Makalah Model model Cooperative Learning

MAKALAH

MODEL-MODEL COOPERATIVE LEARNING
DALAM BELAJAR PAUD

Dosen Pembimbing:
HERMANSYAH, M.Pd.

Disusun Oleh
ATINA PITDUNYA
PUTRI AYU ANDIRA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YAYASAN NURUL ISLAM
MUARA BUNGO
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan

makalah yang berjudul: Model-model Cooperative Learning dalam Belajar
PAUD. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’at nya di dunia hingga yaumul
akhir.
Semoga dengan tugas makalah ini

dapat membuka wawasan tentang

pendidikan anak usia dini. Segala kritik dan saran yang positif kami harapkan dari
pembaca makalah ini.
Akhir kata terimakasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila
terdapat salah kata selama dalam penulisan makalah .

Bungo, 13 Oktober 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................

1

B. Rumusan Masalah.................................................................................


1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Cooperative Learning.............................................

3

B. Tipe-tipe Model Cooperative Learning................................................

4

C. Prinsip, Prosedur dan Strategi Pembelajaran Kooperatif.....................

6

D. Signifikansi Cooperative Learning bagi Pendidikan Anak Usia Dini..


7

E. Implikasi-implikasi Umum Cooperative Learning Terhadap Praktik
Pendidikan
AUD
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................

10

B. Saran.....................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA


iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya,
pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar
atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk
suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada
kurikulum yang saat itu digunakan.
Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih
banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah
dalam menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa
menjadi individu yang pasif.
Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu model
pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang
ini. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran cooperative

learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model cooperative learning?
2. Apa saja tipe-tipe Model cooperative learning?
3. Bagaimana prinsip, prosedur dan strategi pembelajaran kooperatif?
4. Bagaimana signifikansi cooperative learning bagi pendidikan anak usia
dini?
5. Bagaimana implikasi umum cooperative learning terhadap praktik
pendidikan AUD?

1

2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian model cooperative learning.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe Model cooperative learning.
3. Untuk mengetahui prinsip, prosedur dan strategi pembelajaran kooperatif.
4. Untuk mengetahui signifikansi cooperative learning bagi pendidikan anak
usia dini.

5. Untuk mengetahui implikasi umum cooperative learning terhadap praktik
pendidikan AUD.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Cooperative Learning
Model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang
bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik
secara individu maupun secara kelompok. Model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Model dapat di artikan sebagai contoh dalam bentuk kecil dari sesuatu
yang akan dibuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan
bahwa model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau contoh dari
sesuatu yang akan dibuat, dan di artikan juga sebagai barang tiruan yang kecil
dengan bentuk persis seperti aslinya.1 Dengan demikian, model berarti
gambaran dalam bentuk kecil persis seperti aslinya guna dijadikan bahan

percontohan.
Sedangkan Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang
menekankan

kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif

merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. 2 Pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa
dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.3
Model pembelajaran ini memandang bahwa Keberhasilan belajar
bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,
1

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Situbondo: Gitamedia Press, tt), hlm.

535
2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, Cet. ke-3, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 58

3
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.
203

3

4

melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan
bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang struktur dengan
baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru,
maka proses penerimaan dan pemahaman anak didik akan semakin mudah
dan cepat terhadap materi yang dipelajari.4
B. Tipe-tipe Model Cooperative Learning
Bentuk-bentuk model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
ini cukup banyak, di antaranya yakni sebagai berikut:
1. Model Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together atau disebut juga penomoran berpikir
bersama


merupakan

model

pembelajaran

yang

dirancang

untuk

mempengaruh pola interaksi siswa. Numbered Head Together (NHT)
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Menurut Slavin, sebagaimana yang dikutip oleh
Miftahul Huda, model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu
dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat.5

2. Model Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)
CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk pengajaran
membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa
bekerja dalam tim belajar kooperatif beranggota empat orang. Mereka
terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling
membacakan satu dengan yang lain, membuat prediksi tentang bagaimana
cerita naratif akan muncul. Saling membuatkan ikhtisar satu dengan yang
lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih pengerjaan serta
4
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning analisis model pembelajaran
IPS, cet.ke-4 ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.4
5
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis, cet. ke-V, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 203

