Konsep Diri Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menempuh Ujian Sidang Program Strata I Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh Indra Nugraha

41805880

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

iii Oleh : Indra Nugraha NIM : 41805880 Di bawah Bimbingan : Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Diri Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan metode yang digunakan adalah fenomenologi, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara, studi pustaka, dan penelusuran internet searching. Subyek dalam penelitian ini adalah Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman dan obyek penelitiannya adalah anggota Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman yang berjumlah 2 orang. Peneliti memilih kedua anggota tersebut sebagai informan dari penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian adalah orang lain yaitu orang tua dan keluarga baik istri dan anak maupun saudara berperan dalam pembentukan konsep diri anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung. Kelompok rujukan dalam hal ini adalah Angkatan Udara juga sangat mempengaruhi dalam konsep diri anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung

Dari hasil tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Konsep Diri Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman adalah tegas, disiplin dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga dalam mengawal kedaulatan NKRI

Saran yang peneliti sampaikan adalah tetap pertahankan konsep diri yang baik sesuai dengan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga dalam mengawal kedaulatan NKRI, karena Angkatan Udara adalah garda terdepan dalam menjaga kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar.


(4)

iv

AT SULAIMAN AIR FORCE BASE IN BANDUNG

By : Indra Nugraha NIM : 41805880

Guided by : Rismawaty, S.Sos., M.Si

This research aimed to find out the self concept of information department member at Sulaiman Air Force Base in Bandung.

The approach used in this research was qualitative, and the methodology used was phenomenology method. The data collection techniques used by the researcher were interview, literature review and internet browsing. The subject in this research was Information Department of Sulaiman Air Force Base, and the research object were two members in Sulaiman Air Force Base. The researcher chose those members as informants of this research by using purposive sampling technique.

The result of this research showed that the suroundings of thos members who include parents and family, and also wife, children and siblings had a role in forming the self concept of Information Department in Sulaiman Air Force Base at Bandung. The reference group in this tern was the Air Force wich also influenced the forming of self concept of Information Department in Sulaiman Air Force Base at Bandung.

From the result, the researcher could conclude that the self concept of Information Department in Sulaiman Air Force Base were firm, dicipline and responsible as declared in Soldier Oath and Sapta Marga in protecting the unity of Indonesian Republic.

The researcher suggestion was to keep the Soldier Oath and Sapta Marga in protecting the unity of Indonesian Republic since Air Force is the front liner in guarding this country unity from inside and/or outside threatening.


(5)

v

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Konsep Diri Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung.

Tidak sedikit hambatan dan tantangan yang dialami peneliti dalam mengerjakan Skripsi ini. Namun, peneliti mengharapkan dengan adanya Skripsi ini diharapkan agar lebih memahami apa yang telah didapat selama perkuliahan, serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain.

Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak melibatkan pihak, melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan sampai detik ini baik berupa moril maupun materil serta doa yang tiada henti kepada peneliti.

Dan dalam kesempatan ini pula peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih atas semua bimbingan dan bantuannya, kepada Yang Terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(6)

vi

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih banyak.

4. Pak Sangra Juliano P., S.I.Kom., selaku dosen wali penelitisejak awal hingga akhir. Terimakasih untuk semua bimbingan dan masukan selama peneliti menjadi anak wali bapak.

5. Seluruh Staf Dosen Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang sudah memberikan ilmu dan pengetahuannya, Terimakasih.

6. Sekretariat Ilmu Komunikasi & Public Relations. Mba Astri Ikawati A.Md dan Mba Intan Fajarina S.I.Kom terimakasih atas bantuannya, maaf banyak merepotkan selama perkuliahan sampai dengan sekarang.

7. Terimakasih kepada Komandan Lanud Sulaiman, Kolonel Pnb Elianto Susetio yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Penerangan Lanud Sulaiman.

8. Kepada Kapten Sus Syarif Amir selaku Kepala Penerangan Lanud Sulaiman, terimakasih atas masukan serta bantuannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsiini. Terimakasih juga atas motivasinya, maaf sudah banyak merepotkan.


(7)

vii dukungan kalian sangat membantu.

11.Kepada seluruh keluarga besar, terimakasih atas Doa dan dukungannya. 12.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih

banyak.

Peneliti yakin tanpa bantuan dan bimbingan semua pihak, Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat diterima dan disetujui untuk dilanjutkan penelitian di lapangan. Guna menyempurnakan penelitian, peneliti mengaharapkan saran, masukan dan kritikan untuk Skripsi ini. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya.

Bandung, Juli 2012


(8)

viii

LEMBAR PENGESAHAN...i

SURAT PERNYATAAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah...10

1.2.1 Pertanyaan Makro ...10

1.2.2 Pertanyaan Mikro ...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...11

1.3.1 Maksud Penelitian...11

1.3.2 Tujuan Penelitian...11

1.4 Kegunaan Penelitian...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis...12

1.4.2 Kegunaan Praktis...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.1.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 14

2.1.2 Tinjauan Tentang Psikologi Komunikasi ... 21

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 25

2.1.4 Tinjauan Tentang Konsep Diri ... 30

2.2 Kerangka Pemikiran ... 36


(9)

ix

3.1.2 Fungsi Lanud Sulaiman ... 45

3.1.3 Visi Lanud Sulaiman ... 45

3.1.4 Misi Lanud Sulaiman ... 46

3.1.5 Struktur Organisasi Lanud Sulaiman ... 47

3.1.6 Struktur Organisasi Penerangan Lanud Sulaiman ... 48

3.1.7 Job Description ... 49

3.2 Metode Penelitian ... 52

3.2.1 Desain Penelitian ... 52

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 54

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 56

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 57

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 59

3.3.2 Waktu Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Deskripsi Informan ... 63

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Significant others Mempersepsi Anggota Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman. ... 64

4.2.2 Reference group Mempersepsi Anggota Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman ... 69

4.2.3 Konsep Diri Anggota Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman ... 72


(10)

x

LAMPIRAN ... 90 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 124


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Lanud Sulaiman sebagai salah satu komponen Alutsista yang bertugas menyelenggarakan pendidikan, oprasi Udara, dan pembinaan potensi dirgantara harus menjaga tingkat kesiapannya untuk mendukung setiap operasi yang akan dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara. Berangkat dari kondisi tersebut, Lanud Sulaiman menyadari perlu adanya perubahan yang dilakukan dalam tubuh TNI khususnya TNI Angkatan Udara. Disisi lain, upaya membangun citra yang dilaksanakan para pejabat Humas TNI sebagai ujung tombak, mulai mampu mendongkrak citra TNI. Selain sebagai salah satu komponen Alutsista, Lanud Sulaiman juga berperan penting bagi pembentukan citra positif bagi TNI Angkatan Udara.

Dinas Penerangan dan Perpustakaan atau disebut juga Pentak Lanud Sulaiman sebagai pengemban tugas dalam menjalin hubungan baik, internal maupun eksternal. Pentak Lanud Sulaiman bertugas sebagai jembatan penghubung, baik ke personil maupun kepada umum sebagaimana yang tertulis dalam buku “Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur” Lanud Sulaiman Bandung yaitu bertugas membina dan melaksanakan fungsi Penerangan yang meliputi Penerangan Pasukan, Penerangan Umum, dan Penerangan Perpustakaan

Pangkalan Udara Sulaiman merupakan salah satu pangkalan pendidikan. Pangkalan ini besar sekali ini besar sekali andilnya dalam pengadaan, pembinaan, dan peningakatan kualiatas sumber daya manusia TNI Angkatan Udara. Letaknya


(12)

di kecamatan Margahayu, kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berada di tepi jalan raya menghubungkan kota Bandung dan Soreang.

Pangkalan Udara Sulaiman yang dahulu bernama Pangkalan Margahayu yang luasnya 385 hektar disukai sekali penguasa Belanda membeli untuk didirikan ”Kota Paris” di daerah Bandung Selatan. Mulai awal tahun 1942, pembangunan kota Paris dimulai.Namun rencana tersebut gagal total, berhubung Jepang Mengambil alih kekuasaan dan menjajah Indonesia. Di masa Jepang menduduki Indonesia, tahun 1943 Jepang membangun Landasan pacu dan taxy way.

Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, di tinggalkan oleh penguasa Jepang, keadaan Pangkalan Udara Margahayu Terbengkalai. Wilayah Pangkalan termasuk Landasan dan fasilitasnya tidak dihuni serta tidak terurus.Tahun 1945 pembangunan Pangkalan Udara (PU) Margahayu, Komandan Pngkalan Udara Pertama adalah Letnan Udara Basir Surya. Menyesuaiakan perkembangan organisasi di jajaran Angkatan Udara, khususnya di bidang pendidikan, dilaksanakan pemisahan antara pengoprasian pangkalan dengan pengelolaan pangkalan pendidikan. Pangkalan udara Margahayu yang secara Oprasional di bawah Komando Wilayah Udara (Kowilu) kemudian berganti menjadi Komando Daerah Udara (Kodau), dan Wing Pendidikan 2 (Wingdik 2) dibawah Komando Pendidikan Wing Pendidikan 2 yang berdiri tahun 1965 memiliki tiga Skadron Pendidikan (Skadik) yaitu, Skadik 201,202, dan 203.

Sejak berdirinya TNI AU dengan alat utama sistim senjata yang dimiliki disamping melaksanakan operasi militer untuk perang, TNI Angkatan Udara juga


(13)

melaksanakan operasi militer selain perang yaitu operasi bhakti dan tugas-tugas kemanusiaan seperti penanganan bencana alam tsunami di Propinsi NAD dan Sumatra Utara, bencana alam di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Bengkulu, Papua dan bencana alam lainnya di beberapa daerah di dalam negeri maupun luar negeri. Semua yang diupayakan dan diusahakan TNI Angkatan Udara, tidak lain adalah guna mewujudkan angkatan udara yang handal dan mampu menghadapi setiap ancaman yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai tugas yang diamanatkan dalam UU TNI Nomor 34 tahun 2004.

Dalam usia yang genap 66 tahun hari ini, Angkatan Udara mengalami pahit-manis dan suka-duka dalam perjalanan pengabdian yang tidak selalu melewati jalan bebas hambatan, tapi terkadang melalui jalan yang licin dan berliku, yang kesemuanya itu dijadikan sebagai modal berharga untuk perjalanan selanjutnya.

Angkatan Udara yang bercirikan alat utama sistem senjata yang “padat materil berbobot teknologi” mengalami pasang surut kekuatan dan kemampuan mengikuti irama langkah perjalanan bangsa Indonesia dengan puncak kejayaan yang dicapai pada era 60-an, menjadi kekuatan yang disegani di belahan bumi selatan, bahkan menjadi penopang diplomasi memperjuangkan kepentingan nasional masa itu.

Pada masa itu kekuatan Angkatan Udara didominasi alutsista dari negara Uni Soviet, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, pembom Tu-16 dan pemburu Lavochkin La-11. Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora.


(14)

TNI Angkatan Udara sebagai ujung tombak kedaulatan bangsa harus senantiasa menjaga kesiapan Alutsista dan SDM agar dapat mencegah setiap ancaman. Akan tetapi di Era Reformasi saat ini banyak timbul ketidak percayaan rakyat akan kinerja TNI Angkatan Udara dalam menjaga kedaulatan Negara.

Pada Era Reformasi saat itu, TNI berada dalam posisi yang sangat sulit. Dwi Fungsi ABRI dijalankan waktu itu, telah menempatkan TNI sebagai tumpuan kesalahan. Citra institusi TNI dimata masyarakat pun sangat negatif, semua yang dilakukan TNI oleh masyarakat selalu saja dianggap salah. TNI dinilai sebagai biang kesalahan dan kebobrokan Negara. Kondisi ini telah menempatkan TNI pada posisi titik nadir dalam lembaran sejarahnya. Padahal, saat kelahirannya pada masa-masa perjuangan fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan tahun 1945, citra TNI begitu positif, dimana setiap kehadiran TNI senantiasa dielu-elukan rakyat.

Alutsista yang sudah berusia tua, Manajemen SDM yang belum maksimal menimbulkan pertanyaan besar, apakah TNI Angkatan Udara mampu mengatasi setiap ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

Dinas Penerangan Lanud Sulaiman sebagai Humas dari Angkatan Udara yang bertugas menciptakan citra positif dan juga menjaga hubungan baik dengan publiknya. Humas dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki peranan yang sangat penting, dan benar–benar kompleks. Dikatakan sangat penting karena tanpa humas, terutama humas yang efektif, suatu organisasi atau perusahaan akan sangat kesulitan dalam menjalin hubungan dan komunikasi yang sempurna dengan para publiknya. Mengapa dikatakan demikian, karena yang memiliki pengetahuan


(15)

mendalam mengenai hal tersebut adalah para praktisi humas atau public relations. Sehingga tanpa mereka, tanpa melaksanakan fungsi humas, maka organisasi akan merasa sangat kesulitan, karena tidak punya program kerja yang jelas sehubungan dengan hal tersebut.

Kemudian menjadi sangat kompleks karena selain menjaga citra dan nama baik suatu organisasi, humas juga berkewajiban untuk menjaga hubungan yang baik dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain dengan para karyawan atau anggota kelompok, keluarga karyawan, pemerintah, media, komunitas, dan lain sebagainya. Tujuannya agar tercipta hubungan yang harmonis, sehingga timbul rasa saling pengertian antara suatu organisasi dengan publiknya.

Organisasi atau perusahaan yang memiliki humas yang aktif cenderung dapat berkembang dengan sangat baik dan pesat dalam dunia keorganisasian, dibandingkan dengan organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki humas sebagai bagian dari managementnya. Humas disini bukan dalam arti yang sempit, melainkan dalam arti yang luas, yaitu suatu organisasi mungkin saja tidak memiliki lembaga humas secara khusus, namun tetap menjalankan tugas dan fungsi humasnya.

Namun lebih sempurna lagi apabila di dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki humas yang telah melembaga (state of being), karena akan lebih focus dan sistematis dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Selain kegunaan dan fungsi yang tersebut di atas, humas juga dapat berfungsi sebagai pihak yang dapat mengakrabkan dan menghubungkan antara suatu organisasi dengan publiknya (internal dan eksternal).


(16)

Mengingat suatu organisasi memiliki unsur–unsur yang sangat kompleks, antara lain harus menjaga hubungan baik dengan para publiknya, maka organisasi tersebut harus menjalankan fungsi humas di dalamnya, atau bahkan mempekerjakan praktisi humas untuk menangani hal tersebut.

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal


(17)

yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Konsep diri adalah pandangan atau persepsi individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2010:8).

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2008:105).

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang


(18)

dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka komunikasi menjadi tidak bisa dipisahkan dari segala aspek kehidupan. Karena tidak ada manusia satupun yang tidak berkomunikasi dengan manusia lainnya. Jadi mengapa kita berkomunikasi? Berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan, para pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda, meskipun ada kalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih antara berbagai pendapat tersebut. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan untuk mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita ingginkan (Mulyana,2008)

Sebagai humas tentunya anggota Dinas Penerangan Landasan Udara Sulaiman mempunyai konsep diri yang baik, dimana diperlukan untuk menciptakan kesan yang baik antara publik internal maupun publik eksternal. Konsep diri mempengaruhi sistem komunikasi interpersonal individu dengan individu yang lainnya dimana apabila individu tersebut memiliki konsep diri positif maka komunikasi yang terjadi pun akan menjadi positif, sebaliknya apabila salah satu individu memiliki konsep diri yang negatif maka komunikasi yang terjadi juga bisa berdampak negatif.


(19)

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya menyebutkan, konsep diri erat kaitannya dengan proses hubungan interpersonal yang vital bagi perkembangan kepribadian. Konsep diri mewarnai komunikasi kita dengan orang lain (Rakhmat,2008). Jadi jelas bahwa konsep diri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komunikasi interpersonal.


(20)

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan di atas maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan makro, “Bagaimana Konsep Diri anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Berdasarkan pertanyaan makro di atas, maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana Orang lain memaknai Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung?

2. Bagaimana Kelompok rujukan memaknai Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian


(21)

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Konsep Diri Anggota Dinas Penerangan Landasan Udara Sulaiman Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu merumuskan tujuan terarah dari penelitian ini. Adanya tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Orang lain memaknai Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung.

2. Untuk mengetahui Kelompok Rujukan memaknai Anggota Dinas Penerangan Pangkalan Udara Sulaiman Bandung.

3. Untuk mengetahui Konsep Diri anggota Dinas Penerangan Landasan Udara Sulaiman Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis


(22)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang psikologi komunikasi mengenai konsep diri, dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih menguasai materi psikologi komunikasi lebih mendalam, khususnya tentang konsep diri anggota Dinas Penerangan Lanud Sulaiman serta diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti dalam dunia kerja seorang Humas dalam suatu perusahaan.

2. Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi atau literatur bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian yang sama tentang konsep diri baik di lingkungan Angkatan Udara, instasi lain maupun di lingkungan masyarakat. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang psikologi komunikasi khususnya tentang konsep diri, karena konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang humas.


(23)

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan atau instansi yang bersangkutan, dalam hal ini Dinas Penerangan Landasan Udara Sulaiman dalam hal penempatan sumber daya manusia yang baik dan sesuai dengan kualifikasinya di bidang kehumasan. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada keluarga besar Dinas Penerangan Angkatan Udara yang ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai psikologi komunikasi, khususnya konsep diri.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Komunikasi A. Definisi Ilmu Komunikasi

Dalam bukunya, Dedy Mulyana menjelaskan, kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama , communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy,2002:9)

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip


(25)

oleh Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi teori dan Praktek , ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2001: 10) Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland yang dikutip dari Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi Adalah Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh


(26)

komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lainlain. Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber (source) b. Komunikator (encoder) c. Pertanyaan/pesan (messege) d. Komunikan (decoder) e. Tujuan (destination)

Roger dalam bukunya Dedy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69) Harold Lasswell menjelaskan bahwa (Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2007: 69)


(27)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain. Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli ilmu komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

1. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal


(28)

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan katakata Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2000: 237)

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus dipahami,menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut:

a) Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. b) Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. c) Komunikan : Orang yang menerima pesan.

d) Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.


(29)

C. Sifat Komunikasi

Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberaapa sifat komunikasi tersebut yakni:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (mediated) 3. Verbal (verbal) a. Lisan

b. Tulisan

4. Non verbal (non-verbal)

a. Gerakan/isyarat badaniah (gestural) b. Bergambar (picturial) (Effendy, 2002: 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung atau face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan nonverbal.


(30)

Verbal dibagi menjadi dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan (written/printed) Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau istarat badaniah (gesturial) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasan.

D. Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka inginkan arah kebarat tapi kita memberikan jalur ke timur.

c. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang


(31)

penting harus di ingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.2 Tinjauan Psikologi Komunikasi

Dilihat dari sejarah perkembangannya, komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Tiga diantara empat Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana-sarjana psikologi. Kurt lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Ia memperoleh gelar doktornya dalam asuhan Koffka, Kohler, dan Wertheimer, tokoh-tokoh psikologi Gestalt. Paul Lazarsfeld, pendiri ilmu komunikasi lainnya, adalah psikolog yang banyak dipengaruhi Sigmund Freud, bapak Psikolanalisis. Carl I. Hovland, yang definisi komunikasinya banyak dihafal mahasiswa komunikasi di Indonesia, adalah salah seorang yang didik dalam psikologi, dan selama hidupnya memilih karier psikologi.


(32)

Walaupun demikian komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai disiplin ilmu, komunikasi menembus banyak disiplin ilmu. Sebagai gejala perilaku, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.

A. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Telah banyak dibuat definisi komunikasi. Bila Kroeber dan Klucckhohn (1957) berhasil mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, Dance (1970) menghimpun tidak kurang dari 98 definisi komunikasi. Definisi-definisi tersebut dilatarbelakangi berbagai perspektif:mekanistik, sosiologistik dan psikologistik. Hovland, Janis, dan Kelly,semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussualy verbal) to modify thr behaviour of other individuals (the audience)”

Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai,

“a transactional proses involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol ini such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similiar to that intended by the source.”

(proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.)

Bila diperhatikan, dalam psikologi, komunikasi memiliki makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian nenergi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling mempengaruhi di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan diantara organisme.


(33)

Tetapi psikologi tidak hanya mengulas komunikasi diantara neuron. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat di dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memberikan karakteristik manusia sebagai komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifat dan bertanya : apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.

Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain. Psikologi nahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruuh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komunkator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.

Akhirnya, komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Yang ketiga, lazim disebut komunikasi persuasif, amat erat kaitannya dengan psikologi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai prose mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.


(34)

B. Penggunaan Psikologi Komunikasi

Komunikasi Efektif, seperti yang dinyatakan ashley Montagu, kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Anak kecil hanyalah seonggok daging sampai ia belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya melaui tangisan, tendangan dan senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, terbentuklah perlahan-lahan apa yang kita sebut kepribadian.

Kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita, selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal:

1) Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator

2) Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis


(35)

Transaksional sebagai “ Saya Oke- Kamu Oke”. Komunikasi in lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.

3) Pengaruh pada sikap

Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain, komunikasi ini disebut komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan.

4) Hubungan sosial yang baik

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri.

5) Tindakan

2.1.3 Tinjauan tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik. Adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi


(36)

merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”.

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”.


(37)

A. Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya

jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman mas alalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru.

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebbut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh


(38)

manusia. Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

B. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadipun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.


(39)

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu: 1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka. 2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas. 3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.

4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.

7. Menggunakan lambing-lambang yang bermakna.

C. Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas: a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis 2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik. 4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.


(40)

b. Fungsi pengambilan keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi 2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

2.1.5 Tinjauan tentang Konsep Diri A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing masing orang mengembangkannya di dalam transaksi transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya danyang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya.

Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan. Tiga ide dasar interaksionisme simbolik yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdiri dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir


(41)

untuk memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, Deddy Mulyana mengatakan bahwa inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tantang diri (self) dari George Herbert Mead. (Mulyana, 2007:73)

Menurut George Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang diharapkan orang itu (Mulyana, 2007). Secara umum disepakati konsep diri belum ada sejak lahir, konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Konsep diri merupakan konsep dasar dan aspek kritikal dari individu.

Tingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamman masa lalu dan saat ini tetapi oleh makna-makna pribadi yang masing-masing individu pada persepsinya mengenai pengalaman tersebut. Dunia individu yang sangat berarti ini yang dengan kuatnya mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku seseorang merupakan hasil bagaimana dia


(42)

mengamati situasi dan dirinya sendiri. Konsep diri merupakan sebuah organisasi yang stabil dan berkarakter yang disusun dari persepsi-persepsi yang tampaknya bagi individu yang bersangkutan. Psikologi Komunikasi mendefinisikan konsep diri sebagai those physical, social,and psychological perceptions of ourselve that we have derived from experiences and our interaction with other (Rakhmat, 2009: 99) Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dam fisis.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri 1. Orang Lain

Gabriel Marcell, filsuf eksistensialis dari dalam buku Drs. Jalaludin Rakhmat yang berjudul psikologi komunikasi menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita, The fact is that the we can understand ourselve by starting from the other, or from others, and only by starting from them kita mengenal diri kita dengan mengenal diri orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai saya akan membentuk konsep diri saya. (Rakhmat, 2009: 101)

George Herbert Mead menyebut orang lain yang paling berpengaruh Significant Others – orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara – saudara dan orang – orang yang tinggal dirumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya affective


(43)

others - orang lain yang dengan mereka kita memiliki ikatan emosional. Dari merakalah pelan-pelan membentuk konsep diri. Ketika kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita menilai diri kita sesuai dengan persepsi orang lain – yang Significant dan tidak – tentang dirinya. Pandangan diri terhadap keseluruhan pandangan orang lain terhadap diri disebut Generaized Others . konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. Mencoba menempaatkan diri kita sebagai orang lain. Mengambil peran sebagai ibu , sebagai ayah atau sebagai Generalized others disebut Role taking. Role taking amat penting artinya dalam pembentukan konsep diri.

2. Kelompok Rujukan ( Reference Groups )

Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang,ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.


(44)

D. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh individu. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), gambaran mental yang dimiliki individu memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri.

a. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan berkaitan dengan apa yang kita ketahui tentang diri kita, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dan sebagainya. Pengetahuan ini diperoleh individu dengan cara membandingkan dirinya dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan ini bisa dirubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara mengubah kelompok pembandingnya.

b. Pengharapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah pengharapan berkaitan dengan kemungkinan menjadi apa kita di masa mendatang dan sering disebut sebagai diri ideal (ideal self). Setiap indivisu memiliki harapan yang berbeda-beda bagi dirinya sendiri. Harapan dapat membangkitkan kekuatan yang akan mendorong seseorang untuk mencapai harapan tersebut dimasa depan.


(45)

c. Penilaian

Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian. Penilaian menyangkut unsur evaluasia, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin besar ketidak sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal (ideal self) dan yang actual maka akan semakin terendah harga diri kta. Sebaliknya orang yang memiliki harga diri yang tinggi akn menyukai siapa dirinu dan apa yang dikerjakannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian mrupakan komponen pembentuk konsep diri yang cukup signifikan. kesenjangan antara diri kita yang aktual dan diri kita yang ideal akan menimbulkan depresi, sementara bila kesenjangan antara diri kita yang aktual dengan diri kita yang ideal semakin kecil maka kita akan memperoleh kepuasan.


(46)

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis

Diri menjadi suatu konsep yang dikembangkan oleh pemikiran refleksif dari bahan-bahan yang diamati yang masih mentah. Disekitar bahan-bahan yang diamati dan konsep-konsep berkumpullah sikap-sikap evaluative dan bersifat mempengaruhi sehingga masing-masing menjadi baik ataupun buruk. Bahan-bahan evaluative ini diinternalisasikan dari budaya yang lain-lainnya, begitu juga dari diri.

Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh individu. Carl Rogers menyatakan bahwa

“konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan diri sendiri atau suatu konfigurasi persepsi tentang diri yang terorganisis yang mencakup beberapa unsur seperti persepsi diri, konsep diri dalam hubungannya dengan orang lain, nilai-nilai yang dipersepsikan dihubungkan dengan pengalaman dan obyek serta tujuan atau cita-cita yang disiapkan baik positif maupun negatif”.

Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu :

1. Orang Lain

Gabriel Marcell, filsuf eksistensialis dari dalam buku Drs. Jalaludin Rakhmat yang berjudul psikologi komunikasi menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita, The fact is that the we can understand ourselve by starting from the other, or from others, and only by starting from them kita mengenal diri kita dengan mengenal


(47)

diri orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai saya akan membentuk konsep diri saya. (Rakhmat, 2009: 101)

George Herbert Mead menyebut orang lain yang paling berpengaruh sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara – saudara dan orang – orang yang tinggal dirumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya affective others - orang lain yang dengan mereka kita memiliki ikatan emosional. Dari merakalah pelan-pelan membentuk konsep diri.

Ketika kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita menilai diri kita sesuai dengan persepsi orang lain – yang Significant dan tidak – tentang dirinya. Pandangan diri terhadap keseluruhan pandangan orang lain terhadap diri disebut Generaized Others . konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. Mencoba menempaatkan diri kita sebagai orang lain. Mengambil peran sebagai ibu , sebagai ayah atau sebagai Generalized others disebut Role taking. Role taking amat penting artinya dalam pembentukan konsep diri.

2. Kelompok Rujukan ( Reference Groups )

Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang,ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.


(48)

1.2.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teoritis di atas maka peneliti dapat mengaplikasikan teori tersebut dalam penelitian ini. Berangkat dari uraian di atas maka perlu mempunyai konsep diri yang baik.

Pangkalan Udara Sulaiman sebagai salah satu ujung tombak kekuatan Angkatan Udara senantiasa terus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Begitupun dengan Dinas Penerangan Lanud Sulaiman yang senantiasa meningkatkan kualitas personilnya dari tahun ke tahun.

Sebagai tumpuan dalam pencitraan Angkatan Udara, maka senantiasa anggota dinas penerangan memiliki konsep diri yang baik. Konsep diri yang baik akan menciptakan iklim kerja yang baik pula sehingga setiap tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, apabila anggota dinas penerangan memiliki konsep diri yang kurang baik maka tidak dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan dengan baik.

Begitu pula dengan Anggota Dinas Penerangan Lanud Sulaiman yang senantiasa harus memiliki konsep diri yang baik untuk mendukung setiap tugas yang diembannya. Dengan kualitas personil yang baik maka dapat meningkatkan kinerja dinas penerangan lanud sulaiman, sehingga dapat meningkatkan kualitas Lanud Sulaiman pada khususnya dan Angkatan Udara pada umumnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, sehingga kita tidak dapat melihat dari satu aspek saja. Faktor internal dari individu, bagaimana dia menilai dirinya, apa yang dia harapkan dari dirinya, dan


(49)

bagaimana aspek kognitif dan afektifnya. Yang paling berpengaruh adalah faktor eksternal atau faktor lingkungan, karena tentu manusia akan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan menyerap berbagai macam informasi yang ada di sekitar lingkungannya.

Berdasarkan kerangka teoritis di atas maka peneliti dapat mengaplikasikannya menjadi kerangka konseptual, untuk menjelaskan tentang konsep diri Anggota Dinas Penerangan Lanud Sulaiman Bandung.

Orang lain menjadi faktor pertama yang mempengaruhi konsep diri Anggota Dinas Penerangan Lanud Sulaiman, terutama orang-orang terdekat. Keluarga akan mempengaruhi bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh Anggota Pentak Lanud Sulaiman, apakah positif atau negatif, bagaimana lingkungan yang membesarkan mereka, karena lingkungan juga turut mempengaruhi proses pembentukan konsep diri tersebut. Istri atau suami juga turut mempengaruhi dalam proses pembentukan konsep diri baik sadar maupun tidak sadar karena mereka adalah orang terdekat dalam keseharian.

Yang kedua adalah kelompok rujukan yang mempengaruhi dalam proses pembentukan konsep diri. Untuk masuk ke dalam lingkungan militer tentunya mereka mempunyai kelompok rujukan yang mempengaruhi apakah “saya bisa menjadi seperti mereka?” Kelompok rujukan ini tentunya menjadi role model bagi seseorang yang akan membentuk dirinya di masa yang akan datang. Setelah menjadi anggota militer pun kelompok rujukan akan terus ada di sekitar mereka, seperti kesatuan, tempat bertugas, hingga medan perang yang sesungguhnya.


(50)

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Analisa Peneliti 2012 Konsep

Diri

Significant Other

Reference group

orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara – saudara dan orang – orang yang tinggal dirumah dengan kita. Penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita menilai diri kita sesuai dengan persepsi orang lain

kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang,ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.


(51)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Lanud Sulaiman

Yang menjadi objek penelitian ini adalah Pangkalan Udara Sulaiman, yang berlokasi di Kecamatan Margahayu Bandung. Pangkalan TNI AU Sulaiman merupakan salah satu pangkalan pendidikan. Pangkalan ini besar sekali ini besar sekali andilnya dalam pengadaan, pembinaan, dan peningakatan kualiatas sumber daya manusia TNI Angkatan Udara. Letaknya di kecamatan Margahayu, kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berada di tepi jalan raya menghubungkan kota Bandung, Soreang.

Berdasarkan buku “Sekilas Sejarah Lanud Sulaiman” karya Kapten Sus Joko Nugroho, S.Pd (2003) Pangkalan Udara Sulaiman atau dahulu disebut juga Pangkalan Margahayu yang luasnya 385 hektar disukai sekali penguasa Belanda membeli untuk didirikan ”Kota Paris” di daerah Bandung Selatan. Mulai awal tahun 1942, pembangunan kota Paris dimulai.

Setelah melalui penelitian dan perundingan antarapemilik tanah dengan pihak Belanda lewat perantara Kepala Desa waktu itu panggilannya “Juragan Lurah” akhirnya dapat ditentukan tentang harganya yang bervariasi sesuai letak dan kelasnya, mulai dari setengah gulden sampai tiga gulden. Beberapa kampung yang yang tanahnya dibeli dan dibebaskan oleh Penguasa Belanda kala itu adalah kampung Cedok, Paguyuban Badak, Cibadak, Cibodas,


(52)

Pesantren, Cikahiyangan, Renggaswates, Cimariuk, Masara, Cembul, Bantar Muncang, Leuwi Korod dan Cilisung. Kampung-kampung ini lalu dijadikan kompleks perumahan, kantor, rumah sakit, landasan, lapangan tembak, depo, beberapa fasilitas pendukung lapangan terbang lainnya.

Namun rencana tersebut gagal total, berhubung Jepang Mengambil alih kekuasaan dan menjajah Indonesia. Di masa Jepang menduduki Indonesia, tahun 1943 Jepang membangaun Landasan pacu dan taxy way. Untuk membuat pangkalan udara terutama landasan dan fasilitas pendukung, Jepang mengandalkan kekuasaan sebagai penjajah dan mengerahkan segala fasilitasnya. Pekerjaan dilakukan siang dan malam. Orang-orang dipaksa kerja keras, makan seadanya, didatangkan dari tempat-tempat lain, tidak hanya masyarakat Margahayu dan sekitarnya. Bersamaan sibuk membangun pangkalan, Jepang juga membangun barak untuk penampungan tawanan perang orang-orang Belanda.

Tahun 1943 pertama-tama Jepang membangun landasan pacu (Yudiro) dan taxy way (Ipangdoro). Siang malam para tenaga kerja dipaksa untuk melaksanakan perintah. Beberapa tokoh Jepang yang menangani pembuatan pangkalan udara di Margahayu mengerahkan ahli sipil dan militer. Tak hanya landasan dan fasilitas dibuat secara terburu-buru, Jepang masih sempat pula mambangun tempat-tempat perlindungan, baik untuk menyimpan pesawat maupun personel.

Karena situasi perang dunia terus berkecamuk dan kian memanas, pangkalan udara di Margahayu buru-buru digunakan kendati belum sempurna


(53)

betul. Akan tetapi posisi Jepang pada perang dunia kedua semakin sulit, bahkan akhirnya lumpuh menyusul Nagasaki di bom oleh Amerika pada tanggal 6 Agustus 1945 pukul 10 pagi dan kemudian Hiroshima di bom pada tanggal 9 Agustus 1945.

Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, di tinggalkan oleh penguasa Jepang, keadaan Pangkalan Udara Margahayu Terbengkalai. Wilayah Pangkalan termasuk Landasan dan fasilitasnya tidak dihuni serta tidak terurus.Tahun 1945 pembangunan Pangkalan Udara (PU) Margahayu, Komandan Pngkalan Udara Pertama adalah Letnan Udara Basir Surya. Menyesuaikan perkembangan organisasi di jajaran Angkatan Udara, khususnya di bidang pendidikan, dilaksanakan pemisahan antara pengoprasian pangkalan dengan pengelolaan pangkalan pendidikan. Pangkalan udara Margahayu yang secara Oprasional di bawah Komando Wilayah Udara (Kowilu) kemudian berganti menjadi Komando Daerah Udara (Kodau), dan Wing Pendidikan 2 (Wingdik 2) dibawah Komando Pendidikan Wing Pendidikan 2 yang berdiri tahun 1965 memiliki tiga Skadron Pendidikan (Skadik) yaitu, Skadik 201,202, dan 203.

Pada tahun 1966 yang menduduki pucuk Pangkalan Udara Margahayu adalah Kolonel Udara Sulaiman. Penggantian nama Pangkalan ini berdasarkan Surat keputusan Mentri / Panglima Angkatan Udara Nomor : 93/1966 tertanggal 30 Agustus 1966 Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor : 42/VII/1982 tanggl 14 Juli 1982 statusnya ditingkatkan menjadi kelas utama, yaitu Pangakalan Udara Utama (Lanuma).


(54)

Seiring dengan reorganiasi di lingkungan ABRI pada Tahun 1985, Lanuma Sulaiaman mengalami perubahan pula. Wingdik 2 berdiri sendiri, dilikuidasi dan integrasikan ke dalam Lanuma diubah menjadi Lanud (Pangkalan TNI Angkatan Udara) berdasarkan peraturan Kepala Staf TNI AU Nomor perkasau/89/2009 tanggal 12 Oktober 2009, Pangkalan TNI Angkatan Udara Sulaiaman, adalah pelaksana pendidikan TNI Angkatan Udara Sulaiaman, adalah pelaksana pendidikan TNI Angkatan Udara yang berkedudukan langsung di bawah Kodikau. Tugas Pokok Lanud Sulaiman adalah menyelenggarakan pendidikan, oprasi Udara, dan pembinaan potensi dirgantara.

Gambar 3.1

Lambang Lanud Sulaiman


(55)

3.1.2 Fungsi Lanud Sulaiman

Dalam pelaksanaan tugas, Lanud Sulaiman menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan pendidikan elektronika dasar Listrik, avionik elektronika, komunikasi navigasi, radar, avionik, separadas, dan kecabangan perwira.

b. Melaksanakan kegiatan intelijen pengamanan, oprasi udara, keamanan dan pertahanan Pangkalan serta pembinaan sumber daya.

c. Melaksanakan pembinaan kemampuan pelaksanaan tugas-tugas oprasi udara dan pembinaan potensi kedirgantaraan.

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian,dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan dan fungsi Lanud.

