 hingga Rp 1.000.000,00
Setelah tiga bulan berdirinya STF di wilayah Wonokusumo Surabaya, telah
tercatat data peminjam dana sebanyak 147 Penerima Manfaat (PM). Tidak semua
masyarakat yang ingin melakukan pinjaman mendapatkan dana dari STF, harus melalui
tahap seleksi terlebih dahulu. Para Penerima Manfaat itu diperoleh dari hasil seleksi
secara objektif, seperti misalnya ditinjau dari jenis usaha, berapa lama usaha mereka
15
telah didirikan, keuntungan, dan yang paling penting adalah mereka memiliki niat untuk
terus mengembangkan usahanya dan memiliki semangat pantang menyerah.
Pencapaian angka sebanyak ini tentulah tidak mudah. STF harus berusaha gigih
untuk mensosialisasikan programnya dengan bantuan berbagai tokoh terkemuka di
wilayah tersebut, seperti para tokoh agama, ketua desa maupun yang lainnya. Berikut ini
adalah data sampel mengenai jumlah peminjam dana yang tersebar di sepanjang wilayah
desa Wonorejo per tanggal 11 Oktober 2013
Gambar 1.1 Data Laporan Dana Usaha Penyaluran Dana Modal Usaha per tanggal 11 Oktober 2013
Dari data diatas, dapat kita ketahui tentang adanya pengaruh pemberdayaan
zakat produktif bagi pengembangan UMKM di wilayah tersebut. Data tersebut dibuat
berdasarkan laporan masyarakat pada saat mereka melakukan angsuran terhadap
pinjaman mereka. Nampak pada data diatas bahwa dengan adanya sejumlah pinjaman
16
yang diberikan oleh STF sebesar Rp 500.000,00 mampu menciptakan pendapatan dan
keuntungan dari usaha yang telah dijalankan. Sehingga memang adanya peminjaman
dana yang berasal dari zakat ini berpengaruh terhadap pendapatan para penjalan usaha di
Wilayah Desa Wonokusumo.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
17
Zakat bagi masyarakat, dalam hal ini mustaqik atau penerima zakat adalah dapat
memberikan pembiayaan tanpa bunga bagi mereka untuk menjalankan usaha
produktif.
Mekipun berdiri secara indipenden, lembaga zakat, dalam kajian ini adalah
dompet Dhuafa memiliki banyak potensi yang bisa dioptimalkan untuk
mengembangkan peran dan manfaat zakat di Indonesia.
Pendayagunaan zakat yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan tidak
hanya digunakan sebagai pemenuhan konsumtif semata tetapi juga dapat
dipergunakan untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produktif.
Pengelolaan dana zakat produktif di wilayah desa Wonokusumo, dikelola oleh
lembaga pengelola zakat Dompet Dhuafa melalui salah satu programnya, yaitu
Social Trust Fund (STF) berupa bantuan peminjaman modal usaha dengan angsuran
tanpa bunga, mulai dari Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00 kepada masing
masing mustahiq yang memiliki usaha
Adanya penyaluran zakat produktif di wilayah Desa Wonokusumo ternyata
berpengaruh positif terhadap peningkatan usaha di wilayah tersebut. Pendapatan
mustahiq di desa tersebut dapat naik karena mendapatkan suntikan dana untuk
mengembangkan usahanya.
4.1 SARAN
Lembaga pengelola zakat, dalam kajian ini adalah Dompet Dhuafa, hendaknya
juga memperhatikan golongan muda dalam mendistribusikan dana zakat
produktifnya dengan harapan kedepannya dapat menjadikan suatu stimulus bagi
generasi muda untuk dapat berwirausaha.
18
Dompet Dhuafa hendaknya lebih selektif lagi dalam memberikan bantuan
kepada golongan penerima zakat produktif. Proses monitoring dan pembinaan
kepada mustahiq harus dilakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan
tidak disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul karim.
A.Karim, Adiwarman. 2012.Ekonomi Mikro Islam.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Huda, Nurul dkk.2013.Ekonomi Makro Islam Pendekatna Teoritis.Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri
19
Hosnu El Wafa. 2013.Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad
Arsyad Al Banjari. (skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005, hlm. 73
Sartika, Mila. 2008 “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan
Mustahiq
pada
LAZ
Yayasan
Solo
Peduli
Surakarta”
(online).http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/163/128. Diakses
tanggal 18 November 2013.
Swaracinta.27 Juni 2013.”Bila Ekonomi Zakat Bangkit”, hal 7-9
20