5

perbendaharaan kata. Mereka juga bekerjasama untuk memahami
ide pokok dan keterampilan pemahaman yang lain. Dalam pelajaran ilmuilmu sastra, siswa terlibat menulis draf, saling merivisi dan mengedit
pekerjaan satu dengan yang lain, dan mempersiapkan publikasi buku tim.
Tiga penelitian tentang program CIRS telah menemukan pengaruh positif
terhadap keterampilan membaca siswa, termasuk skor dalam tes bahasa
dan membaca dalam buku.6
3. Model Belajar Bersama (Learning Together)
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh David
Johnshon dan Roger Johnshon dimana dalam model ini melibatkan siswa
yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat atau
lima orang heterogen yang menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok
itu menyerahkan satu hasil kelompok dan menerima pujian dan ganjaran
berdasarkan hasil kelompok tersebut. Pendekatan mereka menekankan
pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama tim sebelum siswa mulai
bekerja sama dan melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang
seberapa jauh mereka berhasil bekerja sama.7
4. Model Think Pair and Share (TPS)
Model Think Pair 6and Share (TPS) atau berpikir berpasangan dan
berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa8. Strategi ini memperkenalkan gagasan
tentang waktu ‘tunggu atau berfikir’ (wait or think time) pada elemen
interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor
ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan.9

6

Umi Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: UIN Malang, 2008), hlm. 84-85
7
Ibid., hlm. 86-87
8
Rinda Purwaningsih, Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And Share (Tps)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut
Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014 (SKRIPSI), (Tulungagung: Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2014), hlm. 32-33
9
Miftahul Huda, Op.Cit., hlm. 206

6

C. Prinsip, Prosedur dan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson, ada lima untuk dasar dalam
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebagai berikut:
5. Prinsip ketergantungan positif; yaitu dalam pembelajaran kooperatif,
keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergatung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut.
6. Tanggung jawab perseorangan; yaitu keberhasilan kelompok sangat
tergatung dari masing-masing anggota kelompoknya.
7. Interaksi tatap muka; yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
8. Partisipasi dan komunikasi; yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi
aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajar.
9. Evaluasi proses kelompok; yaitu mewujudkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.10
Untuk

mengimplementasikan

pembelajaran

kooperatif,

dapat

ditempuh prosedur pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1. Penjelasan materi; tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokokpokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
Tujuan utama tahapan ini adalahpemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran;
2. Belajar kelompok; tahap ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuknya;
3. Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif ini bisa dilakukan
melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok.11

10
11

hlm: 180

Rusman, Op.Cit., hlm. 212
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, cet. ke-3, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),

7

Strategi

belajar

kooperatif

merupakan

serangkaian

kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting
dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu:12
1. Adanya peserta didik dalam kelompok;
2. Adanya aturan main;
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;
4. Tatap muka;
5. Evaluasi proses kelompok.
D. Signifikansi Cooperative Learning bagi Pendidikan Anak Usia Dini
Pembelajaran kooperatif menjadi sarana efektif bagi guru untuk
membentuk lingkungan yang kondusif bagi terciptanya interaksi antaranak
dan memberikan dukungan serta latihan yang mereka butuhkan untuk
mengembangkan keterampilan sosio-emosional mereka di kehidupan nyata.
Pembelajaran kooperatif dalam pendidikan anak-anak juga bermanfaat bagi
perkembangan sikap-sikap positif mereka terhadap sekolah, pemmbelajaran
dan teman-temannya, serta memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
mereka

untuk

mempelajari

perilaku

orang

lain,

mengembangkan

keterampilan berbahasa dan memecahkan masalah.13
Menurut para teoritikus pendidikan seperti Piaget dan Vygotsky,
keterampilan sosio-emosional anak-anak akan meningkat ketika mereka
berintekrasi dengan teman-temannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian lain
yang menyatakan bahwa teori konstruktivis sosial-nya Vygotsky pada
hakikatnya menekankan pentingnya pendidikan dan kedekatan orang dewasa
terhadap upaya pendewasaan karakter anak-anak.14

12

Ibid., hlm. 176-177
Miftahul Huda, Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan, cet. Ke-VII, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 244
14
Ibid., hlm. 246
13

8

E. Implikasi-implikasi Umum Cooperative Learning Terhadap Praktik
Pendidikan AUD
1. Ukuran Kelompok
Salah satu ciri pembelajaran kooperatif yang baik adalah jika siswa
merasa tertantang untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama. Sebagian
besar

