Laporan Resmi Praktikum Termodinamika Ek

Laporan Praktikum Termodinamika
KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

Nama

: Tri Wulan Ramadhani

NIM

: 151810301006

Kelompok/Kelas

: 1/A

Asisten

: Ardine Kumalasari

LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat yang terdapat di alam dapat dibagi menjadi 3 yaitu zat padat, cair dan gas. Sifat
yang khas dari zat tersebut akan menjadi salah satu aspek yang digunakan dalam
pembagian zat yang berada di alam. Sifat khas yang dimaksud adalah sifat yang dimiliki
oleh masing-masing zat tersebut. Contoh dalam zat cair memiliki sifat yang khas yaitu sifat
kekentalan atau viskositas. Viskositas merupakan sifat zat cair(fluida) yang disebabkan
oleh adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan ini yang dapat menghambat aliran zat cair. Gesekan yang dihasilkan didapatkan
sari hasil perubahan adanya resistensi yang berlawanan yang diberikan oleh cairan. Aliran
adalah sebuah sebutan untuk cairan diberikan tenaga dan akan menyebabkan perubahan
bentuk.
Kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran telah dimanfaatkn dan diterapkan dalam
kehidapan sehari-hari. Pemanfaatan yang banyak sekali ditemui salah satu contohnya pada
pembuatan pangan oleh banyak industri pangan. Sifat kekentalan banyak diterapkan pada
proses pembuatan sirup, kecap, minyak goring, caramel gula dan masih banyak bahan yang

dibuat menggunakan sifat kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran.
1.2 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah mengamati angka kekentalan relative suatu zat cair
dengan cara menggunakan air sebagai pembanding, dan menentukan tenaga pengaktifan
zat cair tertentu.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety Data Sheet(MSDS)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimia H2O dan lebih dikenal dengan nama air. Akuades
berfase cair, tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan tidak berbau. Berat molekul akuades
yaitu sebesar 18,02 g/mol dan memiliki pH netral yaitu 7. Titik didih akuades sebesar 100 o
C dan memiliki tekanan uap sebesar 0,62. Akuades tidak memiliki bahaya apapun apabila
terjadi kontak mata, kulit, inhalasi dan tertelan, maka dari itu tidak ada penanganan
pertama untuk akuades (Sciencelab, 2016).
2.1.2

Alkohol
Alkohol memiliki rumus molekul C2H5OH. Alkohol memiliki wujud berupa cairan,


tidak memiliki warna, memiliki bau atau aroma. Berat molekul alkohol sebesar 60,1 g/mol.
Titik didih lebih rendah yaitu 64.5C atau 148.1F (metil alkohol), memiliki titik leleh
yang dimulai pada -88.5C atau -127.3C, dan suhu kritisnya lebih rendah yaitu 235C
atau 455F. Tekanan uap dari alkohol yaitu sebesar 13.3 kPa dan gravitasi spesifiknya 0.79
(air=1). Senyawa kimia ini memiliki kelarutan dalam air dingin, air panas, n-oktanol,
metanol, dietil eter dan aseton. Bahaya yang ditimbulkan oleh senyawa alkohol antara lain
dapat menyebabkan iritasi apabila terjadi kontak mata dan menyebabkan iritasi ringan
apabila terjadi kontak kulit, sedangkan jika tertelan dan konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat menyebabkan mual atau tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan tidak sadarkan
diri. Tindakan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kasus kontak kulit, segera
basuh kulit dengan air banyak yang mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2016).
2.1 Dasar Teori
Viskositas banyak diartikan sebagai sifat suatu fluida yang mendasari diberikannya
tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas yang sering diartikan
sebagai kekentalan sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum
molekuler yang terjadi antara lapisan-lapisan fluida pada waktu saat berlangsungnya aliran.
Penyebab ini memberikan pengaruh yang dapat terlihat sebagai tegangan tangensial atau
tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Kemunculan gradien kecepatan akan
menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang akan mengalami suatu


