TUGAS HUKUM ADAT BALI ANALISA UU NO 6 TA

TUGAS HUKUM ADAT BALI
ANALISA UU NO 6 TAHUN 2014 BERDASARKAN
KEKUATAN,KELEMAHAN,PELUANG,ANCAMAN (SWOT)

A.A. GD MANIK SURYA WIRA DJELANTIK
NIM. 1103005169
KELAS A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

BAB I .PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan dengan berbagai suku dan budaya, salah
satu budaya yang masih ada adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah dan memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa, hak asal-usul atau hak tradisional
yang di akui dan dihormati dalam sistem pemerintahan yang disebut desa. Dimana disetiap

desa ini terdapat hukum yang mengatur jalannya pemerintahan di wilayah tersebut. Pada
15 Januari 2014 ini Indonesia mengesahkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 yang
mana dengan disahkannya undang-undang ini menimbulkan banyak pro dan kontra terhadap
UU Nomor 6 Tahun 2014. Meskipun Undang-undang Desa itu sendiri telah disahkan namun
di daerah-darah tertentu masih adanya desa yang belum menerapkan UU ini karena satu
dan lain hal. Adapun urgensi yang melandasi dari penyusunan UU ini yaitu adanya semangat
penerapan amanat konstitusi, yaitu pengaturan hukum adat sesuai dengan Pasal 18B ayat (2)
untuk diatur dalam susunan pemerintahan sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (7), dengan
demikian maka desa yang memiliki asal-usul dan hak tradisional dalam mengatur
kepentingan masyarakatnya berhak memperoleh perlindungan hukum dan memiliki landasan
yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunannya. Di Bali di kenal
dengan dua bentuk desa yaitu desa dinas dan desa adat (pakraman). Desa dinas adalah
organisasi pemerintahan di desa yang menyelenggarakan fungsi administratif,sedangkan desa
pakraman adalah lembaga yang melaksanakan hukum adat. Dalam paper ini penulis akan
mengkaji uu no 6 tahun 2014 di bali dari segi kekuatan,kekurangan,peluang,dan tantangan.
1.2 Rumusan Masalah.
1.2.1
bagaimana kekuatan undang undang no6 tahun 2014 di bali?
1.2.2
Bagaimana kekurangan undang undang no 6 tahun 2014 di bali?

1.2.3
Bagaimana peluang undang undang no 6 tahun 2014 di bali?
1.2.4
Bagaimana tantangan undang undang no 6 tahun 2014 di bal?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1.3.1
untuk memenuhi tugas ujian akhir semester hukum adat bali
1.3.2
untuk
mengetahui
kekuatan,kekurangan,peluang,serta

tantangan

dari

pemberlakuan undang undang no6 tahun 2014 tentang desa di Bali.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kekuatan undang undang no 6 tahun 2014 di Bali.
Undang undang no 6 tahun 2014 tentang desa memiliki semangat untuk membangun desa
agar bisa lebih maju,sejahtera,mandiri,tanpa kehilangan jati diri adat dan budaya,serta
berkelanjutan. undang undang tersebut memiliki kekuatan untuk melestarikan dan menjaga
kesatuan masyarakat hukum adat di seluruh Indonesia sesuai dengan ketentuan pasal 18b (2)
undang undang dasar 1945. Adapun kekuatan atau kelebihan dari undang undang no 6 tahun
2014 adalah :
1. Desa Adat mendapat status hukum dan menjadi subjek hukum (Pasal 98);
2. Desa Adat mengatur dan mengurus penyelenggaraan adat dan pembangunan adat secara
otonom (Pasal 103 dan Pasal 104);
3. Desa Adat menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (Pasal 106);
4. Pembangunan yang bersifat penugasan dari pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi
wilayah yang bisa dikontrol oleh Desa Adat;
5. Pembangunan Desa Adat dilaksanakan melalui RPJM, RKP, dan APB Desa Adat berbasis
Adat dan Agama (Pasal 78 s.d. Pasal 82);


