pengaruh bahan baku tenaga kerja thd pro

TUGAS MIKROEKONOMI

PENGARUH TENAGA KERJA, BAHAN BAKU DAN MESIN
TERHADAP PRODUKSI INDUSTRI BARANG DARI KAYU, ROTAN
DAN GABUS YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN
TAHUN 2010.
Untuk selain yang memiliki kekayaan khas khasanah budaya daerah, nilai seni
yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.
Disusun guna memenuhi tugas Mikroekonomi

Dosen : DR. Budiasih
Disusun oleh:
Yunita Sartika Sari

( 10.6493 )

Kelas: 3SE1

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
JAKARTA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang

melimpah. Oleh karena itu, Indonesia yang dahulu terkenal sebagai negara agraris dan
kini mulai bergeser mengikuti perkembangan zaman menjadi negara industri namun
tetap berbasis pada pemanfaatan kekayaan sumber daya alam sebagai bahan baku
industri. Sumber daya hutan merupakan ladang bahan baku industri yang menghasilkan
berbagai jenis kayu dan rotan. Industri besar dan sedang yaitu industri barang dari kayu,
rotan dan gabus merupakan salah satu industri pengolah hasil hutan menjadi berbagai
macam produk kerajinan tangan dari kayu, rotan dan gabus yang diminati di pasar lokal
bahkan hingga pasar internasional. Beberapa produk barang kerajinan tangan dari kayu,
rotan dan gabus antara lain aksesoris rumah (tempat tisu, tempat toples, rak, gantungan
baju), perabot dan alat mainan anak, sketsel, bola takro, holahok, kap lampu, keranjang,
dsb.
Industri pengolahan ini merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga

kerja yang cukup besar terutama pada industri berskala besar sehingga penerapannya
sangat cocok di Indonesia yang membutuhkan industri teknologi padat karya guna
mengurangi tingkat pengangguran.
Hasil produk industri barang dari kayu, rotan dan gabus dari Indonesia ini
banyak diminati di beberapa negara kawasan Eropa. Telah banyak perusahaan jenis
industri ini yang terlibat sebagai eksportir dan mencatat nilai ekspor hingga miliaran
rupiah. Industri ini tergolong industri yang potensial untuk dikembangkan, namun
terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan produktivitas industri barang dari
kayu, rotan dan gabus ini diantaranya adalah kesulitan dalam pemenuhan volume bahan
baku yang dikarenakan naiknya harga bahan baku dan semakin berkurangnya
produktivitas terutama untuk bahan baku rotan di pulau Jawa. Sedangkan keberadaan
perusahaan pengrajin barang dari kayu, rotan dan gabus paling banyak tersebar di pulau
Jawa seperti yang paling populer adalah di daerah Jepara, Jawa Tengah, sehingga
banyak perusahaan yang terpaksa memasok bahan baku dari Kalimantan karena
cadangan rotan yang semakin menipis di Jawa bahkan beberapa industri ini juga
mengimpor sejumlah bahan baku dari luar negeri.

1

Kendala pasokan bahan baku ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan

pemerintah SK No:12/M/Dag/Per/6/2005 tentang dibukanya ekspor rotan mentah dan
setengah jadi. Banyak negara-negara lain seperti China, Thailand, Vietnam dsb, yang
membeli bahan baku kayu dan rotan dari Indonesia sehingga banyak perusahaan
pengolah kayu mentah dan hasil hutan lainnya yang lebih cenderung untuk mengekspor
produk mentah atau setengah jadinya karena harga yang sedikit lebih tinggi daripada
harga lokal. Padahal produk tersebut akan menghasilkan keuntungan lebih maksimal
jika diolah lagi menjadi produk jadi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan industri manufaktur Indonesia skala
besar dan menengah mencetak pertumbuhan 4,12% sepanjang tahun 2012 dibandingkan
setahun sebelumnya. Di tengah pertumbuhan sektor manufaktur tersebut, BPS mencatat
masih banyak industri yang mengalami penurunan produksi sepanjang JanuariDesember 2012 yang salah satunya adalah industri barang dari kayu, rotan dan gabus
dengan persentase penurunan sebesar 3,3 %.
Penurunan produksi industri manufaktur pengolahan berbasis kayu dan rotan di
sepanjang 2012 dikarenakan oleh penurunan harga komoditas dunia. Adapun penyebab
penurunan harga di pasar global adalah krisis ekonomi yang terjadi di negara-negara
kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Di samping itu, negara-negara Timur Tengah yang
menjadi pasar baru belum menyerap sempurna hasil produksi industri barang dari kayu,
rotan dan gabus.
1.2


Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian adalah

sebagai berikut :
1. Apakah faktor tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin berpengaruh terhadap
produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus?
2. Seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi industri
barang dari kayu, rotan dan gabus?
3. Bagaimana nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri barang dari kayu,
rotan dan gabus?
4. Berapakah nilai average product per variabel dan marginal product untuk setiap
variabel?

2

1.3

Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan modal
mesin terhadap produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap
produksi industri barang dari kayu, rotan dan gabus.
3. Untuk menganalisis nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri barang
dari kayu, rotan dan gabus.
4. Untuk menganalisis nilai average product per variabel dan marginal proudct
untuk setiap variabel.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi
perusahaan barang dari kayu, rotan dan gabus dalam menggunakan faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja, bahan baku dan modal mesin sehingga bisa
diharapkan mempunyai prospek pasar yang lebih besar baik di dalam maupun di
luar negeri.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan terutama yang berkaitan dengan pengembangan industri

barang dari kayu, rotan dan gabus.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti lain untuk
dapat dipergunakan sebagai referensi pada penelitian sejenis.

3

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Kajian Teori

2.1.1 Produksi
Istilah produksi secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan
sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama
sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi
itu akan dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh
konsumen oleh komoditi tersebut. (Miller dan Meiners dalam Kurniasari, 2011).
Produksi adalah transformasi atau perubahan menjadi barang produk atau proses dimana
masukan (input) diubah menjadi keluaran (output). Potung dalam Herawati (2008)

produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang
sehungga memberikan manfaat baru dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi
adalah kegiatan perusahaan dalam mengkombinasikan berbagai input untuk
menghasilkan output dengan biaya yang minimum.
2.1.2 Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi
Menurut Sudarso dalam Utama (2011), tenaga kerja merupakan sumber daya
manusia untuk melaksanakan pekerjaan. Pengertian umum tersebut sesuai dengan
pengertian tenaga kerja yang tercantum dalm UU Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun
1969, yaitu setiap orang yang mempu melakukan pekerjaan baik di dalam mapupun di
luar hubungan tenaga kerja guna menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Menurut P. Simanjuntak (Iryadini, 2010), sumber daya manusia mengandung
dua pengertian. Pertama, mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Kedua, menyangkut manusia yang mampu bekerja
untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.
Menurut Schroeder (Herawati, 2008) mengelola tenaga kerja adalah suatu hal
yang sangat penting dalam opersai, karena tidak ada sesuatu yang dapat diselesaikan
tanpa manusia yang mengerjakan. Mengelola tenaga kerja yang baik dan efisien adalah
kunci keberhasilan dari bagian operasi.


4

2.1.3 Bahan Baku Sebagai Faktor Produksi
Bahan baku disebut juga bahan dasar yang dipergunakan untuk memproduksi
suatu barang. Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan.
2.1.4 Mesin Sebagai Faktor Produksi
Mesin merupakan alat bantu untuk melakukan proses transformasi atau proses
pengolahan dari masukan (input) atau keluaran (output) (Daryanto dalam Herawati,
2008). Mesin sangat memegang peranan penting dalam proses pengolahan, karena tanpa
mesin proses produksi tidaklah efisien, juga hasil yang didapat tidak optimal.
Kapasitas mesin terdiri dari kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai.
Kapasitas terpasang merupakan jumlah maksimum dari bahan baku yang dapat diolah
oleh mesin tersebut. Sedangkan kapasitas terpakai merupakan jumlah minimum dari
bahan baku yang dapat diolah oleh mesin.
2.1.5 Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi (input) dengan
tingkat produksi (output) yang diciptakannya. Di dalam teori ekonomi, untuk
menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa faktor produksi tanah dan
odal adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor

produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan
hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang tercapai,
yang digambarkan adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan
jumlah produksi yang dicapai. (Sadono Sukirno, 2002)
Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Q = f(K,L)

.................................................... (2.1)

