ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. ULTRAJAYA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk. Tahun
2012

Dewi Maya Sari
20100420193
Kelas B
Juni 2013

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah analisis laporan keuangan ini
adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah, dan implementasi langsung dari pemahaman
hasil studi Analisis Informasi Keuangan yang diperoleh selama mengikuti kuliah. Makalah

ini dibagi menjadi empat bagian bab. Bab pertama tentang dasar teori dan kondisi lingkungan
perusahaan. Bab kedua berisi tentang analisis fundamental laporan keuangan dan analisis
kebangkrutan. Bab ketiga berisi kesimpulan analisis fundamental laporan keuangan dan
analisis kebangkrutan. Bab terakhir adalah rekomendasi dari penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah analisis ini tidak dapat
selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan
rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Ietje Nazaruddin, selaku Dosen mata kuliah Analisis Infornasi Keuangan
2. Teman-teman yang selalu mensupport penulis sehingga dapat menyelesaikan analisis
laporan keuangan ini.
3. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas
dukungannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian semua pihak. Semoga
karya kecil ini yang disusun dalam laporan analisisdapat bermakna positif bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Juni 2013
Penulis

(Dewi Maya Sari)


BAB I
Dasar Teori dan Kondisi Lingkungan Perusahaan

A. Dasar Teori
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan
perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang. Analisis laporan keuangan
dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha kemajuan
keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan
mengukur hubungan antar unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsurunsur itu dari tahun ke tahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.
Dalam menganalisis posisi keuangan dan tingkat pertumbuhan perusahaan , faktor yang
paling diperhatikan adalah :
-

Likuiditas yang menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban pada saat ditagih. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu, pertama kewajiban keuangan yang berhubungan dengan
pihak luar perusahaan (kreditur) disebut dengan likuiditas badan usaha, kedua kewajiban

keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan) disebut dengan
likuidasi perusahaan .

-

Solvabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.

-

Rentabilitas atau profitability menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.

-

Stabilitas Usaha menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga atas hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang – hutang tersebut
tepat pada waktunya.


Likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta stabilitas dapat diketahui dengan cara menganalisa
dan menginterpretasikan laporan keuangan dengan menggunakan metode atau teknik analisa
yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa. Dari hasil analisa akan diperoleh informasi yang
berhubungan dengan masalah kinerja keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.

B. Gambaran Umum Perusahaan
Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak awal tahun 1960an oleh Bapak
Achmad Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
(“Perseroan”) dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang terkemuka di bidang
industri makanan & minuman di Indonesia. Pada bulan Juli 1990 Perseroan melakukan
penawaran perdana saham-sahamnya kepada masyarakat (Initial Public Oering = IPO).
Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang minuman
Perseroan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti minuman susu cair, minuman teh,
minuman tradisional dan minuman untuk kesehatan. Produk minuman ini diproduksi dengan
teknologi UHT (Ultra High Temperature) yaitu pemanasan sampai 140% C selama 3-4 detik
sehingga produk itu steril tanpa merusak atau mengurangi kandungan nutrisi, dan kemudian
dikemas dalam kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material) sehingga bisa tahan
lama tanpa harus menggunakan bahan pengawet. Di bidang makanan Perseroan