pergerakan dan lapisan yang memiliki jarak yang lebih jauh akan memperoleh kecepatan
yang lebih besar dibandingkan dengan lapisan yang lebih dekat(Sukardjo, 1997).
Kekentalan memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Tekanan
Semakin naik tekanan yang diberikan, semakin naik pula viskositas atau kekentalannya.
Viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Semakin tinggi suhu suatu zat cair maka kekentalannya akan turun, sedangkan
kekentalan gas naik dengan adanya kenaikan suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga
gaya interaksi antar molekulnya melemah. Kekentalan akan turun dengan adanya
kenaikan temperatur.
3. Adanya zat lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan kekentalan misalkan saja air
yang ditambah air gula. Sedangkan pada minyak dan gliserin yang ditambah dengan air
akan menyebabkan kekentalan turun karena gliserin atau minyak semkin encer dan
waktu alirnya akan semakin cepat.
4. Ukuran dan berat molekul
Kekentalan akan naik dengan naiknya berat molekul. Contohnya laju aliran alkohol

cepat, larutan minyak laju alirnya lambat namun kekentalannya tinggi. Laju aliran yang
lambat sehingga kekentalannya juga naik. Kekentalannya juga akan naik jika ikatan
rangkap semakin banyak.
5. Kekuatan antar molekul
Kekentalan akan naik jika terdapat ikatan hidrogen, kekentalan CPO dengan gugus OH
pada trigliserida naik pada keadaan yang sama.
(Atkins, 1994).
Tingkat kekentalan suatu cairan yang semakin tinggi, menyebabkan gaya yang
dibutuhkan semakin besar untuk membuat cairan tersebut dapat mengalir pada kecepatan
tertentu. Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan.
Pengukuran viskositas secara sederhana dapat dilakukan dengan mengukur laju aliran
cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan cara yang mudah dan
dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Viskositas dispersi koloidal dipengaruhi oleh

bentuk partikel dari fase dispersi. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi
dengan viskositas rendah, linier viskositasnya lebih tinggi(Bird, 1987).
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk penentuan viskositas antara lain:
a.

Viskometer kapiler / Ostwald

Viskometer ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah

cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh
berat cairan itu sendiri. Sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm 3, bergantung pada ukuran
viskometer) dipipet ke dalam viskometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur
dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari pada batas a. Cairan kemudian
dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai
dinyalakan dan ketika cairan melewati batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang
dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan P
merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan
sebanding dengan berat jenis cairan.
b. Viskometer Hoppler
Viskositas ini mengukur waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk
melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena andanya gravitasi akan jatuh melalui
medium yang berviskositas (seperti cairan), dengan kecepatan yang semakin besar sampai
mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama
dengan frictional resistance medium. Prinsip tersebut berdasarkan hukum Stokes yaitu
gaya gesek bersifat menahan gerakan bola di dalam medium adalah 6π η rv dengan r dan v
jari-jari dan kecepatan bola. Terjadinya kecepatan bola maksimum, ketika terjadi
keseimbangan gaya sehingga : gaya gesek = gaya berat, gaya Archimides:

6π r Vmax = 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g

………(2.1)

Vmax = h / t

………(2.2)

Dari kedua persamaan tersebut maka air digunakan sebagai zat standar dan h diambil sama,
dengan demikian dapat diperoleh persamaan berikut ini:
= ηa [(ρx –ρ1) tx ] / [ (ρa –ρ1) g ta]

………(2.3)

ln = ln a + E/(RT)

………(2.4)

c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerja ialah samplenya digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob

dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan

konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebut aliran sumbat.
d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam
dan kemudian kerucut yang berputar.
(Respati, 1981).