aktifitas

kooperatif

yang

dideskripsikan

dalam

buku-buku

melibatkan empat atau lebih siswa dalam satu kelompok. Akan tetapi,
ukuran kelompok seperti ini tentu saja terlalu besar bagi anak-anak TK.
Memang, satu kelompok yang terdiri dari empat atau lima anak tetap bisa
efektif asalkan aktivitas kooperatif yang dilaksanakan bersifat terbuka dan
tidak terlalu terstruktur, seperti bermain balok, bermain drama, atau
melukis mural. Untuk permainan-permainan seperti ini, beberapa siswa
bisa dilibatkan pada waktu yang bersamaan karena ada banyak hal yang
bisa dilakukan, ada banyak cara yang bisa mereka terapkan, dan ada
banyak tindakan yang bisa dipraktikikan satu siswa untuk menghalangi
tindakan siswa yang lain.15
2. Kuantitas Dukungan Guru
Apapun aktifitas kooperatif yang dilaksanakan dan kepada
siapapun aktivitas tersebut diterapkan, guru tetap perlu menjelaskan tujuan
dan tugas pembelajaran sejelas mungkin kepada anak-anak, dan
menunjukkan contoh konkret perilaku-perilaku yang dapat membantu
mereka mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas tersebut. karena anakanak umumnya tidak terlalu memiliki kompetensi sosio-emosional yang
dibutuhkan untuk bisa bekerja sama secara efektif, maka guru perlu
menyusun aktifitas-aktivitas kooperatif secara hati-hati dan memberikan
dukungan yang memadai bagi mereka yang merasa kesulitan berinteraksi
dengan teman sekelasnya.16
Akan tetapi, meskipun aktivitas pembelajaran disusun secara hatihati, beberapa anak pasti ada yang gagal bekerja sama dengan
pasangannya. Untuk persoalan seperti ini, guru perlu memberikan instruksi
15
16

Ibid., hlm. 250
Ibid., hlm. 251

9

langsung kepada mereka tentang kompetensi-kompetensi dasar yang
dibutuhkan. Dengan demikian, selain memberikan instruksi langsung
tentang kompetensi-kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk bekerja sama
secara efektif, guru juga perlu memberikan dukungan dan instruksi secara
personal kepada mereka yang sangat bermasalah dalam membangun relasi
individual.17
3. Keterampilan Sosial
Pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk siswa SD, SMP, dan SMA umumnya fokus pada
bagaimana mengajarkan peran-peran seperti ‘pemimpin’ dan ‘fasilitator’
atau perilaku-perilaku tertentu yang mendukung efektivitas kerja
kelompok seperti ‘memberi pujian’. Sementara itu, meminta anak-anak TK
memberi

pujian

kepada

teman-temannya

atau

bertindak

sebagai

‘pemimpin’ dalam kelompoknya lebih sering mengacaukan daripada
memfasilitasi kerja sama mereka. Anak-anak bisa dikatakan bekerja
menurut kompetensi sosio-emosional, misalnya ketika mereka tidak
menangis saat sedang bingung, menyimak pembicaraan temannya,
mengucapkan salam kepada temannya dengan cara yang santun, menjaga
perilakunya tetap terkendali meskipun mereka tengah bersemangat,
merangkai

kata-kata

untuk

mengungkapkan

perasaannya

kepada

temannya, atau bahkan mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.18
Agar kompetensi-kompetensi ini dapat terus meningkat, guru perlu:
(1) menciptakan lingkungan yang menantang sekaligus menghibur dan (2)
selalu siap, ketika dibutuhkan, untuk memfasilitasi interaksi anak-anak
atau mengajarkan keterampilan sosial pada mereka.19

17

Ibid., hlm. 252
Ibid., hlm. 256
19
Ibid.
18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang menekankan
kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Bentuk-bentuk model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
ini cukup banyak, di antaranya yakni sebagai berikut:
1. Model Numbered Head Together (NHT)
2. Model Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)
3. Model Belajar Bersama (Learning Together)
4. Model Think Pair and Share (TPS)
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Prinsip ketergantungan positif;
2. Tanggung jawab perseorangan;
3. Interaksi tatap muka;
4. Partisipasi dan komunikasi;
5. Evaluasi proses kelompok.
Prosedur pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
1. Penjelasan materi;
2. Belajar kelompok;
4. Penilaian.
Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yang
telah ditetapkan, yaitu:
1. Adanya peserta didik dalam kelompok;
2. Adanya aturan main;
3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;
4. Tatap muka;
5. Evaluasi proses kelompok.

10

11

Pembelajaran kooperatif menjadi sarana efektif bagi guru untuk
membentuk lingkungan yang kondusif bagi terciptanya interaksi antaranak
dan memberikan dukungan serta latihan yang mereka butuhkan untuk
mengembangkan keterampilan sosio-emosional mereka di kehidupan nyata.
B. Saran
Demikianlah

yang

dapat

kami

uraikan

tentang

model-model

cooperative learning dalam belajar AUD, kami menyarankan kepada temanteman yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang kedua sifat tersebut
untuk mencari referensi melalui berbagai media yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Etin Solihatin dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning analisis model
pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Miftahul Huda. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_________ (2014). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rinda Purwaningsih. (2014). Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And
Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MI
Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014
(SKRIPSI). Tulungagung: Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tim Prima Pena. (tt). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Situbondo: Gitamedia
Press.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Umi Mahmudah & Abdul Wahab Rosyidi. (2008). Active Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang.