LAPORAN Pendahuluan hiper bilirubin lengs

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBIN

A. Definiisi
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk
0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik
(Prawirohardjo, 1997).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna
kuning (Ngastiyah, 2000).

B. Epidemologi
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan
dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan
sebagian lagi patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian.


C. Klarifikasi
Ikterus neonatorum dibagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis ( Ngastiyah,1997).
1.Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996), (Tarigan, 2003)
dalam (Schwats, 2005):
a.

Timbul pada hari kedua - ketiga.

b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan
10 mg% pada kurang bulan.
c.


Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.

d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e.
f.

Ikterus hilang pada 10 hari pertama.

Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis tertentu.

g. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik
sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) bila:
1). Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2). Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3). Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5 mg% pada
neonatus cukup bulan.
4). Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis).
5). Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown

menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15
mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah, dan nukleus
pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup
bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat
dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk
kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.

D. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut;
1. Polychetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease

3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliari),
infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir
prematur, asidosis.
Rumus Kramer
Daerah

Luas Ikterus

Kadar Bilirubin

1

Kepala dan Leher


5 mg%

2

Daerah 1 + badan bagian atas

9 mg%

3

Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan
tungkai

11 mg%

4

Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki dibawah
lutut


12 mg%

5

Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki

16 mg%

E. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat beban penambahan bilirubin pada sel heparbyang
berlebihan hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran entrosit, polistemia.
Gangguan pecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonates yang mengalami gangguan ekskresi.
Misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh toksisitas
terutama ditemukan bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam
lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patoligis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat

menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih
dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonates. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi
terdapat keadaan BBLR, Hipoksia dan Hipoglikemia.

F. Pathway

G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga
sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya
merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning
terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning

kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.

H. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat,
tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a.

Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi
cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.


b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
c.

Protein serum total.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia
billiari.

J. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan
sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan
clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk

menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari
billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.

Pengumpulan Data

a.

Riwayat Penyakit

Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama, apakah sebelumnya pernah
mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu baik dari dokter maupun yang di beli sendiri, apakah
ada riwayat kontak denagn penderiata sakit kuning, adakah rwayat operasi empedu, adakah
riwayat mendapatkan suntikan atau transfuse darah. Ditemukan adanya riwayat gangguan

hemolissi darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma,
gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan dan ASI, ibu menderita DM.
b.

Riwayat orang tua :

Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
c.

Pengkajian Psikososial :

Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah
Bonding, perpisahan dengan anak.
d.

Pengetahuan Keluarga meliputi :

Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang
memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia .
e.

Pola Kebutuhan sehari-hari.

Data dasar klien:
-

Aktivitas / istirahat : Latergi, malas

-

Sirkulasi : Mungkin pucat, menandakan anemia.

nasi : Bising usus hipoaktif, Pasase mekonium mungkin lambat, Feses lunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin,Urine gelap pekat, hitam kecoklatan ( sindrom bayi
bronze )

n/cairan : Riwayat perlambatan/makan oral buruk, ebih mungkin disusui dari pada menyusu botol, Palpasi
abdomen dapat menunjukkan perbesaran limfa, hepar.

osensori : Hepatosplenomegali, atau hidropsfetalis dengan inkompatibilitas Rh berat. Opistetanus dengan
kekakuan lengkung punggung,menangislirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
-

Pernafasan : Riwayat afiksia

anan : Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus , Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada
bagian distal tubuh, kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi.

yuluhan/Pembelajaran : Faktor keluarga, misal: keturunan etnik, riwayat
hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakithepar,distrasias darah (defisit glukosa6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD). Faktor ibu, mencerna obat-obat (misal: salisilat),
inkompatibilitas Rh/ABO. Faktor penunjang intrapartum, misal: persalinan pratern.
f.

Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat pada sclera,
tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh (clubbing), ginekomastia
(kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepid an permukaan);
ditemukan adanya pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa
abdominal, selaput lender, kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus,
reflek menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking
g.
·
·

Pemeriksaan Diagnostik
Golongan darah bayi dan ibu, mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.