3.1.3 Visi Lanud Sulaiman

Dalam menjalankan tugas pokok, Lanud Sulaiman memiliki visi yaitu terwujudnya hasil didik yang berkualitas. Diharapkan dengan menghasilkan hasil didik yang berkualitas maka akan terciptanya sumber daya manusia yang memilikiintergritas tinggi dalam melaksanakan setiap tugas yang diemban.


(56)

3.1.4 Misi Lanud Sulaiman

Dalam melaksanakan tugas pokok, memiliki misi yaitu :

1. Standardkan 10 komponen pendidikan.

2. Tingkatkan hasil didik yang tanggap,tanggon dan trengginas. 3. Mantapkan sinergitas dan harmonisasi antar staf.

4. Tingkatkan kesejahteraan moril / spirituil dan materiil anggota. 5. Tingkatkan kesemaptaan jasmani anggota.


(57)

3.1.5 Struktur Organisasi Lanud Sulaiman

Gambar 3.2


(58)

Kapentak

Kaurpenpasum

Anggota

Anggota

Kaurpustak

Anggota

Anggota

3.1.6 Struktur Organisasi Penerangan dan Perpustakaan Lanud Sulaiman

Gambar 3.3


(59)

3.1.7 Job Deskription A. Kapentak

Kepala Penerangan dan Perpustakaan atau disebut Kapentak adalah pembantu/pelaksana Lanud dalam menyelenggarakan pembinaan penerangan pasukan, penerangan umun serta perpustakaan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, kapentak mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerangan pasukan, penerangan umum, dan penyelenggaraan perpustakaan.

b) Menyiapkan rencana program penerangan dan perpustakaan. c) Mengusahakan dan menyiapkan buku-buku referensi yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengembangan kemampuan satuan.

d) Bertindak sebagai juru bicara Danlanud.

e) Mengadakan koordinasi dan kerja sama dengan staf dan satuan didalam maupun diluar Lanud untuk kepentingan pelaksanaan tugas.

B. Kaurpenpasum

Kaurpenpasum adalah staf pelaksana Pentak dalam bidang penerangan umum dan penerangan pasukan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, Kaurpenpasum mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :


(60)

a) Memberi penerangan kepada masyarakat tentang kegiatan, masalah-masalah yang ada hubungannya dengan TNI AU guna menumbuhkan pengertian masyarakat dan mengangkat citra TNI AU pada umumnya dan warga Lanud Husein Sastranegara dimata masyarakat.

b) Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat luar melalui kerjasama dengan penerangan TNI dan pemerintahan daerah serta menerbitkan buletin-buletin kepada masyarakat.

c) Meliput semua kegiatan dan kejadian di Lanud dan kesatuan-kesatuan Insub, yang selanjutnya dikirimkan kepada media massa (TV, Radio, Pusat dan Koran Daerah).

d) Memberi penerangan kepada anggota termasuk keluarga guna menumbuhkan dan meningkatkan motivasi prajurit, rasa senasib-sepenanggungan dan kekompakan.

e) Membuat naskah sambutan dan pengumuman-pengumuman. f) Menyelenggarakan ceramah mengenai kebijaksanaan pimpinan

TNI / TNI AU, kejuangan, disiplin, kedirgantaraan, pembinaan mental dan sebagainya.

g) Memproduksi berbagai penerbitan.

h) Membuat dokumentasi, video (khususnya untuk kegiatan penting).

i) Membuat dokumentasi foto kegiatan dalam film hitam putih untuk melengkapi press release.


(61)

j) Membuat kliping mengenai press release Lanud Husein Sastranegara, berita masalah TNI AU dan TNI dari surat kabar, majalah dan media cetak lainnya.

C. Kaurpustak

Kaurpustak adalah pelaksana Pentak dalam menyelenggarakan perpustakaan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut Kaurpustak mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a) Menyediakan bahan bacaan bagi para anggota yang di perlukan untuk menunjang pendidikan dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuan para anggota.

b) Membantu para pengunjung perpustakaan untuk mendapatkan buku-buku yang diperlukan serta mengatur dan merapikan kembali ditempatnya sesuai dengan klasifikasi masing-masing.

c) Menyediakan bacaan surat kabar kepada para pengunjung perpustakaan.

d) Mencatat para pengunjung, buku-buku yang dipinjam / dikembalikan.


(62)

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif.

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan

bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih

mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif “. (Mulyana, 2007:150)

Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, dan lain sebagainya. Berg menyatakan dalam definisinya bahwa: “Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning, concepts, definitions, characteristics, methamorps, simbols, and descriptions of things”.

Suatu penelitian kualitatif dirancang agar hasil penelitiannya memiliki kontribusi terhadap teori. Apa yang diangkat dari fenomena yang terjadi menjadi bahan bagi ilmuan untuk menjadi bahan penyusunan teori baru. Penelitian kualitatif juga seringkali digunakan untuk maksud merevisi dan transformasi sejarah.

Denzin dan Lincoln (Moleong, 2001:5), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai


(63)

metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, studi dokumen, dan dengan melakukan triangulasi.

.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka yaitu dimana peneliti mencari data dengan cara menelusuri literatur-literatur (Buku, majalah, jurnal-jurnal ilmiah, dan lain-lain).

3.2.2.2 Studi Lapangan a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog langsung dengan responden untuk menggali informasi dari responden. Stewart (dalam skipsi Linda Yulianti : 2011) menyatakan :

Defenisi wawancara adalah “suatu proses komunikasi diadik rasional dengan

tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk

mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab “atau singkatnya”


(64)

terbatas, karena wawancara membatasi wawancara dengan tujuan yang serius. Wawancara juga telah menjadi bentuk hiburan yang popular seperti disiarkan televisi dan radio.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap anggota Dinas Penerangan Lanud Sulaiman tentang konsep diri dalam kaitannya meningkatkan citra Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung permasalahan yang ada dengan menggunakan indera penglihatan peneliti.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian.

Lazimnya informan atau narasumber penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa “kasus” (satu kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi (pranata) sosial. Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informan) seseorang atau beberapa orang, yaitu


(65)

orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti.

Untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan subjek penelitian dan bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian, peneliti memilih semua informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sesuai dengan kebutuhan. Informan dalam penelitian ini adalah anggota Penerangan Lanud Sulaiman, orang terdekat anggota penerangan dan juga rekan sejawat penerangan di Pangkalan Udara lain sebagaimana bisa dilihat di bawah ini :

Tabel 3.1 Informan

No Nama Jabatan

1 Kapten Sus Amir Sarip Kapentak 2 Lettu Sus John Efendy Kaurpenpasum 3 Supriyatin Istri Lettu Sus John

Efendy

4 Kapten Sus Muslihudin Kapentak Lanud Suryadarma Kalijati Sumber : Catatan Peneliti

Informan penelitian ini berjumlah empat orang yaitu Kepala Penerangan dan Perpustakaan Kapten Sus Amir Syarip, Kepala Urusan Penerangan Pasukan dan Umum Lettu Sus John Efendy, Istri Lettu John Efendy yaitu Supriyatin dan juga Kapentak Lanud Suryadarma Kalijati Kapten Sus Muslihudin.


(66)

3.2.4 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi kualitatif dengan metode deskriptif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara ataupun observasi. Karena penelitian ini merupakan kualitatif, sehingga pada tahap penganalisaan data, peneliti dituntut untuk mampu memberikan makna pada data.

1. Data yang dihasilkan adalah data yang didapat pada saat melakukan wawancara, observasi dan internet searching dikumpulkan dan kemudian diolah.

2. Klasifikasi data, yakni proses penelitian. Pemusatan penelitian pada penyederhanaan data mentah dari catatan lapangan atau penelitian, membuat ringkasan, kualifikasi jawaban atau informan penelitian. Klasifikasi data ini digunakan agar peneliti benar-benar memilih data-data yang dianggap valid.

3. Proses akhir analisis data dan pembahasan yang didasarkan pada rujukan berbagai teori yang digunakan dimana didalamnya ditentukan suatu kepastian mengenai aspek teori dan kesesuaian dengan fakta hasil penelitian dilapangan.


(67)

3.2.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (2009:270)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan


(68)

observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono,2009:270-274)

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2001:334)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2009:275-276)


(69)

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.4.1 Lokasi

Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data sebagai syarat penulisan Tugas Akhir ini, penulis memilih Pangkalan Udara Sulaiman yang berada di Jl. Margahayu-Bandung.

Telp : 022-5402974 ext : 144 Website : www.lanud-sulaiman.mil.id


(1)

3. Tetap semangat dalam menjalankan setiap tugas, karena Angkatan Udara adalah garda terdepan dalam pengamanan wilayah udara nasional dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

4. Tetap patuh dan setia pada sumpah prajurit dan sapta marga dalam mengawal kedaulatan negara.

5.2.2 Saran untuk peneliti selanjutnya

1. Mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang konsep diri prajrit militer disarankan untuk studi pendahuluan terlebih dahulu demi kelancaran penelitian.

2. Persiapkan segala sesuatu kepentingan yang berhubungan dengan penelitian, seperti menyiapkan surat-surat, wawancara dan mengambil data dengan baik.

3. Pergunakan dan maksimalkan waktu selama melakukan penelitian agar penelitian bisa lebih maksimal.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang : UMM Press

Anggoro, M.Linggar. 2008. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

Cangra, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Girafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. M.A., Ph.D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______________. 2007 .Metode Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nugroho, Joko. S.Pd. 2003. Sekilas Sejarah Lanud Sulaiman. Bandung : CV Angga Puri

Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Satori, Djam’an. Prof. Dr. M.A. & Komariah, Aan. Dr. M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alvabeta, CV


(3)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung ; Alfabeta

Sumber lain :

Radita (43307002). 2011. Peranan Dinas Penerangan Lanud Husein Sastranegara Dalam Membentuk Citra Positif Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara : UNIKOM

Yulianti, Linda (41807036) 2011. Konsep Diri Mahasiswa Perokok di Kota Bandung (studi Fenomenologi Konsep Diri Mahasiswa Perokok di Kota Bandung) : UNIKOM

Internet Searching :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/ (Minggu 4 Maret 2012, 19.12 WIB)

http://www.thesisfull.com/definisi-penelitian/ (Minggu, 4 Maret 2012, 15:32 WIB)

http://www.ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/ (Rabu, 10 November 2010, 18:24 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal#Konsep_diri (Minggu 4 Maret 2012, 14:41 WIB)

http://www.a741k.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm (Minggu 4 Maret 2012, 14:41 WIB)

http://www.lanud-sulaiman.mil.id (Minggu 25 Maret 2012, 13.54 WIB)


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI :

Nama : Indra Nugraha

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Mei 1987 Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Lengkap : Komp. Dirgantara Blok E.20 Seskoau Lembang – Jawa Barat

Nama Ayah : Muslihudin

Pekerjaan Ayah : TNI Angkatan Udara

Nama Ibu : Rahayuningsih

Pekerjaan Ibu : PNS TNI Angkatan Udara Alamat Lengkap Orang Tua : Komp. Dirgantara Blok E.20

Seskoau Lembang – Jawa Barat Telepon : (022) 2786136 – ext 3032


(5)

II. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2008 – sekarang : Mahasiswa Univeritas Komputer Indonesia Bandung, Program Studi Ilmu Komunikasi

Tahun 2005 – 2008 : Mahasiswa Univeritas Komputer Indonesia Bandung, Program Studi Teknik Informatika

Tahun 2002 – 2005 : SMAN 1 KUTA, Tuban, Badung, Bali

Tahun 1999 – 2002 : SLTPN 49 Jakarta

Tahun 1994 – 1999 : SD Angkasa 04 Halim P, Jakarta Tahun 1992 – 1994 : Taman Kanak-Kanak Angkasa 06

Halim P, Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

 Aktif dalam Pramuka selama SD

 OSIS SLTP

 OSIS SMA

 Wakil Ketua III Forum Komunikasi Putra-putri Anggota TNI dan Polri Rayon Kuta

 Ketua divisi Pengabdian Pada Masyarakat Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi


(6)

IV. PELATIHAN

 2008 Pelatihan Enterpreneur 2008 di Universitas Pendidikan Indonesia

 2009 Table Manner Course Hotel Jayakarta Bandung

 2009 Mentoring Agama Islam di Universitas Komputer Indonesia

 2009 Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri di Universitas Komputer Indonesia

 2009 Seminar Bedah Buku Crowd Marketing Becomes Horizontal

 2009 Kuliah Umum Kebudayaan Film & Sensor Film di Universitas Komputer Indonesia

 2011 Seminar Rossy Goes To Campus

Peneliti

Indra Nugraha NIM : 41805880