memproduksi susu bubuk (powder milk), dan susu kental manis (sweetened condensed milk).
Perseroan juga memproduksi konsentrat buah-buahan tropis (tropical fruit juice concentrate).
Bahan baku susu murni dipasok oleh para peternak sapi yang tergabung dalam
Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) – Pangalengan dan Koperasi Unit Desa lainnya.
Untuk menjaga kelangsungan dan keteraturan pasokan bahan baku ini Perseroan membina
dan memelihara hubungan kemitraan yang sangat baik dengan para peternak antara lain
dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan baik segi teknik, manajemen, dan
permodalan. Bahan kemasan aseptik (aseptic packaging materials) untuk produk minuman
UHT masih diperoleh secara impor.
Perseroan menjual hasil produksinya ke seluruh pelosok di dalam maupun luar negeri.
Penjualan langsung (direct selling) dilakukan ke toko-toko, kios-kios, dan pasar-pasar
tradisional lainnya di seluruh Pulau Jawa dengan menggunakan armada penjualan milik
Perseroan yang terdapat di kantor-kantor pemasaran yang terletak di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, serta beberapa kota lainnya di
Pulau Jawa. Penjualan melalui pasar-pasar modern (modern trade) dilakukan ke supermarket,
hypermarket, dan mini market yang tersebar di seluruh wilayah di P.Jawa. Sedangkan
penjualan tidak langsung (indirect selling) dilakukan ke pelanggan yang berada di luar Pulau
Jawa dan dilakukan melalui agen atau distributor yang ditunjuk yang tersebar di seluruh
ibukota propinsi di seluruh wilayah Indonesia. Disamping penjualan di dalam negeri
Perseroan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara.


C. Kondisi Ekonomi Nasional
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23% dibanding tahun
2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 9,98%, diikuti oleh Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11%, Sektor Konstruksi 7,50%, Sektor Keuangan, Real
Estat dan Jasa Perusahaan 7,15%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40%, Sektor Industri
Pengolahan 5,73%, Sektor Jasa-Jasa 5,24%, Sektor Pertanian 3,97%, dan Sektor
Pertambangan dan Penggalian 1,49%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2012
mencapai 6,81% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.
Pertumbuhan kondisi ekonomi yang meningkat ini memberikan dampak positif
terhadap PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Karena pertumbuhan sektor
pertanian akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi mengingat PT Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company Tbk adalah perusahaan di sektor makanan dan minuman.
Tingkat inflasi yang dapat dikendalikan di 4,3 persen di mana nilai ini jauh lebih rendah
dari asumsi 6,8 persen. Rendahnya laju inflasi ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi
inflasi masyarakat, yang juga didukung terjaganya kelancaran dan kecukupan pasokan barang
dan jasa, serta terjaganya stabilitas harga barang-barang strategis.
Untuk rata-rata suku bunga SPN 3 bulan mencapai 3,2% yang lebih rendah dari asumsi

sebesar 5%. Ini dapat terjadi karena masih tingginya permintaan SPN dan rendahnya tekanan
inflasi. Sementara itu, nilai tukar rupiah mencapai Rp9.384/US$ yang melemah dari asumsi
Rp9.000/US$. Pelemahan ini karena adanya tekanan pada neraca pembayaran Indonesia
sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global dan tingginya permintaan impor.

D. Analisis Kebijakan Akuntansi dan Opini Auditor
 Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian adalah
menggunakan dasar akrual (accrual basis), kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian.
Laporan arus kas konsolidasian disusun menggunakan metode langsung dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Untuk tujuan penyusunan laporan arus kas konsolidasian, kas dan setara kas mencakup
kas, kas di bank, dan deposito dengan jangka waktu tiga bulan atau kurang, setelah
dikurangi cerukan, jika ada. Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan penggunaan estimasi dan asumsi. Hal
tersebut juga mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam proses
penerapan kebijakan akuntansi perusahaan. Area yang kompleks atau memerlukan tingkat
pertimbangan yang lebih tinggi atau area di mana asumsi dan estimasi dapat berdampak
signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasian ini adalah Rupiah
Indonesia (Rupiah) yang merupakan mata uang fungsional Grup.
Kebijakan untuk persedian, persediaan diakui sebesar nilai yang lebih rendah antara
harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan dengan
menggunakan metode rata-rata bergerak. Laba/(rugi) yang sifatnya biasa antara lain yang
timbul karena selisih penghitungan fisik dan kerugian kerusakan bahan karena
penyimpanan, dikoreksi pada nilai persediaan dan dibebankan ke dalam pendapatan
(beban) lain-lain. Penyisihan untuk persediaan suku cadang using ditentukan berdasarkan
estimasi penggunaan suku cadang pada masa depan.
Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan estimasi masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa
manfaat ekonomis aset tetap antara 3 (tiga) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun. Ini
adalah umur yang secara umum diharapkan dalam industri dimana Grup menjalankan
bisnisnya.

Perubahan

tingkat

pemakaian


dan

perkembangan

teknologi

dapat

mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya
penyusutan masa depan mungkin direvisi.

Dalam penyisihan cadangan kerugian piutang, perusahaan mengevaluasi akun-akun
tertentu jika terdapat informasi bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi kewajiban keuangannya. Dalam hal tersebut, perusahaan mempertimbangkan
berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada, jangka
waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit dan faktor pasar yang telah
diketahui, untuk mencatat penyisihan spesifik atas jumlah piutang pelanggan guna
mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh perusahaan. Penyisihan
spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima

mempengaruhi jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai atas piutang usaha.

 Opini Auditor
Opini auditor atas laporan keuangan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
pada akhir tahun 2012 adalah Wajar Tanpa Pengecualian. Hal ini menunjukkan bahwa
laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan tidak terdapat salah saji material.
Sehingga, dengan begitu para pengguna laporan keuangan akan lebih mempercayai
informasi yang disampaikan tersebut dan dapat mengambil keputusan untuk menanamkan
modal ataupun memberi pinjaman kepada perusahaan tersebut.

BAB II
Analisis Fundamental Laporan Keuangan dan Analisis Kebangkrutan

 Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas
1. Rasio Likuiditas
Rasio Lacar=

Aktiva Lancar 1.196 .426 .603 .843
=
=2,018

Hutang Lancar
592.822.529 .143

Rasio tersebut bisa diinterpretasikan sebagai berikut: artinya, setiap Rp. 1 hutang dijamin
oleh Rp. 2,018 aktiva lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada
angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang
seharusnya. Dalam hal ini, untuk PT Ultrajaya rasio lancarnya termasuk normal. Rasio
lancar yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar
yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang berpengaruh tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang
lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap.

Rasio Quick =

Aktiva Lancar −Persediaan 1.196 .426 .603.843−334.169 .035934
=
=1,454
Hutang Lancar
592.822.529 .143

Angka diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut; setiap Rp. 1 hutang dijamin oleh
Rp. 1,454 aktiva lancar diluar persediaan. Angka yang terlalu tinggi menunjukkan
indikasi kelebihan aktiva lancar, sedangkan angka yang terlalu rendah menunjukkan
tingkat likuiditas yang lebih tinggi.

2. Rasio Solvabilitas
Rasio total hutang terhadap Total aset=

Total hutang 744.274 .268 .607
=
=0,3075
Total aktiva 2.420.793 .382 .029

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi
berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi.
Penggunaan financial laverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham
dengan cepat, dan begitupun sebaliknya. PT Ultrajaya Milk Industry menggunakan dana
dari kreditur 30% dari total dananya, yang berarti tidak begitu besar. Rasio ini juga
menginterpretasikan setiap Rp.0,3075 hutang perusahaan dijamin oleh Rp.1 aset
perusahaan.

3. Rasio Aktivitas
Perputaran piutang=

Penjualan 2.809 .851.307 .439
=
=9,44 kali
Piutang
297.400 .522.080

Rata−rataumur puitang=365/Perputaran piutang=365/9,44=38,6 hari
Dari perhitungan tersebut, piutang berputar 9,44 kali dalam setahun dan diperlukan
waktu 38,6 hari dari piutang menjadi kas. Untuk melihat baik tidaknya angka tersebut,
perusahaan bisa membandingkan dengan industry atau dengan kebijakan di perusahaan.
Angka rata-rata piutang yang terlalu rendah bisa jadi mengindikasikan kebijakan piutang
terlalu ketat dan hal ini bisa menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa
dimanfaatkan. Namun, bila terlalu tinggi juga menunjukkan kemungkinan tidak
kembalinya piutang yang lebih tinggi.

