Makalah Profesi Keguruan Administrasi Pe

ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Profesi Keguruan
yang Dibina Oleh Ibu Erwin Qodariah, M.Pd

oleh :
Mardijah

201210060311016

Mawarita Rasyid

201210060311021

Rifna Dwi Hapsari

201210060311022

Shara Jannati


201210060311025

Eka Indriani

201210060311040

Riska Dwi Yelanitasari

201110060311015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada Bu Erwin,
selaku dosen pembimbing Matakuliah Profesi Keguruan yang berkenan membimbing kami sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Makalah ini mengupas “Administrasi Pendidikan dalam Profesi Keguruan”, melalui

makalah ini kami mencoba memaparkan pengertian, fungsi, lingkup, bidang garapan administrasi
pendidikan, serta pelaksanaan peran guru yang memerlukan bantuan dari pemahaman dan
keterampilan dalam administrasi pendidikan di sekolah”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik konstruktif dari
pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama bagi
mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Malang, 2 November 2013
Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................................2

A.

Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan......................................................................2
1.

Pengertian Administrasi Pendidikan......................................................................................2

2.

Konsep Administrasi Pendidikan...........................................................................................3

B.

Fungsi Administrasi Pendidikan................................................................................................7
1.

Tujuan Pendidikan Menengah...............................................................................................7

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah.......................................................8
C.


Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah...............................................11

D.

Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan.........................................................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai tenaga kependidikan khususnya guru, wawasan tentang administrasi pendidikan amat
penting karena pemahaman tentang latar kerja guru. Wawasan itu dapat membantunya mengambil
keputusan yang tepat dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
Dalam hal ini setidaknya para tenaga kependidikan memahami pengertian, fungsi, lingkup
bidang garapan administrasi pendidikan, serta pelaksanaan peran guru yang memerlukan bantuan

pemahaman dan keterampilan dalam administrasi pendidikan. Untuk itu perlu dipahami pula peranan
administrasi pendidikan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional serta peranan pendidikan
administrasi pendidikan dengan pencapaian tujuan sekolah.

B. Rumusan Masalah
a.

Apa yang dimaksud dengan adminsitrasi pendidikan?

b.

Apa fungsi administrasi pendidikan?

c.

Bagaimana ruang lingkup garapan administrasi pendidikan?

d.

Bagaimana peranan guru dalam administrasi pendidikan?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan administrasi pendidikan
2. Untuk memahami fungsi administrasi pendidikan
3. Untuk memahami lingkup garapan administrasi pendidikan
4. Untuk memahami peranan guru dalam administrasi pendidikan

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai
aspeknya.
Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengetian kerja sama untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai
tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pemantauan, penilaian.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem
adlah keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinterksi dalam suatu untuk merubah menjadi
keluaran
Keempat, administrsi pendidikan juga dapat dilihat dari segi memanjemen jika
administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju pad usaha untuk melihat apakah
pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujaun pendidikan sudah mencapai
sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
Administrasi pendidikan di lihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab
pertanyaan bagaimana kemampuan administrator pendidikan itu apakah ia dapat
melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodho
dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Keenam, administrsi pendididkan juga dapa dilihat dari proses pengambilan
keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok
oranga bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada
bermacam masalah dan ia haru memecahkan masalah itu.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi
dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang
kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.

Kedelapan, administrasi seringkali di artika dalam pengertian yang sempit yaitu
kegiatan

ketatausahaan

yang

intinya

adalah

kegiatan

rutin

catat

menyatat,

mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat dengan segala aspeknya,

serta mempersiapkan laporan.

2

2. Konsep Administrasi Pendidikan
Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya dengan administrasi pendidikan di
sekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional, dan sekolah sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional itu.
a. Sistem Pendidikan Nasional
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional adalah dengan
membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip
langsung Bab I Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang tersebut, sebagai berikut:
“Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan.”
Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan sistem pendidikan
nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran nasional seperti yang tertulis dalam
Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 Ayat 2. Perluasan ini memungkinkan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 tidak membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas kepada masalah yang

berhubungan dengan pembentukan manusia Indonesia. Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai
sistem pendidikan nasional dalam undang-undang itu adalah: a) Sistem pendidikan nasional
merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita nasional; b) sistem
pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta diartikan sebagai
terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara; menyeluruh diartikan sebagai
mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; dan terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan
sistem pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha pembangunan nasional; c) pengelolaan sistem
pendidikan nasional adalah tanggung jawab menteri P dan K (UUSPN No. 2/89 Pasal 49). Dari
pengertian itu dapat dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita pekai
sebagai titik tolak pembahasan.
Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Saruan pendidikan
adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok
belajar ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini
misalnya satuan pendidikan yang penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Dengan
kegiatan pendidikan yang dimaksudkan untuk semua usaha yang ditujukan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Kegiatan itu dapat berlangsung dalam satuan pendidikan atau dalam unit lain yang terkait,
seperti yayasan, Kantor Departemen P dan K di semua tingkat serta dalam berbagai lembaga di luar

3


Departemen P dan K, dan yang terkait atau yang menyelenggarakan usaha pendidikan. Dengan
perkataan lain, kegiatan yang dimaksud merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unsur atau
komponen sistem dalam mencapai tujuan pendidikan baik sendiri-sendiri atau melalui interaksi
dengan sesamanya.
Kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai cita-cita
pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah yang dialaminya terdapat
kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai tujuan, sistem pendidikan nasional
memberikan rambu-rambu ke mana arah dan bagaimana seharusnya pendidikan nasional itu dikelola.
Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai keseluruhan unsur
atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di nusantara ini. Unsur-unsur yang membentuk
sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Jika kita mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka
dapat kita temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah: a) berakar kepada kebudayaan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, b) merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan
dalam usaha mencapai tujuan nasional, c) mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, d)
mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan (terpusat dan tak terpusat), tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan, kriteria dan kedudukan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah
dan mesyarakat, kebebasan penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk mendapatkan
pendidikan yang sesuai dengan peserta didik dan lingkungan.

Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 2/1989 itu dapat
dibedakan atas:
Unsur I : Dasar, fungsi, dan tujuan sistem (Bab I)
Unsur II

: Norma yang dipakai dalam sistem (Bab III, X, XI, XII, XIII, Bab XVIII,

XV, XVI, Bab XIX, Bab XX)
Unsur III

: Jenjang pendidikan (Bab V)

Unsur IV

: Peserta didik (Bab VI)

Unsur V

: Tenaga Kependidikan (Bab VII)

Unsur VI

: Sumber daya pendidikan (Bab VIII)

Unsur V

: Kurikulum (Bab IX)

Unsur VII

: Organisasi (Bab XIV, XV)

4

Bila kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka gambaran sistem pendidikan nasional
tersebut adalah seperti pada gambar 1.1 tentang skema sistem pendidikan nasional.
b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen sistem pendidikan
nasional, yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar merupakan pendidikan

sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan
tiga tahun di sekolah

lanjutan tingkat pertama

(PP Nomor 28 Tahun 1990). Bentuk satuan

pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika kita berbicara tentang
sekolah menengah, maka kita berbicara tentang dua jenjang sekolah karena sekolah menengah
pertama berada di jenjang pendidikan dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama
berada pada jenjang pendidikan menengah. Program pendidikan S1 dan LPTK (Lembaga Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan), dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan menengah, meskipun
dengan kurikulum yang fleksibel (luwes) lulusan S1 itu juga mampu mengajar pada jenjang
pendidikan dasar.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah, pendidikan menengah didefinisikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan
bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang
terdiri atas: a) sekolah menengah umum, b) sekolah menengah kejuruan, c) sekolah menengah
keagamaan, d) sekolah menengah kedinasan, dan e) sekolah menengah luar biasa. Sebagai suatu unsur
atau komponen sistem pendidikan nasional, sekolah menengah harus ikut menyumbang terhadap
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Berikut ini diberikan bagan (Gambar 1.1) yang melihat sistem pendidikan dari unsur-unsur
yang ada di dalamnya. Sebagai suatu sistem, pendidikan mempunyai masukan yang diolah melalui
proses tertentu untuk dijadikan keluaran. Peserta didik sebagai masukan, diolah dalam proses
pendidikan dan keluaran sebagai lulusan. Untuk memudahkan unsur-unsur sistem pendidikan itu
diidentifikasikan sebagai unsur yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989.