Bilirubin total: kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dL kadar indirek tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dL dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih 20 mg/dL pada bayi
cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi pratern.
·

Darah lengkap: Hb mungkin rendah (< 1 mg/dL) karena hemolisis.

· Meter ikterik transkutan: mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
2.

Pengelompokan Data

a.

Data Subjektif

·

Riwayat afiksia

·

Riwayat trauma lahir

b.
·

Data Objektif

Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian
distal tubuh.
·

Kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi

·

Hepatosplenomegali.

·

Tahap krisis: epistetanus, aktivitas kejang

-

·

Urine gelap pekat

·

Bilirubin total:

-

Kadar direk > 1,0 – 1,5 mg/dL

Kadar indirek > 5 mg/dL dalam 24 jam, atau < 20 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL
pada bayi pratern.
·

Protein serum total: < 3,0 g/dL

·

Golongan darah bayi dan ibu inkompatibilitas ABI, Rh.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
1.

Risiko/ defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, serta
peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.

2.

Risiko /gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi.

3.

Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

4.

Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan dengan perpisahan dan
penghalangan untuk gabung.

5.

Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

6.

Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

7.

Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit, infeksi) berhubungan dengan
tranfusi tukar.

8.

PK : Kern Ikterus
C.

1.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL dan
defikasi sekunder fototherapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi deficit volume
cairan dengan kriteria :
-

Jumlah intake dan output seimbang

-

Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal

-

Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL

Intervensi & Rasional :

a.

Kaji reflek hisap bayi

( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
b.

Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat

(R: menjamin keadekuatan intake )
c.

Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces

( R : mengetahui kecukupan intake )
d.

Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam

(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi )
e.

Timbang BB setiap hari

(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
2.

Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi hipertermi
dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan Rasional :
a.

Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam

(R : suhu terpantau secara rutin )
b.

Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres dingin serta ekstra
minum
( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
c.

Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi

( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari hipertermi ).
3.

Risiko /Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan
integritas kulit dengan kriteria :
·

tidak terjadi decubitus

·

Kulit bersih dan lembab

Intervensi :
a.

Kaji warna kulit tiap 8 jam

(R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )

b.

Ubah posisi setiap 2 jam

(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ).
c.

Masase daerah yang menonjol

(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah tersebut ).
d.

Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab
( R : mencegah lecet )
e.

Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg%

fototerafi dihentikan
(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )
4.

Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan perpisahan dan
penghalangan untuk gabung.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan orang tua dan bayi
menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian
proses Bounding.
Intervensi :
a.

Bawa bayi ke ibu untuk disusui

( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )
b.

Buka tutup mata saat disusui

(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
c.

Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya

(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
d.

Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan

( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
e.

Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya

(R: mengurangi beban psikis orangtua)
5.

Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua menyatakan mengerti
tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif dalamperawatan.
Intervensi :
a.

Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien

( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
b.

Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya

( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
c.

Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah

(R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam erawat bayi)
6.

Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury akibat
fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :
a.

Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya

( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
b.

Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah genetal serta bokong
ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak
menutupi hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )

c.

Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam
(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
d.

Buka penutup mata setiap akan disusukan.

( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).
e.

Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan

( R : memberi rasa aman pada bayi ).
7.

Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan
tanpa komplikasi
Intervensi :
a.

Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan

(R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
b.

Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan

( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).

c.

Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan

(R: mencegah aspirasi )
d.

Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur

( R : mencegah hipotermi
e.

Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan ditranfusikan adalah darah

segar
( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan 0
f.

Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan elektrolit, kejang

selama dan sesudah tranfusi
(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat melakukan tindakan lebih dini )
g.

Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif

(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )
8.

PK Kern Ikterus

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda awal kern ikterus
bisa dipantau
Intervensi :
a.

Observasi tanda-tanda awal Kern Ikterus ( mata berputar, letargi , epistotonus, dll )
b.

Kolaborasi dengan dokter bila ada tanda-tanda kern ikterus.

DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta.
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi.
EGC. Jakarta

FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Nama : By. Ny. A
Tanggal Lahir : 17 – July - 2014
Umur : 5 Hari
Nama Ayah : Tn. A
Ibu : Ny. A
Pengkerjaan Ayah : Tukang Ojek
Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMP
Ibu : SMK
Alamat : Jalan. Muharto Gg. Buntu Rt. 06 Rw. 07 Malang

Kultur : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Pengkajian : 22 – July – 2014

2. Alasan / Keluhan Utama
Bayi rujukan bidan dengan muntah darah segar, jam. 13.00, 1x kurang lebih 5 sendok makan dan
bercampur darah, keluhan muncul setelah diberi minum susu formula. Panas – letargi – kejang –
kuning pada seclera dan wajah, luas ikterus daerah 1 ( Kepala dan Leher )

3. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir di Bidan, secara spontan, usia ibu 19 tahun, bayi lahir cukup bulan, menangis spontan,
usia kehamilan 9 bulan, ketuban jernih, BBL : 2800gr PB: 50 cm.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : Ketuban jernih, usia kehamilan 36 – 37 minggu
b. Natal : Bayi lahir secara normal
c. Post Natal : By. Ny. A di Diagnosa Ikterus Neonatorum
5. Riwayat Masa Lampau
6.. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar, leukemia, anemia.

7. Riwayat Sosial
Bayi diasuh oleh ibu dan ayah kandungnya dengan hubungan keluarga yang baik.

7. Kebutuhan Dasar
a. Cairan : di Rs. Asi + susu formula 8 x 7 – 10 cc tiap 3jam/ hari
b. Makanan : Tidak makan
c. Pola Tidur : Normal
d. Mandi : Seka 3x sehari
e. Eliminasi : BAB 3x sehari, BAK Normal

7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa Medis : Ikterus Neonatorum
b. Tindakan Medis : Tidak ada tindakan operasi
c. Status Nutrisi : Kebutuhan nutrisi ASI = SF 8x 7- 10cc tiap 3jam/ hari
d. Status Cairan : Kebutuhan cairan 150cc/ kg/ hari
e. Obat – obatan : IV Ampicilin 4 x 100 mg
Tranexamic Acid 3 x 30 mg
Vit K 1 x 5 mg
Ranitidin 3 x 3 mg
Aminostene Infant 6% 96cc
Lipid 20% 15cc
Terapi infus CN 10% terpasang di tangan sebelah kanan = 13cc/ jam

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : k/u Lemah, nafas spontan, Menggunakan O2 nasal kanul 2 liter
b. Tanda – tanda vital : RR 45x/menit HR : 120x/menit S : 36,8 C
c. Pemeriksaan Kepala :

 Sutura sagital tepat
 Gambaran wajah simetris
 Telinga Normal
 Hidung Simetris
 Mata ikteris pada seclera
d. Pemeriksaan Integumen
 Warna kulit kuning
 Turgor kulit elastic
e. Dada dan thorax
 Bentuk simetris
 Tidak ada retraksi dada
 Tidak sianosis
 Tidak ada ronchi dan wheezing
f. Payudara
Bentuk simetris, aerola penuh, tonjolan 5 – 10 mm
g. Abdomen
 Tidak ada distensi abdomen
 Umbilicus kering
 Tidak ada pembesaran dan benjolan
h. Genetalia
Lengkap terdapat labia mayora dan labia minora jenis kelamin perempuan, anus +, tidak ada
sumbatan
i. Ekstremitas

 Jari tangan lengkap
 Posisi dan bentuk simetris kanan dan kiri
 Jari kaki lengkap
 Pergerakan aktif
 Warna kulit pucat, Tangan dan kaki berwarna agak kekuningan

7. Pemeriksaan tingkat perkembangan orik
a. Motorik Kasar : Menggenggam (Baik), Mencari (baik), menghisap (baik0
b. Motorik Halus : Menangis Melengking

7. Informasi Lain
 IV Ampicilin 4 x 100 mg
 Tranexamic Acid 3 x 30 mg
 Vit K 1 x 5 mg
 Ranitidin 3 x 3 mg
 Aminostene Infant 6% 96cc
 Lipid 20% 15cc
 Terapi infus CN 10% terpasang di tangan sebelah kanan = 13cc/ jam
 Foto Terapi 1 x 24 jam Mulai tanggal 22 – july – 2014 sampai 23 – july – 2014 Jam ;
12.30

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No regrister : 1419143
Nama : By. Ny. A

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai rujukan

Hematologi
Hemoglobin (HGB)

16,90

g / dL

11,4 – 15,1

Eritrosit (RBC)

54,64

106 / µl

4,0 – 5,0

Leukosit ( WBC)

9,17

10 3 / µl

4,7 – 11,3

Hematokrit

47,70

%

38 – 42

Trombosit ( PLT)

306

10 3 / µl

142 – 424

MCV

102,80

fL

80 – 93

MCH

36,40

Pq

27 – 31

MCHC

35,40

g / dL

32 – 36

RDW

15,60

%

11,5 – 14, 5

PDW

10,0

fL

9 – 13

MPV

9,3

fL

7,2 – 11,1

P-CLR

19,6

%

15,0 – 25,0

PCT

0,28

%

0,150 – 0,400

Eosinofi

8,8

%

0–4

Basofil

0,8

%

0–1

Neutrofil

28,3

%

51 – 67

Limfosit

41,2

%

25 – 33

Monosit

20,9

%

2–5

Pasietaln

15,40

detik

11,5 – 11,8

INR

1,31

Hitung jenis

Lain – lain
FAAL HEMOSTASIS
PPT

0,8 – 1,30

APTT
Pasien

34,30

Detik

27,4 – 28,6

Kesimpulan

PPT dalam batas normal

KIMIA KLINIK
FAAL HATI
Bilirubin total

14,01

Mg / dL

< 0,1

Bilirubin direk

0,73

Mg / dL

< 0,25

Bilirubin indirek

13,28

Mg / dL

< 0,75

AST / SGOT

29

U/L

0 - 32

ALT / SGPT

12

U/L

0 - 33

Albumin

3,72

9/dl

3,5 – 5,5

283

Mg/dl

< 200

Ureum

19,40

Mg/dl

16,6 – 48,5

Kreatin

0,43

Mg/dl

< 1,2

Kalicium (ca)

9,0

Mg/dl

7,6 – 11,0

Phosphor

6,3

Mg/dl

2,7 – 4,5

INFLAMASI
CRP Kuantitatif

0,96

Mg/dl

< 0,3

METABOLISME
KARBOHIDRAT
Glukosa darah sewaktu
FAAL GINJAl

ELEKTROLIT

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan Dewasa Normal

Natrium (Na)

137

Mmol/l

136 – 145

Kalium (K)

4,64

Mmol/l

3,5 – 50

Klorida (cl)

118

Mmol/l

98 - 106

KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT
SERUM

ANALISA DATA
Nama pasien : By.Ny. A
Umur : 5 hari
No. register : 1419143

DATA PENUNJANG
1.Ds =
Do =










K/u lemah
Kes.compos mentis
RR = 45 x / m
HR = 120 x / m
S = 36,8 c
Turgor kulit elastic
CRT < 2 detik
Mukosa kulit kering
Kuning pada seclera,
kepala dan leher

ETIOLOGI

MASALAH

Hiperbilirubin meningkat

Potensial kern ikterik

2.Ds =
Do =

Intake oral yang tidak adekuat

 K/u lemah
 Kes. Compos mentis
 Suhu:36.5c, RR 45x/
m, HR 120x/m
 Intake Oral 7 – 10cc
 Px menggunakan
OGT
3.Ds = Do =
 K/u lemah
 Kes. Compos mentis
 Suhu:36.8c, RR 45x/
m, HR 120x/m
 Mukosa kulit kering
 Suhutubuh meningkat
s: 37,7c

4.Ds =






Bayi diberikan fototerapi
1 x 24 jam

Efek fototerapi
Mukosa kulit kering

1 x 24 jam
K/u lemah
Kes. Compos mentis
Suhu:38 c
Minum ASI dengan
dot

Resiko gangguan intergritas
kulit

Peningkatan suhu tubuh

Bayi diberikan fototerapi

Do =

Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Peningkatan suhu tubuh 38,0c
Efek fototerapi
panas

Gangguan peningkatan suhu
tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : 11 Perinatologi
Nama pasien : By.Ny. A
No.register : 1419143

No
1

Diagnose keperawatan
Potensial karena ikterik b/d
ikterus sebagian dari tubuh

Ditemukan masalah
Tgl

Paraf

Masalah selesai
Tgl

22-07-2014

23-072014

2

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat

22-07-2014

23-072014

3

Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan

22-07-2014

23-072014

Paraf

ekskresi bilirubin efek
fototerapi
4

peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
dilakukannya fototerapi

23-07-2014

23-072014

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama klien :by.ny. A
No.reg :1419143
No
.
Dx

Dx Keperawatan

Tujuan &
Kriteria Hasil

1

Potensial karena
ikterik b/d ikterus
sebagian dari
tubuh

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam
Diharapkan
ikterik
normal,kulit
normal

2

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
kebutuhan
nutrisi bayi
terpenuhi
dengan kriteria
hasil:
 Tidak
muntah
 BB naik
 Turgor
kulit
elastis

Intervensi

Rasional

1.cuci tangan
sebelum dan
sesudah tindakan.
2.rawat bayi selama
dilakukan
fototerapi
3.beri posisi yang
nyaman pada bayi
4.pertahankan suhu
lingkungan
5. observasi TTV

1.mengurangi resiko
nosokomial pada petugas
dan perawat
2.mempertahankan suhu
tubuh bayi,menjaga
kebersihan bayi
3.untuk meningkatkan
kenyaman bayi selama
terapi dilakukan.

1. Observasi
intake dan
output
setiap hari

1. Mengidentifikasi
keseimbangan
antara
pemasukan dan
kebutuhan nutrisi
2. Mengetahui
peningkatan BB

2. Monitor BB
setiap hari

3. Penuhi
nutrisi bayi
dengan beri
minum
ASI+ SF 8

3. Membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
bayi Untuk
menilai status
gizi

Para
f

BAB dan BAK
lancar

3.

Resiko gangguan
intergritas kulit
berhubungan
dengan ekskresi
bilirubin efek
fototerapi

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2 x 24
jam diharapkan
tidak terjadi
gangguan
intergritas kulit
dengan kriteria
hasil:
 Tidak
terjadi
dekubitu
s
 Kulit
bersih
dan
lembab

4.

peningkatan suhu
tubuh
berhubungan
dengan
dilakukannya
fototerapi

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 1 x 24
jam diharapkan
suhu tubuh
kembali normal
dengan kriteria
hasil:

x 7-10 tiap
3jam cc per
hari

1. Observasi
TTV
2. Kaji warna
kulit tiap 8
jam
3. Ubah posisi
setiap 3 jam
4. Jaga
kebersihan
kulit bayi
dan berikan
baby oil
atau
pelembab
5. Kolaborasi
untuk
pemeriksaa
n kadar
bilirubin
turun
menjadi 7,5
mg%
fototerapi
dihentikan

1. Memantau TTV
selalu dalam
batas normal
2. Mengetahui
adanya
perubahan warna
kulit
3. Mencegah
penekanan kulit
pada daerah
tertentu dalam
waktu lama
4. Mencegah lecet
5. Untuk mencegah
pemajanan sinar
terlalu lama

1. Observasi
TTV
2. Pantau suhu
tubuh tiap 2
jam sekali
3. Lakukan
kompres
4. Kolaborasi
dengan
dokter

1. Memantau TTV
dalam batas
normal
2. Untuk
mengetahui suhu
tubuh bayi agar
tetap normal
3. Untuk
menurunkan suhu
tubuh bayi

 Suhu
tubuh
turun
36,5 –
37,5 c
 Bayi
tidak
panas

untuk
menurunka
n suhu
tubuh bayi

4. Berkolaborasi
dengan tim medis
untuk
menentukan
terapi yang sesuai

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. Ny. A
No Regrister : 1419143

No
1.