6. Pembangunan Desa Adat mendapat anggaran yang bersumber dari: Pajak Daerah dan
Retribusi, APBN, dan APBD (Pasal 72 s.d Pasal 74);
7. Pembangunan adat, agama, seni budaya, dan pembangunan umum bisa langsung didanai
dari APBN dan APBD dalam RPJM, RKP, dan APB Desa Adat;
8. Penyelenggaraan

pembangunan

adat,

pemerintahan,

pembangunan

umum,

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi lebih sistemik, terpadu, efektif,
dan efisien;
9. Desa Adat dapat membentuk Lembaga Kertha Desa yang berfungsi melaksanakan sidang
perdamaian peradilan Desa Adat untuk menyelesaikan sengketa adat sesuai dengan

Hukum Adat (Pasal 103 huruf d dan huruf e );
10. Desa Adat dapat membentuk Lembaga yang berfungsi mewadahi Pacalang untuk
memperkuat ketentraman dan ketertiban masyarakat sesuai dengan Hukum Adat (Pasal
103 huruf f);
11. Desa Adat dapat mengembangkan kehidupan Hukum Adat (Pasal 103 huruf g);
12. Desa Adat dapat membentuk peraturan Desa Adat (awig-awig) sesuai dengan Hukum
Adat dan norma adat istiadat (Pasal 110);
13. Bandesa dan Perangkat Desa Adat mendapat penghasilan tetap (Pasal 66);
14. Desa Adat dapat mengelola duwe (aset/kepemilikan) adat dengan hukum adat dan diakui
oleh Negara;
15. Desa Adat dapat memanfaatkan aset Negara yang ada di wilayah Desa Adat;
16. Segala bentuk perizinan yang terkait dengan wilayah Desa Adat menjadi kewenangan
penuh Desa Adat;
17. Desa Adat dapat mengatur dan mengendalikan penduduk dengan hukum adat;
18. Desa Adat yang sudah ada sekarang ini, secara prinsip langsung bisa ditetapkan menjadi
Desa Adat yang diregistrasi (Pasal 98);

19. Bagi Desa Adat yang memiliki jumlah krama sangat sedikit perlu dibuat format baru
sehingga dapat menyelenggarakan pemerintahan secara lebih efisien;
20. Desa Adat yang ada di Kelurahan secara umum langsung bisa ditetapkan menjadi Desa

Adat yang diregistrasi sehingga Kelurahan tersebut bisa dihapus, tanpa melewati Desa
Persiapan (Pasal 98);
21. Desa yang memiliki karakteristik khusus bisa diubah menjadi Kelurahan sehingga
pimpinannya langsung bisa ditentukan oleh Bupati/Walikota, tidak perlu melalui
pemilihan;
22. Desa Adat akan semakin kuat dalam menampilkan tradisi, adat, agama, seni budaya,
identitas lokal, dan kearifan lokal lainnya;
23. Tidak ada lagi rivalitas antara Desa Adat dengan Desa Dinas;
24. Ke depan Desa Adat akan semakin kuat dalam menghadapi perubahan global dan
modernisasi yang bersifat dinamis.
25. Kedudukan Majelis Adat (MDP) kuat dan strategis

2.2 Kekurangan Undang Undang no 6 Tahun 2014 di Bali.
Kekurangan atau kelemahan dari undang undang no 6 tahun 2014 adalah uu tersebut akan
bisa menimbulkan tumpang tindih antara dua desa yang sudah selama ini hidup di bali,yaitu desa
dinas dan desa pakraman. karena dari salah satu pasal undang undang tersebut ada yang
menyebutkan bahwa harus memilih salah satu desa,memang benar di bali memiliki dua jenis
pemerintahan desa yaitu desa dinas dan desa pakraman,akan tetapi dua desa tersebut memiliki
tugas dan wewenang yang berbeda yang saling mendukung dan memperkuat satu sama
lainnya.perbedaan tugas dan wewenangnya adalah desa dinas memiliki wewenang sebagai

organisasi pemerintahan di desa yang menyelenggarakan fungsi administratif,seperti mengurus
kartu tanda penduduk,dan lain lain persoalan kedinasan(pemerintahan),sedangkan tugas dan
wewenang desa pakraman adalah lembaga yang melaksanakan hukum adat. Kalau semangat
undang undang no6 tahun 2014 untuk menghapus dualisme pemerintahan desa,maka pandangan
tersebut hanya untuk bali. Mengingat tidak ada lagi wilayah di Indonesia yang memiliki

dualisme pemerintahan seperti di Bali. Jadi kesan undang undang desa ini hanya bertujuan untuk
mengatur ulang tata pemerintahan desa di Bali saja. Itu sudah jelas bahwa uu ini melemahkan
keberadaan desa adat di Bali.