5

Proses
Masukan

Keluaran

ekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat, pengelolaan, pengawasan, ketentuan
P
L
E
U
S
L
E
U
R
an)
S
T
A
A
N
D
I
D
I
K

Gambar 1.1 Skema Sistem Pendidikan Nasional
Keterangan:
Kotak di sebelah kiri adalah masukan, di tengah adalah proses, dan di kanan adalah keluaran sistem
pendidikan nasional.

B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks sekolah perlu dimulai
dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan sekolah menengah. Hal ini disebabkan
oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan administrasi pendidikan dimaksudkan untuk
pencapaian tujuan pendidikan itu.
Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha mulai dari perencaan sampai pelaksaan
evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian
tujuan melalui serangkaian usaha tersebut (Longenecker, 1964). Oleh karena itu, fungsi administrasi
pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

6

1. Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan pendidikan menengah perlu dibicarakan karena alasan sebagai berikut :
a. Tujuan menengah merupakan jabaran dari pendidikan nasional.
b. Tujuan pendidikan menengah merupakan titik berangkat administrasi pada jenjang
sekolah menengah.
c. Tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan tolok ukur keberhasilan kegiatan
administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.
Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 itu disebutkan bahwa tujuan nasional pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang aha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan instituonal, yaitu tujuan
untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 adalah peraturan
yang mengatur institusi pendidikan menengah. Dalam peraturan pemerintah tersebut
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan sisiwa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.
Di dalam pasal 3 disebutkan bahwa :
 Pendidikan Menengah Umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi..
 Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan ikap professional.
 Pendidikan Menengah Keagamaan mengutamakan penyiapan siswa dalam penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.
 Pendidikan Menengah Kedinasan mengutamakan peningkatan pegawai negri atau calon
pegawai negri dalam melaksanakan tugas kedinasan.
 Pendidikan Menengah Luar Biasa diselenggarakan khusus untuk siswa yang menyandang
kelainan fisik atau mental.
Tujuan khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap.
a. Di bidang pengetahuan
1. Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada Tuhan

Yang

Maha Esa.

7

2. Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan eui dengan
UUD 1945.
3. Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian penting actual,
baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4.

Mengetahui pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa.

5. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang ada di
masyarakat serta syarat-syaratnya.
6. Memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi national.
7. Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan keluarga dan
kesehatan.
b. Di bidang keterampilan
1. Menguasai cara belajar yang baik.
2. Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
3. Mampu membaca atau memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam bahasa
indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa inggris yang berguna baginya.
4. Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang lain, baik lisan
maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresikan diri sendiri.
5. Memiliki keterampilan olahraga dan kebiasaan olahraga.
6. Memiliki keterampilan ekurang-kurangnya dalam atu cabang kesenian.
7. Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan eluarga dan segi kesehatan.
8. Memiliki sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja sesuai minat dan
kebutuhan lingkungan.
c. Di bidang nilai dan sikap
1. Menerima dan melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang dianutya,serta menghormati ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
3. Mencintai sesama manusia,bangsa,dan lingkungan sekitarnya.
4. Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5. Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat
6. Dapat mengapresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.
7. Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
8. Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

8

9. Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku bebas dan
jujur.
10. Memiliki inisiatif,daya kreatif,sikap kreatif,sikap kritis,rasional,dan objektif dalam
memecahkan persoalan.
11. Memilik sikap hematdan produktif.
12. Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruksi terhadap olah raga dan hidup
sehat.
13. Menghargai setiap jenis pekerjaan dan persentasi kerja di masyarakat tanpa
memandang tinggi rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-masing jenis pekerjaan
tersebut dan berjiwa pengabdian pada masyarakat.
14. Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Tujuan nasional serta nasional serta tujuan institusional itu harus selalu dijadikan
pedoman sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk guru,tujuan-tujuan
tersebut perlu dijabarkan lagi kedalam tujuan yang lebih sempit sehingga dapat dijadikan
pedoman operasional dalam mengejar. Berturut-turut institusional itu dijabarkan secara
hierarkis menjadi tujuan;
 kurikuler
 instruksional umum
 instruksional khusus
Penjelasan macam-macam tujuan :
a. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi, misalnya tujuan
pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.
b. Tujuan instruksional, yaitu tujuan suatu pokokbahasan tertentu suatu mata pelajaran
dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang istitusi
c. Tujan intruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu periode atau
unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang institusi.

