Makalah Seni Teater Tahun Ajaran 2013

Makalah Seni Teater Tahun Ajaran
2013/2014

WAYANG GOLEK
Nama : Muhammad Ammar Rinjani
Kelas : XII RPL 2

Kata Pengantar
Puji serta syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya buat sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “SENI TEATER : WAYANG
GOLEK”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memberi informasi terkait akan Wayang
Golek yang mungkin bisa memberi inspirasi ataupun hiburan dikehidupan
kita. Dalam proses pemahaman seni teater ini, tentunya saya mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalamdalamnya kami sampaikan kepada Mrs. Hesti Yuniarti, S. Pd. selaku guru
mata pelajaran “Seni Budaya & Seni Musik” , rekan-rekan RPL yang telah
banyak memberikan masukan dalam membuat makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,
Jakarta, 20 Januari 2014

Penyusun

(Muhammad Ammar
Rinjani)

9

Lembar Pengesahan
Setelah membaca laporan makalah Seni Musik ini,Maka kami menyetujui laporan ini sebagai
bahan untuk materi seni musik untuk kelas 3 RPL di SMK Negeri 24 Jakarta.

Hesti Yusniati

9

Muhammad Ammar Rinjani

Daftar Isi

9


KATA PENGANTAR ........................................................................................

1

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................

2

DAFTAR ISI .......................................................................................................

3

SEJARAH WAYANG GOLEK ........................................................................

4

JENIS-JENIS WAYANG GOLEK....................................................................

5


PEMBUATAN ....................................................................................................

7

FAKTA WAYANG GOLEK .............................................................................

8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

10

SEJARAH
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun
lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan
perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583
Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan
pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan
Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.

Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka
yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu,
disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek
menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)).
Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya
datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari
babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam.
Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada
1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir
jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di
Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk
gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki
Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah
Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek
dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang
Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.


JENIS-JENIS WAYANG GOLEK
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern.
Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan
bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan
Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa
(ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk
membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan
kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep
Sunandar tahun 1970--1980.

Pengelompokkan wayang golek menurut wajah :

9

A. Wayang Lelaki

1. Dewa Guru (Sipit,warna putih) -> Wibisana,Laksmana,Dewabrata
(Bisma),Arasoma,Pandu,Arjuna,Yudistira,Karna,Abimanyu dll.

2. Dewa Wisnu (Sipit,putih agak tanggah) -> Kresna,Arjuna

Sasrabahu,Regawa (Bapak)

3. Dewa Narada -> Sakuni,Drona
4. Dewa Angin (Bolotot,warna hijau atau biru bersama kuning) ->
Bima,Jayadrata,Perjaka Tawang,Antareja,Gatotkaca
5. Dewa Indra (Bolotot,warna pink) ->
Baladewa,Padmanegara,Suyudana,Aswatama,Seta,Drupada dll.
6. Dewa Brahma/Batara Kala (Bolotot,Sihungan,warna Beruem) ->
Rahwana,Prahasta,Dursasana,Burisrawa,Arimba,Panca
Braja,Indrajit,Kumbakarna dll.
7. Hewan (Wanara,Burung bersama Oray/Naga) ->
Hanoman,Subali,Sugriwa,Anggada,Aruna,Jatayu,Sempati,Garuda,Baruna,dl
l

B.
Wayang Cewek

1. Sipit Putih Tertunduk -> Hampir 85% Wayang Cewek rupana setara
cuma hanya dibedakan oleh sanggul bersama
mahkota,Diantaranya,Gandari,Kunti,Madrim,Setiawati,Anggraeni,Drupadi,


9

Ulupi,Subadra,Erawati,Surtikanti,Banowati,Arimbi lanjut
usia),Utari,Rukmini,Pertewi,Jembawati,Pergiwa dll.

2. Sipit Putih Tanggah -> Amba bersama Srikandi

3. Raksesi,Bolotot,Sihungan -> Durga,Permoni,Sarpakenaka,Arimbi
(Muda)

4. Hewan (Wanara,Ular bersama Udang) Anjani,Nagagini (Muda),Kita Ayu
(Muda)

PEMBUATAN

Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan
mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir
dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan
wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar

yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

9

FAKTA WAYANG GOLEK
1. Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai
estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para
seniman dan seniwati pedalangan yang mengembangkan kode etik
pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan “sapta sila
kehormatan seniman seniwati pedalangan Jawa Barat”. Rumusan kode
etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman
seniwati pedalangan pada tanggal 28 Ferbuari 1964 di Bandung.
2. Bentuk Wayang Golek
Media utama pergelaran Wayang Golek adalah boneka yang terbuat dari
kayu (umumnya jenis kayu yang ringan), ditatah/doukir, dicat, diberi
busana dan karakter sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. Boneka
kayu yang menyerupai manusia dengan stilasi disana-sini itu disebut juga
Wayang Golek, dengan demikian nama benda peraga dan nama jenis


