Akhlak Terpuji Bagi Diri Sendiri
Akhlak Terpuji Bagi Diri Sendiri
1. Tawakkal
2. Ikhtiar
3. Qana’ah
4. Sabar
5. Syukur
A. Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya
pasrah dan menyaerah. Secara istilah, tawakkal berarti
sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu
pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya
kepada Allah SWT .
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada
Allah SWT setelah semua proses pekerjaan atau amalan
lain sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus
dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras dengan
menerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan
tetapi, ketika seseorang belum berusaha secara optimal
untuk mencapai suatu angan atau cita-citanya, kemudian
ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut belum
dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT, jangan
menggantungkan sesuatu kepada selain Allah. Sebab,
hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan atas segala
sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras tidak akan berarti
apa-apa, jika Allah tidak menghendaki keberhasilan ats
usaha itu. Manusia boleh berharap dan harus terus
berusaha dengan seganap daya upaya, namun jangan
lupa bahwa manusia tidak dapat menentukan suatau
usaha itu berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan
aturan yang benar, sehinga tidak ada penyimpangan
akidah dan keyakinan dari perbuatan tawakkal yang
salah.
2. Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan
dalam Islam. Allah berfrman dalam surat Ali-Imran ayat
159
yang artinya “ Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu
berlaku lemah membut terhadap mereka. sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu , kaena itu maafkanlah
mereka dan bermusawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah
mencintai orang yang bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23
yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada
Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.
3. Bentuk-bentuk Bertawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah
SWT.
b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha
kepada selain Allah SWT.
c. Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada
siapa pun dan pihan mana pun.
e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima
keberhasilan maupun kegagalan.
Contoh :
1) Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah
akan menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal.
2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat
mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh
yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat
beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan
bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup
tentram di bawah ridho Allah.
4. Dampak Positif Tawakal
a. Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan
usahanya mendapat ridho Allah.
b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan
Allah yang mengatur segala-galanya. Mendapatkan
keteguhan hati.
5. Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering
mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada
pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh
sebab itu, manusia harus mau bertawakal kepada Allah
setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh.
Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan
usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal
hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar
usahanya berhasil baik.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaruikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan
berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha
berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan
segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu
harapan dan keingina yang dicita-citakan, ikhtiyar juga
juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat.
2. Perintah untuk Berikhtiar
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain :
a. Surat al-Jumu’ah ayat 10
Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
b. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a
Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang
diantara kamu membawa talinya(untuk mencari kayu
bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat
kayu di atas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah
mencukupi kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih
baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik
mereka(yang diminta) member atau menolaknya.
3. Bentuk-bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku ikhtiar, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan
cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang
diinginkannya.
4. Dampak Positif Ikhtiar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
ikhtiar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang
dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi
kebutuhan hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame
manusia karena sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
5. Membiasakan Diri Berikhtiar
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh setiap muslim
agar mampu menghadapi semua godaan dan tantangan
dengan kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah
perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu
berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai
memanfaatkan waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan
usahanya.
C. Qana’ah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela,
suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun
secara istilah, qonaah adalah sikap menerima semua
yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat
pula dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap perilaku
menerima dan menggunakan suatu pemberian Allah
sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kekayaan (yang haqiqi) bukanlah dengan banyaknya
harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah.
Dalam bahasa jawa sering diartikan sebagai sikap
“nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah
diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh
manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi
sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak bisa
terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk
Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan
kepadanya.” (HR. Muslim). Islam memberikan jaminan
rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap
perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah
terhadap apa-apa yang diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan
menjadikan hati menjadi Qona’ah. Dan orang-orang yang
bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada
Allah. Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat
lebih banyak lagi karena kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak
pernah mempunyai sifat Qona’ah dalam dirinya. Karena
mereka merasa kekurangan terus menerus dalam
hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang
kaya, Ia selalu merasa puas terhadap apa yang
didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu menggoda
manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya
manusia selalu merasa kurang terhadap apa yang
diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu tidak jatuh
dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi
harus diasah dan dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar
bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar untuk selalu
berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa
bersyukur, sehingga mudah baginya untuk berbagi
kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat
serakah dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia
nikmati sendiri tetapi ia bagikan kepada orang-orang
disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak
hanya pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi
pada waktu rizki melimpah pun kita harus tetap qana’ah.