BAB 3. METODELOGI PRAKTIKUM
1.1 Alat dan Bahan
1.1.1

Alat

-


Piknometer

-

Viskometer

-

Botol semprot

-

Stopwatch

-

Beaker gelas

-


Pipet tetes

-

Corong gelas

-

Neraca digital

-

Bunsen

-

Kaki tiga

-


Kawat kasa

1.1.2

Bahan

-

Akuades

-

Alkohol

1.2
3.2.1

Diagram Kerja
Cara Ostwald
Akuades
-

ditentukan kerapatan zat cair dengan piknometer

-

dibersihkan alat menggunakan asam dan dikeringkan

-

diisi alat secukupnya dengan suhu tertentu (26,32,37oC), dan
dinaikkan lebih tinggi dari tanda paling atas, kemudian stopwatch
dihidupkan

-

dimatikan stopwatch setelah sampai pada tanda paling bawah

-

diulangi sebanyak 3 kali

-

ditentukan waktu alir

-

dilakukan hal yang sama dengan mengganti air dengan alkohol

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
T (oC)

ρa
(

gram

/mL)

ta (s)

ρx (gram/mL)

tx (s)

ηx (poise)

26

0,986

1,65

0,7754

1,53

0,6371

32

0,964

1,56

0,7634

1,42

0,5535

37

0,962

1,39

0,7631

1,36

0,539

E

126,608
J/K.mol

4.2 Pembahasan
Praktikum ketiga kimia fisika yaitu viskositas atau kekentalan dan tenaga
pengaktifan zat cair. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan dapat mempelajari pengaruh
perubahan suhu terhadap massa jenis dan angka kekentalan zat cair serta hubungan
antaratenaga pengaktifan dengan angka kekentalan zat cair yang telah diperoleh.
Kekentalan atau viskositas merupakan suatu sifat dari cairan yang disebabkan oleh adanya
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar
hambatannya. Viskositas terjadi disebabkan adanya gaya kohesi antar molekul. Ukuran
kekentalan suatu cairan dapat dinyatakan dengan viskositas. Viskositas tidak hanya dapat
terjadi pada zat cair, viskositas juga dapat terjadi pada zat gas. Viskositas pada gas
disebabkan adanya tumbukan antar molekul. Terdapat beberapa cairan yang yang dapat
mengalir dengan cepat dan ada juga yang mengalir dengan lambat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa cairan yang dapat mengalir dengan cepat maka nilai viskositasnya
kecil. Cairan yang mengalir secara lambat mempunyai nilai viskositas yang besar.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mengukur massa piknometer kosong,
yang terlebih dahulu dibersihkan dengan asam jika diperlukan kemudian dikeringkan
dengan tissue. Asam digunakan bertujuan agar alat benar-benar bersih, karena asam dapat
mengangkat kotoran yang sulit dihilangkan pada alat, sehingga ketika alat digunakan tidak
akan mengkontaminasi bahan-bahan yang dimasukkan dalam piknometer. Proses
selanjutnya ialah mengukur massa piknometer yang telah ditambahkan bahan-bahan yaitu
air, dan alkohol yang masing-masing volumenya adalah 10 ml. Penimbangan massa
piknometer dan bahan dilakukan pada suhu yang berbeda yaitu air (26 0C; 320C; dan 370C),
alkohol (260C; 320C; dan 370C). Suhu yang bervariasi bertujuan untuk menghitung massa
jenis (ρ) suatu bahan pada masing-masing suhu yang berbeda. Suhu yang berbeda akan