Perputaran persediaan=

Harga Pokok Penjualan 1.908 .109 .047 .237
=
=5,7 kali
Persediaan
334.169 .035934

Rata−rataumur persediaan=365/Perputaran persediaan=365/5,7=63,9 hari
Dalam satu tahun persediaan berputar 5,7 kali dan kalua lamanya umur persediaan 63,9
hari. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan.
Sebaliknya, perputaran yang rendah mengindikasikan kurangnya pengendalian
persediaan yang efektif.

Perputarantotal aktiva=

Penjualan 2.809.851 .307 .439
=
=1,16
Total Aktiva 2.420.793 .382 .029

Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi
biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan
bahwa manajemen harus mengevalusi strategi, pemasaran, dan pengeluaran modalnya.

4. Rasio Profitabilitas
Profit margin=

Laba Bersih
353.431.619 .485
=
=0,1258 atau 12,58 %
Penjualan 2.809.851 .307 .439

Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidak efisienan manajemen.

ROA=

Laba bersih 353.431 .619.485
=
=0,1460 atau 14,6 %
Total aktiva 2.420 .793 .382.029

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang
berarti manajemen berjalan dengan efisien.

 Analisis Pasar
PER=

Harga saham per lembar 1.080
=
=8,85 kali
Earning per lembar
122

PER melihat harga saham relatif terhadap labanya. Perusahaan yang berprospek baik
adalah perusahaan yang memiliki PER yang tinggi. Namun, bagi investor PER yang
tinggi tidak terlalu menarik karena kemungkinan capital gain yang diperoleh akan lebih
kecil.

D e viden yield=

Deviden per lembar
10
=
=0,009=0,9 %
Harga saham per lembar 1.080

Rasio pembayaran Deviden=

Deviden per lembar 10
=
=0,08=8 %
Earning per lembar 122

Deviden yield merpakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya
perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan memiliki deviden
yield yang rendah, karena deviden sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Sama
halnya dengan devidend yield, perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi juga
memiliki rasio pembayaran deviden yang rendah.

 Analisis Cashflow
Cash flow iquidity=

Net CFFO
491.603.153 .597
=
=0,82 kali
Current liabilities 592.822.529 .143

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara kas bersih dari aktivitas operasi dengan
jumlah hutang jangka pendek. Gunanya untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam periode
berjalan yang dinyatakan dalam jumlah tertentu. Idealnya nilai tersebut harus 1 agar
perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek nya.

 Analisis Kebangkrutan
X 1=

Modal kerja 603.604 .074 .700
=
=0,25
Total aktiva 2.420.793 .382 .029

X 2=

Laba ditahan 1.004 .984 .228.158
=
=0,41
Total aktiva 2.420 .793.382 .029

X 3=

EBIT
457.970.115 .184
=
=0,1 9
Total Aktiva 2.420.793 .382 .029

X 4=

Modal sendiri 577.676 .400.000
=
=0,77
Total hutang 744.274 .268.607

X 5=

Penjualan 2.809.851 .307 .439
=
=1,16
Total Aktiva 2.420.793 .382 .029

Z=1,2 ( X 1 ) +1,4 ( X 2 ) +3,3 ( X 3 ) + 0,6 ( X 4 ) +1,0 ( X 5 )
¿ 1,2 ( 0,25 ) +1,4 ( 0,41 ) +3,3 ( 0,19 ) +0,6 ( 0,77 ) +1,0 ( 1,16 )
¿ 0,312+0,574+ 0,627+0,462+1,16
¿ 3,135 (Prediksi Kebangkrutan)
Analisa Kebangkrutan Z, adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat
kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu
kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan, maka berdasarkan analisa ini
apabila nilai Z < 1,80 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z diantara 1,81
−¿3,00 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila Z > 3,00 aman dari
kebangkrutan. Nilai Z dari PT Ultrajaya Milk Industry 3,135 maka bisa dikatakan
bahwa PT Ultrajaya Milk Industry aman dari kebangkrutan ataupun kesulitan keuangan.

 Laporan Laba rugi PT Ultrajaya Milk Industry
Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2010

Penjualan

2.809.851.307.439

2.102.383.741.532

Beban pokok
penjualan

1.908.109.047.237

1.476.677.453.814

Laba kotor

901.742.260.202

625.706.287.718

592.243.953.972

Biaya penjualan,
administrasi umum
dan lain-lain

472.400.760.324

489.061.834.376

406.826.687.113

Laba Usaha

429.341.499.878

136.644.453.342

185.417.086.859

28.628.615.306

20.173.453.086

17.506.454.838

Pendapatan Lain-lain

1.880.411.473.916
1.288.167.519.944

Laba sebelum pajak

457.970.115.184

156.817.906.428

202.923.541.697

Pajak penghasilan

104.538.495.699

28.368.562.376

7.231.995.350

Laba bersih

353.431.619.485

128.449.344.052

107.339.358.519

 Analisis Common Size Laporan Laba Rugi PT Ultrajaya Milk Industry
Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2010

Penjualan

100

100

100

Beban pokok penjualan

67,9

70,2

68,5

Laba kotor
Biaya penjualan, administrasi
umum dan lain-lain
Laba sebelum pajak

32,1

29,8

31,5

16,8

23,2

21,6

15,3

6,6

9,9

Pajak penghasilan

3,7

1.3

5

Laba bersih
11,6
5,3
Trend yang dihasilkan dari tahun 2010 ke tahun 2012 adalah meningkat.

4,5

Analisis Common size PT Ultrajaya Milk Industry menunjukkan bahwa persentase laba
dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini mengindikasi bahwa trend beban mengalami
penurunan walaupun pada tahun 2011 meningkat namun, pada tahun 2012 kembali turun
sehingga tidak menyebabkan penurunan persentase laba tahun berjalan.

BAB III
Kesimpulan Analisis Fundamental dan Analisis Kebangkrutan

A. Aspek Return
Dilihat dari segi aspek return, PT Ultrajaya Milk Industry memiliki rasio profitabilitas
yang baik (profit margin 12,8% dan ROA 14,6%). Dimana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba baik berdasarkan tingkat penjualan tertentu maupun berdasarkan

tingkat aset tertentu cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan
berjalan dengan efisien. Namun, jika dilihat dari perputaran piutang (9,44 kali/tahun) dan
rata-rata umur dari piutang menjadi kas (38,6 hari) bisa dibilang kurang baik. Karena,
rata-rata umur piutang yang rendah mengindikasikan kebijakan piutang yang terlalu ketat
dan bisa menyebabkan penurunan penjualan. Begitu pula dengan perputaran persediaan
dan umur persediaan, PT Ultrajaya Milk Industry memiliki perputaran persediaan sebesar
5,7 kali/tahun dan umur piutang hanya 63,9 hari. Perputaran persediaan yang rendah
menunjukkan bahwa pengendalian persediaan perusahaan berjalan kurang efektif. Dalam
analisis pasarnya, PT Ultrajaya Milk Industry memiliki PER 8,85 kali. Meskipun
dikatakan bahwa perusahaan yang berprospek baik adalah yang memiliki PER yang
tinggi, namun dari sudut pandang investor malah sebaliknya. Maka dapat dikatan bahwa
investor mungkin akan tertarik dengan PT Ultrajaya karena tidak memiliki PER yang
tinggi. Maka kesimpulannya adalah PT Ultrajaya baik dalam aspek return-nya walaupun
ada beberapa rasio yang menunjukkan angka kurang baik namun hal itu dapat diperbaiki
dengan evaluasi dan pengelolaan yang semakin ditingkatkan.