2. Perintah untuk Bersifat Qonaah
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain :
Dalam surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi
tentang larangan bersikap iri terhadap karunia yang
diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka
melihat orang lain mendapatkan kesenangan
3. Bentuk-bentuk Qonaah
a. Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup.
b. Tidak banyak berangan-angan.
c. Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima
orang lain.
1) Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah
dengan berjalan kaki.
2) Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan
mampu menyekolahkan anaknya.
4. Nilai Positif Qonaah
a. Terhindar dari sifat tamak
b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa
cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada
dirinya
c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan
terhindar dari ancaman siksa yang berat
5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin
daripada kita
b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar
kita tidak merasa kurang
c. Membiasakan diri berlaku hemat.
d. Biasakan bersikap ikhlas.
e. Hindari kebiasaan berangan-angan.
D. Sabar
1. Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji.
Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas
marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental
seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang
ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti
sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesagesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar
adalah orang yang mampu mengendalikan hawa
nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan
kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang
yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian
ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak
mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar
dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran,
sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki
kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki
pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik
dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang
terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar
diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan
tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah,
sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan
tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah
kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia
menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu
saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam
bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari
tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju
masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan
sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan
antara sifat aktif dengan sifat pasif.
2. Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau
kewajiban dengan ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau
kuat hati saat menerima cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan
maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat
orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.
3. Perintah untuk Bersabar
a. Sabar dalam Ketaatan, dalam frman Allah, surat AliImran ayat 200
b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat alBaqarah ayat 155-156
c. Sabar dari Maksiat, dalam frman Allah surat an-Nahl
ayat 126-127
d. Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman,
karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal
yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya
pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya.
Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik
bagi dirinya." (HR. Muslim)
4. Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku sabar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan
harapan
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena
kesabaran akan membawa hasil yang positif.
c. Tidak mudah emosi atau marah.
d. Tidak tergesa-gesa.
e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
5. Dampak Positif Sikap Sabar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
sabar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang
disebabmkan oleh nafsu.
b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
c. Disayang oleh Allah.
d. Memiliki emosi yang stabil
e. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji
Allah da;am surat al-Baqarah ayat 155
f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper
rusak.
6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar
a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan
masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang
baik, berakhlak mulia
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul
dengan teman yang berwatak keras dan kasar.
d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku
tidak menyenangkan.
e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f. Hindari sifat tergesa-gesa.
E. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima
kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih
kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada
dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata
memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan
gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga
kita tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan
kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah
menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada
Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur
kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini
bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada
orang tua yang telah berjasa menjadi perantara
kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat
bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi
perantara nikmat Alloh. Orang yang tidak mampu
bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu
pula bersyukur kepada Alloh swt.
Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya. Allah
tidak akan memperoleh keuntungan dengan syukur
hamba-Nya dan tidak akan rugi atau berkurang
keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
2. Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim
dan muslimat. Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur,
diantaranya :
a. Surat al-Baqarah ayat 152
b. Surat an-Nahl ayat 114
c. Surat al-Ankabut ayat 17
d. Allah berfrman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS 27: 40)
e. Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia,
maka ia tidak mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
f. Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu
kembali.'' (QS 31: 14).
g. Allah SWT berfrman, ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu
memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih'.'' (QS 14: 7).
h. Allah berfrman, ''Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).
i. ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat
berat."(QS.ibrahim : 14)
3. Bentuk-bentuk Bersyukur
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku syukur, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima
kasihsetiap kali menerima menukmatan.
b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan
kehendak pamberinya.
c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah
diberikan.
d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke
baitul mal
e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang
belum bisa membaca Al-Quran.
4. Nilai Positif Bersyukur
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
syukur, di antaranya sebagai berikut :
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati
salah satu kewajiban hamba terhadap Allah SWT.
b. Terhindar dari sifat tamak
c. Terhindar dari murka Allah SWT.
d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
5. Membiasakan Diri Bersyukur
a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati
b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang
bermanfaat
c. Tidak boros dalam menggunakan uang
1. Tawakkal
2. Ikhtiar
3. Qana’ah
4. Sabar
5. Syukur
A. Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya
pasrah dan menyaerah. Secara istilah, tawakkal berarti
sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu
pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya
kepada Allah SWT .
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada
Allah SWT setelah semua proses pekerjaan atau amalan
lain sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus
dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras dengan
menerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan
tetapi, ketika seseorang belum berusaha secara optimal
untuk mencapai suatu angan atau cita-citanya, kemudian
ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut belum
dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT, jangan
menggantungkan sesuatu kepada selain Allah. Sebab,
hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan atas segala
sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras tidak akan berarti
apa-apa, jika Allah tidak menghendaki keberhasilan ats
usaha itu. Manusia boleh berharap dan harus terus
berusaha dengan seganap daya upaya, namun jangan
lupa bahwa manusia tidak dapat menentukan suatau
usaha itu berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan
aturan yang benar, sehinga tidak ada penyimpangan
akidah dan keyakinan dari perbuatan tawakkal yang
salah.
2. Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan
dalam Islam. Allah berfrman dalam surat Ali-Imran ayat
159
yang artinya “ Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu
berlaku lemah membut terhadap mereka. sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu , kaena itu maafkanlah
mereka dan bermusawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah
mencintai orang yang bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23
yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada
Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.
3. Bentuk-bentuk Bertawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah
SWT.
b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha
kepada selain Allah SWT.
c. Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada
siapa pun dan pihan mana pun.
e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima
keberhasilan maupun kegagalan.
Contoh :
1) Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah
akan menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal.
2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat
mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh
yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat
beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan
bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup
tentram di bawah ridho Allah.
4. Dampak Positif Tawakal
a. Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan
usahanya mendapat ridho Allah.
b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan
Allah yang mengatur segala-galanya. Mendapatkan
keteguhan hati.
5. Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering
mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada
pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh
sebab itu, manusia harus mau bertawakal kepada Allah
setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh.
Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan
usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal
hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar
usahanya berhasil baik.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaruikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan
berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha
berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan
segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu
harapan dan keingina yang dicita-citakan, ikhtiyar juga
juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat.
2. Perintah untuk Berikhtiar
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain :
a. Surat al-Jumu’ah ayat 10
Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
b. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a
Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang
diantara kamu membawa talinya(untuk mencari kayu
bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat
kayu di atas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah
mencukupi kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih
baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik
mereka(yang diminta) member atau menolaknya.
3. Bentuk-bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku ikhtiar, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan
cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang
diinginkannya.
4. Dampak Positif Ikhtiar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
ikhtiar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang
dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi
kebutuhan hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame
manusia karena sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
5. Membiasakan Diri Berikhtiar
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh setiap muslim
agar mampu menghadapi semua godaan dan tantangan
dengan kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah
perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu
berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai
memanfaatkan waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan
usahanya.
C. Qana’ah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela,
suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun
secara istilah, qonaah adalah sikap menerima semua
yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat
pula dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap perilaku
menerima dan menggunakan suatu pemberian Allah
sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kekayaan (yang haqiqi) bukanlah dengan banyaknya
harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah.
Dalam bahasa jawa sering diartikan sebagai sikap
“nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah
diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh
manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi
sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak bisa
terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk
Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan
kepadanya.” (HR. Muslim). Islam memberikan jaminan
rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap
perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah
terhadap apa-apa yang diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan
menjadikan hati menjadi Qona’ah. Dan orang-orang yang
bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada
Allah. Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat
lebih banyak lagi karena kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak
pernah mempunyai sifat Qona’ah dalam dirinya. Karena
mereka merasa kekurangan terus menerus dalam
hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang
kaya, Ia selalu merasa puas terhadap apa yang
didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu menggoda
manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya
manusia selalu merasa kurang terhadap apa yang
diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu tidak jatuh
dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi
harus diasah dan dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar
bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar untuk selalu
berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa
bersyukur, sehingga mudah baginya untuk berbagi
kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat
serakah dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia
nikmati sendiri tetapi ia bagikan kepada orang-orang
disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak
hanya pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi
pada waktu rizki melimpah pun kita harus tetap qana’ah.
2. Perintah untuk Bersifat Qonaah
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain :
Dalam surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi
tentang larangan bersikap iri terhadap karunia yang
diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka
melihat orang lain mendapatkan kesenangan
3. Bentuk-bentuk Qonaah
a. Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup.
b. Tidak banyak berangan-angan.
c. Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima
orang lain.
1) Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah
dengan berjalan kaki.
2) Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan
mampu menyekolahkan anaknya.
4. Nilai Positif Qonaah
a. Terhindar dari sifat tamak
b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa
cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada
dirinya
c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan
terhindar dari ancaman siksa yang berat
5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin
daripada kita
b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar
kita tidak merasa kurang
c. Membiasakan diri berlaku hemat.
d. Biasakan bersikap ikhlas.
e. Hindari kebiasaan berangan-angan.
D. Sabar
1. Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji.
Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas
marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental
seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang
ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti
sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesagesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar
adalah orang yang mampu mengendalikan hawa
nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan
kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang
yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian
ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak
mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar
dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran,
sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki
kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki
pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik
dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang
terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar
diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan
tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah,
sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan
tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah
kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia
menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu
saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam
bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari
tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju
masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan
sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan
antara sifat aktif dengan sifat pasif.
2. Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau
kewajiban dengan ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau
kuat hati saat menerima cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan
maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat
orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.
3. Perintah untuk Bersabar
a. Sabar dalam Ketaatan, dalam frman Allah, surat AliImran ayat 200
b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat alBaqarah ayat 155-156
c. Sabar dari Maksiat, dalam frman Allah surat an-Nahl
ayat 126-127
d. Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman,
karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal
yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya
pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya.
Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik
bagi dirinya." (HR. Muslim)
4. Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku sabar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan
harapan
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena
kesabaran akan membawa hasil yang positif.
c. Tidak mudah emosi atau marah.
d. Tidak tergesa-gesa.
e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
5. Dampak Positif Sikap Sabar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
sabar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang
disebabmkan oleh nafsu.
b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
c. Disayang oleh Allah.
d. Memiliki emosi yang stabil
e. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji
Allah da;am surat al-Baqarah ayat 155
f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper
rusak.
6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar
a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan
masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang
baik, berakhlak mulia
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul
dengan teman yang berwatak keras dan kasar.
d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku
tidak menyenangkan.
e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f. Hindari sifat tergesa-gesa.
E. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima
kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih
kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada
dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata
memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan
gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga
kita tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan
kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah
menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada
Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur
kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini
bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada
orang tua yang telah berjasa menjadi perantara
kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat
bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi
perantara nikmat Alloh. Orang yang tidak mampu
bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu
pula bersyukur kepada Alloh swt.
Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya. Allah
tidak akan memperoleh keuntungan dengan syukur
hamba-Nya dan tidak akan rugi atau berkurang
keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
2. Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim
dan muslimat. Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur,
diantaranya :
a. Surat al-Baqarah ayat 152
b. Surat an-Nahl ayat 114
c. Surat al-Ankabut ayat 17
d. Allah berfrman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS 27: 40)
e. Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia,
maka ia tidak mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
f. Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu
kembali.'' (QS 31: 14).
g. Allah SWT berfrman, ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu
memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih'.'' (QS 14: 7).
h. Allah berfrman, ''Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).
i. ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat
berat."(QS.ibrahim : 14)
3. Bentuk-bentuk Bersyukur
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk
perilaku syukur, agar kelak dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima
kasihsetiap kali menerima menukmatan.
b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan
kehendak pamberinya.
c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah
diberikan.
d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke
baitul mal
e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang
belum bisa membaca Al-Quran.
4. Nilai Positif Bersyukur
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku
syukur, di antaranya sebagai berikut :
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati
salah satu kewajiban hamba terhadap Allah SWT.
b. Terhindar dari sifat tamak
c. Terhindar dari murka Allah SWT.
d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
5. Membiasakan Diri Bersyukur
a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati
b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang
bermanfaat
c. Tidak boros dalam menggunakan uang