2.3 Peluang Undang Undang no 6 Tahun 2014 di Bali.
Adapun peluang yang di dapatkan dari undang undang desa tersebut yaitu :
1. Ada celah mengatur seluas-luasnya “kesepakatan internal Daerah (Bali)” dalam Perda
Provinsi tentang Desa Adat/Pakraman, sehingga dapat meminimalkan celah intervensi
Negara/Pemerintah terhadap otonomi adat.
2. Tetap bisa membuat model Desa yang Khusus, berupa Desa Adat Plus (fungsi adat
dan fungsi pemerintahan/urusan Dinas), sehingga otonomi adat tetap tidak disentuh,
tapi peluang dari Negara lewat UU juga dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk
keberdayaan adat Bali ke depan di tengah gerusan modernisasi dan globalisasi.
3. Berjuang khusus dalam PP dan Permendagri supaya aspirasi Bali diakomodasi.

4. Adanya alokasi anggaran yang langsung ke desa diatur secara jelas di atur dalam
pasal uu tersebut.
2.4. Ancaman undang undang no 6 tahun 2014 di Bali
Jika dilihat dari masa jabatan kepala desa juga mungkin saja akan menjadi ancaman.
Pada UU Desa, dijelaskan masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali
dalam 3 periode, boleh berturut-turut atau tidak. Masa jabatan yang tergolong lama ini,
ditakutkan akan lahir “raja-raja kecil” di desa. Terlebih lagi, dengan kewenangan yang diberikan
pada setiap kepala desa cukup bebas dan keuntungan-keuntungan menjadi kepala desa yang
dapat mengiurkan bagi setiap orang, memungkinkan seseorang dengan segala cara agar dapat
menduduki jabatan sebagai kepala desa. Untuk itu, masyarakat desa harus jeli memilih kepala
desa yang memang berkompeten dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan yang ada di
desanya. Dengan menggunakan pemilihan secara langsung, masyarakat desa diharapkan mampu
menepatkan orang-orang terbaik di desanya pada setiap posisi di perangkat desanya, terlebih
pada posisi kepala desa. Tingkatan kepedulian masyarakat desa dalam berdemokrasi, secara tidak
langsung, juga akan berpengaruh dalam pembangunan-pembangunan di wilayahnya. Penepatan
orang baik dan memang mampu mengatasi permasalahan desa pada tingkat kepala desa, pastilah

akan berdampak positif dalam perubahan-perubahan yang terjadi ke depannya. Sebaliknya, jika
salah memilih, bukan malah mengatasi permasalahan tetapi akan menimbulkan permasalahan
baru yang mungkin lebih besar lagi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun yang penulis dapat simpulkan dari bahasan di atas yaitu bahwa ,undang undang
no 6 tahun 2014 memiliki kekuatan yaitu untuk memajukan desa,serta mengakui secara khusus
keberadaan desa adat. Tetapi jika di tinjau dari kekurangan undang undang tersebut memiliki
penafsiran yang berbeda yang akan menyebabkan tumpang tindih antara desa adat dan desa
pakraman. Peluang yang terkandung dalam UU no 6 tahun 2014 tersebut adalah Ada nya celah
mengatur seluas-luasnya “kesepakatan internal Daerah (Bali)” dalam Perda Provinsi tentang
Desa Adat/Pakraman, sehingga dapat meminimalkan celah intervensi Negara/Pemerintah
terhadap otonomi adat. Selain itu terdapat ancaman dalam UU no 6 thun 2014 seperti ketidak
siapan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan perubahan yang ada di dalam UU
tersebut.

Daftar Bacaan
Daftar Pustaka
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Wayan P. Windia dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Cetakan pertama,
Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali.


http://metrobali.com/2014/04/19/bali-dalam-dilema-uu-desa
http://tidakadaalamatnya.blogspot.com/2014/07/Undang-Undang-desa.html
http://www.slideshare.net/DesaAdatBali/kajian-mudp-bali-terkait-uu-desa