Tanggal / Jam

Tindakan

22 – 7 – 2014 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan
cara 6 langkah.
2. Merawat bayi selama dilakukan fototerapi
- Mengontrol suhu dalam incubator dalam batas normal
36,5 – 37,5 c
3. Mem beri posisi yang nyaman pada bayi
- Tidur terlentang, menggunakan penutup kepala dan
diapres
4. Mempertahankan suhu lingkungan
5. Mengobservasi TTV
RR : 45x/m HR : 120x/m S : 36,8 c

2.
22. – 7 2014

1. Observasi intake dan output setiap hari
2. Monitor BB setiap hari
BB : 2900 gr
3. Memantau nutrisi bayi dengan beri minum ASI+
SF 8 x 7-10 tiap 3jam cc per hari

3.

22 – 7 – 2014
1.
2.
3.
4.

Mengobservasi TTV
Mengkaji warna kulit tiap 8 jam
Mengubahbah posisi setiap 3 jam
Menjaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby
oil atau pelembab
5. Mengkolaborasikan tindakan dengan dokter dan
tim medis
4.

23 – 7 – 2014
1.
2.
3.
4.

Mengobservasi TTV
memantau suhu tubuh tiap 2 jam sekali
melakukan kompres
Berkolaborasi dengan dokter untuk menurunkan
suhu tubuh bayi

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. Ny. A

TTD

No Regrister : 1419143

No
1.

Tanggal
22 – 7 - 2014

Evaluasi
S:O :- Foto Terapi 1 x 24 jam Mulai tanggal 22 – july – 2014
sampai 23 – july – 2014 Jam ; 12.30
-k/u lemah
 HR : 120x/m RR : 45x/m S: 36,8 C
 Inf CN 10% 13cc/jam
 Bayi tidur terlentang dan menggunakan diapers.
Bilirubin direk 0,73 mg/dl indirek 13,28 mg/dl
 Suhu incubator 36,5 – 37,5 c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi No : 2,3,4,5

2.

22 – 7 - 2014

S:O : - Inf CN 10% 13cc/jam







k/u lemah
BB : 2900 gr
OGT +
ASI 8 x 7 – 10cc tiap 3 jam/hari
Minum – prestimil 3,5cc bayi puasa
BAB + BAK +

A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi No : 1,2,3
3.

22 – 7 - 2014

S:O : - k/u lemah
 HR : 120x/m RR : 45x/m S: 36,8 C
 Inf CN 10% 13cc/jam
 Kuning pada seclera + wajah, kaki dan tangan
sebagian
 Inj Ampicilin 100 gr
 Tranexamic acid 30 mg
 Ranitidin 3 mg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

TTD

4.

23 – 7 - 2014

S:O : - k/u lemah
- Suhu meningkat 38,0 c
- Kompres bayi
- Melaporkan ke dokter
A : - masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. Ny. A
No Regrister : 1419143

No
1.

Tanggal

Evaluasi

23 – 7 - 2014 S : O :-k/u lemah







HR : 123 x/m RR : 45x/m S: 37,0 C
Fototerapi sudah selesai
Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam
Terdapat kuning pada seclera dan wajah
Inj 21.00 dan 03.00 Ampicilin 100 mg
01.00 Ranitidin 3 mg, tranexamid acid 30 mg,
Aminosteril 6% 98cc

A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi No : 5
2.

23 – 7 - 2014

S:O : - Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam







k/u lemah
BB : 2900 gr
OGT +
ASI 8 x 7 – 10cc tiap 3 jam/hari
Minum + susu SF prestimil tumpah + 3,5cc
BAB + BAK +

A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi No : 1,2,3
3.

23 – 7 - 2014

S:O : - k/u lemah
 HR : 123x/m RR : 45x/m S: 37,0C
 Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam
 Kuning pada seclera + wajah, kaki dan tangan
sebagian

TTD

 Kulit sedikit kemerahan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
4.

23 – 7 - 2014

S:O : - k/u lemah
- Suhu meningkat 38,0 c
- Kompres bayi
- Melaporkan ke dokter
A : - masalah teratasi
P : Hentikan intervensi