9

pertunjukannya itu sendiri sama yakni Wayang Golek.
Bentuk/badan wadag Wayang Golek sebenarnya dapat dipisah-pisah
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian kepala beserta leher, tangan, dan
badan. Ketiga bagian tersebut dibuat secara terpisah untuk kemudian
disambungkan sehingga bentuknya tampak utuh seperti “manusia”.
3. Sumber Cerita
Cerita pada pertunjukan Wayang Golek Sunda umumnya bersumber
kepada kitab Arjuna Sasrabahu, Ramayana, dan Mahabarata, yaitu kitabkitab yang berasal dari kebudayaan Hindu di India. Namun cerita yang
paling banyak digemari masyarakat adalah Mahabarata, bahkan dari lakon
induk ini telah lahir berpuluh-puluh cerita sempalan/carangan yang
merupakan hasil kreatiftas para dalang.
4. Musik
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang Golek
adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen
musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending,
adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
* Saron 1 Saron 2 - Peking - Demung - Selentem
* Bonang - Rincik - Kenong - Gambang

* Rebab - Kecrek - Kendang - Bedug
* Gong
Kedudukan musik dalam pergelaran Wayang Golek demikian pentingnya,
ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri.
Mulai dari tatalu (overture) kawin/lagu, tari dan perang wayang, dialog,
pembangunan suasana, pengisi celah antar adegan, semuanya diiringi
dengan musik. Di samping itu, musik itu pun harus disesuaikan dengan
karakter-karakter wayang yang diiringinya.

5. Sinden/Juru Kawih
Sinden atau Pasinden, dalam pergelaran Wayang Golek sering pula
disebut Juru Kawin, Juru Sekar, atau Suarawati. Tugasnya adalah
melantunkan lagu/kawin untuk mendukung sajian Dalang.
Sebagai pendukung, tentu saja Pasinden ini tidak dibenarkan melantunkan
lagu semena-mena, ia harus mampu mendukung apa yang sedang dan
akan dibawakan oleh Dalang. Misalnya saat Dalang membawakan adegan
sedih maka syair (rumpaka) lagunya pun harus bermakna sedih, saat
Dalang membawakan adegan romantis maka syairnya pun harus
romantis. Demikian juga saat Dalang akan menceritakan adegan di Astina,
maka Pasinden ini terlebih dahulu harus mampu memberikan gambaran

keadaan Negara Astina kepada penonton melalui syair-syair lagunya.
Bahasa yang digunakan dalang dan bahasa yang digunakan Pasinden

9

jelas berbeda fungsi. Bahasa Dalang fungsinya untuk mengungkapkan
cerita, sedangkan bahasa yang digunakan Pasinden untuk memberikan
gambaran dan mempertegas lukisan-likisan peristiwa yang dituturkan
Dalang.
6. Bahasa dan Sastra Pedalangan
Pada dasarnya bahasa/percakapan antar tokoh dalam pergelaran Wayang
Golek adalah bahasa daerah, dalam hal ini adalah bahasa Sunda dengan
undak-undaknya yang disebut Amardibasa atau tata bahasa. Walaupun
demikian, untuk tokoh-tokoh wayang tertentu seperti Bima dan Togog
umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa tersebut
dilakukan para Dalang untuk memberikan variasi dan karakter pada
wayang yang berjumlah ratusan.
Demikian juga dalam penyampaian prolog yang dalam istilah teknisnya
disebut Murwa dan Nyanda, pada umumnya para Dalang menggunakan
bahasa Jawa Kuno yang dituturkan sambil dinyanyikan dalam lagu
tertentu. Prolog ini sebenarnya berisi penuturan yang menggambarkan
suasana adegan yang sedang atau akan digarap sang Dalang.
Selain Murwa dan Nyandra, dalam sastra pedalangan dikenal juga Suluk
dan Kakawen yang fungsinya untuk menggambarkan suasana dan karater
wayang yang sedang ditampilkan. Perbedaan Suluk lebih menitikberatkan
kepad bahasanya sedangkan Kakawen kepada karawitannya, terutama
tentang melodi. Baik Suluk atau kakawen, keduanya
dituturkan/dinyanyikan dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Pada
perkembangan selanjutnya para Dalang mulai ada yang menggunakan
bahasa Sunda, baik untuk Murwa dan Nyandra, atau untuk Suluk dan
Kakawen
Dalam menyempaikan lakon/cerita, seorang Dalang tidak dibenarkan
menggunakan bahasa yang vulgar dan tidak beraturan. Untuk itu
disusunlah rambu-rambu khusus yang disebut Panca Curiga atau Panca S.
Lengkapnya Panca S itu adalah Sindir, Silib, Siloka, Simbul dan Sasmita .

Daftar Pustaka




9

id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek
eo4belas.blogspot.com/2013/07/fakta-unik-wayang-golek.html
kamus-sunda.com

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

kisi kisi un sma ma th 2012 2013

2 89 31