menunjukkan bahwa viskositas dipengaruhi oleh suhu, semakin besar viskositasnya maka
semakin kecil suhunya. Hal tersebut terjadi karena kekentalan suatu zat yang semakin
besar membuat gaya yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat tersebut juga semakin besar.
Gaya yang meningkat tersebut akibat adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair
dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut sehingga gesekan-gesekan tersebut yang
menghambat aliran zat cair.
Percobaan selanjutnya ialah menghitung viskositas (η) air sebagai pembanding dan
menghitung viskositas zat lain yaitu alkohol. Alat yang digunakan dalam percobaan ini
bernama viskometer. Viskometer terlebih dahulu dibilas dengan akuades agar bersih dan
terhindar dari zat-zat yang dapat mengkontaminasi bahan, serta data yang diperoleh ketika
praktikum dapat diperoleh secara akurat. Cara penggunaan alat ini ialah dimasukkan bahan
yang akan diamati ke dalam viskometer secukupnya kemudian dihisap menggunakan ball
pipet hingga bahan sampai pada tanda batas paling atas, kemudian dilepas ball pipet dan
stopwatch dinyalakan, diamati laju alir zat cair sampai tanda batas paling bawah
stopwatch dimatikan serta untuk menghitung waktu yang diperlukan zat cair sampai tanda
batas yang bawah. Prosedur ini dilakukan pada suhu yang berbeda-beda yaitu air alkohol
(260C; 320C; dan 370C). Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah air memiliki massa
jenis berturut-turut dari suhu rendah ke tinggi (260C; 320C; dan 370C), yaitu (0,986, 0,964,
0,962)gram/mL sedangkan massa jenis alkohol dari suhu rendah ke tinggi yaitu 0,7754;
0,7634; 0,7631 dalam satuan gram/mL. Hasil data dari percobaan nilai viskositas pada
alkohol dengan variasi suhu dari rendah ke tinggi yaitu sebesar 0,6371; 0,5535; 0,539
dalam satuan poise.
Hasil dari percobaan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu larutan maka
semakin kecil nilai kekentalan atau viskositas zat cair tersebut, sedangkan semakin tinggi
kekentalan maka energi pengaktifan akan semakin kecil dan akan memperlambat aliran
suatu zat. Hal tersebut dapat terjadi karena kekentalan suatu zat yang semakin besar
menjadikan gaya yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat tersebut juga semakin besar,
meningkatnya gaya tersebut akibat adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair
dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut sehingga gesekan-gesekan tersebut yang
menghambat aliran zat cair.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu massa jenis suatu zat cair akan
semakin kecil berbanding lurus dengan meningkatnya temperatur, dan sebaliknya.Hal itu
terjadi karena ketika temperatur meningkat, molekul-molekul suatu zat tersebut bergerak
bebas dan cepat sehingga terjadi tumbukan antar molekul yang membuat molekul

merenggang sehingga massa jenisnya semakin kecil. Hasil yang didapat dari percobaan ini
sesuai dengan teori yaitu apabila temperatur naik maka massa jenisnya semakin kecil.
Nilai viskositas yang diperoleh pada setiap zat cair masing-masing variasi suhu
dihitung nilai ln dari viskositas zat cair tersebut. Variasi suhu yang digunakan diubah
dalam bentuk kelvin dan diubah menjadi nilai 1/T. Nilai ln η dan 1/T yang diperoleh
diplotkan dalam sebuah grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur. Grafik yang
ada diperoleh nilai persamaan yang mengandung nilai slope atau gradien (m). Nilai slope
tersebut digunakan untuk menghitung nilai tenaga pengaktifan aliran suatu zat cair. Energi
pengaktifan merupakan suatu energi yang diperlukan zat cair untuk mengaktifkan gerakangerakan partikel zat cair secara kontinyu sehingga akan menghasilkan sebuah aliran.
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu aliran yaitu semakin tinggi
tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil, sehingga
akan memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu
zat cair maka energi pengaktifannya semakin besar dan akan mempercepat aliran. Nilai
viskositas (η) dihitung nilai ln η dan nilai 1/T dalam kelvin, kemudian diplotkan dalam
sebuah grafik. Dari grafik tersebut akan diketahui nilai slop atau kemiringan (m), dan
dengan persamaan:
E=m× R
Brafik hubungan antara besar angka kekentalan dengan suhu adalah sebagai berikut :

Kurva antara ln ηx dan 1/T (K)
0
-0.1 0

0

0

0

0

0

0

0

ln ηx

-0.2
ln x
Linear (ln x)

-0.3
-0.4
-0.5
-0.6

f(x) = 1544.56 x − 5.62
R² = 0.9

-0.7
1/T

Grafik tersebut diperoleh nilai persamaan y = 1544.x – 5.624. Persamaan tersebut
mengandung nilai slope (m) sebesar 1544 yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
energi pengaktifan (E) dari zat cair alkohol. Grafik hubungan viskositas dan temperatur
mengalami kenaikan terhadap temperatur 1/T. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin

kecil nilai kekentalan pada temperatur yang dinaikkan. Nilai energi pengaktifan alkohol
berdasarkan data hasil percobaan yaitu sebesar 126,608 J/K.mol.

