Laporan Praktikum Geofisika 072.14

Laporan Praktikum Geofisika
Geolistrik Dan Geomagnet

Bernardinus Rieva Sadewa
072.14.027

Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian Energi
Universitas Trisakti
Jakarta
2016

SARI
Pentingnya seorang geologist untuk mendapatkan data bawah permukaan tanah
untuk berbagai kebutuhan, menyebabkan geofisika lahir. Geofisika adalah bagian
dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip
fisika. Geofisika juga dapat digunakan untuk mengambil data di permukaan bumi.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data bawah permukaan adalah
dengan metode geolistrik. Dengan metode tersebut, dapat diketahui resistivity
suatu batuan dibawah permukaan bumi. Metode yang digunakan untuk mengambil
data di permukaan bumi adalah metode geomagnet. Metode-metode tersebut

sangat membantu kita sebagai seorang geologist untuk mendapatkan data
dilapangan.

DAFTAR ISI

SARI……………… ……………………………………………………

1

DAFTAR ISI … ............................................................................................ 2
KATA PENGANTAR …………………………………………………

3

BAB ! : PENDAHULUAN …………………………………………….

4

1.1. LATAR BELAKANG …………………………………….


4

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ………………………………..

4

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………..

5

2.1. GEOLISTRIK ……………………………………………..

5

2.2. GEOMAGNET ……………………………………………

9

2.3. ALAT DAN BAHAN ……………………………………..


12

BAB III : PENGOLAHAN DATA …………………………………….

13

3.1. DATA GEOLISTRIK ……………………………………..

13

3.2. DATA GEOMAGNET ……………………………………

14

3.3. ANALISIS ………………………………………………..

16

KESIMPULAN ………………………………………………………..


18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………

19

LAMPIRAN ……………………………………………………………

20

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita,
sehingga kita dapat menyelesaikan laporan geofisika tentang metode
geolistrik dan metode geomagnet.
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
tugas ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan geofisika tentang
metode geolistrik dan metode geomagnet dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Juli
2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya

termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer.
Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan
bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameterparameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari
pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di
bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
Agar mengetahui metode-metode geolistrik
Agar mengetahui kegunaan dari masing-masing metode
geolistrik
Agar mengetahui cara pemasangan alat dari tiap-tiap
metode
Agar mengetahui penggunaan dari metode geomagnet

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Geolistrik
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad
Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu

metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan
batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik
DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam
tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A
dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di
permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang
terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang
jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak
elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis
batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
besar.

Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa
ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka


diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk
setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang
menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus
sertasimetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di
bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang
dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga
tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis
semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan
gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui
arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB
terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik
logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan
jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva
data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat
lapisan batuan di bawah permukaan.

Kegunaan dari geolistrik ini sangat beragam, khususnya untuk
mengetahui karakteristik bawah permukaan bumi. Mengetahui
karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman
sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya

lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa
air.
Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan
akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan
lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini
mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air
tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca
setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas
dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman
‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi
(geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan
salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk

mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah
permukaan.
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang
ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi
elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua
sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi
mempunyai metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai
ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metoda
geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan
bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.

Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen
sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik.
Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan
tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan
dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai
sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan
adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor
ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang

terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan
logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung
ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang
umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan
penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan
pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan
menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan
listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi
Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami
tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada
elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya
sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada
tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter
dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan
menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh
pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai

fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi
tinggi.
Konfigurasi Wenner

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian
pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang
relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda
AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi
yang relatif lebih kecil.
Sedangkan

kelemahannya

adalah

tidak

bisa

mendeteksi

homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh
terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas
batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecilkecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi
karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah
relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN
hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak
AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang

mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu
yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang
koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang
mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan
pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya,
maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga
diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap
jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20.
Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila
mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran
tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih,
sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih
kecil dari 1.0 milliVolt.

2.2. Geomagnet
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh
kerentanan magnet batuan. Metode ini didasarkan pada pengukuran
variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan

adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur
kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah
permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi
yang mungkin teramati.
Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat,
laut maupun udara.
Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan
terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan
kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral
magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya.
Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah
permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya
kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi.
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi,
panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian
prospeksi benda-benda arkeologi.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau
disebut juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu
meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut
meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan
komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan
bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju
bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total
pada bidang horizontal.

Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan
magnetik total.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar
nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF)
yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1
juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi
terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata
hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup
daerah dengan luas lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi
yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh
sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu
jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomaly
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite, titanomagnetite
dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar
terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya
sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan
magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula
sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan
magnet utama bumi (Telford, 1976),
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling
utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan
untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu
jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan
lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur
posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan
waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan
bantuan satelit.
2.3. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan untuk geolistrik :

Main Unit Resistivity
Stainless-steel Electrode
Electrode cable
Toolkit box
Palu
Jumper cable banana plug to crocodile clips
Cable for accu power supply
USB cable notebook
Accu
Notebook
Alat dan Bahan untuk geomagnet :
G-856
Magnetometer
Kabel konektor

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1. Data Geolistrik
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan di lapangan :
a. Metode Wenner (a=1m)
JARAK

No
P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

I

I

V

(ampere)

(volt)

121.2
121
121.2
121.3
121.2
121.1
121.2
121.2
121.2
121.2
121.2
121.2
121.3
121.1
121.2
121.2
121
121.2
121.4
121.4
121.3
121.3
121.4
121.3
121.3
121.3
121
121.1
120.9
121.6

2.154
2.176
2.035
2.151
1.848
1.812
1.574
1.907
1.961
2.236
2.448
2.72
2.953
2.953
3.214
3.089
3.017
3.141
2.913
2.975
2.919
2.849
2.914
2.978
3.194
3.433
3.524
3.948
3.97
3.784

V/I

Kw

ρa

(2.π.a)

(Kw.V/I)

6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714
6.285714

111.71146
113.03896
105.53984
111.4639
95.841584
94.052141
81.631306
98.901462
101.70203
115.96417
126.95898
141.06554
153.0232
153.27592
166.68553
160.20273
156.72727
162.89958
150.82608
154.03624
151.26134
147.63397
150.87785
154.31869
165.51172
177.8966
183.06494
204.92155
206.40435
195.6015

I
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

17.77227723
17.98347107
16.79042904
17.73289365
15.24752475
14.96284063
12.98679868
15.73432343
16.17986799
18.44884488
20.1980198
22.44224422
24.34460016
24.38480595
26.51815182
25.48679868
24.9338843
25.91584158
23.99505766
24.50576606
24.06430338
23.48722176
24.00329489
24.55070074
26.33140973
28.30173124
29.12396694
32.60115607
32.83705542
31.11842105

b. Metode Wenner (a=1.5m)
Jarak
No

P

I

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

(m)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

(m)
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

I

121.7
122.2
122.6
122.6
123.2
123.4
123.4
123.2
123
123
122.6
122.6
122.6
123

K

(ohm)

(2.π.a)

(Kw.V/I)

40.18077
36.74304
30.83197
28.14029
26.05519
28.36305
27.47164
22.24026
22.60163
25.28455
25.12235
26.9168
25.28548
21.05691

3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857
3.142857

126.2824
115.4781
96.90049
88.44092
81.88776
89.141
86.33943
69.89796
71.03368
79.46574
78.95595
84.59567
79.46866
66.17886

k

ρa

V

4.89
4.49
3.78
3.45
3.21
3.5
3.39
2.74
2.78
3.11
3.08
3.3
3.1
2.59

ρa

R

c. Metode Schlumberger
n

V

I

R

No a (m)
(m) (mVolt) (ampere)
1
2
3
4
5
6

0.5
0.5
0.5
1.5
1.5
1.5

1
2
1.5
3
4.5
6

0.33
0.323
0.321
0.717
0.351
0.232

122.9
122.6
122.3
122.8
122.5
122.6

(ohm)
2.68511
2.634584
2.624693
5.838762
2.865306
1.892333

(πn(n+1)a) (Kw.V/I)
3.142857
9.428571
5.892857
56.57143
116.6786
198

8.438917
24.84036
15.46694
330.3071
334.3198
374.6819

3.2. Data Geomagnet
GPS
LP Magnetometer
1
2
3
4
5

44458
44486.7
44468.6
44458.9
44459.3

S
06°22'31.7"
06°22'31.7"
06°22'31.9"
06°22'32.2"
06°22'32.2"

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

445231.1
44539
44511
44460
44441.5
44516.3
44524.3
44504.9
44508.2
44490.4
44475.5
44483.5
44493.8
44500.4
44509.7
44507.2
44468.9
44422.8
44273.9
44015
4430.8
44467
44464
44460.6
44465.6
44482.6
44493.1
44493.1
44495.3
44489.9
44473.9
44474.8
44483.3
44492.2

06°22'32.4"
06°22'32.5"
06°22'32.7"
06°22'32.8"
06°22'32.6"
06°22'32.4"
06°22'32.3"
06°22'32.2"
06°22'32.0"
06°22'31.9"
06°22'31.6"
06°22'31.5"
06°22'31.4"
06°22'31.3"
06°22'31.1"
06°22'30.9"
06°22'30.8"
06°22'30.9"
06°22'30.7"
06°22'30.7"
06°22'30.5"
06°22'30.9"
06°22'31.0"
06°22'31.1"
06°22'31.2"
06°22'31.3"
06°22'31.4"
06°22'31.5"
06°22'31.6"
06°22'31.6"
06°22'31.7"
06°22'31.4"
06°22'31.8"
06°22'31.7"