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan Q
adalah jumlah produk yang dihasilkan. (Sadono Sukirno, 2002)
Soekartawi dalam Utama (2011) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah
hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).
Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
biasanya berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut
(Agus Setiawan, 2005) :

5

Y = f(X1, X2,......., XL) ......................................... (2.2)

Dalam sebuah fungsi produksi perusahaan terdapat tiga konsep produksi yang
penting, yaitu produk total, produk marginal, dan produk rata-rata. Produk total (Total
Product, TP) menunjukkan total output yang dihasilkan dalam unit fisik. Produk

marginal (Marginal Product, MP ) dari suatu input adalah tambahan produk atau output
yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input tersebut (yang bersifat variabel) dengan
menganggap input lainnya konstan. Produk rata-rata (Average Product, AP ) adalah
output total dibagi dengan unit total input.
2.1.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglass
Pada tahun1989, fungsi Cobb_Douglass pertama kali diperkenalkan oleh Cobb,
C.W dan Douglass, P.H. ,melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production”.
Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lainnya disebut
variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah dengan cara
regresi, dimana variasi Y akan dipengaruhi variasi dari X.
Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai
berikut :
................................................. (2.3)
Dimana :


Y

= variabel yang dijelaskan (produksi)

A

= koefisien teknologi

K

= modal

L

= tenaga kerja
= elastisitas modal
= elastisitas tenaga kerja

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan tersebut
diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritma naturalkan persamaan
tersebut, yaitu:
................................. (2.4)
Dimana :

Y

= produksi

X1,...,Xn

= faktor input

b1,....,bn

= besaran parameter penduga

e

= kesalahan pengganggu

6

pada persamaan tersebut dilihat bahwa nilai b1,b2,....,bn adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritma naturalkan. Hal ini terjadi karena pada fungsi CobbDouglass menunjukkan elastisitas X terhadap Y dan jumlah elastisitas merupakan
return to scale.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglass dalam sebuah penelitian, syarat tersebut adalah :
1. Karena dalam penyelesaiannya fungsi produksi ditransformasikan ke dalam
bentuk linear double log maka tidak ada pengamatan yang bernilai nol.
2. Dalam fungsi produksi perlu ada asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada
setiap pengamatan. Ini artinya kalau fungsi Cobb-Douglass yang dipakai sebagai
model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan
lebih dari suatu model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada
kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Tiap variabel bebas adalah perfect competition.
4. Hanya ada satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y)
5. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) sperti iklim, adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan (error term).
Setiap fungsi produksi pasti memiliki beberapa kelebihan dan bahkan
kelemahan, hal ini terjadi pula pada fungsi produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi
Cobb-Douglass sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Bentuk fungsi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah penerapannya
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglass akan menghasilkan
koefisien yang juga mencerminkan besaran elstisitas.
3. Berdasarkan besaran elastisitas tersebut dapat dilihat tingkat besaran return to
scale.

Selain ada bebarapa kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglass, ada
beberapa kelemahan yang dimiliki fungsi ini, yaitu :
1. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi
yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besaratau terlalu kecil. Spesifikasi ini
akan menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas.

7

2. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga
menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau terlalu kecil.
3. Dalam prakteknya, masalah multikolinearitas sulit untuk dihindarkan, meskipun
telah diusahakan besaran korelasi antar variabel independen tidak terlalu tinggi.
4. Apabila data yang digunakan adalah data cross section, maka data tersebut harus
mempunyai variasi yang cukup. Data yang digunakan tidak boleh bernilai nol
atau negatif karena logarotma dari bilangan nol atau negatif adalah tak
terhingga.
2.1.7 Return to Scale.
Menurut Soekartawi dalam Riyadi (2007) terdapat tiga model fungsi produksi
Cobb-Douglass atau tiga kemungkinan hasil skala usaha (return to scale). Return to
scale merupakan persentase pertambahan nilai produksi lebih besar, lebih kecil atau

