LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH ACARA

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH

ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

OLEH:
MUHAMMAD AZIZ MUSLIM
A1L011122
ROMBONGAN 6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012

1

ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

Tanggal Praktikum

:

Nama

: Muhammad Aziz Muslim

NIM

: A1L011122

Rombongan

:E

Asisten

: 1. Septia Linda Nurvita
2. Ratri Noorhidayah

3. Soffa
4. Nova Margareth

2

I. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada konsep
sebagai media alami bagi pertimbuhan tanaman. Bila kota-kota besar berkembang
tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan
bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi
rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai
bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami
pelapukan atau regolit(Foth, 1988).
Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan
alam (natural material) dipermukaan bumi(Hakim, 1986).

Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral
maupun organic yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan
bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifatsifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.
Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi
persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat
berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi
tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah
sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui
kandungan bahan organic dalam tanah tersebut.

3

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras
dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk

ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman,
semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna
tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan
kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil
karya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan
profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di
dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang
profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk
budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama
dalam budidaya pertanian.

B.

Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan

membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.


4

II.

A.

METODE KERJA

Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol semprot,
cawan porselin, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih..
b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah halus (
0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan
kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir
seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain
(Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan

diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah.
Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang
terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air.
Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi
seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadangkadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah
berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida
anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi
(Soegiman, 1982).
Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh data derajat kerut
untuk tanah andisol yaitu :6,.94%; tanah entisol: 1.44% ; inceptisol : 2.48%;

12

ultisol : 3.69% dan vertisol: 14,77%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat
kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah

vertisol. Tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi,
retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah
entisol, tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa
horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan.
Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian
terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan
dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung
bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar
dari dataran banjir.
Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan ketiga adalah ultisol,
yg terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah
iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga
mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah
dari 35 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan
bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat adalah
inceptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang
diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan
batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat

(Buckman, 1982).
Produktivitas alami Inseptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur
dan ada juga yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada tanah
Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic
alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang
berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas.

13

Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan
laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur
kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran
banjir
Dari praktikum diketahui bahwa derajat kerut dari Entisol adalah
1.44%, Andisol merupakan tanah yang mempunyai derajat kerut paling kecil.
Andisol terdapat di wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung.
Bahaninduknyaadalah abu atau tuf volkan proses pembentuk tanah adalah
alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah warna tanahnya adalah hitam, kelabu
sampai coklat tua.tekstur lemah lapisan bawah agak gumpal dengan konsistesi
gembur. Pada praktikum derajat kerut tanah Andisol ini mempunyai derajat

kerut paling kecil yaitu 6.94% hal ini berkaitan dengan kandungan bahan
organic tanah. semakin tinggi bahan organic tanah, maka tanah tersebut akan
mempunyai derajat kerut yang kecil.

14

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan
1. Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2. Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
3. Urutan derajat kerut tanah dari yang paling tinggi ke rendah yaitu vertisol
entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
4. Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya
semakin tinggi

2.


Saran
Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk serius dan bersungguh-sungguh

dalam melakukan pengamatan terhadap acara praktikum derajat kerut tanah agar data
yang di hasilkan valid dan sesuai

15

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut
Pertanian Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

16

17