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah
Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan menengah dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang
merupakan siklus, mulai dari perencanaan, pengorganisir, pengarahan, pengkoordinasian,
pembiayaan, pemantauan dan penilaian.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tetang penetapan prosedur pencapaian,
serta perkiraaan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud
sumber meliputi sumber manusia, material, uang dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal

9

beberapa tahap, yaitu tahap identifikasi masalah, tahap perumusan masalah, tahap penetepan tujuan,
tahap identifikasi alternatif, tahap pemilihan alternatif dan tahap elaborasi alternatif.
Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya dengan
mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan itu. Pengikutsertaan ini akan
menimbulkan perasaan ikut memiliki yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan personel
sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua
komponen administrasi pendidikan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan
kurikulum, kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian, layanan khusus, hubungan
masyarakat, proses belajar-mengajar serta fasilitasnya dan ketatausahaan sekolah.
Perencanaan pendidikan di pendidikan menengah dapat dibedakan atas beberapa kategori
menurut jangkauan waktunya, timbulnya, besarnya, pendekatan serta pelakunya.
Menurut jangkauan waktunya, perencanaan di pendidikan menengah dapat dibagi menjadi
perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu
seminggu, sebulan sampai dua tahun. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat
untuk jangka waktu tiga sampai tujuh tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang adalah
perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan untuk jangka waktu delapan sampai dua puluh lima
tahun. Pembagian waktu ini bersifat kira-kira dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang
berlainan.
Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan yang berasal dari bawah,
misalnya mulai dari guru, kepala sekolah, kantor Departemen P dan K tingkat II, Kantor Wilayah
Departemen P dan K sampai dengan Departemen P dan K; dan yang berasal dari atas, misalnya mulai
dari pusat (Departemen P dan K) sampai kepada guru.
Dari sudut besarannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan makro, yaitu
perencanaan pada tingkat nasional atau tingkat departemen; perencanaan meso, yaitu pada tingkat
direktorat jendral, direktorat atau provinsi sampai tingkat kantor departemen kecamatan; dan
perencanaan mikro, yaitu yang dilaksanakan pada tingkat sekolah atau kelas.
Menurut pendekatannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan terpadu, yaitu itu
hanya melihat sumber secara terpisah-pisah perencanaan yang menyatukan semua sumber dalam
rangka mencapai tujuan serta melihat penggunaan sumber itu dalam kaitannya dengan pengelolaan
sekolah secara menyeluruh; dan perencanaan tercerai, yaitu hanya melihat sumber secara terpisahpisah untuk tujuan yang tertentu. Di samping itu, juga dapat dibedakan perencanaan berdasarkan
program, yaitu yang didasarkan atas program yang dibuat secara menyeluruh dan perencanaan tambal
sulam, yaitu perencanaan yang dibuat berdasarkan kecenderungan berdasarkan pengalaman
sebelumnya saja, tanpa dilihat adanya kemungkinan perubahan.
Menurut pelakunya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual, yang
dilakukan oleh guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan perencanaan lembaga.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih
dan memilah orang-orang yaitu guru dan personel sekolah lainnya, serta mengalokasikan prasarana
dan sarana untuk menjunjung tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk

10

di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orangorang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
c. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan
dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan
sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat,
baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan melaksanakan
orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau kelompok dan memberikan petunjuk
umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan maupun tertulis, secara langsung maupun tidak
langsung.
d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari
berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit
lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai
cara:
a.

Melaksanakanpenjelasan singkat (briefing)

b.Mengadakan rapat kerja
c.

Memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,

d.Memberi umpan balik tentang hasil suatu kegiatan
e. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha
untuk mendapakan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan
anggaran tersebut.

f.

Penilaian

Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi seperti guru,
kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan
yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan.
Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk:
a) Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan
tersebut berhasil,
b) Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien,

11

c) Memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan untuk menghidarkan situasi yang
dapat merusak,
d) Memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi
sekolah.