sama dengan persentase pertambahan jumlah input.
Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasil skala meningkat (Increasing return to scale)
Merupakan tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus dimana
output bertambah dengan proporsi yang lebih besar daripada input.
b. Hasil skala konstan (Constant Return to Scale)
Merupakan tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, kasus dimana
outpu bertambah dengan proporsi yang tepat sama dengan penambahan input.
c. Hasil skala menurun (Decreasing return to scale)
Merupakan tambahan hasil yang menurun atas skala produksi, kasus dimana
output bertambah dengan proporsi yang lebih kecil daripada input.
Menurut Hu dalam Riyadi (2007), untuk mengetahui skala usaha dapat
dilakukan dengan menjumlahkan koefisien regresi atau parameter elastisitasnya yaitu :
b1 + b2 +....+ bn
dengan mengikuti kaidah Return to Scale (RTS) yaitu :
a. Increasing RTS, jika b1 + b2 +....+ bn > 1
b. Constant RTS, jika b1 + b2 +....+ bn = 1
c. Decreasing RTS, jika b1 + b2 +....+ bn < 1

8

2.2

Penelitian yang Relevan
Sebuah penelitian dilakukan oleh Adrian Ramadhan, fakultas Ilmu Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 dengan judul “Analisis Daya
Saing Industri Furniture Rotan Indonesia. Untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing secara kuantitatif, peneliti menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Squared). Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing
industri furnitur rotan menunjukkan bahwa tingkat daya saing dipengaruhi oleh nilai
produksi furnitur rotan, nilai ekspor furnitur rotan, dan kebijakan pemerintah.
2.3

Kerangka Pemikiran
Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau

benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, jadi diperlukan adanya faktorfaktor produksi untuk menciptakan, menghasilkan benda atau jasa. Adapun faktor
produksi yang dimaksud adalah :
1. Faktor produksi tenaga kerja
2. Faktor produksi bahan baku
3. Faktor produksi modal mesin
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tenaga kerja
(X1)
Bahan baku
(X2)

Produksi
(Y)

Modal mesin
(X3)
2.4

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis pertama yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga
kerja, bahan baku dan modal mesin secara bersamaan terhadap produksi barang
dari kayu, rotan, gabus lainnya.
H0 :

9

Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja, bahan
baku dan modal mesin terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya
yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
2. Hipotesis yang kedua yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga
kerja secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya
Ytdl.
H0 :
Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
H0 :
Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
3. Hipotesis ketiga yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh bahan baku
secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
H0 :
Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
H0 :
Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara bahan baku terhadap produksi
barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
4. Hipotesis keempat yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh modal
mesin secara parsial terhadap produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya
Ytdl.
H0 :
Artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara modal mesin terhadap
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.
H0 :
Artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara modal mesin terhadap
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl.

10

BAB III
METODOLOGI

3.1

Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber

dari subdirektorat Industri Besar Sedang Badan Pusat Statistik (BPS) RI. Data yang
diperoleh berupa data produksi, data bahan baku, dan data modal mesin dalam nilai
rupiah serta tenaga kerja dalam satuan orang. Data yang digunakan merupakan data
hasil survei IBS tahun 2010.
3.2

Metode Analisis

3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah difahami.
Penyajian tabel-tabel, grafik atau diagram, ukuran-ukuran dan deskripsi data yang
berhubungan dengan penelitian ini akan disajikan untuk pelengkap analisis. Analisis
deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan penggambaran
keberadaan atau profil usaha industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl
mengenai jumlah pekerja, nilai produksi, modal mesin dan bahan baku. Data yang
digunakan dalam analisis deskriptif ini berjumlah 57 perusahaan.
3.2.2 Analisis Regresi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitrian ini adalah model data
silang tempat yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu tertentu (Mudjarat
dalam Wanty, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda. Analisis dilakukan dengan media komputer menggunakan bantuan
software SPSS (Statistical Package for the Social Science) 20.0 for windows. Jumlah
perusahaan yang digunakan dalam analisis regresi adalah 38 perusahaan karena terdapat
19 perusahaan yang memiliki nilai nol atau non respon sehingga dalam analisis ini dari
57 perusahaan hanya 38 perusahaan yang akan dianalisis lebih lanjut.
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah pendekatan model fungsi
Cobb-Douglass dengan tiga variabel bebas yaitu penggunaan tenaga kerja, biaya bahan
baku, dan nilai modal mesin sehingga spesifikasi modelnya sebagai berikut :

11

................................ (3.1)
Kemudian ditransformasikan ke model linear logaritmatik menjadi :
........................ (3.2)
Keterangan :
prod