BAB 5. PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran

adalah nilai viskositas suatu zat cair berbanding terbalik dengan suhu, yaitu semakin besar
suhu maka kekentalan/viskositas semakin kecil. Data yang diperoleh menunjukkan data
yang sesuai teori ditunjukkan pada grafik. Tenaga pengaktifan alkohol berdasarkan data
hasil percobaan yaitu sebesar 126,608 J/K.mol.
5.2

Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu lebih hati-hati dalam menggunakan alat yang

berukuran kecil dan mudah pecah, untuk mengurangi alat-alat yang pecah seperti
sebelumnya. Stopwatch digunakan dengan teliti saat menghitung waktu kecepatan cairan
agar mendapat hasil yang akurat. Percobaan sebaiknya dilakukan bersamaan antara
menghitung viskositas dan menimbang menggunakan piknometer agar dapat selesai lebih
cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2015.

Material

Safety

data

Sheet

of

Akuades.

[serial

online].

[serial

online].

http://www.sciencelab.com/ . [diakses pada 21 Oktober 2016].
Anonim.

2015.

Material

Safety

data

Sheet

of

Alkohol.

http://www.sciencelab.com/ . [diakses pada 21 Oktober 2016].
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Respati. 1981. Kimia Dasar Terapan. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Yogyakarta : PT Rineka Cipta.

LAMPIRAN
1.

Menentukan Massa Jenis Suatu Zat Cair
 Massa jenis air

Pada suhu 26 °C :
Wo−We
ρa
=
10 mL
39,503 gram−29,64 gram
=
10 mL
= 0,986 gram/mL
Pada suhu 32 °C :
Wo−We
ρa
=
10 mL
39,280 gram−29,64 gram
=
10 mL
= 0,964 gram/mL
Pada suhu 37 °C :
Wo−We
ρa
=
10 mL
39,26 gram−29,64 gram
=
10 mL
= 0,962 gram/mL
 Massa jenis alkohol
Pada suhu 26 °C :
W −We
ρx
=
10 mL
37,394 gram−29,64 gram
=
10 mL
= 0,7754 gram/mL
Pada suhu 32 °C :
W −We
ρx
=
10 mL
37,274 gram−29,64 gram
=
10 mL
= 0,7634 gram/mL
Pada suhu 37 °C :

W −We
10 mL
37,271 gram−29,64 gram
=
10 mL

ρx

=

= 0,7631 gram/mL
2. Menentukan Kekentalan danTenaga Pengaktifan Aliran
 Kekentalan aquades (η air)
Pada suhu 26 ˚C
0,8737
Pada suhu 32 ˚C
0,7679
Pada suhu 37 ˚C
0,6947
 Kekentalan Alkohol
Pada suhu 26 ˚C
∑tx = 1,53 s
t ρ η
η alkohol= tx xρ air
air air
1,53 . 0,7754 . 0,8737
=0,6371 poise
1,65 . 0,986
ln η alkohol=−0,4508
η alkohol=

Pada suhu 32 ˚C ∑tx = 1,42 s
t x ρ x η air
η alkohol= t ρ
air air
1,42 . 0,7634 . 0,7679
=0,5535 poise
1,56 . 0,964
ln η alkohol=−0,5915
η alkohol=

Pada suhu 37 ˚C
∑tx = 1,36 s
t ρ η
η alkohol= tx xρ air
air air
1,36 . 0,7631 . 0,6947
=0,5392 poise
1,39 . 0,962
ln η alkohol=−0,6177
η alkohol=

K = 26 + 273 = 299

1/K = 0,00334
K = 32 + 273 = 305
1/K = 0,00328
K = 37 + 273 = 310
1/K = 0,00323

Kurva antara ln ηx dan 1/T (K)
0
-0.1

0

0

0

0

0

0

0

0

ln ηx

-0.2
ln x
Linear (ln x)

-0.3
-0.4
-0.5
-0.6

f(x) = 1544.56 x − 5.62
R² = 0.9

-0.7
1/T

y = mx + c
y = 1544.x – 5.624
E
ln η = Ln A +
RT
E
m= R
E=m.R

; R = 0,082 L.atm/mol.K

E = 1544 . 0,082 L.atm/mol.K
E = 126,608 J/K.mol