E
106°56'48.1"
106°56'48.1"
106°56'47.9"
106°56'47.7"
106°56'47.7"
106°56'47.6"
106°56'47.5"
106°56'47.4"
106°56'47.4"
106°56'47.3"
106°56'47.2"
106°56'47.1"
106°56'47.0"
106°56'46.9"
106°56'46.8"
106°56'46.7"
106°56'46.6"
106°56'46.6"
106°56'46.3"
106°56'46.2"
106°56'46.1"
106°56'46.0"
106°56'45.9"
106°56'46.1"
106°56'46.0"
106°56'46.4"
106°56'46.4"
106°56'46.6"
106°56'46.6"
106°56'46.7"
106°56'46.8"
106°56'46.9"
106°56'47.1"
106°56'47.2"
106°56'47.3"
106°56'47.5"
106°56'47.9"
106°56'48.2"
106°56'48.3"

Ket :
P

= Jarak elektrode antara M dan N (wenner) - m

I

= Jarak elektrode antara A dan B (wenner) - m

a

= Jarak elektode antara M dan N (schlumberger) - m

n

= Jarak elektrode antara A dan B (schlumberger) - m

V

= Potensial (Volt) - Volt

I

= Kuat Arus (Ampere) - Ampere

R

= Hambatan (ohm) - Ω

K

= Faktor geometri (konstanta) jarak elektrode

ρa

= Tahanan jenis (Resistivity) - Ωm

3.3. Analisis
3.3.1. Metode Wenner
Dalam metode ini, ditemukan batuan dengan
resistivity yang tidak berbeda jauh sekali. Mengindikasi
bahwa batuan yang berada dibawah permukaan adalah batuan
yang sejenis atau sama. Metode wenner menggunakan
elektroda yang dipasang dengan jarak yang sama, sehingga
baik sekali untuk menentukan resistivity daerah yang dekat
dengan permukaan, seperti mapping, anallisa aquifer.

3.3.2. Metode Schlumberger
Dalam metode ini, ditemukan batuan dengan
resistivity yang tidak berbeda jauh sekali. Mengindikasi
bahwa batuan yang berada dibawah permukaan adalah batuan
yang sejenis atau sama. Karena lapangan yang digunakan

adalah lapangan yang sama dengan metode Wenner. Metode
Schlumberger menggunakan elektroda yang dipasang dengan
jarak yang tidak sama. Bisa saja jarak antara AB adalah 1.5x
atau 2x lipat dari jarak MN, sehingga baik sekali untuk
menentukan resistivity daerah yang jauh dibawah permukaan,
seperti mapping, sounding.

3.3.3. Metode Geomagnet
Dalam metode magnet, digunakannya sifat magnet untuk
mengetahui keragaman batuan yang ada dibawah permukaan bumi.
Data-data yang didapat dilapangan selanjutnya dapat di proses
dengan menggunakan software sehingga dapat diketahui kontur dari
daerah yang diteliti.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari kegiatan geofisika dilapangan ini, dapat disimpulkan menjadi
beberapa hal,yaitu :

1. Tiap-tiap batuan memiliki nilai resistivity yang berbeda,
sehingga pada saat menggunakan metode geolistrik akan
didapatkan nilai resistivity yang berbeda apabila berbeda juga
batuan-batuan yang ada dibawah permukaan.
2. Metode wenner menggunakan elektroda yang dipasang dengan
jarak yang sama, sehingga baik sekali untuk menentukan resistivity
daerah yang dekat dengan permukaan, seperti mapping, anallisa
aquifer.
3. Metode Schlumberger menggunakan elektroda yang dipasang
dengan jarak yang tidak sama. Bisa saja jarak antara AB adalah
1.5x atau 2x lipat dari jarak MN, sehingga baik sekali untuk
menentukan resistivity daerah yang jauh dibawah permukaan,
seperti mapping, sounding.
4. Metode geomagnet menggunakan sifat magnet dari batuan yang
ada dibawah permukaan bumi, sehingga jika data diproses akan
didaptkan sebuah kontur

DAFTAR PUSTAKA

HMGZINE. 2015. Metode geomagnetik : metode geofisika yang
Simpel dan murah. .http://hmgzine.hmgi.or.id/metode
geomagnetik-metode-geofisika-yang-simpel-dan-murah/
Wijaya, Candra. Tanpa Tahun. Metoda Geomagnet.
http://bu gis.blogspot.co.id/2010/12/metoda-geomagnet.html

Lab Geofisika dan Komputasi. 2016. Modul Praktikum Geolistrik dan
Geomagnet.Jakarta:Universitas Trisakti

LAMPIRAN
NB: LAMPIRAN DARI FOTO YANG SAMA DAN SUMBER YANG SAMA DENGAN PRAKTIKAN LAIN