= jumlah produksi yang dihasilkan

TK

= input tenaga kerja

BB

= input bahan baku (ribuan)

M

= input modal mesin (ribuan)
= Konstanta/intercept
= elastisitas input tenaga kerja
= elastisitas input bahan baku
= elastisitas input modal mesin

u

= elastisitas faktor produksi lain yang tidak diteliti.
Metode estimasi yang digunakan adalah “metode kuadrat terkecil” (OLS) yang

diharapkan menghasilkan Penduga Linier Tak Bias Terbaik (BLUE). Dalam metode
kuadrat terkecil asumsi-asumsi yang dipakai adalah sebagai berikut :
1.

, untuk setiap i
Artinya rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol atau
variabel-variabel lain yang mempengaruhi

menyatakan

akan tetapi tidak terwakili di dalam

model.
2.

, untuk setiap i tidak sama dengan j
Artinya kovarian sama dengan nol, dengan kata lain tidak ada korelasi antara
kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lain.

3.

, untuk setiap i
Artinya setiap kesalahan pengganggu mempunyai varians sama atau mempunyai
penyebaran yang sama.

4.
Artinya rata-rata kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan
rata-rata 0 dan varian

.

Uji statistik yang dilakukan meliputi uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).
Selain itu juga dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang disyaratkan dalam

12

metode kuadrat terkecil (OLS), seperti uji kenormalan, uji autokorelasi, uji
multikolinieritas dan uji heroskedastisitas.
3.3

Pengujian Statistik

3.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya dimaksudkan untk membuktikan secara statistik bahwa
seluruh variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabelvariabel dependen yaitu probabilitas hasil produksi barang dari kayu, rotan, gabus
lainnya Ytdl dengan hipotesis untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jika H0 :
Maka secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari tenaga kerja
(X1), bahan baku (X2), dan modal mesin (X3) terhadap hasil produksi barang
dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).
Jika H1 :
Maka minimal ada satu diantara tenaga kerja (X1), bahan baku (X2), dan modal
mesin (X3) yang berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi barang dari
kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik F, dimana nilai F hitung
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :

Dimana :

= koefisien determinasi
n

= banyaknya tahun penelitian

k

= jumlah parameter

uji ini dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a. Apabila nilai F hitung < Ftabel atau nilai probabilitas F-Statistik > 0,5 maka H0
diterima.
b. Apabila nilai Fhitung < F tabel atau nilai probabilitas F-Statistik < 0,5 maka H0
ditolak.

13

3.3.2 Uji Signifikansi Partial (Uji t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual menjelaskan variasi variabel dependen (Imam
Ghozali,2005). Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
Jika H0 :

maka tidak ada pengaruh masing-masing variabel bebas (tenaga
kerja (X1), bahan baku (X2) dan modal mesin (X3)) terhadap hasil
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Jika Ha :

maka terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas (tenaga
kerja (X1), bahan baku (X2), dan modal mesin (X3)) terhadap hasil
produksi barang dari kayu, rotan, gabus lainnya Ytdl (Y).

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t, dmana nilai t hitung
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :

Dimana :

= koefisien regresi
se (

= stadar error koefisien regresi

uji ini dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a. Apabila nilai t hitung < t tabel atau nilai probabilitas t-Statistik > 0,5 maka H0
diterima.
b. Apabila nilai t hitung < t tabel atau nilai probabilitas t-Statistik < 0,5 maka H0
ditolak.
3.3.3 Koefisien Determinasi (

)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabelvariabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi variabel tak bebas. Untuk
mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) dengan menggunakan Koefisien
Determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan angka yang memberikan
proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yangdijelaskan oleh
variabel (X). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

14

Nilai R2 yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variabel
dependen dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Dimana 0< R2 10 mengindikasikan adanya multikolinieritas yang serius di antara
variabel bebas.
3.3.4.3 Uji Non-Autokorelasi
Uji non-autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem
autokorelasi. Menurut Ghozali (2005) autokorelasi muncul karena observasi yang
muncul secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan
melihat uji dutbin-watson, hipotesis yang akan diuji :

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi :
Hipotesis Nol
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif dan negatif
Keterangan : dw

Keputusan
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tidak ditolak

Jika
0