B. Aspek Resiko
 Resiko Jangka Pendek
Dalam analisis likuiditas perusahaan diperoleh rasio lancar 2,018 dan rasio quick
1,454. Karena rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2 maka
kesimpulannya rasio lancar PT Ultrajaya Milk Industry termasuk normal. Dapat
dikatakan bahwa PT Ultrajaya Milk Industry tidak menunjukkan adanya kelebihan aktiva
lancar. Hal ini baik karena aktiva lancar yang berlebih akan berpengaruh tidak baik

terhadap profitabilitas perusahaan. Dari perhitungan analisis arus kas, diperoleh cash
flow liquidity sebesar 0,82 kali. karena idealnya nilai tersebut adalah 1, dan cash flow
liquidity PT Ultrajaya mendekati 1 dapat dikatakan perusahaan mampu memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dalam periode tertentu. sedangkan dilihat dari prediksi
kebangkrutan, karena nilai Z PT Ultrajaya sebesar 3,135 > 3,00 maka PT Ultrajaya aman
dari kebangkrutan. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa PT Ultrajaya berprospek
baik dalam jangka pendeknya.

 Resiko Jangka Panjang
Rasio solvabilitas yang tinggi menunjukkan dana yang disediakan oleh kreditur juga
tinggi. PT Ultrajaya memiliki rasio solvabilitas sebesar 0,3075 atau 30% menggunakan
dana dari kreditur. Maka dapat disimpulkan bahwa pengunaan financial leverage PT
Ultrajaya Milk Industry tidak terlalu besar yang berarti perusahaan cukup mandiri
dengan modal sendiri. Dengan begitu untuk resiko jangka panjangnya tidak terlalu
mengkhawatirkan karena perusahaan dapat terus berjalan meskipun dana oleh kreditur
tidak besar.

BAB IV
Rekomendasi

 Manajemen
Dari hasil perhitungan rasio aktivitas menunjukkan bahwa umur piutang dan perputaran
persediaan terbilang rendah. hal ini mengindikasikan bisa jadi kebijakan piutang dan
pengendalian persediaan kurang baik. oleh karena itu manajemen harus lebih bijak dalam

membuat kebijakan piutang dan mengendalikan persediaan agar perusahaan dapat
menghasilkan laba secara maksimal.

 Investor
Dari aspek return dapat terlihat bahwa perusahaan menghasilkan profit margin dan ROA
yang cukup baik, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga
baik. Begitupun dari perhitungan PER yang memungkinkan harga saham akan terus naik
dan capital gain yang akan diperoleh investor juga bisa lebih besar. maka dari itu, para
investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham PT Ultrajaya Milk Industry.

 Kreditur
PT Ultrajaya Milk Industry tidak terlalu banyak menggunakan dana dari kreditur, hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan bisa mandiri. Dengan begitu, seharusnya para
kreditur dapat mempercayakan dananya kepada perusahaan dan tidak perlu khawatir
perusahaan nantinya tidak mampu membayar hutang.

DAFTAR PUSTAKA

(n.d.).

Retrieved
Juni
18,
2013,
from
Majalah
Pendidikan:
http://www.majalahpendidikan.com/2011/11/pengertian-analisis-laporankeuangan.html

(n.d.).

Retrieved
Juni
18,
2013,
http://www.depkeu.go.id/ind/Read

from

Departemen

Keuangan

DRA. (n.d.). Analisia Laporan Keuangan. Modul Manajemen Keuangan Bab II.
Hidayat, R. I. (n.d.). Analisa Kebangkrutan Z-score. Retrieved Juni 18, 2013

RI:

Latifah, N. (2009). Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Analisa. Fokus
Ekonomi Vol-4 No-2, 46-59.
Nainggolan, A. (n.d.). Analisa Laporan Keuangan. Pusat Pengembangan bahan ajar-UMB.
Nuraini, A. (n.d.). Analisis Laporan Keuangan. Retrieved juni 18, 2013, from
http://annisa10211978.blogspot.com/2012/06.pengertian-analisis-laporankeuangan.html
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (2011 - 2012). Annual Report.
Indonesia.