C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah
Administrasi pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai
tujuan pendidikan dengan merancang,mengadakan dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia,uang,
peralatan dan waktu). Tujuan pendidikan disini bermaksud memberikan arah kegiatan serta kriteria
keberhasilan kegiatan tersebut.
Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik, secara ringkas perlu ditegaskan
hal-hal sebagai berikut :
 Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerjasama personal pendidikan
menengah untuk mencapai tujuan pendidikan menengah.
 Adiministrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)
penyelenggaraan

pendidikan

menengah,

dimulai

dari

perencanan,

diikuti

oleh

pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilain tentang usaha sekolah
untuk mencapai tujuannya.
 Administrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk melakukan system manajemen
pendidikan menengah.
Bila diamati lebih lanjut, ada beberapa hal penting yang menjadi ciri dari suatu organisasi
sekolah, termasuk dalam pendidikan menengah . diantaranya yaitu :
a) Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsure sekolah. Interaksi itu sendiri
meliputi : interaksi yang ada disekolah itu sendiri, interaksi antara sekolah dengan lembaga
pendidikan lainnya, interaksi antara sekolah dengan lembaga nonpendidikan serta interaksi
antara sekolah dengan masyarakat. Dalam interaksi ini mempunyai tujuan,pola serta aturan.
b) Adanya kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah yang sangat banyak. Untuk mudahnya
kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu dimensi pengajaran dan dimensi
pengelolaan. Jika kedua dimensi tersebut digabungkan maka kita

dapat membedakan

kegiatan tersebut menjadi empat kategori pokok dan satu kategori pendukung yaitu :
1) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus dengan pengelolaan,meliputi:
kurikulum,supervise

12

2) Yang

berhubungan

langsung

dengan

pengelolaan

tetapi

tidak

langsung

dengan

pengajaran,meliputi:kemuridan,keuangan,sarana dan prasarana,kepegawaian, serta layanan
khusus.
3) Yang

tidak

berhubunngan

langsung

baik

dengan

pengajaran

maupun

dengan

pengelolaan,meliputi: hubungan sekolah-masyarakat(husemas) dan BP3.
4) Yang tidak berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran.
5) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketatausahaan yang diperlukan oleh semua butir 1-4.
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Pada umumnya kita mengetahui Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar mengajar
dalam suatu lingkungan tertentu yaitu sekolah. Karena sekolah merupakan subsistem pendidikan
nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponenkomponen yang lainya. Guru harus peka terhadap yang terjadi pada lingkunganya.
Adaministrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang
didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu semua personel sekolah
ataupun guru harus terlibat.
Di sekolah guru berada dalam administrasi sekolah. Dalam hubungan administrasi sekolah guru di
tuntut bekerja, disini

guru berfungsi sebagai administrator. Sebagai administrator guru dituntut

bekerja secara administratif dan teratur
Dalam buku pedoman administrasi dan supervisi yang di terbitkan oleh depertemen pendidikan dan
kebudayaan (1978,hal.4) tertulis tugas dan bertanggung jawab guru sebagai adminitrator sbb ;
1) Menguasai program pengajaran (garis-garis besar program)
2) Menyusun program kegiatan mengajar
3) Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu
4) Melaksanakan tatausaha kelas, antara lain pencatatan data murid
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 yang mana dimaksudkan
bahwa selain peranya untuk menyukseskan kegiatan administrasi di sekolah, guru perlu secara
sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika karier yang di tempuh nanti
adalah menjadi pengawas , kepala sekolah atau pengelola suatu pendidikan yang lain.

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Administrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian
Administrasi Pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut
pandang kerja sama, proses kerja sama itu, sistem dan mekanismenya, manajemen,
kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, komunikasi dan ketatausahaan.
Adapun lingkup pembicaraan yang dibahas pada makalah ini bahwa administrasi
pendidikan juga tergantung pada aras (level) tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu pada
tingkat kelas sampai pada tingkat sistem pendidikan nasional. Makin luas cakupannya makin
banyak yang terlibat dan makin kompleks permasalahannya.
B. Saran
Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang administrasi
pendidikan amat penting karena subjek ini berbicara tentang latar kerja guru. Wawasan itu
dapat membantunya mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan tugasnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto, Raflis kosasi.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta
http://jcedy.blogspot.com/2012/05/administrasi-pendidikan-dalam-profesi.html diakses tanggal 29
Oktober 2013

http://harisnawati.blogspot.com/2012/12/administrasi-pendidikan-dalam-profesi.html diakses tanggal
29 Oktober 2013

15